Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 44250 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ida Lisnurida
"Perubahan semakin cepat terjadi dan orientasi usaha juga menjadi berubah. Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan harus mampu mengantisipasi perubahan untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada dan menjauhi dari ancaman-ancaman yang akan datang. Kedepan karena persaingan rumah sakit yang semakin berat diperlukan rencana pengembangan Klinik Telagasari menjadi Rumah Sakit Umum Telagasari.
Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan fonnulasi rencana pengembangan Klinik Telagasari menjadi Rumah Sakit Umum Telagasari Kabupaten Karawang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, cencensus desission making group, kajian dokumentasi dan observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa positioning RSU Telagasari memiliki kelemahan dalam intemal organisasi yaitu belum optimalnya unit pemasaran, belum lengkapnya SOP (Prosedur Tetap), belum lengkapnya SDM, kurang lengkapnya produk layanan, belum terkoordinasi sistem infonnasi, namun peluang ekstemal untuk menjadi rumah sakit cukup besar yaitu peningkatan jumlah penduduk, letak strategis akses mudah, adanya peningkatan jumlah kunjungan pasien baik rawat jalan, rawat inap maupun penunjang, adanya kerjasama dengan pemasok obat maupun adanya kerjasama dengan perusahaan swasta dan PNS (Pegawai Negeri Sipil), peningkatan PDRB perkapita penduduk dan peningkatan pendidikan masyarakat. Faktor eksternal yang merupakan ancaman untuk mendirikan rumah saki! adalah jenis pelayanan yang diberikan belwn komplit dan kebijakan pemerintah. Faktor internal yang merupakan unsur kekuatan untuk rnenjadikan Klinik Telagasai menjadi rumah sakit adalah keuangan dan fasilitas sarana prasarana yang ada.
Kesimpulan pada penelian ini adalah posisi RSU Telagasari yang dianalisis sesuai Matriks TOWS berada pada kuadran Internal Fix-it (atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang). Pada analisis dengan Matriks IE, berada pada sel 1 yaitu Grow and Build. Pada tahap pencocokan dihasilkan strategi product development (pengembangan produk) dengan penentuan prioritas kegiatan guna persiapan menjadi rumah saki!berdasarkan skala prioritas QSPM adalah pembentukan apotik, melengkapi pelayanan rawat jalan dengan 3 spesialis, pembentukan rumah bersalin, melengkapi sarana fisik dan alat kedokteran persiapan rumah sakit, dan melengkapi SDM guna persiapan menjadi rumah sakit.
Target jangka waktu pelaksanaan untuk masing-masing kegiatan adalah pembentukan apotik pada tahun 2008, pengembangan pelayanan rawat jalan 3 spesialis tahun 2009, pembentukan rumah bersalin tahun 2010, melengkapi fasilitas bangunan dan alat kedokteran rumah sakit tahun 2011, melengakapi SDM rumah sakit tahun 2012.

Changing occurs faster and business orientation growth will be changed. Hospital as health service have to able to make anticipation of changing and understood where their position to make benefit from the opportunities which is and get away from corning threats. Because of hard hospital competition, need planning to development Telagasari Clinic became Telagasari hospital.
The direction of the study produce formulation to development a good strategic plan for Telagasari Clinic became a hospital at 2008-2012. Collecting the data performed with interview, consensus decision making group, study documentation, and observation.
The result of the study showed that the position of Telagasari Clinic, have susceptibility at internal organization which are not yet optimum at the marketing unit, SOP (permanent Procedural), SDM (Human Source), product of service, and coordination of information system, however the external opportunity become a hospital enough large, include increasing amount of inhabitant, simple strategic location to access, existence increasing amount of medical patient visit, cooperation with medicine supplier although with the private cooperation or PNS, increasing PDRB and education society. The external factor which threat establish a hospital is kind of service give are not yet complete and wisdom of government. The internal factor which strength element to create clinic Telagasari become a hospital are financial and own medium facilities.
