Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161730 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Telly Purnamasari Agus
"Penyakit cacing merupakan salah satu penyakit negleczed diseases yang berdampak cukup luas pada masyarakat terutama pada anak-anak, seperti malnutrisi, anemia,penurunan daya tahan tubuh, perkembangan fisik dan mental terhambat serta kemunduran intelektual. RISKESDAS (2008) menyebutkan Tanah Bumbu merupakan salah satu Kabupaten di Kalimantan Selatan dengan perilaku buruk dalam hal cuci tangan. Hasil survei cacingan di Tanah Bumbu (2008) menunjukkan prevalensi tertinggi disebabkan oleh infeksi Ascaris Iumbricoides dan Trichuris trichiura baik di daerah perkotaan, rawa maupun hutan. Oleh sebab itu dilakukan penelitian untuk mengukur risiko dan faktor lain yang mempengaruhi infeksi Ascaris iumbricoides dan/atau Tlichuris lrichiura pada anak yang cuci tangan pakai sabun sebelum makan dibandingkan dengan tanpa sabun. Penelitian ini menggunakan disain Analitik cross sec1ional. Sebanyak 218 tinja murid SD kelas 3-5 diperiksa menggunakan metode Kato-katz, Data faktor risiko dikumpulkan dengan wawancara dan observasi menggunakan kuesioner untuk murid dan wali murid, dan dianalisis dengan uji Cox Proportional Hazard Regression. Hasil analisis menunjukkan risiko infeksi Ascaris lumbricoides dan/atau Trichuris irichiura pada anak yang cuci tangan tidak pakai sabun sebelum makan adalah 1,58 kali lebih besar dari risiko cuci tangan pakai sabun setelah dikontrol oleh cuci tangan setclahbuang air besar (BAB) [PR = 1,58 (Cl 95% = 1,08 - 2,3l)]. Kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum makan dan setelah BAB dapat mengurangi riSikO cacingan.

Helminthiasis is one of neglected diseases which resulted a big impact in public health especially in the children i.e. malnutrition, anemia, lack immunity, physic and mental retardation. Base-line Health Survey (RISKESDAS) 2008 reported Tanah Bumbu as one of the district in South Kalimantan with poor habit in hand washing. Survey of helminthiasis in that district showed tl1e highest prevalence of helminths were Ascaris lumbricoides and Trichuris trichiura either in urban, swamp or forest areas. Therefore, we conducted a study to determine the risk and other factor that influence Ascaris Iumbricoides and/or Ttichurzle trichiura infections in children did hand washing with soap before meal compare to without soap. This was an analytic cross~sectional study. There were 218 stool from primary school children (grade 3-5) examined by Kato-katz method. Data of risk factors were collected by interviewed and observation using questionnaires for students and parents, and analyzed by Cox Proportional Hazard Regression test. This study showed the risk of Ascaris lumbricaides and/or Trichurxls trichinra infections in children did hand washing without soap was 1.58 times significant higher than the risk of children did hand washing with soap after adjusted with hand washing aher defecation [PR = l,58 (Cl 95%, = 1,08 - 2,3 l)]. Hand washing with soap before meal and alter defecation may reduce the risk of helminthiasis."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T32356
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zaidina Umar
"Penyakit kecacingan yang ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted Helminths) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting, terutama di negara sedang berkembang atau negara miskin di seluruh dunia. Di Indonesia penyakit cacingan tersebar luas baik di pedesaan maupun di p.er!cotaan deligan prevalensi sekitar 60%-80"/o pada murid SD dan 40%-60% untuk semua umur (Ditjen?PPM & PL, 1998). Kecacingan berdampak cukup luas pada masyarakat terutarna pada anak-anak, antara lain malnutrisi, anemia, menurunkan daya tahan tubuh, menghambat perkemhangan fisik, mental, kemunduran intelektual dan produktifitas kelja. Hasil survei kecacingan Depkes RI pada lO propinsi di Indonesia, prevalensi kecacingan di Kab. Pesisir Selatan lebih tinggi di banding kabupaten lain yaitu 85,8% tahun 2003 dan 51,4% tahun 2005 (Depkes RI, 2005). Tingginya angka infeksi kecacingan antara lain tergantung pada kebersihan diri, sanitasi lingkungan dan kebiasaan penduduk yang menujang transmisi.
Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan perilaku cuci tangan sebelum makan memakai air dan sabun dengan kejadian kecacingan (A.lumbricoides & T.trichiura) pada murid kelas 3 s/d 5 SD 28 & 34 Kec. Bayang dan SD 19 & 22 Kec. IV Jurai Kab. Pesisir Selatan. Penelitian ini merupakan studi epidemiologi dengan desain cross sectional, menggunakan data sekunder yang berasal dari basil survei kecacingan Depkes RI tahun 2005, jumlah sampel sebanyak 257 murid kelas 3 s/d 5 SD 28 & 34 Kec. Bayang dan SD 19 & 22 Kec. IV Jurai Kab. Pesisir Selatan. Diagnosis penyakit kecacingan berdasarkan status laboratoris dengan cara pemeriksaan telur cacing pada tinja menggunakan metode Katto-Katz. Variabel yang diteliti diukur dengan metode wawancara dan observasi menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukan perilaku cuci tangan sebelum makan memakai air dan sabun terbukti mempunyai hubungan bermakna secara statistik dengan kejadian kecacingan (A.lumbricoides & T.trichiura), murid yang tidak cuci tangan sebelum makan memakai air dan sabun berisiko 2,35 kali lebih besar terinfeksi kecacingan dibandingkan dengan murid yang melakukan cuci tangan sebelum makan memakai air dan sabun (OR=2,35, 95% CI=1,40-3,94), variabel lain yang berhubungan bermakna secara statistik dengan kejadian kecacingan adalah perilaku BAB tidak dijamban dengan nilai OR sebesar 2,64 (95% CI=l,46-4,77) dan perilaku jajan tidak di warung sekolah dengan nilai OR sebesar 1,96(95%CI=l,06-3,65).
Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan bahwa untuk mengurangi risiko infeksi kecacingan diharapkan kepada murid-murid SD dan masyarakat umumnya dapat membiasakan diri cuci tangan sebelum makan dengan air dan sabun, dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit kecacingan disamping upaya pengobatan perlu melakukan penyuluhan kesehatan tentang PHBS, meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat pada murid dengan melakukan pemeriksaan berkala terhadap perilaku dan kebersihan diri murid di sekolah.

Soil Transmitted Helmiths (STH) infection were still constitute an important public health problem, particularly in poor and development country at worldwide. In Indonesia, helminth infection spread at rural and also at urban community by prevalence about 60% - 80% at elementary school (SD) and about 49%-60"/o for all age (Ditjen PPM&PL, 1998). Helminths impacted enough extensively on society especial!y for children for example malnutrition, anemia, slower physic and mentally growth, degrading intellectual and working productivity. Helmiths survey result by Depkes RI at I0 provinces in Indonesia, Helminths prevalence. at Pesisir Selatan district is higher compared to another district which was 85, 8 % on 2003 and 51,4 on 2005 (Depkes RI, 2005). In height helmints infections number is depend on personal hygiene, environmentally sanitation and resident habitual which are support the transmission.
The objective of the result to know relationship between hand washing behaviour before eating uses water and soap with helminths occurrence (A.lumbricoides & T.trichiura) at class 3 until 5 student of SD 28 & 34 Bayang sub-district and SD 19 and 22 IV Jurai sub-district Pesisir Selatan district. This research represent epidemiology study with cross sectional design, utilizing secondary data yielding from helminths survey of Depkes RI on 2005, total sample 257 students class 3 until 5 student of SD 28 & 34 Bayang sub-district and SD 19 and 22 IV Jurai sub-district Pesisir Selatan district. Helminths disease diagnose bases on laboratory state by inspection of helminth eggs 011 human feces utilizes Katto-Katz methods. Checked variable measured with interview method and observed use questioners.
