Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 210228 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pasaribu, Marganda D.A.
"Tujuan: Untuk mengetahui prevalens gangguan obstruksi saluran napas dan asma kerja, hubungan gangguan obstruksi saluran napas dan asma kerja dengan pajanan debu biji padi, dan faktor-faktor yang berhubungan seperti usia, jenis kelamin, masa kerja, lama kerja, kebiasaan merokok, indeks massa tubuh, tingkat pendidikan, ISBB, kelembaban udara, kadar debu dan kebiasaan berolah raga pada petani dengan riwayat batuk berdahak.
Metode: Penelitian ini menggunakan disain penelitian cross sectional. Pcngumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, pengamatan langsung, pemeriksaan fisik, pemeriksaan spirometri menggunakan alat spirometer, arus puncak ekspirasi (APE) mcnggunakan peak flowmeter dan pengukuran kadar debu menggunakan stationerer dust sampler di lapangan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan SPSS 11.5. Terhadap semua variabel dilakukan nji bivariat, kemudian variabel yang mempunyai nilai p < 0.25 dilakukan uji multivariat.
Hasil: Prevaiens gangguan obstruksi saluran napas adalah 2,6%. Tidak ditemukan prevalens asma kerja. Pada analisis bivariat, tidak ditemukan adanya hubungan yang bemakna antara faktor usia, jenis kelamin, masa kerja, lama kerja, kebiasaan merokok, indeks massa tubuh, tingkat pendidikan, ISBB, kelembaban udara, kadar debu dan kcbiasaan berolah raga, dengan gangguan obstruksi saluran napas dan asma kerja. Hasil pengukuran kadar debu, berkisar < 3mg/m3, sedangkan indeks APE berkisar 3,38 dan l0,5. Analisis multivariat tidak dilakukan karena hanya terdapat satu faktor risiko yang memenuhj syarat yaitu kebiasaan berolah raga.
Kesimpulan: Prevalens gangguan obstruksi saluran napas adalah 2.6%. Tidak ditemukan prevalens asma kerja, serta tidak terdapat hubungan yang bemakna antara pajanan debu biji padi, dan faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan gangguan obstruksi saluran napas dan asma kerja.

Objectives: The aim of this study, was to know the prevalence of obstructive pulmonary disease and work-related asthma and relation between it with dust exposure from grain and the other related factors likes age, sex, length of employment, work period, smoking habits, body mass index, level of education, wet and buld globe temperature (WBGT), humidity, level of dust from grain and exercise habits among rice farmers with phlegm-cough history in Samarang village.
Method: The study design was a cross-sectional study which data was collected by using questionnaire, field observation, meastutement of workplace environment and physical examination. Interview and their questionnaire were used to collect data about demography, health and smoking habits. Spirometry test was done to diagnose obstructive pulmonary disease and peak-Flowmeter test to diagnose work-related asthma. All variable were bivariate tested by using Chi-square test or Fischer test. The variables which have p value < 0.25 were included into multivariate analysis by using binary logistic regression.
Result: It was found that prevalence of obstructive pulmonary disease was 2.6%. Bivariate analysis shows that no significant relationship between related factors like age, sex, length of employment, work period, smoking habits, body mass index, level of education, wet and buld globe temperature (WBGT), humidity, level of dust from grain and exercise habits with obstructive pulmonary disease and work-related asthma. The range level of dust from grain was < 3 mg/m3 with peak flowmeter index was 3.38 and l0.5. Multivariate analysis was not done because only one factor like exercise habits have p value < 0.25.
