Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132976 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ingka Nilawardani
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui suplernentasi vitamin B12 pada penderita HIV terhadap jumlah CD4, sehingga diharapkan dapat mencegah progresivitas penyakit HIV. Penelitiam ini merupakan uji klinis tanpa pembanding, terhadap 15 orang pasien HIV di poliklinik UPT HIV RSUPNCM Jakarta mulai satu Februari sampai dengan 20 April 2010. Subyek mendapat suplementasi vitamin B12 (metilkobalamin) 1000 pg/had, peroral, sclama enam minggu. Data dikumpulkan meliputi data demografi (usia dan jenis kelamin), adanya hepatitis gastroenteritis dan infeksi akut selama penelitian, status gizi (indeks massa tubuh), analisis asupan zat gizi dengan metode had record 3 x24 jam dan FFQ semikuantitatit2 lcadar vitamin B12 serum dan jumlah CD4. Analisis data menggunakan uji t berpasangan atau Wiicoxon dengan batas kemaknaan p < 0,05. Sebanyak 15 subyek mengikuti penelitian sampaj sclesai. Setelah enam minggu perlakuan, didapatkan adanya peningkatan yang bennakna terhadap kadar vitamin Bn serum awal 270,71 i 71,04 pmol/L, pada akhir perlakuan 419,11 =4= 122,95 pmol/L meningkat signiiikan (p > 0,001). Terdapat 11 dari 15 subyek mengalami peningicatan jumlah CD4 pada akhir penelitian. Median jumlah CD4 subyek pada awal penelitian 143 (23 - 372) sei/pL dibandingkan dengan median pada akhir pcrlakuan 166 (18 - 428) /pL, didapatkan perubahan signifikan (p = 0,03l). Uji korelasi Spearman, tidak menunjukan korelasi bermakna antara perbedaan jumlah CD4 dengan perbedaan kadar vitamin B12 serum (r= -0,375, p= 0,l68). Dcngan demikian dapat disimpulkan bahwa, walaupun tidak terdapat korelasi pada perbedaan jumlah CD4 dan kadar vitamin B12, namun suplementasi vitamin B12 menggunakan metilkobalamin 1000 pg/hari, peroral, selama enam minggu pada penderita HIV dapat meningkatkan secara bcrmakna kadar vitamin Bn serum dan terdapat perubahan bermakna jumlah CD4.

ABSTRACT
The aim of this study is to find the effect of Vitamin B12 supplementation in HIV patients on the counts of CD4 so it would prevent the HIV progressiveness in RSUPNCM Jakarta. It is an one-armed clinical trial in 15 HIV patients in UPT HIV RSUPNCM Jakarta. The subjects received vitamin B12 (methylcobalamin) supplementation 1000 ug/day, per oral, for six weeks. The data was collected included demographic data (age and sex), the presence of hepatitis co-infection and gastroente1itis,and acute infection during nutritional status (body mass index), nutrition intake analysis with 3 x24 hours food record method and semi-quantitative FFQ, the level of serum vitamin B12 and CD4 counts. The study used paired t-test or Wilcoxon with significant value p < 0,05. There were I5 subjects who completely participated. After six weeks of intervention, there as a significant increment of early serum Vitamin Bl; level which was 270,71 1 71,04 pmol/L, and at the end ofthe intervention was 419,11 :h 122,95 pmol/L; increased significantly (p > 0,00l). There were ll of 15 subjects who had an increment at the end of the study. Early CD4 counts at the beginning of the study was 143 (23 - 372) cells/pL then changed significantly at the end of the study which was 166 (18 - 428) cells/pl., p = 0,03l. Though there was no significant correlation in CD4 counts difference to serum vitamin B12 level (r= -0,375, p= 0,l68)- It can be concluded that after six week intervention with vitamin B12 supplementation in methycobalamin form 1000 ug/day, per oral, in HIV patients would significantly increase serum vitamin B12 level and would significantly change CD4 counts, even-though there was no correlation on CD4 difference and vitamin Bl; level difference.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T32066
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Florentina Mariane Rahardja
"Tujuan penelitian awal lni adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian laktoferin sapi terbedap jumlah limfosit CD4+ penderita HIV positif dewasa. Penelitian dilakukan di POKDISUS AIDS RSUPNCM Jakarta, mulai bulan Februari 2010 sampai dengan bulan April2010. Dua puluh delapan subyak yang diseleksi dari pasien HIV positif dengan metode consecutive sampling mengikuti penelitian ini dari awal sampai akhir. Semua subyek diberi kapsul berisi 200 mg laktoferin sapL Kapsul diminum setiap hari satu butir selama enam minggu. Data dikumpulkan sebelum dan sesudah pemberian kapsul laktoferin melalui wawanoara, pengukuran antropometrik, dan pemerikarum laboratorium darah untuk penentuan jumiah limfosit CD4'. Data asupan makanan direntukan dengan menggunakan metode food recall lx24 jam dan food record 3x24 jam pada awal dan akhir penelitian.