Research result showing hand washing behaviour before eating uses water and soap has a meaning statistically with helminths occurrence (A.lumbricoides & T.trichiura), student that doesn't wash hand out before eating uses water and soap has risk are 2,35 times greater to get helminths infected compared with student which has wash hands before eating uses water and soap (OR= 2,35, 95% CI = 1,40-3,94), other variable has statistically meaning related with helminths occurrence is defecation (BAB) behavior not at the toilet with OR value 2,64 (95% CI=1,46-4;77) and eating snacks I small shop at school with OR value 1,96 (95% CI=1,06-3,65).
Bases on observationally result therefore suggested to reduce helminths infection risk is expected to elementary school student and society generally can familiarize to hand washing before eating with water and soap, in order prevention and eradication helminths disease beside cure effort needs to do health counseling about PHBS, increasing clean life style and health on student by undertaking check periodically to behaviour and personal hygiene student at school."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T29130
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Ratna Palupi
"Prevalensi A.lumbricoides dan T.trichiura tertinggi pada usia sekolah dasar dan menurun pada usia dewasa. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan prevalensi infeksi A.lumbricoides dan T.trichiura terhadap usia dan jenis kelamin pada anak. Penelitian yang bertempat di SD Kalibaru (Jakarta Utara) dan MI Batu Ampar (Jakarta Timur) ini menggunakan desain cross-sectional berdasarkan data kuisioner dan pemeriksaan sampel tinja.
Metode Kato-Katz digunakan untuk memeriksa sampel tinja. Dari 182 responden, didapatkan prevalensi infeksi A.lumbricoides di Kalibaru dan Batu Ampar adalah 34,8% dan 6,8%. Lokasi Kalibaru merupakan faktor risiko infeksi A.lumbricoides {OR 7,289 (95% CI 2,144-24,775)}. Prevalensi infeksi T.trichiura di Kalibaru adalah 34,1%.
Secara statistik terdapat hubungan bermakna (p=0,000) antara infeksi A.lumbricoides dan T.trichiura dengan lokasi penelitian. Di Kalibaru, tidak terdapat hubungan bermakna secara statistik antara jenis kelamin dengan infeksi A.lumbricoides (p=0,656) dan T.trichiura (p=0,885) di Kalibaru. Secara statistik tidak terdapat hubungan bermakna antara usia dengan infeksi A.lumbricoides (p=0,987) dan T.trichiura (p=0,523) di Kalibaru. Di Batu Ampar, tidak terdapat hubungan bermakna secara statistik antara jenis kelamin dengan infeksi A.lumbricoides (p=0,57).
Secara statistik, tidak terdapat hubungan bermakna antara usia dengan infeksi A.lumbricoides (p=0,544) di Batu Ampar. Anak di Batu Ampar tidak mengalami infeksi T.trichiura. Tidak terdapat hubungan bermakna antara usia anak dengan infeksi A.lumbricoides dan T.trichiura. Tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin anak dengan infeksi A.lumbricoides dan T.trichiura.

The highest prevalence of A.lumbricoides and T.trichiura infection are at the age of Elementary School and will decrease at the age of adult. The aim of this research is to find out the correlation of the prevalence of A.lumbricoides and T.trichiura infection toward the age and the gender of Children. This research carried out at SD Kalibaru (North Jakarta) and MI Batu Ampar (East Jakarta). This research used cross sectional design based on the questionnaires data analyzing and fecal sample examining.
Kato-Katz method is used to examined the fecal sample. From 182 respondents, it was found that prevalence of A.lumbricoides infection in Kalibaru and Batu Ampar were 34.8% and 6.8%. The location of Kalibaru constitutes as risk factor of A.lumbricoides infection {OR 7.289 (95% CI 2.144-24.775)}. The prevalence of T.trichiura infection in Kalibaru were 34.1%.
Statistically, there was a significant correlation (p=0.000) between the A.lumbricoides and T.trichiura infection with the research location. In Kalibaru there was no significant correlation between gender and A.lumbricoides (p=0.656) and T.trichiura infection (p=0.885).