Conclusion the study showed that position Telagasari clinic, which analyzed by TOWS matrices, is on the Internal-Fix-it quadrant (cope the weakness by employing tbe opportunity), while using the IE matrices, the position is on cell 1 that is Grow and Build. At matching stage it's found that product development strategy with the priority specification preparation become a hospital based on scale priority QSPM are establish pharmacy, main house, complete facilities of installation and medical tool, SDM hospital, and equip treatment way service with three specialist.
Target of implementation for each ardor are establish pharmacy at 2008, development treatment service with three specialists at 2009, establish main house at 2010, complete facilities of installation and medical tools at 2011, and complete SDM hospital at 2012.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T29177
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Widaningsih
"Pertambahan penduduk dari hari ke hari selalu meningkat, mengakibatkan kebutuhan pangan semakin meningkat pula. Peningkatan produksi pangan memerlukan lahan pertanian, sedangkan lahan pertanian dari hari ke hari luasnya cenderung berkurang.
Oleh karena itu satu-satunya usaha peningkatan produksi pertanian agar dapat mengimbangi pertambahan penduduk adalah melalui intensifikasi pertanian, khususnya melalui peningkatan mutu intensifikasi. Dalam peningkatan produksi pertanian, perlindungan tanaman mempunyai peranan yang penting dan menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan dari usaha tersebut. Pestisida merupakan bahan-bahan kimia atau alami yang digunakan untuk mengendalikan populasi organisme pengganggu tanaman (OPT) terutama dengan cara membunuh organisme (hama, penyakit, gulma dan sebagainya).
Penggunaan pestisida meningkat dengan pesat, terutama di negara-negara berkembang, dimana pestisida dianggap sebagai suatu cara mudah untuk meningkatkan produksi dan seringkali secara aktif dipromosikan dan disubsidi. Namun kerugian dan bahaya penggunaan pestisida lambat laun sangat dirasakan oleh manusia diantaranya : hama menjadi resisten terhadap pestisida, yang kemudian memaksa penggunaan pestisida dalam dosis yang lebih tinggi, sehingga akhimya perlu diciptakan pestisida baru dengan biaya semakin mahal. Pestisida bukan hanya membunuh organisme yang menyebabkan kerusakan pada tanaman, namun juga membunuh organisme yang berguna seperti musuh alami hama. Populasi hama dan serangan hama sekunder bisa meningkat setelah penggunaan pestisida (resudensi).
Pestisida yang dipakai di lahan pertanian, hanya sebagian kecil mengenai organisme yang seharusnya dikendalikan, sebagian besar pestisida itu masuk ke dalam udara, tanah, atau air yang bisa membahayakan kehidupan organisme lain. Pestisida yang tidak mudah terurai, akan terserap dalam rantai makanan dan sangat membahayakan serangga, hewan pemakan serangga, burung pemangsa, dan pada akhirnya manusia (bioakumulasi).
Menyadari kian besarnya bahaya penggunaan pestisida, maka pemerintah mengintroduksikan konsep pengendalian berdasarkan pendekatan prinsip ekologis (lingkungan) dan ekonomi serta sosial yaitu Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Introduksi PHT dilakukan melalui penyuluhan rutin dan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu.
Penggunaan pestisida yang tidak selektif dapat menurunkan populasi musuh alami hama, serangga berguna dan makhluk bukan sasaran. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan keragaman spesies (diversitas spesies) dalam ekosistem pertanian tersebut yang mempengaruhi kestabilan ekosistem dan berarti pula telah terjadi penurunan kualitas lingkungan.
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah pemakaian pestisida yang tidak selektif dapat mempengaruhi keragaman spesies serangga di ekosistem sawah?
2. Apakah pemakaian pestisida mempengaruhi populasi serangga hama ?
3. Apakah pemakaian pestisida mempengaruhi populasi serangga musuh alaminya (predator dan parasitoid telur)?
4. Apakah pemakaian pestisida dapat menimbulkan residu pada lahan pertanian dan gabah?
5. Apakah penggunaan pestisida dengan sistem Konvensional/Non PHT pada lahan sawah, efisien dibandingkan dengan sistem PHT?