Conclusion: There is no significant relationship between obstructive pulmonary disease and work-related asthma with dust exposure from grain and the other related factors. Prevalence of obstructive pulmonary disease was 2.6%
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T32310
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arriz Akbar
"ABSTRAK
Tujuan: Untuk mengetahui prevalensi asma dan hubungannya dengan pajanan amonia pada pekerja informal peternak ayam.Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Pemeriksaan 69 responden dengan menggunakan kuesioner, pengamatan langsung, pemeriksaan fisik, pemeriksaan spirometri menggunakan alat spirometer, pengukuran Arus Puncak Ekspirasi APE menggunakan peak flowmeter dan pengukuran kadar amonia di udara lingkungan peternakan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan SPSS. Terhadap semua variabel dilakukan uji bivariat, kemudian variabel yang mempunyai nilai p

ABSTRACT
Objective To determine the prevalence of asthma and its corelation with ammonia exposure among informal workers of poultry farmers.Method This study design was a cross sectional analytic to 69 respondents using questionnaires, field observation, physical examination, spirometry measurement, and peak flowmeter test to diagnose work related asthma and measurement of ammonia level in air environment of farm. All variable were bivariate tested by using Chi square test or Fischer test. The variables which have p value "
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Florentina Marwisitaningrum
"Latar Belakang: Banyaknya industri jamu menimbulkan masalah baik bagi lingkungan berupa pencemaran maupun bagi kesehatan para pekerja. Dari proses produksi jamu, banyak dihasilkan debu. Hal ini tentunya dapat menimbulkan gangguan bagi kesehatan pekerja di pabrik tersebut. Kualitas udara sangat berpengaruh terhadap kesehatan pekerja, terutama yang berhubungan dengan fungsi pernapasannya dikarenakan sistem pernapasan terus-menerus terpajan oleh partikel-partikel yang ada di udara.
Obyektif: Mengetahui prevalensi gangguan fungsi paru akibat pajanan debu jamu serta faktor-faktor yang berhubungan pada pekerja di pabrik jamu PT.X, Semarang.
Metode: Penelitian potong lintang dengan mengukur fungsi paru pekerja pabrik jamu PT.X Semarang pada bulan November dan Desember 2014 dengan menggunakan spirometri dan mengukur kadar debu lingkungan kerja. Sampel yang dikumpulka sebanyak 100 responden untuk pengukuran fungsi paru dan 4 lokasi untuk pengukuran kadar debu lingkungan kerja.
Hasil dan Kesimpulan: Ditemukan gangguan obstruksi paru ringan sebanyak 1%. Tidak ditemukan gangguan restriksi paru ataupun gangguan fungsi paru kombinasi. Faktor risiko yang bermakna terhadap rasio VEP1/KVP adalah Umur (p < 0,01; selisih rerata 6,48% (-8,91 sampai -4,06)), Jenis kelamin (p = 0,016; selisih rerata -3,72 (-6,73 sampai -0,71)), Pendidikan (p = 0,01; selisih rerata 5,02 (2,21 sampai 7,83)), dan Masa Kerja (p = 0,01; selisih rerata -4,77 (-8,4 sampai -1,13)).

Background: Indonesian traditional herbal medicine industries cause many problems to environment and workers? health. Traditional herbal medicine production process produces many organic dusts. The organic dusts could lead to health disorder among factory workers. Air quality very influential to workers health, especially those that associated to respiratory function since it?s been exposed to air particles.
Objectives: The aim of this study is to determine the prevalence of lung function disorder and its related factors due to dust exposure in one of Indonesian traditional herbal medicine factory.
Method: This was a cross sectional study performed by examining 100 workers? lung function using spirometry and examining environment dust level from one of Indonesia traditional herbal medicine factory in November to December 2014.
Result: There was 1% prevalence of mild obstructive lung disease but there were no restrictive or combined lung diseases. Bivariate analysis showed that Age {p < 0,01; mean difference 6,48% (-8,91 to -4,06)}, Sex {p = 0,016; mean difference -3,72 (-6,73 to -0,71)}, Education {p = 0,01; mean difference 5,02 (2,21 to 7,83)}, and Years of service {p = 0,01; mean difference -4,77 (-8,4 to -1,13)} were the risk factors to ratio of VEP1/KVP.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T58607
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukmawati
"Program Keluarga Berencana (KB) mempunyai peranan yang besar dalam meningkatkan status kesehatan wanita, dan berperan penting dalam menyelamatkan kehidupan, terutama untuk menurunkan Angka Kematian Maternal. KB memungkinkan seorang wanita dapat merencanakan kehamilannya sehingga dapat menghindari kehamilan yang tidak diharapkan, seperti umur terlalu tua atau terlalu muda serta jumlah persalinan yang terlalu sering. Masalah penelitian adalah masih rendahnya pemanfaatan kontrasaepsi IUD diantara Akseptor KB, serta masih terbatasnya informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kontrasepsi IUD diantara akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Samarang Kabupaten Garut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dan dominan dalam pemanfaatan pelayanan kontrasepsi IUD diantara akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Samarang Kabupaten Garut. Rancangan penelitian ini adalah cross-sectional dengan jumlah sampel seluruhnya 194 orang. Analisa data dilakukan dengan Chi Square dan Regresi Logistik.