Statistically, there was no significant correlation between age and A.lumbricoides (p=0.987) and T.trichiura infection (p=0.523). In Batu Ampar, statistically, there was no significant correlation between gender and A.lumbricoides (p=0.57) infection. Statistically, there was no significant correlation between age and A.lumbricoides infection (p=0.544). Children in Batu Ampar were not infected by T. Trichiuria. There was no significant correlation between the age of children and the A.lumbricoides and T.trichiura infection. There was no significant correlation between the gender of children and the A.lumbricoides and T.trichiura infection.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliana
"Salah satu strategi eliminasi infeksi Soil transmitted Helminth (STH) adalah pemberian antelmintik seperti albendazol secara massal. Tetapi penggunaan antelmintik secara luas dalam jangka waktu lama dikhawatirkan dapat menyebabkan terjadinya terjadi penurunan efikasi obat. Salah satu faktor yang bisa menyebabkan penurunan efikasinya adalah single nucleotide polymorphism (SNP) kodon 200 gen beta tubulin cacing.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui susunan basa kodon 200 pada A. lumbricoides dan T. trichiura yang bisa menyebabkan adanya perbedaan efikasi albendazol. DNA dari telur dan jaringan cacing diisolasi, diamplifikasi dengan PCR kemudian dilakukan proses sekuensing. Setelah itu pada hasil sekuensing dilakukan alignment dengan sekuens referensi untuk mengetahui susunan basa pada kodon 200 gen beta tubulin. Hasilnya pada dua cacing A. lumbricoides dan satu cacing T. trichiura didapatkan susunan basa TTC pada kodon 200.

One of the Soil transmitted Helminth (STH) infection elimination strategy is mass administration of anthelmintic such as albendazol. But the anthelmintic widespread use in a long term can cause decrease in efficacy. One of the factor that can cause decrease in efficacy is single nucleotide polymorphism (SNP) codon 200 beta tubulin gene of the worm.
This study aimed to determine codon 200 in A. lumbricoides and T. trichiura that can cause a difference in albendazol efficacy. DNA from worm eggs and tissue were isolated, amplificated by PCR and sequenced. Sequencing result were also aligned with the reference sequence to get the bases in codon 200 beta tubulin gene. The bases on codon 200 beta tubulin gene from two A. lumbricoides and one T. trichiura is TTC.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nakita Virginia Fury
"Formasi Warukin merupakan salah satu formasi di Kalimantan yang memiliki sumber daya batubara yang signifikan, yang menarik perhatian perusahaan tambang untuk melakukan kegiatan pertambangan. Salah satu pengendalian risiko dari kegiatan tambang adalah merancang lereng tambang yang stabil dengan mempertimbangkan kualitas massa batuan dibawahnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas massa batuan, tipe kegagalan lereng, dan kondisi kestabilan lereng pada daerah penelitian. Analisis kestabilan lereng dilakukan pada lereng Highwall Blok 118 Pit X, PT Arutmin Indonesia di Kecamatan Satui, Kalimantan Selatan dengan metode analisis probabilistik. Pengambilan data dilakukan dengan metode scanline. Tahap pengolahan data untuk menghasilkan nilai Faktor Keamanan (FK) dan Probabilitas Kelongsoran (PK) dengan bantuan perangkat lunak Slide 6.0 berdasarkan metode kesetimbangan batas. Parameter masukkan yang digunakan adalah kohesi dan sudut geser dalam. Pengolahan data tersebut menghasilkan kualitas massa batuan pada Highwall Pit X didominasi oleh massa batuan tipe fair rock mass dan good rock mass. Tipe kegagalan lereng yang terjadi pada Blok 118 Pit X adalah longsoran busur atau circular to planar failure. Longsoran busur yang terjadi di daerah penelitian disebabkan oleh orientasi bidang diskontinuitas yang acak dan spasi antar bidang diskontinuitas yang rapat. Analisis kestabilan lereng pada kondisi aktual lereng highwall Blok 118 dengan metode Janbu menghasilkan nilai FK sebesar 0,952 dengan PK 100%, yang menggambarkan keadaan lereng yang tidak aman. Hasil analisis kestabilan lereng pada rencana desain lereng Highwall Blok 118 dengan metode Janbu menunjukkan nilai FK rata-rata sebesar 1,189 dengan PK 0-1% menggambarkan keadaan lereng kritis yang rentan terhadap terjadinya longsor. berdasarkan hal tersebut, dihasilkan sketsa rekomendasi desain dengan melandaikan lereng pada elevasi 30 sampai -10 dan menambah lebar bench pada elevasi -70 sampai -125. Analisis kestabilan lereng pada sketsa rekomendasi menghasilkan nilai FK rata-rata 2,368 dan 2,434 dengan nilai PK 0%.