Nilai rerata jumlah limfosit CD4+ sebelum pemberian laktoferin adalah 231,85 ± 122,89 seVL (50,00-731,00 seVf!L) sesudah enam minggu perlakuan. Uji Wilcoxon terhadap kadua nilai tersebut, tidak berbeda bermakna (p=0,22). Sahelum diberikan laktoferin, nilai rerata jumlah limfusit CD4+ subyek yang belum mendapat ARV adalah 302,33 ± 132,79 seV tL dan meningkat menjadi 345,33 ± 202,33 sell tL pada akhir penelitian. Respon serupa ditemukan pula pada subyek yang telah mendapat ARV di mana jumiah limfosit CD4' sebelum pemberian laktoferin adalah 178,00 ± 84,77 seii L, 122,66 seV tL. Uji t be!pasangan terhadap peningkatan jumlah Jimfosit CD4+ antara subyek yang sudah dan belum mentiapat ARV, temyata tidak berbeda bermakna (p=0,12). Perbaikan jumlah limfosit CD4+ sesudah pemberian laktoferin terjadi pada 7 (58,33%) dari 12 subyek yang belum mendapat ARV dan pnda 9 (56,25%) dari 16 subyek yang mendapat ARV. Uji Chi-Square menunjukkan bahwa perbaikan jumlah limfosit CD4+ pada kedua kelompok.

The aim of this preliminary study is to find out the effect of bovine lactoferin administration on CD4+ lymphocyte count of adult H!V-infected patients. "!he study was conducted from February to April 2010, at POKDJSUS AIDS Department of Internal Medicine, Central District Cipto Mangunkusumo National General Hospital (RSUPNCM) Jakarta. Subjects were selected from HIV-positive patients and only 2& were fully participated in the study. Capsules containing 200 mg of bovine lactoferrin were taken orally by all subjects once a day fur six weeks. Data were collected before and after bovine lactoferrin administration by interview, anthropometric measurement, and laboratory examination of blood for determining CD4+ lymphocyte count. Daily dietary intake data were determined by using I x 24 hour food recall and 3 x 24 hour food record at the beginning and at the end of the study.
Mean value of CD4.._ lymphocyte count before lactoferrin administration was 231.85 ± 122.89 cells/j.tL and increased to median value of 236.50 cells/j.tL (50.00-731.00 cellslj.tL) after six weeks intervention. Wilcoxon test on the above values showed no significant difference (IF0.22). Mean value of CD4+ lymphocyte count of untreated subjects with ARV before lactoferrin administration was 302.33 ± 132.79 cellsiJ.lL and increased to 345.33 ± 202.33 cells/j.!L at the end of study. 1he same response was also found in treated subjects with ARV where the mean value of CD4'" lymphocyte count increased from 78.00 ± 84.77 cells/).IL before lactoferrin administration to 204.38 ± 122.66 cells/J.tL, thereafter. Paired t-test on the increased CD4+ lymphocyte count between treated and untreated subjects with ARV showed no significant difference (JFO.I2). The improvement of CD4+ lymphocyte count after lactoferrin administration was seen in 7 out of 12 untreated subjects (58.33%) and in 9 out of 16 treated subject? with ARV (56.25%). Chi-Square's test showed that the improvement on both groups was not significant (p 0.91).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T32408
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sitepu, Ema Hulina Wissaputri
"Tujuan penelitian uji klinis ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian kolostrum sapi terhadap jumlah limfosit CD4+ penderita HIV. Penelitian dilakukan di UPT HIV RSUPNCM, mulai bulan Pebruari 2010 sampai dengan Mei 2010. Sebanyak empat puluh subyek terseleksi dari penderita HIV dengan metode consecutive sampling. Dengan alokasi random blok, dihasilkan dua puluh subyek mendapat kolostrum sapi dan konseling gizi, dan dua puluh subyek lain hanya mendapat konseling gizi saja. Data dikumpulkan sebelum dan setelah periode perlakuan melalui wawancara, pengukuran antropometrik dan pemeriksaan laboratorium darah untuk penentuan jumlah limfosit CD4+. Data asupan makanan ditentukan dengan menggunakan metode food record 1 hari dalam seminggu pada awal dan a.ldrir penelitian. Selama periode penelitian, empat subyek di drop out karena kondisi memburuk (satu orang), tugas keluar kota (dua orang) dan satu orang tidak dapat dihubungi.
