Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 81908 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tanasale, Helena
"Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pengalaman spiritual pribadi perempuan Kristen Ambon dalam kerusuhan, dalam kaitannya dengan bagaimana memahari diri sendiri, keluarga dan sesamanya yang seiman maupun tidak seiman. Selain itu juga untuk mengungkapkan bagaimana spiritualitas perempuan Kristen Ambon dalam memahami Konsep Allah, dalam rangka ‘menamai kembali’ Allah yang selama ini biasanya dilihat dari sudut pandang laki-laki, dalam sifatnya yang feminin.
Kerangka pikir dalam menganalisis permasalahan ini menggunakan konsep teori Teologi Feminis tentang spiritualitas perempuan Kristen yang berdasar kepada Firman Tuhan dalam mengungkapkan pengalaman-pengalaman perempuan Kristen dalam kerusuhan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang berperspektif perempuan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dalam kerusuhan, perempuan-perempuan Kristen ini dapat melaluinya hanya karena kasih dan pertolongan Tuhan. Mereka dapat berdiri teguh melalui kerusvhan ini, hidup saling mengasihi dan melayani serta menjadi saluran berkat bagi sesama baik yang seiman maupun tidak seiman, dan dapat menemukan Kasih Allah dalam sifat-sifatnya yang feminin.

The objective of this research is to reveal how the riots in Ambon affected personal spiritual experiences of Christian women, in relations to achieving self-comprehension, as well as in getting thorough understanding about their family and their fellow human, either from the same religious group and or from different religions. Furthermore, the research tries to explain how those spiritual experiences influence them in understanding the Concept of God, in trying to ‘rename’ God that was usually seen merely as a masculine creature from a feminine point of view.
The analysis refers to the Theory of Feminist Theology which explains spiritual characters of Christian women based on the Bible in expressing their experiences during the riots.
The method used is qualitative research method from women’s perspective. The result shows that the Ambonese Christian women were able to survive through the riots only because of the Lord’s love and help. They were able to stand firm, love and serve one another, even bless their neighbors either from the same or different religious groups, and found God’s love in His feminine characters.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T32454
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lingkan Claudia
"Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) adalah sebuah kongregasi Protestan besar, berdenominasi Reformed/Calvinis dengan penekanan pemberitaan Injil. Berbeda dengan gereja-gereja Protestan lainnya di Indonesia, GRII memercayai doktrin komplementarian di mana laki-laki dan perempuan setara, namun laki-laki menjadi pemimpin dan perempuan menjadi penolong. Meski demikian, perempuan memegang peranan yang tidak kalah penting dalam gereja, yaitu sebagai roda penggerak pelayanan. Ini membuktikan bahwa perempuan memiliki suatu ruang di mana mereka tetap bisa menjalankan agensi pribadinya. Penelitian ini menjawab dua pertanyaan. Pertama, bagaimana jemaat perempuan membentuk konsepsi diri yang mereka aspirasikan sesuai dengan doktrin yang diajarkan oleh GRII. Kedua, setelah berproses dalam gereja dan kehidupan sehari-hari, bagaimana mereka memraktikkan doktrin-doktrin gereja dengan agensi moral mereka masing-masing serta dengan beragam kontradiksi dan negosiasi etik yang menyertainya. Penelitian dilakukan dengan mewawancarai secara dalam empat orang informan yang semuanya merupakan jemaat perempuan GRII. Wawancara dilakukan minimal dua kali tiap informan dalam rentang waktu dua bulan di kuartal keempat 2023. Hasil pertama yang didapat dari penelitian ini adalah klaim Gereja bahwa kebenaran yang mereka miliki berasal dari otoritas tertinggi serta tujuan hidup pribadi dan kolektif yang besar membentuk individu untuk menjadi subjek-subjek etis yang sesuai oleh keinginan Gereja. Hasil kedua adalah bahwa dengan berproses, individu dengan agensi moral mereka sanggup bertindak sesuai dengan konteks kehidupan masing-masing dengan berbagai negosiasi etik sambil tetap mempertahankan identitas mereka sebagai perempuan Kristen.