The Warukin Formation is one of the significant coal bearing formation in Kalimantan, which attracts the attention of mining companies to carry out mining activities. One of the risk controls from mining activities is to design stable mine slopes by considering the quality of the rock mass below. This study aims to analyze the rock mass quality, slope failure type, and slope stability conditions in the study area. Slope stability analysis was carried out on the Highwall Block 118 Pit X slope, PT Arutmin Indonesia in Satui District, South Kalimantan using a probabilistic analysis method. Data collection was carried out using the scanline method. The data processing stage is to produce Factor of Safety (FoS) and Probability of Failure (PoF) values with the help of Slide 6.0 software based on the limit equilibrium method. The input parameters used are cohesion and internal shear angle. The data processing resulted in rock mass quality at Highwall Pit X dominated by fair rock mass and good rock mass types. The type of slope failure that occurred in Block 118 Pit X was circular to planar failure. Arc avalanches that occur in the study area are caused by the random orientation of the discontinuity planes and the spacing between the discontinuity planes which are dense. Slope stability analysis on the actual conditions of the Block 118 highwall slope using the Janbu method yielded an FoS value of 0.952 with a PoF of 100%, which describes an unsafe slope condition. The results of the slope stability analysis on the Highwall Block 118 slope design plan using the Janbu method show an average FoS value of 1.189 with a PoF of 0-1% describing a critical slope condition that is prone to landslides. Based on this, a design recommendation sketch is produced by sloping the slope at an elevation of 30 to -10 and increasing the width of the bench at an elevation of -70 to -125. Slope stability analysis on the recommendation sketch yielded an average FoS value of 2.368 and 2.434 with a PoF value of 0%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Untuk memperoleh hasil yang memuaskan dalam pemberantasan cacing yang ditularkan melalui tanah dipakai obat cacing berspektrum luas terutama bila ada infeksi campuran dengan T.trichuria. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat potensi trasmisi A.lumbricoides dan T.trichuria pada murid sekolah dasar. Cara Kato-Katz digunakan dalam pemeriksaan tinja 684 murid SD. Murid yang terinfeksi diobati dengan oksantel pirantel pamoat (OPP) atau mebendazol (MBZ) dosis tunggal. Biakan tinja pada genting steril yang direndam dalam formalin 1,0% dilakukan pada 15 anak kelompok OPP dan 15 anak kelompok MBZ. Angka penyembuhan dan angka penurunan telur pada askariasis sangat baik, sedangkan pada trikuriasis diperoleh angka penyembuhan dan angka penurunan telur yang lebih kecil. Hambatan pertumbuhan telur A.lumbricoides ditemukan 2 hari pasca pengobatan OPP. Pada kelompok MBZ, hambatan pertumbuhan telur ditemukan pada hari ke-5 pasca pengobatan, dan ditemukan telur yang degenerasi pada tinja 2 hari dan 5 hari pasca-pengobatan MBZ. Angka transmisi pada kelompok OPP dan MBZ tidak berbeda bermakna. Pada penelitian ini tidak ditemukan pengaruh obat terhadap angka transmisi maupun pertumbuhan telur T.trichuria."
MPARIN 10 (1-2) 1997
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Puspita
"Latar belakang: Filariasis limfatik dan infeksi cacing usus merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia. Pada tahun 2000, WHO telah mencanangkan program eliminasi filariasis di negara endemis, termasuk Indonesia. Strategi program tersebut dengan pengobatan tahunan berbasis komunitas pada populasi yang berisiko menggunakan dietilkarbamazin (DEC) 6mg/kg berat badan dalam kombinasi dengan albendazol 400 mg, selama 5 - 10 tahun.
Tujuan: Mengetahui efektivitas pengobatan kombinasi DEC-albendazol pada program eliminasi filariasis terhadap cacing usus. Metode: Penelitian ini menggunakan data sekunder dari desain studi longitudinal berupa prevalensi infeksi cacing usus Ascaris lumbricoides, cacing tambang, dan Trichuris trichiura sebelum, selama, dan setelah pengobatan filariasis selama 5 tahun (tahun 2002-2007) di Desa Mainang, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur.