Nilai rerata jumlah limfosit CD4+ sebelum pemberian kolostrum sapi pada kelompok perlakuan adalah 188,67±79,29 sel/mm sedang pada kelompok kontrol 186,56±83,48 sel/mm dengan uji t tidak berpasangan kedua kelompok memberikan hasil tidak berbeda bermakna (p=0,938). Setelah perlakuan, terjadi peningkatan jumlah limfosit CD4+ pada kedua kelompok menjadi 246,06±161,18 sel/mm pada kelompok perlakuan, sedang pada kelompok kontrol menjadi 201,61±83,5 sel/mm dengan uji t tidak berpasangan menunjukkan hasil tidak berbeda bermakna. Skor kualitas hidup dengan menggunakan SF-36v2 pada kelompok perlakuan memberikan nilai rata 108,78 dan di akhir penelitian menjadi 113. Pada kelompok kontrol, sebelum perlakuan didapatkan nilai rata skor kualitas hidup adalah 108,89, setelah enam minggu, nilairerata menjadi 111,94. Uji t tidak berpasangan pada kelompok perlakuan maupun kontrol tidak menunjukan perbedaan yang bermakna. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa setelah pemberian kolostrum sapi selama enam minggu dapat mingkatkan jumlah limfosit CD4+ dan skor kualitas hidup yang secara statistik tidak bermakna. Walaupun secara statistik tidak bermakna, tetapi secara klinis ada manfaatnya."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T29146
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Laura Triwindawati
"Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui korelasi antara kadar vitamin C serum
dengan kadar SOD eritrosit pada penderita HIV/AIDS . Penelitian dilakukan di UPT
HIV RSUPNCM Jakarta mulai bulan Februari sampai Maret 2013. Penelitian ini
merupakan studi potong lintang terhadap 52 orang penderita HIV. Data yang diambil
meliputi data karakteristik subyek berdasarkan usia, jenis kelamin dan pendidikan,
asupan energi, asupan vitamin C, status gizi, riwayat pengobatan ARV, jumlah
limfosit T CD4. Dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengukur kadar vitamin
C serum dan kadar SOD eritrosit. Analisis korelasi menggunakan uji Pearson dengan
kemaknaan p<0,05. Hasil: Subyek penelitian 25 perempuan dan 27 laki-laki, rerata
usia 33,60±4,84 tahun. 80,8% berada dalam rentang usia 30–40 tahun dan 82,7%
berpendidikan sedang. Asupan energi 76,9% kurang dengan rerata untuk perempuan
1700,41±316,25kkal/hari dan rerata laki-laki 1996,33±525,72kkal/hari. Asupan
vitamin C 100% kurang dengan rerata untuk perempuan 46,62±15,66mg/hari dan
laki-laki 46,97±13,39mg/hari. Status gizi 44,2% cukup dan 40,4% lebih dengan rerata
IMT 21,98±3,48kg/m2. Sebanyak 94,2% sudah mendapat ARV dan jumlah limfosit T
CD4 terbanyak berada pada kategori II CDC (200–499sel/?L) yaitu sebanyak 63,5%
dengan median 245(50–861)sel/?L. Kadar vitamin C serum sebanyak 92,3% dalam
kategori rendah dengan median 0,23(0,10–0,56)mg/dL. Kadar SOD eritrosit
terbanyak (53,8%) dalam kategori normal dengan rerata 1542,10±5,42U/gHb.
Terdapat korelasi negatif lemah yang tidak bermakna antara kadar vitamin C serum
dengan kadar SOD eritosit (r= −0,109 dan p=0,442)

The objective of this study was to investigate the correlation between serum vitamin
C concentration and erythrocyte SOD concentration of HIV/AIDS patients. Study
was conducted at UPT HIV/AIDS RSUPNCM from February to March 2013. The
study was a cross sectional study of 52 HIV/AIDS patients. Data collected including
subject characteristic age, sex, education, energy intake by food record 2x24 hour,
vitamin C intake by FFQ semikuantitatif, nutritional status, history of ART, and CD4
lymphocyte count. Conducted laboratory tests to measure serum vitamin C
concentration and erythrocyte SOD concentration. Statistical analysis was done using
Pearson’s correlation test.