The Reformed Evangelical Church of Indonesia (GRII) is a large Protestant congregation, with a Reformed/Calvinist denomination and a focus on evangelization. Unlike other Protestant churches in Indonesia, GRII adheres to complementarian doctrine where men and women are considered equal, but men take on leadership roles while women serve as helpers. Nevertheless, women play an equally crucial role in the church, serving as the driving force behind ministries. This demonstrates that women have a space where they can still exercise their personal agency. This research addresses two questions. First, how do female congregants form a self-conception that aligns with the doctrines taught by GRII? Second, after experiences in the church and life, how do they practice the church doctrines with their individual moral agency, navigating various contradictions and ethical negotiations? The research was conducted by in-depth interviews with four female interlocutors, all of whom are members of GRII. Interviews were conducted at least twice for a period of two months in the fourth quarter of 2023. The first result obtained from this research is the church's claim that their truth comes from the highest authority and the personal and collective life goals shape individuals to become ethical subjects in accordance with the church's desires. The second result is that through the process, individuals with their moral agency can act according to the context of their lives, engaging in various ethical negotiations while still maintaining their identity as Christian women."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanro Yonathan Lekitoo
"Kelompok etnik Kayo Pulau dan kelompok etnik asli lainnya di teluk Humboldt, Kota Jayapura adalah rumpun kelompok etnik yang oleh Keesing disebut sebagai masyarakat tribal, masyarakat tanpa ekonomi sentral dan politik sentral. Kelompok etnik di sana dapat dikategorikan sebagai masyarakat pra-industri oleh Lewellen, dengan tipe masyarakat yang oleh Fried disebut rank society. Sejarah Perang Dunia Kedua membawa kelompok-kelompok etnik di Kota Jayapura segera masuk dalam dunia modern, di mana kehadiran Tentara Jepang 1942 dan Sekutu 1944 membuka berbagai infrastruktur perang di sana. Setelah hengkangnya Pemerintah Belanda, dan Papua kembali ke Pangkuan NKRI 1963, hingga kini Kota Jayapura menjadi salah satu daerah yang lebih maju dan sangat polietnik, oleh karena itu sering disebut sebagai Indonesia mini.
Kajian mengenai relasi antar-kelompok etnik dilakukan di Kampung Kayo Pulau kira-kira 3 tahun lamanya, yakni 2015-2018. Penelitan dengan metode etnografi, di mana teknik observasi partisipasi, wawancara, serta studi literatur dari berbagai sumber digunakan. Analisis selain Kampung Kayo Pulau, juga diangkat ke tingkat Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura di mana karakter sosial budaya penduduknya mirip.
Konsep utama yang dipakai pada kajian ini adalah konsep etnisitas dari Barth dan Eriksen, di mana relasi antar-etnik bersifat mencair dan konstruktif. Namun demikian penekanan dari Barth lebih pada relasi individu dan keluarga dalam perspektif ekologi dan demografi. Sedangkan Eriksen lebih kepada konteks kesejarahan. Dalam kaitan relasi antar-etnik orang Kayo Pulau dengan kelompok etnik lainnya di Kota Jayapura, saya mencermati empat konteks, yakni kekerabatan, ekonomi, politik dan keagamaan. Dalam kaitan dengan keempat konteks tersebut, sifat inklusif orang Kayo Pulau dan kelompok-kelompok etnik asli di Kota Jayapura yang mana selalu mencari persamaan dan merangkul kelompok etnik lainnya, merupakan nilai-nilai penting dalam mempertahankan kehidupan yang toleran dan harmonis.
Kini penduduk asli Kota Jayapura hanya 3,71 persen dan orang Kayo Pulau di kampungnya hanya 24,6 persen. Namun mereka mampu bertahan dan beradaptasi di tengah pusaran modernisasi, serta dalam konteks masyarakat yang polietnik dan berbagai tuntutan kehidupan dengan mengedepankan relasi antar-kelompok etnik, baik dalam konteks kekerabatan, ekonomi, politik dan keagamaan.