Hasil penelitian memberikan indikasi bahwa akseptor KB berpeluang untuk memanfatkan pelayanan Kontrasepsi IUD apabila pendidikannya makin tinggi, akseptor mempunyai pekerjaan, jumlah keluarga sedang, persepsi aman tentang alat kontrasepsi IUD, tidak merasa malu, persediaan alat kontrasepsi IUD banyak, alat pemasangan IUD lengkap, petugas pelaksana KB lebih tua, petugas sangat terlatih, privasi dari petugas sangat terjamin prosedur pelayanan sesuai dan sikap petugas yang baik.
Untuk mempertahankan kelestarian akseptor KB yang sudah memanfaatkan pelayanan kontrasepsi IUD dan meningkatkan cakupan kontrasepsi IUD, maka perlu dilakukan beberapa cara antara lain; berupaya memberikan penyuluhan pada kelompok sasaran tentang keuntungan alat kontrasepsi IUD, serta meningkatkan berbagai kompetensi petugas KB.

The Factors Related to The Use of IUD Service among Accepter in The Working area of Samarang Sub District Center of District of Garut 2001The family planning program has important role in developing the quality of woman's life, especially by decreasing the maternal mortality related to pregnancy and giving birth. Having followed the program, it would be possible for woman to make a plan for her pregnancy and avoid an unexpected pregnancy, such as too young or too old of age of pregnancy that is dangerous for her for giving birth. The research problem is that among reproductive age of female there is a consider low of use of IUD and lack of information about the factors associated to this issue in the working area of Samarang Sub District center of District of Garut.
The aim of the research is to get information the main factors in retting to the use of IUD service for user of the program in the working area of Samarang Sub District center of District of Garut. The research design is a Cross Sectional with 194 samples. The data analysis is through Chi Square and Logistic Regression.
The result of the research indicates that the accepter will be possibly to use the IUD service in they have higher education, have a job, have safe perception on IUD, not to feel shy, there are adequate supplies of IUD, complete equipment for installing IUD, more adult and skillful officials for the program, guaranteed privacy from the officials, good procedures and good attitude of the officials.
To keep the user having use IUD services continuously and to increase the number of IUD users, there for the health provider need to have others activity such as to give complete information to the target group and to improve skills of Family Planning officials.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8299
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nelmi Silvia, auhtor
"Latar Belakang : Industri pemotongan batu memiliki potensi bahaya berupa debu batu yang dihasilkan dari proses pemotongan batu. Debu batu berpotensi besar masuk dan mengendap di saluran napas pekerja yang terpajan debu batu tersebut. Dalam penelitian ini ingin diketahui hubungan pajanan debu batu dan faktor lainnya dengan gangguan fungsi paru.
Metode Penelitian : Desain penelitian cross sectional dengan analisis regresi logistik. Subjek penelitian diambil secara cluster sampling. Tingkat pajanan debu batu ditentukan dengan metode semikuantitatif dan faktor-faktor lainnya dengan kuesioner. Pemeriksaan fungsi paru dilakukan dengan menggunakan alat spirometer.
Hasil : Subjek penelitian adalah 70 pekerja laki-laki industri pemotongan batu informal dengan masa kerja lebih dari 5 tahun. Sebanyak 21,4% subjek mengalami gangguan fungsi paru, dengan gangguan fungsi paru restriksi sebanyak 14,3% dan gangguan fungsi paru obstruksi sebanyak 7,1%. Faktor risiko yang berhubungan bermakna dengan gangguan fungsi paru adalah tingkat pajanan debu batu. Faktor umur, pendidikan, status gizi, kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok, masa kerja, kebiasaan menggunakan alat pelindung diri (APD) dan penyediaan APD tidak memperlihatkan hubungan bermakna dengan gangguan fungsi paru. Subjek dengan tingkat pajanan debu batu tinggi mempunyai risiko 5,889 kali mengalami gangguan fungsi paru dibandingkan subjek dengan tingkat pajanan debu batu rendah [ odds rasio suaian (ORa) = 5,889; interval kepercayaan (CI) 95% = 1,436-24,153)].
Kesimpulan : Didapatkan hubungan bermakna antara tingkat pajanan debu batu dengan gangguan fungsi paru. Perlu dilakukan pengendalian terhadap pajanan debu batu untuk mencegah risiko gangguan fungsi paru pada pekerja industri pemotongan batu.