Result: Subject consisted of 27 men and 25 women, mean of age 33.60±4.84years
old. 80.8% age in range 30–40years old. 82.7% were medium education level. 76.9%
subject had low energy intake, mean 1700.41±316.25kcal/day for women and mean
1996.33±525.72kcal/day for men. 100% subject had low vitamin C intake with mean
46.62±15.66mg/day for women and 46.97±13.39mg/day for men. . Nutritional status
of 44.2% had normal and 40.4% over enough with a mean BMI 21.98±3.48 kg/m2.
94.2% had ART and 63.5% lymphocyte count at category II CDC with mean
245(50–861)cell/?L. 92.3% subyek had low serum vitamin C concentration with
median 0.23(0.10–0.56)mg/dL. 53.8% subject had normal erythrocyte SOD
concentration with mean 1542.10±5.42U/gHb. There was no correlation between
serum vitamin C and erythrocyte SOD. (r=−0.109 and p=0.442)
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
T. M. Marini
"Tujuan : Mengetahui korelasi antara kadar vitamin E dengan jumlah limfosit CD4 penderita HIV/ AIDS
Tempat : Klinik Kelompok Studi Khusus AIDS Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Metodologi : Penelitian potong lintang pada 52 penderita HIV/ AIDS , berusia 20-40 tahun. Data yang diambil meliputi data demografi, infeksi oportunistik, asupan energi asupan lemak dengan metode food recall 1x24 jam, asupan vitamin E dengan food frequency questionnaire (F Q) semikuantitatif, kadar vitamin E plasma dan hitung limfosit CD4. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Pearson.
Hasil : Subyek terdiri dari 44 orang laki-laki dan 8 orang perempuan, median usia 26 tahun, 75% berpendidikan sedang, 63,5% berpenghasilan di bawah UMP, 59,6% tidak merokok, 80,77% golongan IDU, 82,7% AIDS, 80,8% dengan IO. Rerata IMT 19,53 kg/m2 dan 53,8% termasuk normal , rerata asupan energi 1574,1 ± 198,48 kkal, rerata asupan lemak 31,17 ± 7,26%, median asupan vitamin E 10,00 ± 1,82 mg/ hari, dan 84,6% memiliki asupan vitamin E kurang. Nilai median kadar vitamin E plasma 22,59 (11,08-70,24) µmol/L dan 90,4% subyek memiliki kadar vitamin E normal. Didapatkan korelasi positif bermakna antara asupan lemak dengan kadar vitamin E plasma(r=0.307, p-0.027*) dan antara asupan vitamin E dengan jumlah CD4 (r=0.363, p=0.008*). Tidak ada korelasi antara IMT dengan limfosit CD4 (r-0.210, p=0.135), asupan vitamin E dengan kadar vitamin E plasma (r-0.222, p=0.114), kadar vitamin E plasma dengan jumlah limfosit CD4(r= 0.028, p'.843).
Kesimpulan : Tidak terdapat korelasi antara kadar vitamin E plasma dengan jumlah CD4 penderita HIV/ AIDS.

Objective : To investigate the correlation between plasma vitamin E concentration and the number of CD4 lymphocytes count in HIV/ AIDS patients
Method : This was a cross-sectional study involving 52 HIVIAIDS patients, aged 20-40 years in University of Indonesia AIDS Working Group (POKDIKSUS) Clinic at Dr Ciptomangunkusumo General Hospital Jakarta. Data were collected including demographic characteristic, energy and fat intake by the 24-hour dietary recall method, vitamin E intake using FFQ semi quantitative method, vitamin E plasma concentration and CD4 lymphocytes count. Statistical analysis was carried out using Pearson's correlation test to investigate the correlation between vitamin E plasma concentration and the number of CD4 lymphocytes count in HIVIAIDS patients.
Result : The subjects were comprised 44 men and 8 women with median of age 26 years. 75% of the subjects were in middle education level; 63.5% were earned under Jakarta's minimum wages; 59.6% were non-smoker; 80.77% were IDU; 82.7% were infected by AIDS; and 80.8% with opportunistic infection. The BMI mean was 19.53kg/m2 of which 518% were normal. The mean of daily energy intake was 1574.11 ± 198.48 kcal, the mean of fat intake was 31.17 ± 7.27%, the median of vitamin E intake 10.00 (7.67- 15.38) mgld and 84.6% had a low vitamin E intake. The median value of vitamin E plasma level was 22.59 (11.08-70.24) µmol/L and 90.4% of subjects had normal vitamin E plasma concentration. There was a significant correlation of fat intake with vitamin E plasma concentration (r=0.307, p=0.427*), also of vitamin E intake with CD4 lymphocytes count (r 0.363, p-0.008*). But, there was no correlation of BMI with CD4 lymphocytes count (r0.210, p=0.135), of vitamin E intake with vitamin E plasma concentration (r=0.222, p=0.114), also the concentration of vitamin E plasma with CD4 lymphocytes count (r= 0.028, p=0.843).