The Kayo Pulau ethnic group and other indigenous ethnic groups in the Humboldt bay, Jayapura City are groups of ethnic groups that Keesing refers to as tribal communities, communities without a central economy and central politics. Those ethnic groups can be categorized as pre-industrial societies by Lewellen, with the type of society that Fried calls rank society. The history of the Second World War brought ethnic groups in the city of Jayapura immediately into the modern world, where the presence of the Japanese Army in 1942 and the Allies of 1944 opened various war infrastructures there. After the departure of the Dutch Government and Papua returned to Indonesia in 1963, until now Jayapura has become one of the most developed region and become a highly polyethnical region. The development and the diversity of Jayapura city make this city called Little Indonesia.
The study of relations between ethnic groups in Kampung Kayo Pulau is conducted approximately 3 years, between 2015-2018. The research is done using ethnographic methods, with participatory observation techniques, interviews, and literature studies from various sources are used. The analysis proccess is done other than Kampung Kayo Pulau, is also raised to the level of Jayapura City and Jayapura Regency where the socio-cultural character of the population is similar
The main concept used in this study is the concept of ethnicity from Barth and Eriksen, where inter-ethnic relations are melting and constructive. However, the emphasis of Barth’s concept is on the relations of individuals and families in an ecological and demographic perspective. Whereas Eriksen’s is more on the historical context. The inter-ethnic relations of the Kayo Pulau people with other ethnic groups in Jayapura City, I look at four contexts, those are kinship, economy, politics and religion. In relation to these four contexts, the inclusive nature of Kayo Pulau and indigenous ethnic groups in Jayapura City which always seek equality and embrace other ethnic groups, are important values ​​in maintaining a tolerant and harmonious life.
Today, the native population of Jayapura City is only 3.71 percent and Kayo Pulau is only 24.6 percent. However, they are able to survive and adapt in the midst of a vortex of modernization, multi-ethnic context and various demands of life by prioritizing relations between ethnic groups, both in the context of kinship, economy, politics and religion.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toton Witono
"Kualitas pelayanan sosial untuk kesehatan mental lansia dipengaruhi interaksi antara praktisi kesejahteraan sosial dan klien. Interaksi melibatkan banyak aspek, termasuk spiritualitas, maka penelitian ini menggali pemahaman spiritualitas praktisi dan praktiknya dalam pelayanan, bagaimana spiritualitas dihayati lansia, dan bagaimana lansia menghadapi penderitaan. Kajian kualitatif ini melibatkan 20 informan praktisi dan klien dengan metode wawancara, observasi, dan kajian dokumen. Proses coding menggunakan NVivo untuk mempermudah analisis. Hasil penelitian menunjukkan spiritualitas praktisi dihayati dan diekspresikan dalam berbagai komponen dan dipraktikkan ketika berinteraksi dengan klien. Spiritualitas lansia juga tercermin dalam sejumlah kategori yang punya peran penting menjaga kesehatan mental ketika menghadapi penderitaan hidup.

Service quality for elderly mental health is influenced by interaction between practitioners and clients. The interaction involves spirituality, so this study explores practitioners? understanding of spirituality and its implementation in service, how the elders live spirituality, and how they cope with sufferings. This qualitative study recruited 20 informants explored through interview, observation, and document review. NVivo software was used to organize coding results for analysis process. This study finds that practitioners? spirituality is lived and expressed in various components that is used in interaction. The elders have also spiritual sides echoed through some categories having contributions to their mental health."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
D2083
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Dwi Saputro
"ABSTRAK
Kejawen sebagai sebuah kepercayaan di tanah Jawa memiliki sejarah dan dinamika yang panjang. Berbagai upaya dilakukan agar kepercayaan yang mereka yakini dapat terlestari, salah satunya ialah dengan melakukan perpaduan dan peleburan terhadap unsur-unsur kebudayaan lokal. Kejawen memiliki spiritualitas yang begitu dalam di benak para penganutnya. Spiritualitas yang hidup dalam sanubari tersebut membuat kepercayaan ini terlestari dari masa ke masa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis spiritualitas salah satu kelompok kepercayaan yakni Roso Sejati dengan perspektif sosiologi. Penulis memiliki argumen bahwa pengalaman spiritual yang diperoleh para penganut Roso Sejati membuat spiritualitas yang ada pada diri mereka tumbuh dengan subur. Spiritualitas pada kelompok kepercayaan ini juga semakin diperdalam ketika melakukan interaksi dengan dunia supernatural. Disisi lain adanya pemimpin yang dianggap sebagai manusia pilihan yang memiliki kharisma yang kuat juga turut ikut membangun spiritualitas para penganut Roso Sejati. Hasil penelitian menunjukkan spiritualitas yang terdapat pada Roso Sejati berkembang dan terlestari karena adanya unsur supernatural yang turut bermain di dalamnya serta adanya pemimpin kharismatik yang membimbing para penganutnya.