Background : Stone cutting industry have a potential hazard in stone dust resulted from stone cutting process. Stone dust has a significant potential to enter and settle inside exposed worker’s respiratory tract. This study aims to identify the relationship between stone dust exposure and other factors with lung function disorder.
Method : This study was a cross-sectional study with logistic regression analysis. Study’s subjects were taken with cluster sampling method. Level of stone dust exposure was determined by semi-quantitative method and the other factors were identified by a questionnaire. Lung function was tested with a spirometer.
Results : Study’s subject was 70 male informal stone cutting industry workers with more than 5 years of service. In this study, it was found that lung function disorders was 21.4%, which restrictive lung function disorder was 14.3% and the obstructive lung function disorder was 7.1%. Risk factor significantly related to lung function disorder was stone dust level of exposure. Age, education, nutritional status, exercise habit, smoking habit, length of employment, habit of using personal protective equipment (PPE) and provision of PPE showed no significant relationship with lung function disorder. Subjects with high level of stone dust exposure had 5.889 times the risk of lung function disorder compared to subjects with low level of stone dust exposure [adjusted odds ratio(ORa) = 5.889; 95% confidence interval (CI) = 1.436 - 24.153)].
Conclusion : The level of stone dust exposure significantly related to lung function disorder. Control measures are needed for stone dust exposure to prevent the risk of lung function disorder in stone cutting industry workers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Supriyatna
"Latar Belakang dan pennasalahan :
Hasil pemeriksaan darah petani padi di satu kecamatan Kabupaten Bekasi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi tahun 2009 menunjukkan, 3% mengalami keracunan berat, 15,5% keracunan sedang, 3l,5% keracunan ringan. Hasil tersebut menunjukkan adanya petani yang mengalami keracunan akut akibat penggunaan pestisida golongan organophosfat dan atau karbamat Dampak keracunan organophosfat karbamat jangka panjang, antara lain adalah gangguan memori jangka pendek Penelitian ini ingin mengetahui, apakah kadar kolinesterase darah dapat digunakan sebagai prediktor risiko gangguan memori jangka pendek.
Metode:
Desain Penelitian menggunalcan Cross sectional, penelitian dilakukan di satu kecamatan dengan I02 responden dari 200 orang petani padi. Data diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner, pemeriksaan darah, tes pengingatan selelctif, pengamatan dan data sekunder hasil pemeriksaan aktivitas kolineslerase darah. Analisis data dilakukan dengan uji Chi-square dan Logistik Regresi.
Hasil:
Didapatkan prevalensi gangguan memori jangka pendek 20,6%. Dari analisis multivariat ditemukan bahwa kadar kolinestemse tidak ada hubungan bermakna dengan gangguan memori jangka pendek. Faktor risiko yang bermakna meningkatkan risiko gangguan memori jangka pendek adalah faktor perilaku personal hygiene dengan nilai OR suaian sebesar 4,20 (p=0,0l5, 95%CI=l,32-135)
Kesimpulan dan Saran:
Pemeriksaan kadar kolinestcrasc tidak dapat digunakan untuk memprediksi adanya efek jangka panjang. Upaya promosi kesehatan untuk meningkatkan perilaku personal hygiene disarankan untuk diimplementasikan.

Background and problem statement:
Results of blood tests among rice farmers in a subdistrict conducted by Bekasi District Public Health Department in year 2009; showed that 3% have obtained severe poisoning, lS,5% had medium level poisoning and 3l,5% had mild level poisoning. Those results showed that farmers had acute poisoning due to use of organophosfat and or carbamat. Long term effect of organophosfat carbamat poisoning among other is short tcm: memory loss. The main objective of this study is to know if blood cholinesterase levels can be used as predictor for risk of short term memory loss.
Methods:
This Research used Cross sectional design, study location was a district using 102 respondents from 200 farmers. Data was obtained through interviews using a questionare, physical examination, selective memory tests, observation and examination of secondary data of cholinesterase activity in blood. Data analysis was done using Chi-square and Logistic Regression.
Results:
The prevalence of short-term memory loss was 20.6%. Multivariate analysis showed that there is no significant relation between blood cholinesterase levels and short term memory loss. Signiticant risk factors that increase the risk of short term memory disorder is personal hygiene behavior with the value of adjusted OR 4,20 (p=0,015, 95%CI=l,32-13,32).