Conclusion: No correlation was found between plasma vitamin E concentration and CD4 lymphocytes count in HIV/ AIDS patients..
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21222
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margareth Joice Widiastuti
"Tujuan: Penelitian ini adalah studi potong lintang untuk mengetahui hubungan antara kadar vitamin E serum dan aktivitas superoxide dismutase (SOD) eritrosit pada penderita HIV/AIDS.
Bahan dan cara: Pengumpulan data dilakukan pada pasien rawat jalan di klinik Pokdisus, RSUPNCM Jakarta selama akhir Februari 2013 sampai bulan Maret 2013. Subyek diperoleh dengan metode consecutive sampling. Sebanyak 52 subjek memenuhi kriteria penelitian. Data dikumpulkan melalui wawancara, rekam medis, dan pengukuran antropometri untuk menilai status gizi, dan pemeriksaan laboratorium yaitu kadar vitamin E serum dan aktivitas SOD eritrosit.
Hasil: Sebagian besar subjek adalah laki-laki (51,9%), usia rata-rata adalah 34 ± 4,84 tahun. Malnutrisi terjadi pada 55,8% dari subyek dan semua subyek (100%) memiliki asupan vitamin E yang kurang dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) Indonesia. Dalam penelitian ini, sebagian besar subjek telah mendapatkan terapi ARV (94,2%). Jumlah CD4 <200sel/uL ditemukan pada 17 subyek (32,7%). Kadar vitamin E serum yang rendah didapat pada semua subyek (100%) dengan nilai rata-rata kadar vitamin E serum 3,84 (1,77-7,32) umol / L, sementara aktivitas SOD eritrosit yang cukup ditemukan pada 53,8% dari subyek dengan nilai rata-rata 1542,1 ± 281,04 U / g Hb.
Kesimpulan: Tidak ada hubungan yang signifikan antara kadar serum vitamin E dan aktivitas SOD ditemukan dalam penelitian ini. (R = 0,047, p = 0,742).

Objective: The aim of this cross sectional study was to find a correlation between serum level of vitamin E and erythrocyte superoxide dismutase (SOD) activity in HIV/AIDS patients.
Material and method: Data collection was conducted at Pokdisus outpatient clinic, RSUPNCM Jakarta, from late February 2013 to March 2013. Subjects were obtained with the consecutive sampling method. A total of 52 subjects had met the study criteria. Data were collected through interviews, medical records, and anthropometry measurements to assess the nutritional status, and through laboratory examination (i.e. serum level of vitamin E and erythrocyte SOD activity).
Results: The majority of the subjects were male (51,9%) with a mean age of 34 ± 4.84 years. Malnutrition occured in 55.8% of the subjects and all subjects (100%) had vitamin E intake that is less than the Indonesian recommended dietary allowance (RDA). In this study, most subjects had already been on ARV therapy (94.2%). Low CD4 cell count was found in 17 subjects (32.7%). Vitamin E deficiency was found in all subjects (100%) with a median value of serum level of vitamin E of 3.84 (1.77 to 7.32) μmol / L, while normal SOD activity was found in 53.8% of the subjects with a mean value of 1,542.1 ± 281.04 U / g Hb.
Conclusion: No significant correlation between serum level of vitamin E and SOD activity was found in this study (r = 0.047, p = 0.742).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anne Rivaida
"Tujuan: Mengetahui korelasi antara kadar sang (Zn) plasma dengan jumlah Iimfosit CD4 penderita HIV/AIDS.
Tempat: Poliklinik Kelompok Studi Khusus (Pokdisus) AIDS Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Metodologi: Penelitian potong lintang dilakukan pada 52 orang penderita HIV/AIDS. Wawancara dilakukan pada subyek penelitian untuk mendapatkan data demografi, infeksi oportunistik, asupan energi dan asupan Zn. Data asupan energi didapatkan dengan metode food recall 1x24 jam, sedangkan data asupan Zn didapatkan dengan menggunakan metode FFQ semikuantitatif selama satu bulan terakhir. Status gizi ditentukan berdasarkan IMT. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan kadar Zn plasma dan jumlah limfosit CD4. Untuk mengetahui korelasi dipergunakan uji korelasi Pearson dan Spearman-Rank.