ABSTRACT
Kejawen as a belief in the land of Java has a long history and dynamics. Various efforts are made to trust that they believe can be sustainable, one of which is to do mix and melting of elements of local culture. Kejawen has a deep spirituality in the minds of its adherents. The spirituality that lives in the heart makes this belief sustain from time to time. This study aims to analyze the spirituality of one group of beliefs namely Roso Sejati with the perspective of sociology. The author has an argument that the spiritual experience that the True Rosos make makes their own spirituality thrives. Spirituality in this belief group is also deepened when interacting with the supernatural world. On the other side of the existence of leaders who are considered as human choices that have a strong charisma also helped build the spirituality of the true Roso. The results show that the spirituality contained in the True Roso developed and sustainably because of the supernatural elements that participate in playing in it as well as the presence of charismatic leaders who guide the adherents."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Seniti Prawira
"Penelitian ini mempelajari posisi perempuan petani kopi dalam menjalankan kerja reproduksi sosial dan produksi kopi. Studi ini bertujuan untuk memperlihatkan kerja perempuan yang seringkali tidak terlihat dan dihargai. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dan menggunakan kerangka teori ekonomi politik feminis, dan teori akses dengan perspektif feminis sebagai lensa analisis. Hasil penelitian menujukan kehidupan perempuan petani kopi di Desa Tribudisyukur tidak dapat dilepaskan dari kesehariannya melakukan kerja reproduksi sosial dan produksi kopi. Kerja perempuan dalam reproduksi sosial di ranah keluarga inti, keluarga besar dan komunitas memiliki kontribusi yang signifikan bagi keberlangsungan dan keberlanjutan sistem produksi kopi. Untuk menjalankan kerja tersebut, relasi perempuan petani kopi dengan sesama perempuan serta keanggotannya dalam organisasi membantu mereka untuk memenuhi kebutuhan reproduksi sosial. Selain itu, perempuan memiliki strategi dan negosiasinya untuk menjalankan kerja reproduksi sosial di keseharian mereka. Dalam menjalankan sistem produksi kopi, perempuan membutuhkan akses atas lahan, modal, dan pasar. Akan tetapi, akses mereka atas sistem produksi kopi sangat dipengaruhi oleh dinamika relasi kuasa dari berbagai lapisan relasi sosial. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan produksi kopi tidak dapat berjalan tanpa kerja reproduksi sosial yang dikerjakan perempuan petani kopi di keseharian mereka. Penelitian ini merekomendasikan agar perempuan petani kopi diposisikan sebagai subjek dalam pengambilan keputusan dalam kebijakan terkait produksi kopi.