Hasil: Pada tahun 2002 sebelum pengobatan didapatkan prevalensi A. lumbricoides, cacing tambang, dan T.trichiura berturut-turut 34,3%, 28,7%, dan 11,2%. Pada tahun 2003, prevalensi turun menjadi 22,3%, 13,0%, dan 8,5%. Prevalensi terus mengalami penurunan setiap tahun dan pada tahun 2006 prevalensi menjadi 17,8%, 0,7%, dan 0,7%. Namun pada tahun 2007 didapatkan kenaikan angka prevalensi menjadi 27,6%, 4,4%, dan 1,9%. Sedangkan pada 28 sampel kohort didapatkan prevalensi A. lumbricoides, cacing tambang, dan T.trichiura berturut-turut 37,0%, 35,7%, dan 7,1% pada tahun 2002. Dan di akhir pengobatan, prevalensi A.lumbricoides tetap tinggi, yaitu 25,9%, sedangkan prevalensi cacing tambang dan T.trichiura telah turun hingga 0%.
Kesimpulan: MDA yang diberikan setahun sekali selama 5 tahun berturut-turut efektif menurunkan prevalensi infeksi cacing tambang dan T.trichiura, namun tidak cukup poten dalam menurunkan prevalensi infeksi A.lumbricoides.

Background: Both lymphatic filariasis and intestinal helminth infections are important public health problems in Indonesia. WHO launched a filariasis elimination program in 2000 targeting all endemic countries, including Indonesia. The strategy is to treat all the population at risk annually, using diethylcarbamazine (DEC) 6 mg/kg in combination with albendazole 400 mg, for 5 ? 10 years.
Objective: To determine the efficacy of the DEC-albendazole combination in treating intestinal helminth infections. Methods: This research uses secondary data from a longitudinal study held in Mainang Village, Alor, East Nusa Tenggara. The data show the prevalence of Ascaris lumbricoides, hookworm, and Trichuris trichiura infections, before, during, and after the 5-years filariasis treatment (2002 ? 2007).
Results: Before the treatment in 2002, the prevalence of A. lumbricoides, hookworm, and T.trichiura infections were 34,3%, 28,7%, and 11,2%. In 2003, the prevalence decreased to 22,3%, 13,0%, and 8,5%. The prevalence continuously decreased each year and in 2006 it was 17,8%, 0,7%, and 0,7%. But in 2007, there was an increase in prevalence to 27,6%, 4,4%, and 1,9%. In the 28 cohort samples, the prevalence of A. lumbricoides, hookworm, dan T.trichiura infections were 37,0%, 35,7%, and 7,1% in 2002. At the end of the treatment, the prevalence of A.lumbricoides infection was still high (25,9%), but the prevalence of hookworm and T.trichiura infections decreased to 0%.
Conclusion: The Mass Drug Administration (MDA) given once a year for 5 consecutive years is effective to reduce the prevalence of hookworm and T.trichiura infections, but it is not effective for A.lumbricoides.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hendraswati
"Abstrak
Kain tenun Pagatan merupakan salah satu warisan penting dalam kebudayaan Indonesia
karena mencerminkan pengetahuan masyarakat pendukungnya yang bernilai tinggi.
Sayangnya, penelitian sosial yang membahas tentang tenun Indonesia masih sangat terbatas.
Tujuan penelitian ini untuk melihat proses produksi, fungsi, nilai, dan peluang ekonomi, serta upaya pengembangan kain tenun Pagatan di Kabupaten Tanah Bumbu. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data dikumpulkan melalui teknik observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi menenun merupakan keterampilan yang dimiliki wanita migran Bugis Pagatan dalam mengolah benang menjadi kain. Kain dibuat secara tradisional menggunakan gedok. Fungsi kain tenun tersebut dapat terlihat dari penggunaannya sehari-hari dan saat upacara adat. Kain tenun ini memiliki simbol budaya, identitas sosial, dan etnik. Keindahan corak, kualitas bahan, dan kekhasan motifnya membuat kain ini memiliki nilai jual sehingga peluang ekonomi bagi para penenunnya. Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan tenun Pagatan sebagai salah satu pakaian resmi di lembaga pemerintahan, perhelatan budaya, membangun pusat kerajinan tenun Pagatan, dan dijadikan materi muatan lokal di sekolah."