Hasil: Subyek penelitian terdiri dari 44 orang laki-laki dan delapan orang perempuan, terbanyak berada pada rentang usia 20-29 tahun (80,8%), dengan rerata usia 26,4613,60 tahun, 75% berpendidikan sedang, 63,5% berada di bawab upah minimum propinsi (UMP), Rerata IMT 19,5512,83 kg/m2, 53,8% subyek termasuk kriteria berat badan normal. Nilai rerata asupan energi subyek adalah 1574,11 ± 198,48 kkal/hari, 82,7% subyek mempunyai asupan energi kurang. Rerata asupan Zn 6,9810,92 mglhari, dan 94,2% subyek mempunyai asupan Zn kurang. Median kadar Zn plasma 13,63 (11,26-44,98) µmol/L, 17,3% subyek mengalami defisiensi Zn. Median jumlah limfosit CD4 81 (2-747)/µL., 75% subyek mernpunyai jumlah Iirfosit CD4 < 200/µL. Sebagian besar (80,8%) subyek mengalami infeksi oportunistik, berdasarkan pola infeksi oportunistik, terbanyak adalah kandidiasis orofaring (55,8%). Didapatkan korelasi bermakna antara kadar Zn plasma dengan jumlah limfosit CD4 (r=0,29;p=0,04), dan korelasi tidak bermakna antara asupan Zn dengan kadar Zn plasma (r=0,07; p=0,65) serta antara status gizi (IMT) dengan jumlah limfosit CD4 (r=0,2 I ; p=1,13).
Kesimpulan: Didapatkan korelasi bermakna antara kadar Zn plasma dengan jumlah Iimfosit CD4 (r=0,29; p=0,04)

Objective: To investigate the correlation between plasma zinc (Zn) concentration and the number of CD4 lymphocytes count in HIV/AIDS patients
Methods: This was a cross sectional study of 521-I1V/AIDS patients. Interviews were done to get data about demographic characteristics, opportunistic infections, energi intake and Zn intake. The daily energy intake was assessed using 24h food recall method, while dietary Zn intake was assessed by using semiquantitative FFQ method. Nutritional status was determined BM1. Laboratory examination was done to assess plasma Zn concentration and CD4 lymphocytes count. Pearson's and Spearman's-Rank correlation tests were used to determine the correlation.
Subjects: consisted of forty four (84,6%) males and eight (19,2%) females, most of the subjects were in the 20-29 years old range (80,8%), with mean age of 26,46+3,60 years. Most subjects (75%) had medium education level and 33 subjects (63,5%) were earning under LIMP. Mean value of BMI was 19,55+2,83 kglm2 and based on the BMI levels, most of the subjects were normal (53,8%). Mean daily energy intake were 1574,11 ± 198,48 kcal, 82,7% had Iow energy intake. Mean Zn intake was 6,98 ± 0,92 mg/day, and 94,2% had low Zn intake_ Median plasma Zn concentration was 13,63 (11,26 - 44,98) /µL and 17,3% of subjects had low plasma Zn concentration. Median of CD4 lymphocytes count was 81 (2-747)//µL, 75% subjects had CD4 lymphocytes count < 200//µL, 80,8% subjects had opportunistic infections, and the most prevalent was oesophageal-orofaryng candidiasis (55,8%). There was a significant correlation between Zn plasma level and CD4 lymphocytes count r=0,29; p = 0,04). No significant correlation were found between Zn intake and plasma Zn concentration (r=0,07; p=0,65) and between BMI and CD4 lymphocytes count (r=0,21; p=0,13).
Conclusion: There was significant correlation between Zn plasma level and CD4 lymphocytes count (r = 0,29; p = 0,04).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T58522
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sharon Sandra
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah limfosit T-CD4+, limfosit TCD8+, dan rasio CD4+/CD8+ serta hubungannya dengan status gizi pada pasien HIV positif. Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan menggunakan data sekunder dari penelitian pada penderita HIV positif yang belum mendapatkan terapi antiretroviral. Data yang diambil meliputi data usia, jenis kelamin, jumlah limfosit T-CD4+, limfosit T-CD8+, rasio CD4+/CD8+, status gizi. Analisis data menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dan Fisher. Subyek penelitian terdiri dari 17 laki-laki dan 15 perempuan dengan median usia 27 (19-59) tahun. 62,5% subyek memiliki status gizi normal. 78,1% memiliki jumlah limfosit T-CD4+ antara 200-500/μL, 68,8% memiliki jumlah limfosit TCD8+ > 785/μL, 96,9% memiliki rasio sel limfosit T-CD4+/T-CD8+  1. Tidak ditemukan hubungan bermakna antara jumlah limfosit T-CD4+ dengan status gizi (p=0,520), antara jumlah sel limfosit T-CD8+ dengan status gizi (p=1,000), serta antara rasio CD4+/CD8+ dengan status gizi (p=1,000). Simpulan penelitian adalah tidak ada hubungan bermakna antara jumlah limfosit T-CD4+, limfosit T-CD8+, dan rasio CD4+/CD8+ dengan status gizi pada pasien HIV. Penelitian ini menyarankan bahwa dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang sesuai dan sebaran responden merata.