Conclusion and Recommendation :
Blood cholinesterase levels can not be used to predict the risk short term memory loss. Implementation of health promotion efforts to improve personal hygiene behavior is suggested."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T32303
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simarmata, Vidi Posdo
"ABSTRAK
Latar Belakang : Penelitian di Toronto kanada menyebutkan hubungan antara gas buang kendaraan dengan penyakit respirasi seperti asma, bronkitis, PPOK, pneumonia dan saluran pernafasan atas. Pada Penelitian ini melihat gangguan obstruksi paru serta faktor-faktor lainnya akibat pajanan gas buang kendaraan.Metode : Desain Penelitian adalah Cross Sectional menggunakan data primer melibatkan 66 orang.Penilaian Obstruksi paru menggunakan spirometri serta pengukuran gas buang kendaraan mengambil pajanaan zat kimia SO2, NO2,dan CO. Analisis Univariat data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. Analisis Bivariat dipakai uji Chi Square dengan p0,05. Kesimpulan : Gangguan obstruksi paru sebesar 22,7 . Faktor yang bermakna adalah faktor usia dan kebiasaan merokok.

ABSTRACT
Background Research in Toronto Canada mentions the relationship between vehicle exhaust with respiratory diseases such as asthma, bronchitis, COPD, pneumonia and upper respiratory tract. In this study looked at pulmonary obstruction disorders as well as other factors due to vehicle exhaust exposure.Method This study design was Cross Sectional using primary data involving 66 people. Assessment Pulmonary obstruction using spirometry as well as measurement of vehicle exhaust gas took exposure to SO2, NO2, and CO chemicals. Univariate analysis of data is presented in the form of frequency distribution. Bivariate analysis used Chi Square test with p 0,05.Conclusions Pulmonary obstruction disorder was 22.7 . A significant factor is age and smoking"
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Endriana Svieta
"Latar Belakang : Dermatitis kontak merupakan salah satu penyakit kulit akibat kerja yang disebabkanoleh reaksi simpang pada kulit epidermis dan dermis akibat pajanan bahan yang berhubungan dengan bahan kimia, faktor fisik (panes), dan faktor mekanik (gesekan, tekanan, trauma) dan faktor riwayat atopi juga merupakan penyebab tidak langsung. Salah satu bahan kimia yang berisiko terhadap dermatitis kontak adalah debu semen. Pekerja yang berisiko terhadap pajanan debu semen adalah tenaga keja bongkar muat sak semen di pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta.
Metode : Penelitian dilakukan di Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta pada September 2009. Desain penelitian ini cross sectional dengan analitik internal komparatif dan pemilihan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling. Populasi penelitian seluruh buruh tenaga kerja bongkar muat pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta yang berjumlah 402 orang, dan jumlah sampel 140 responden. Cara pengumpulan data dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan observasi pelaksanaan pekerjaan. Analisis data dengan program SPSS versi 15, dengan interpretasi analisis univariat , analisis bivariat (Odds Ratio dan 95% Confidence Interval) dan analisis multivariat (metode Enter pada Binary Logistic Regression).
Hasil : Tenaga kezja bongkar muat Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta sebanyak 24,3% mengalami dermatitis kontak. Hasil analisis multivariat terdapat hubtmgan bermakna antara tingkat pajanan debu semen tahunan (p=0,041 ; OR=2,35; 95%Cl=0,99»S,56) dengan dermatitis kontak. Umur pekeija, status gizi, pendidikan, iiwayat atopi dan higiene diri buruk tidak mempunyai hubungan statistic bcmiakna dengan dermatitis kontak. Suhu lingkungan dan kelembaban dengan alat ukur Hear Stress Monitor (WBGTO tertingi 29,1°C dan RH tertinggi 62%) diduga mernpunyai kontribusi nntuk terjadinya dermatitis kontak.
Kesimpulan dan saran : Prevalensi dermatitis kontak pada tenaga kerja bongkar muat Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta sebanyak 24,3%. Faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya dennatitis kontak adalah tingkat pajanan debu semen tahunan (p=0,04l;0Ra¢§ =2,35).Tingginya suhu lingktmgan dan kelembaban diduga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya. dermatitis kontak. Pekerja perlu diajarkan pengetahuan akan bahaya debu semen, pentingnya alat pelindung diri dan menjaga kebersihan diri untuk mencegah teij adinya dermatitis kontak pada pekeija angkut semen.