This research examines how women farmers do social work and coffee production. This research aims to show the work of women who are often not seen and appreciated. This study uses a qualitative approach and uses a feminist political economy theory framework and access theory with a feminist perspective as the lens of analysis. The results showed that the lives of the women coffee farmers in Tribudisyukur Village were inseparable from their daily social reproduction and coffee production activities. The role of women in social groups in the realm of the nuclear family, extended family, and society has a significant contribution to the coffee production systems sustainability. The relations of women coffee farmers with other women and their membership in organizations help them meet social reproduction needs to carry out this work. Also, women have strategies and negotiations to carry out social reproduction work in everyday life. In running a coffee production system, women need access to land, capital, and markets. However, their access to the coffee production system is very reliable by the dynamics of power relations from various layers of social relations. This studys conclusions indicate that coffee production cannot be carried out without women coffee farmers social reproduction work in their daily lives. This study aims to position women, coffee farmers, as subjects in making decisions related to coffee production."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mario Chandra Putra
"Penelitian ini membahas mengenai perkembangan Futsal di Indonesia. Futsal yang awalnya hanya merupakan olahraga rekreasi, kini mulai cenderung mengarah konsumtif. Futsal bahkan menjadi pilihan gaya hidup bagi sebagian kelompok masyarakat Indonesia. Melalui metode kualtitatif yang digunakan, penelitian ini memperlihatkan bagaimana Futsal menjadi pilihan bagi kelompok masyarakat menengah di Jakarta dan bagaimana mereka menjalani dan memaknai kegiatan Futsal tersebut. Penelitian ini juga memperlihatkan bagaimana peran industri dalam membantu mengembangkan olahraga Futsal.

This study will explain about Futsal development in Indonesia. Futsal, at the beginning, is just a recreation sport, but nowadays Futsal is heading into consumptive lifestyle. Futsal even turned out to be a choice of lifestyle for a certain group in society. With the used of qualitative approach, this study showed how Futsal become a choice for middle class group in Jakarta, and how they lived and interpret Futsal activity. This study also showed the role of industry in developing Futsal sport."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S56562
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Syelvrida Tumina
"Sifon adalah tradisi sunat pria yang berasal dari suku Atoin Meto yang dapat menjadi sumber penularan HIV/AIDS bagi perempuan Sifon. adanya ritual perempuan Sifon yang melayani hubungan seksual pada pria yang telah menjalani sunat Sifon tanpa pengaman/kondom, dapat menjadi sumber penularan penyakit menular seksual dan HIV/AIDS. Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi pengalaman perempuan Sifon menjalani tradisi ritual Sifon dalam konteks penularan HIV/AIDS. Metode yang digunakan pendekatan fenomenologi, dengan menggunakan teknik purposive sampling. Kriteria inklusi: perempuan suku Atoin Meto usia > 18 tahun, telah menjadi perempuan Sifon minimla 6 bulan. Partisipan direkrut melalui dukun di desa Nekbaun kabuoaten Kupang dan Kabupaten Timor Tengah Selatan. Analisis data menggunakan metode Collaizi. Hasil: sebanyak 13 perempuan Sifon yang diwawancarai pada penelitian terdapat 4 tema: 1)Perempuan Sifon mempunyai pengetahuan yang rendah tentang penularan HIV/AIDS melalui Sifon, 2)menjadi perempuan Sifon karena korban penipuan pria Sifon, 3) perempuan Sifon mengalami gejala Penyakit Menular Seksual setelah Melayani Sifon, 4) adanya keyakinan bahwa Obat Kampung (Obat Timor) dapat  mengatasi sakit yang diderita setelah melayani Sifon. Interpretasi terhadap pengalaman perempuan Sifon menjalani ritual Sifon mengindikasikan bahwa Sifon merupakan faktor risiko penularan HIV/AIDS pada perempuan. Program edukasi yang bersifat preventif dan promotif yang peka budaya diperlukan dalam upaya mengurangi risiko penularan HIV/AIDS.