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menelaah pengaruh pemakaian pestisida pada keragaman spesies/jenis serangga ekosistem sawah.
2. Menelaah pengaruh pemakaian pestisida pada populasi serangga hama.
3. Menelaah pengaruh pemakaian pestisida pada populasi serangga musuh alami (predator dan parasitoid telur).
4. Menelaah ada tidaknya residu pestisida pada lahan pertanian dan gabah.
5. Menelaah efsiensi yang diperoleh jika tidak menggunakan pestisida (sistem PHT).
Hipotesis penelitian ini adalah :
1. Pemakaian pestisida menurunkan keragaman spesies/jenis serangga di ekosistem sawah.
2. Pemakaian pestisida menurunkan populasi serangga hama.
3. Pemakaian pestisida menurunkan populasi serangga musuh alami (predator dan parasitoid telur).
4. Terdapat residu pestisida di lahan pertanian dan pada gabah.
5. Pemakaian pestisida, pada sistem Non PHT/Konvensional tidak efisien dibandingkan sistem PHT.
Metode penelitian eksperimen (Demonstrasi plot) di Desa Telagasari, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Menggunakan tiga petak lahan masing-masing berukuran 500 m2. Design penelitian One Way Anova, yaitu menguji antara petak Kontrol dengan petak PHT dan petak Non PHT. Parameter yang diamati : populasi dan jenis serangga hama; populasi dan jenis musuh alami (predator). Pengambilan sampel dilakukan pada sub-petak (petak contoh permanen) yang ditetapkan berdasarkan Diagonal System, dan pada masing-masing petak perlakuan terdapat 5 sub petak. Data dianalisis menggunakan SPSS (Statistical Produts and Service Solutions) yaitu Uji F atau Analisis Varian (ANOVA).
Hasil Penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Keragaman spesies serangga yang diperoleh pada petak PHT nilai rata-rata sebesar 1.554;1.864 lebih besar dari petak Non PHT (1.127:1.592) dan petak Kontrol (1.380;1.894), pada pertumbuhan fase vegetatif signifikan, dan pada fase generatif tanaman padi, tidak signifikan.
2. Populasi serangga hama ulat daun dan wereng coklat pada fase vegetatif, antara Kontrol (392), PHT (280) dan Non PHT (373) tidak signifikan, sedangkan populasi predator antara Kontrol (583), PHT (470) dan Non PHT (193) signifikan. Populasi serangga hama wereng coklat dan walang sangit (fase generatif sistem PHT (320) dan Non PHT (333) tidak signifikan antar perlakuan, sedangkan populasi predator antara Kontrol (376), PHT (342) dan Non PHT (188) signifikan.
3. Hasil analisis residu pada sampel lahan dan gabah menunjukkan bahwa pestisida yang digunakan selama penelitian di petak Non PHT/Konvensional tidak terdeteksi (tidak meninggalkan residu) demikian juga pada gabah.
4. Jumlah kelompok telur penggerek padi putih tertinggi dijumpai pada petak Kontrol 3 kelompok, diikuti petak PHT 1.66 kelompok dan masing-masing kelompok telur diparasit oleh parasitoid Telenomus sp. (yang persentase tingkat parasitasinya bervariasi), sedangkan terendah pada petak Non PHT yaitu 1.33 kelompok dan tidak terdapat parasitoid Telenomus sp.
5. Hasil gabah Kering Panen per Rumpun pada petak Kontrol dan petak PHT hampir sama (55.150 gramfrumpun), sedangkan pada petak Non PHT lebih rendah yaitu 51.49 gramlrumpun (tidak signifikan).
6. Jumlah malai per rumpun ketiga petak perlakuan hampir sama, pada petak Kontrol (17.99 malai per rumpun), petak PHT (18.14 malai per rumpun) dan Non PHT/Konvensional (18.14 malai per rumpun) dan tidak signifikan.