Background: Contact dermatitis is the one of a skin disease due to work caused by adverse reaction in the epidermis and dennis of skin exposure related materials, chemical, physical factors (heat), and mechanical factors (friction, pressure, trauma) and history of atopy factor is also an indirect cause. One of the chemicals that are at risk for contact dermatitis is cement dust, Workers at risk of exposure to cement dust is labor cement loading and unloading bags of Sunda Kelapa Port in Jakarta.
Methods: This research was conducted at the port of Sunda Kelapa Jakarta in September 2009. The design was cross-sectional study with an intemal analytical comparative sample selection is done by simple random sampling. This study population is all the labor workers unloading port of Sunda Kelapa Jakarta totaling 402 people, based on the calculation of the number of samples of 140 respondents. Dara collection is done by filling status of research, which consisted of anarrmcsis, physical examination and observation of the implementation work. Data analysis using SPSS program version 15, with the interpretation of the univariate analysis (table distributions), bivariate analysis (calculating Odds Ratio 95% Confidence Interval) and multivariate analysis (enter method the binary logistic regression).
Results: Prevalence of contact dermatitis among labor loading and unloading at the port of Sunda Kelapa Jakarta is 24.3% . There is signiicant statistic relationship between the cement dust exposure rating (p = 0.041; OR = 2,35; 95% CI == 0,19-5,56) to contact dermatitis, The age, work duration, nutritional status, education, poor self-hygiene and history of atopy had no significant statistic relationship to contact dermatitis. Temperature and humidity environment with the Heat Stress Monitor (29.l° C highest WBGTo and the highest 62% RH) have contributed to the occurrence of contact dermatitis
Conclusions and sugestions: The prevalence of contact dermatitis in workers loading and imloading port of Sunda Kelapa Jakarta is 24.3%. The most related factors to the occmrence of contact dermatitis is cement dust exposure rating chronic (p = 0.04l; OR adj =2,3 5).The highly environmental temperature and humidity could be intiuence to contact dermatitis. Workers need to be taught to maintain personal hygiene and knowledge of the hazards of cement dust on the health of workers, including skin health.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T32346
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ii Solihah
"Tingginya Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia sering dilatar belakangi oleh tiga jenis keterlambatan (3T) yaitu keterlambatan mengenai tanda bahaya gawat darurat dan mengambil keputusan untuk merujuk, keterlambatan mencari fasilitas pclayanan kcschatan dan keterlambatan mempcroleh pcrtolongan memadai di fasilitas pelayanan rujukan (Depkes,2005).
Tujuan Penelitian ini adalah diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan suami tentang tanda bahaya pada masa kehamilan, persalinan. nifas dan neonatus, di Kabupaten Garut Jawa Barat, tahun 2007. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari " Survei Data Dasar Pengem-bangan Madel Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial di Kabupaten Garut, Jawa Barat, 2007'; yang telah dilakukan oleh Pusat Penelitian Kesehatan UI & Pusat Kajian Promkcs FKM-UI bekerja sarna dengan Save The Children, pada bulan Juli sampai Oktober 2007, di 40 desa dari 10 kecamatan di Kahupaten Garut. Rancangan penelitian adalah potong lintang (cross sectional). Sampel yang digunakan yaitu suami yang memiliki istri dengan hayi yang berumur 0-11 bulan. Jumlah sampcl sebanyak 209 pasang suami istri. Sumber data berasal dari modul survei suami dan ibu. Data yeng berasal dari suami yaitu pengelahuan tentang tanda bahaya pada masa kebamilan, persalinan. nifas dan neonatus, kererlibatan keanggotaan kegiatan sosial, keterpaparan mdia informasi, keterpaparan terhadap Desa Siaga, kepercayaan/kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan maternal dan neonatal, sedangkan yang berasal dari ibu yaitu umur suami pendididkan suami, pekerjaan suami, jumlah anak, pendapatan keluarga yaitu pendapatan istri, suami dan jumlah tanggunagn keluarga, kepemilikan media elektronik, kepemilikan alat transportasi.