Sifon is a ritual tradition after male circumcision from the Ation Meto tribe that can be a factor related to HIV/AIDS transmission for Sifon women. Sifon women who serving sexual intercourse to men after circumcision without safety or without condoms, become a source of transmisson of sexually transmitted diseases and HIV/AIDS. The purpose of this paper is to explore the experience of sifon women undergoing sifon rituals traditions in the context of HIV/AIDS transmission. The method used in this study with a phenomenological approach using a purposive sampling technique. Inclusion criteria: Atoin Meto thnix women aged > 18 years, have been a Sifon women for at least 6 months. Participants were recruited through traditional helaers in Nekbaun village of Kupang district and Siuth Central Timor district. Data analysis used the Colaaizi method. Results: as many as 13 women were interviewed for the study, there were 4 themes: 1)Sifon women had lower knowledge of HIV/AIDS transmission through sifon, 2)became sifon women because of a victim of a male sifon fraud, 3)sifon women were exposed to sexually transmitted infections after serving sifon, 4)the belief that traditional medicine (Timor medicine) can overcome the pain suffered after sifon. Interpretation of the experience of sifon women undergoing sifon rituals indicated that sifon is a risk factor for transmitting HIV/AIDS to women. Preventive and promotive educational programs with cultural approach are needed in effort to reduce the risk of HIV/AIDS transmission. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Misliharira Shaumi Putri
"Realitas gejala perkawinan anak mengekspos ketidaksetaraan gender yang dipertahankan melalui struktur patriarki yang mendominasi, memperkuat pola kekerasan struktural, dan menciptakan kerentanan perempuan terhadap viktimisasi berganda. Perkawinan anak masih menjadi isu yang signifikan, tidak terkecuali di Kota Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memicu terjadinya kekerasan terhadap perempuan dalam konteks perkawinan anak dengan menggunakan perspektif kriminologi feminis radikal, serta peran multi-agensi di Kota Semarang yang dijelaskan dalam kerangka konsep the square of crime. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan tinjauan pustaka dan wawancara untuk memahami realitas gejala perkawinan anak dan kekerasan terhadap perempuan. Hasil dari penelitian ini menggarisbawahi pentingnya pendekatan holistik yang mengintegrasikan upaya pencegahan, perlindungan, dan penegakan hukum untuk melindungi anak perempuan. Namun, selama dispensasi usia perkawinan masih dapat diajukan, upaya yang dilakukan oleh multi-agensi tidak akan sepenuhnya menghentikan praktik perkawinan anak. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang lebih tegas dan berpihak pada perlindungan anak serta penekanan pada upaya rekonstruksi sosial di masyarakat, sehingga perkawinan anak tidak lagi menjadi pilihan atau praktik yang dapat diterima dalam masyarakat.

The reality of child marriage exposes gender inequality within the dominating patriarchal structure, reinforces patterns of structural violence, and creating vulnerability for girls to multiple victimizations. Child marriage remains a significant issue, including in the city of Semarang. This research aims to analyze the factors causing violence against women in the context of child marriage using the perspective of radical feminist criminology, and the role of multi-agency in Semarang explained within the framework of the concept of the square of crime. This research is a qualitative study that uses literature review and interviews to understand the reality of the child marriage and violence against women. The findings of this study highlight the importance of a holistic approach that integrates prevention, protection, and law enforcement efforts to safeguard girls. However, as long as marriage age dispensations can still be requested, the efforts by multi-agency initiatives will not completely stop the practice of child marriage. Therefore, stricter policies are needed to protect girls by prioritizing child protection and emphasize social reconstruction efforts within the community, so that child marriage is no longer a choice or an acceptable practice in society."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanasale, Stella
"Tesis ini membahas mengenai kegiatan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP) dalam PNPM Mandiri Perdesaan yang dilakukan oleh Kelompok SPP Nurul Iman di Desa Tulehu selama periode tahun 2009. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan desain deskriptif dan merupakan penelitian terapan berupa penelitian evaluatif. Hasil penelitian ini menyarankan bahwa perlu adanya pengawasan dari para pelaku dalam PNPM Mandiri Perdesaan yang lain dan Fasilitator Kabupaten dalam pelaksanaan pendampingan oleh pendamping di kecamatan maupun di desa, perlu adanya perhatian khusus dari pembuat program kepada proses penguatan kelembagaan khususnya kepada kelompok SPP dan memanfaatkan faktor pendukung dan meminimalkan faktor penghambat yang ada.

This thesis discusses about a saving and loan activity in women group in PNPM Mandiri Perdesaan, in SPP group Nurul Iman in Tulehu village which was done during the year 2009. Qualitative approach is used in this research with descriptive design and it is a applied research that is evaluative research. The result of this research suggests that supervision is necessary by doers in PNPM and regency facilitator in conducting mentorship by mentors in sub district and village, there should be a special attention by program planner for institutional reinforcement process particularly for SPP group and promoting existing supporting factors and minimizing inhibiting ones."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T28250
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>