The aim of this study was to investigate the CD4+ count, CD8+ count, and CD4+/CD8+ ratio and their relationships with nutritional status in HIV positive patients. This was a cross-sectional study with secondary data from a study of HIV positive patients who had not started antiretroviral therapy. Data collection consisted of age, sex, CD4+ count, CD8+ count, CD4+/CD8+ ratio, nutritional status. Statistical analysis used Kolmogorov-Smirnov and Fisher’s test. Subjects consisted of 17 men and 15 women, median of age was 27 (19-59) years. 62,5% had normal nutritional status. As many as 78,1% of the CD4+ count were between 200-500/μL, as many as 68,8% of the CD8+ count were > 785/μL, and 96,9% showed CD4+/CD8+ ratio 1. There was no significant relationship between CD4+ count and nutritional status (p=0,520), between CD8+ count and nutritional status (p=1,000), and between CD4+/CD8+ ratio and nutritional status (p=1,000). The conclusions of this study was there was no significant relationship of CD4+ count, CD8+ count, and CD4+/CD8+ ratio with nutritional status in HIV (+) patients. This research suggests to do further research with adequate sample and normal distribution of responden."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Emilia Slamat
"Mengelahui efek pemberian suplementasi vitamin C dan E terhadap kadar
malondialdehida plasma pada perokok kretek filter selama empat minggu di Jakarta.
Penelitian ini merupakan uji klinis paralel, acalg tersamar tunggal antara kelompok
yang inendapat suplementasi vitamin C dan E (P) dengan kelompok yang mendapat
plasebo (K). Sebanyak 40 orang perokok kretek filterr di rumah makan, Jakarta Utara
memenuhi ln-iteria dan diikutkan dalam penelitian Dilakukan randomisasi blolc untuk
menentukan kclompok perlakuan dan kontrol. Kelompok perlakuan mendapatkan
suplementasi vitamin C 500 mg dan E 400 IU/hari selama empat minggu, dan
kclompok kontrol mendapat plasebo. Data yang dikumpulkan meliputi data demograti
(usia, konsumsi rokok, indeks Brinkman, tekanan dan lg kadar glukosa darah puasa,
kadar kolesterol tétal), IMT, analisis asupan zat gizi, kadar malondialdehida plasma.
Analisis data menggunakan uji t tidak berpasangan atau uji Mann Whimsy dengan
batas kemaknaan p <0,05.
Karakteristik demografi subyek pada awal penelitian meliputi usia, konsumsi rokok,
indeks Brinkman, tel-canan damh, Radar glukosa darah puasa, kadar kolesterol total,
IMT , analisis asupan zat gizi, kadar malondialdchida plasma antara kelompok
perlakuan dan kontrol homogen. Rerata kadar MDA plasma awal pada kelompok
perlakuan dan pada kelompok kontrol 1,39i0,19 vs 1,34=b=0,09 nmol/mL. Pada akhir
perlakuan, rerata kadar MDA plasma sabesar 1,18=l=0,22 pada kelompok perlakuan dan
1,3 1=k0,13 nmol/mL kelompok kontrol, berbeda bermakna (p <0,03‘7).
Setelah suplementasi vitamin C 500 mg dan E 400 IU/hari selama empat minggu
tcrdapat perbedaan bermakna renta kadar MDA plasma antara kedua kelompok.

Abstract
To investigate the effects of vitamin C and E supplementation on plasma
malondialdehycle in clove cigarettes smokers during four weeks in Jakarta
This is a parallel randomized single-blind clinical study between interventional
group with vitamin C and E supplementation (P) and control group with has
placebo (K). Forty clove cigarettes smokers in Rmtaurant, Jakarta had fulfilled
the criteria and recruited in the research. Subjects were allocated by block
randomization into intervention and control group. Intervention group treated
with vitamin C 500 mg and vitamin E 400 IU daily for 4 weeks, while control
group treated with placebo. Data collection includes demographic characteristic
(age, smoking habits, Brinkman index, blood pressure, blood glucose, total
cholesterol), body mass index (BMI), daily nutrient analysis, plasma MDA.