Variabel terikat adalah pengetahuan suami tentang tanda bahaya pada masa kehamilan, persalinan, nifas dan neonatus, sedangkan variabel bebas adalah karakteristik. suami (umur, pendidikan, pekeljaan, jumlah anak, jumlah pendapatan keluarga, kepercayaan/kebiasaan terkait kesehatan maternal dan neonatal), kepemilikan media komunikasi elektronik, kepemilikan alat transportasi, keterpaparan terhadap media infonnasi, keterpaparan terhadap Desa Siaga, keterlihatan keanggotaan kegiatan sosial. Berdasarkan hasil analisis multivariat dari regresi model akhir kandidat model multivariat didapatkan bahwa variabel pendidikan merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan pengetahuan suami tentang tanda bahaya pada masa kehamilan, persalinan, nifas dan neonatus.
Saran bagi Depkes RI. khususnya Bagian Promosi Kesehatan agar meningkatkan kerjasama dalam bidang komunikasi dan inforrnasi khususnya dengan institusi pertelevisian nasional untuk memasukan acara penayangan infonnasi kesehatan tematama tentang tanda bahaya pada masa kehamilan persalinan, nifas dan neonatus. Bagi Dinkes Kabupaten, agar I) melakukan advokasi ke Pemda Kabupaten Garut untuk selanjutnya dilimpahkan ke Diknas untuk melakukan peningkatan pendidikan masyarakat Kabupaten Garut. 2) Menganjurkan kepada petugas kesehatan untuk senantiasa mendorong suami agar dapat berperan serta dalam meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan maternal dan neonatal, khususnya pengetahuan tentang tanda bahaya diatas.; 3) Melakuan sosialisasi Desa Siaga serta uji coba dibentuknya kader kesehatan yang terdiri dari para suami dalarn suatu forum kegiatan sosial.; 4) Melakukan keljasama dengan stasiun radio setempat untuk mernasukan prognm sosialisasikan peningkatan pegetahuan tentang tanda bahaya pada masa keharnilan, persalinan, nifas dan neonatus. dengan acara yang disukai masyarakat; 5) Kerjasama dengan iustitusi pendidikakan kesehatan setempat baik pemerintah maupun swasta melalui kerjasarna pengelolaan daerah binaan kesehatan. Bagi kelompok profesi IDI, PPNI, IBI, agar senantiasa meningkatkan pemberikan informasi kesehatan khususnya tentang tanda bahaya pada masa kehamilan, persalinan, nifas dan neonatus dengan sasaran suami atau keluarga. Bagi masyarakt dan LSM, PKK, Forum Desa Siaga, agar dapat berperan serta aktif yaitu mengikuti kegiatan social yang dibentuk untuk mengatasi maalah maternal dan neonatal, sehingga dimasa yang akan datang kematian ibu dan bayi yang disebabkan karena keterlambatan mengenal tanda bahaya tersebut dapat teratasi.

In Indonesia the high number of both maternal and neonatal death rate frequently has Background which consist of delay?s in recognizing emergency danger signs, making decision where to refer the emergency case to the health service facilities and in getting adequate treatment from referral services facilities. (Depkes,2005). This research used aimed to aim factors related wife husband's knowledge about danger sign at pregnancy time,partus, pcstpartus and neonates in Ga:rut West Java, 2007.
This research usad secondary data from "Baseline Survey of Neonatal Essential Health Services Improvement Model in Garut Districk West Java, 2007' which was conducted by the Center of Health Research University of Indonesia & Center of Health Promotion Study FKM-UI in cooperation with Save the Children. It third July until October 2007, at 40 covered from 10 district in Garut Distrek. The research design was cross sectional. The selected sample was the husband whose wife matter having infant age 0..11 months. Total sample was 209 couples. The data instrument was take from the modules survey of husband and wife matter infant 0..11 moun infant. The data taken from husbands were knowledge about danger sign at pregnancy time, partus, postpartus and neonates, involvement in the of social organization exposure to information media, exposur towards ? Desa Siaga ?, Aler village program wich related to maternal and neonatal health, while data taken from the mothers were husband?s age, last education, work state job, number of children, family income consist with wife?s and husband?s income and number of family burden, electronic media partnership, vehicles partnership.