Kalimantan Barat: Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat, 2018
900 HAN 1:2 (2018) (1)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Cacing yang ditularkan mellaui tanah sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Ascaris lumbricoides adalah salah satu cacing yang ditularkan melalui tanah. Infeksi cacing ini berhubungan dengan keadaan sanitasi yang buruk di antaranya pencemaran tanah dengan tinja secara terus-menerus sepanjang waktu. Pencemaran memudahkan transmisi telus A.lumbricoides dari tanah ke manusia melalui tangan yang kotor ke mulut bersama makanan. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 01 yang sebagian besar muridnya ada di RW 03 dan RW 04, dan SDN 06 yang meliputi RW 06 dan RW 09 di kelurahan Duren Sawit Jakarta Timur. Dipilih keempat RW tersebut dalam keadaan yang hampir sama. Pada murid dua sekolah dasar ini dilakukan pemeriksaan tinja dan pengobatan infeksi A.lumbricoides dengan pirantel pamoat 10 mg/Kg berat badan. Sabun untuk mencuci tangan selama satu bulan diberikan hanya pada murid SDN 01 dan kepada ibu-ibu yang mempunyai anak balita di tempat kediaman murid tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat akibat penerapan cuci tangan dengan sabun terhadap transmisi A.lumbricoides. Dari penelitian ini terdapat perbedaan angka reinfeksi pada bulan ketiga setelah pengobatan yang mungkin disebabkan oleh adanya penerapan mencuci tangan memakai sabun sebelum makan pada SDN 01. Jadi pengaruh cuci tangan yang benar dapat mengurangi reinfeksi A.lumbricoides.
"
MPARIN 7 (1-2) 1994
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Elly Irawati
"Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan gizi merupakan bagian dari upaya kesehatan wajib puskesmas. Salah satu keterpaduan program KIA dan gizi adalah pelayanan Ante Natal Care (ANC), dimana pemberian tablet Fe kepada ibu hamil minimal 90 tablet selama kehamilan termasuk di dalam pelayanan ANC tersebut. Pada tahun 2010-2011 terlihat adanya kesenjangan cakupan K1 dan K4 dengan cakupan Fe1 dan Fe3 di Puskesmas Perawatan Pagatan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran keterpaduan program KIA dan gizi dalam pelaksanaan distribusi tablet Fe pada ibu hamil di Puskesmas Perawatan Pagatan Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2012.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tehnik wawancara mendalam menggunakan data primer dan sekunder. Informan penelitian sebanyak 6 orang yaitu kepala puskesmas, tenaga pelaksana gizi, bidan koordinator, dan 3 orang bidan di desa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterpaduan program KIA dan gizi belum berjalan optimal sehingga perlu lebih meningkatkan penyelenggaraan kegiatan puskesmas dengan azas keterpaduan untuk mengatasi keterbatasan sumber daya dan di perolehnya hasil yang optimal.

Nutrient and Child and Maternal Health (MCH) is an part of effort of compulsory health of Public Health Center. One of integrated program of MCH and nutrient is Antenatal Care (ANC), by giving Fe tablet to expectant minimum 90 tablets during gestation is one of ANC service. In 2010-2011 there was a gap in scope of K1 and K4 related to Fe1 and Fe3 in Public Health Center Treatment Pagatan. Purpose of this study is to find out description of integrated program of KIA and nutrient in implementing of distribution of Fe tablet to expectant in Public Health Center Treatment Pagatan Tanah Bambu Regency 2012.
This study is qualitative study by in-depth interview technic using primary and secondary data. Informant is 6 people including Head of Public Health Center, nutrient staff, coordinator section, and 3 midwifes in village. Study result shows that integrated program of KIA and nutrient had not worked optimally yet so it needs to develop Public Health Center activity by integrated basis to overcome limitation of resources and to reach optimal result.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
14-17-555503930
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>