Statistical analysis using unpairod t-test or Mann Whitney test with significant
level at p < 0,05.
Demographic characteristic (age, smoking habits, Brinlcman index, blood
pressure, blood glucose, total cholesterol), body mass index (BMI), daily
nutrient analysis, plasma MDA between both groups were homogen. Initial
plasma MDA in the intervention group. and control were l,39=|=0,l9 vs
l,34=l=0,09 nmol/tnL. After intervention plasma MDA were l,l8=k0,22 in the
intervention group and 1,3l£),13 nmol/mL in control group (p <0,03'7).
After supplementation of vitamin C 500 mg/day and vitamin E 400 IU/day
during 4 weeks, showed significantly differences average of plasma MDA
between two groups."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T31625
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Riyanti Inge Permadhi
"Tujuan : Mengetahui pengaruh suplementasi vitamin B6, B12 dan asam folat terhadap kadar homosistein plasma pada lansia dalam rangka mengurangi risiko terjadinya aterosklerosis.
Tempat : Panti werdha Santa Anna - Jakarta.
Bahan dan cara : penelitian eksperimental pra dan pasca suplementasi vitamin B6 (10 mg), B12 (400 µg) dan asam folat (1 mg) yang diberikan per oral, sekali sehari selama 6 minggu, terhadap 10 subyek lansia (60 tahun) yang telah memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan. Data yang dikumpulkan meliputi data non nutrisi, data nutrisi, data antropametri, status vitamin B6, kadar vitamin B12 serum dan asam folat serum dan kadar homosistein plasma.
Hasil : Pada pra suplementasi, diketahui prevalensi subyek dengan hiperhomosisteinemia tipe ringan sebesar 70%. Prevalensi defisiensi vitamin B6 (KA ASATE>I,40), 812 (<258 pmol/L) dan asam folat (<15 nmo/L) adalah 30%,30% dan 90%. Prevalensi defisiensi vitamin B6, B12 dan asam folat pada subyek dengan hiperhomosisteinemia adalah 14%, 43% dan 85%. Pada pasca suplementasi didapatkan perbaikan pada seluruh hasil pemeriksaan laboratorium secara bermakna (p<0,05) yaitu penurunan KA ASATE 11,68%, kenaikan kadar vitamin B12 serum 111,75%, kenaikan kadar asam folat serum 139,05% dan penurunan kadar homosistein plasma 36,68%.
Kesimpulan : Suplementasi vitamin B6, B12 dan asam folat terbukti secara efektif dan elision dapat memperbaiki status vitamin dan menurunkan kadar homosistein plasma secara bermakna pada seluruh subyek penelitian.

Objective : To identify the effect of vitamin B6, B12 and folate supplementation to plasma homocysteine concentration of elderly people in respect of minimizing atherosclerosis risks.
Place :Panri werdha Santa Anna - Jakarta.
Materials and Methods :Experimental study of pre and post oral supplementation of vitamin B6 (10 mg), B12 (400 }1g) and folate (1 mg), once a day for 6 weeks continuously applied to 10 elderly subjects NO years) passing through pre-defined inclusion criteria. Relevant information and data was collected through questionnaire, field observation and laboratory measurement which comprise of ages, sex, education, anthropometrics, dietary intake, food frequency amount, food habits, vitamin B6, B12 and folate status and finally plasma homocysteine concentration.
Results :During pre-supplementation, 70% of subjects was classified as moderate hyperhomocysteinemia. Cut off points to define deficiency vitamin status are erytrocyte aspartate aminotransferase activity coefficient (EAST-AC) >1,40 for vitamin B6 , serum vitamin B12 and folate concentrations were <258 pmol/L and <15 nmol/L respectively. The overall prevalence of deficiencies vitamin B6, B12 and folate status were 30%, 30% and 90% respectively. The prevalence of deficiencies vitamin B6, B12 and folate status in hyperhomocysteinemia subjects were 14%, 43% and 85% respectively. During post supplementation, no more vitamins deficiencies subjects was detected. Post supplementation laboratory measurement indicate the following significant improvement (p<0,05) on EAST-AC reduction 11,68%, serum vitamin B12 concentration improvement to 111,75%, serum folate concentration improvement to 139,05% and reduction of plasma homocysteine concentration of 36,68%.
Conclusion :Supplementation of vitamin B6, B12 and folate are effectively and significantly improve both vitamin status and plasma homocysteine concentration level of all subjects."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>