7. Pelaksanaan sistem PHT lebih efisien dibandingkan dengan sistem Konvensional, terutama terlihat dari penurunan jumlah dan frekuensi penggunaan pestisida. Pemakaian pestisida selama musim tanam menambah input akibat adanya biaya pengendalian OPT sebesar Rp. 628.0001Ha (Enam ratus dua puluh delapan ribu rupiah per hektar), belum termasuk ongkos pengamatan, sedangkan biaya produksi keseluruhan tanpa menggunakan pestisida sebesar Rp. 2.893.0001Ha (Dua juta delapan ratus sembilan puluh tiga ribu rupiah per hektar), jadi penerapan sistem PHT meningkatkan efisiensi sebesar 21.7% dari input.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Keragaman spesies serangga pada ekosistem sawah dengan penerapan sistem PHT, berkisar antara 0.908 sampai 3.122, lebih besar dibandingkan dengan sistem Non PHT yang berkisar antara 0.592 sampai 2.166. Pemakaian pestisida signifikan menurunkan keragaman spesies serangga di ekosistem sawah.
2. Penggunaan pestisida tidak signifikan menurunkan jumiah populasi serangga hama. Jumlah populasi serangga dengan penerapan sistem PHT sebesar 600 per 100 rumpun, sedangkan dengan sistem Non PHT sebesar 706 per 100 rumpun.
3. Penggunaan pestisida signifikan menurunkan jumlah populasi predator di ekosistem sawah. Jumlah populasi predator pada penerapan sistem PHT sebesar 812 per 100 rumpun dan dengan sistem Non PHT sebesar 381 per 100 rumpun. Penggunaan pestisida Spontan 400 WSC dan Furadan 3 G menyebabkan populasi parasitoid Telenomus sp. yang menetas dari telur penggerek batang padi putih (T. innotata) menurun.
4. Pestisida yang digunakan selama penelitian (2 minggu setelah tanam, pertengahan masa tanam dan 2 minggu menjelang panen) belum meninggalkan residu di tanah dan di gabah, namun demikian bukan berarti tidak berpotensi untuk menimbulkan residu. Hasil analisis tanah ditemukan residu pestisida yang tidak digunakan selama penelitian yaltu : 0.0002 ppm Lindane; 0.0002 ppm HEE dan 0.9859 ppm PCP (pada lahan PHT) serta, 0.0021 ppm Lindane; 0.0001 ppm HEE dan 0.1899 ppm PCP (pada lahan Non PHT).
5. Penerapan sistem PHT lebih efisien 21.7% dibandingkan sistem Non PHT/Konvensional yang menggunakan pestisida,dengan tidak memperhatikan Ambang Pengendalian dan keberadaan serangga musuh alami.
The total population is rising from day to day; it's also caused the need of food increasingly. The raise of food production needs a wide agriculture field, while it tends to decrease from day to day.
Therefore, the only effort of agriculture production increase in order to balance the increase population is to intensify the agriculture production, and the plant protection has very important role and to be unseperated part of such efforts. Pesticide is chemical substance or the nature used to control the disturbing organism population of plant (OPT), especially by exterminating the organism (pest, plant disease, weed, etc).
The use of pesticide is rapidly increasing, especially in the developing countries where the pesticide is considered as the easy ways to raise the production and it' frequently and actively promoted and subsidized. But, the loss and danger of pesticide utility is gradually experienced mostly by the people, among other things, the insects would be resistance against the pesticide, and they're forced to use it in the higher dosages. Finally, it's created new pesticide with the higher cost. Pesticide is not only exterminating the organism that caused the damages on the plants, but also exterminating the useful organisms such as natural enemies of insects. The insects? population and secondary insects attack can be increasing after the pesticide kills its natural enemies (resurgence).