The independent variable was husband's the knowledge,about danger sign at pregnancy time, partus, postpartus and neonates, while dependent variable was husband characteristic (age, education, job, number of children, family income, trust/habits related with maternal and neonatal health), electronics media communication partnership, vehicles possession, exposures towards information media, exposures towards "Desa Siaga" involvement in social organization activity. The multivariate analysis result showed that from regression of the last candidate model, education variable was the most dominant factor which related with husband knowledge about danger sign at pregnancy time, pregnancy delivery, postpartum, and neonates periode.
Suggestions for the Health Department of the Republic Indonesia especially to the latter of Health Promotion is to improve the cooperation in communication and information especially with national television exident status to eximined health information speclatly about danger sign at pregnancy time, partus, postpartus and neonates. sub-province Health Department shall; (1) advocate to the Garut local government especially to ide to improve of level education the people, (2)Emergency health personal always to support the husband to develop their role in increasing knowledge of health maternal and neona!al, especially the above knowledge of danger sign, (3) conduct socialization of Desa Siaga and tryout health cadre formation which coos lists of the husbands , (4) establish cooperation with local radio station to create program of socialization of danger sign in pregnancy time, pregnancy delivery, postpartum, and neonates periode, with event or agenda that interest the society, (5) make cooperation with local health educational institution not only government but also private institution trough cooperation in establish pilot project such at IDI, PPNI, IBI could asistant socially, especially about danger sign in pregnancy time) pregnancy delivery, postpartum, and neonates periode with husband or family as target program."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T20889
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Anissa
"Latar Belakang: Komorbiditas depresi pada PPOK dapat memengaruhi kepatuhan pengobatan, hospitalisasi dan kualitas hidup. Salah satu target tatalaksana PPOK adalah meningkatkan kualitas hidup penderitanya. Pasien PPOK dengan gangguan depresi memiliki kualitas hidup yang buruk dibandingkan pasien PPOK tanpa gangguan depresi. Untuk itu perlu diketahui perbedaan rerata skor kualitas hidup pasien PPOK dengan gangguan depresi dan pasien PPOK tanpa gangguan depresi.
Metode: Penelitian potong lintang deskriptif-analitik pada 40 pasien PPOK dengan gangguan depresi dan 40 pasien PPOK tanpa gangguan depresi di klinik Asma/PPOK RSUP Persahabatan menggunakan Mini-International Neuropsychiatric Interview International Classification Of Diseases (MINI ICD 10) dan instrumen World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL)-BREF.
Hasil: Terdapat perbedaan median skor kualitas hidup pada pasien PPOK dengan gangguan depresi dan pasien PPOK tanpa gangguan depresi berdasarkan domain kesehatan fisik (p = 0,005), domain relasi sosial (p < 0,001) dan domain lingkungan (p = 0,005). Tidak terdapat perbedaan median skor kualitas hidup berdasarkan domain kesehatan psikologis ( p = 0,421) namun rerata skor domain kesehatan psikologis pasien dengan PPOK lebih rendah dibanding pasien tanpa gangguan depresi.
Simpulan: Pasien PPOK dengan gangguan depresi cenderung memiliki rerata skor kualitas hidup yang lebih rendah pada domain kesehatan fisik, kesehatan psikologis, relasi sosial, dan lingkungan dibandingkan pasien PPOK tanpa gangguan depresi.

Background: Comorbid depression in COPD affects patient’s medical adherence, hospitalization and quality of life. One of the COPD management is improving the patient’s quality of life. COPD patients who have depression disorder have lower quality of life scores compared to COPD patients who do not have depression disorder. We investigated the difference quality of life scores in COPD patients who have depression disorder and COPD patients who do not have depression disorder.
Methods: The study was cross-sectional descriptive-analytic in 40 COPD patients who have depression disorder and 40 COPD patients who do not have a depression disorder in the Asthma and COPD Clinic RSUP Persahabatan using the Mini-International Neuropsychiatric Interview International Classification Of Diseases (MINI ICD 10) and World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL)-BREF.
Results: There is a score difference between COPD patients who have depression disorder and COPD patients who do not have depression disorder based on physical health domain (p = 0.005), social relationship domain (p < 0.001) and environment domain (p = 0.005). There is no score difference between COPD patients who have depression disorder and COPD patients based on psychological domain (p = 0,421). COPD patients who have depression disorder have lower mean score compared to COPD patients who do not have depression based on psychological domain.
Conclusion: COPD patients who have depression disorder tend to score lower quality of life in the domains of physical health, psychological health, social relationships, and environment than COPD patients who do not have depression disorder.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>