The pesticide used in the agriculture field is only a small part about the organisme that should be controlled, and the most part of pesticide mixed in to the air, soil, or water that can be endanger other living organisms. The pesticide that is not easily mixed up, will absorbd in the food chains and it's very dangerous for the insects, insect eater of animal, bird attacker, and human in the end (bioaccumulation).
To realize the great deal of danger of pesticide utility, the Government introduces the control system based on the ecological, economical and social principle approach, namely Integrated Pest Management (IPM).
The introduction of IPM is implemented by giving the intensive information and Integrated Pest Management Field School. The unselected pesticide utility can decrease the natural enemies? population of insects, useful insects, an non-target insects. This case can cause the decrease of species diversity in the agriculture ecosystem that influences the ecosystem stability and it also means that it has decreased the environmental quality.
The problem in this investigation, as follows:
1. Can the unselected pesticide utility influence the species diversity of insects in the rice field ecosystem?
2. Does the pesticide utility influence the population of insects?
3. Does the pesticide utility influence the population of insects as its natural enemy (predators and parasitoids)?
4. Can the pesticide utility cause residual on the rice field and unhusked grains?
5. Will the pesticide utility with conventional system or non-IPM system on the rice field, be efficient than IPM system?
This investigation is intended to:
1. To study the influence of pesticide utility on the diversity of insect species on rice field ecosystem.
2. To study the influence of pesticide utility on the insect population.
3. To study the influence of pesticide utility on the insect population as natural anemy.
4. To study either existed or not of pesticide residual in the rice field and unhusked grains.
5. The pesticide utility, on non-IPM system/conventional system is not efficient than IPM system.
Investigation method experiments in Telagasari District, Telagasari -Subdistrict, Karawang Regency, West Java. By using the three plots of land and each of them has a size 500 m2. The investigation design of One Way Anova, is to examine among the control plot, 1PM plot and non IPM plot. The observed parameters are population and short of insects? species; population and short of natural enemy (predators). The sample catchment is implemented on the subplot (permanent sample plot) stated based on the Diagonal System, and each plot of treatment consists of 5 sub-plots. Analysis data is using SPSS (Statistical product and Service Solution), namely F test or Variant Analysis (Anova).
The result of investigation as follows:
1. The diversity of insect species obtained in IPM plot has average value as much as 1.554; 1.864 higher than Non IPM plot (1.127; 1.592) and Control plot (1.380; 1.894), on growth of significant vegetative phase is significant but generative phase is not significant.
2. Insects population of leave caterpillar and Nilaparvata lugens on the vegetative phase among the control (392), IPM (280) and non IPM (373) are not significant, while the predator?s population among the control (583), IPM (470) and non IPM (193) are significant. Insect population of N. lugens and Leptocorisa acuta on the generative phase among the IPM system (320) and non IPM system (333) are not significant, while the predator population among the control (376), IPM system (342) and non IPM system (188) are significant.
3. The residual analysis result on the soil sample and unhusked grains indicated that pesticide utilized during investigation in the non IPM system is not detected (not leaving residual).
4. Total egg group of Tryporiza inotata is highly found in the control plot (3 group), followed by the 1PM plot (1.66 group) and each of them were parisitating by Telenomus sp parasitoid (whose parasitation level percentage is varied), while the lowest nonlPM plot is 1.33 group and is not found parasitoid Telenomus sp.
5. Harvest of dry unhusked grain each cluster in the control plot and the IPM plot are almost the same (55.150 gram/cluster), while non IPM plot is lower, namely 51.490 gram/cluster (it's not significant).
6. Number of malai each cluster in three plots is almost the same. on the control plot (17.99 malai/cluster) is lower than 1PM plot (18.14 malai/cluster) and non IPM plot (18.14 malai/cluster) and it's not significant.
7. Implementation IPM system is more efficient than conventional/non IPM system, especially seen from the decrease of amount anf frequency of pesticide utility during the planting seasons will increase input resulted from plants-disturbing organism control cost as much as Rp. 628.000,00/Ha (six hundred and twenty eight thousand rupiah per hectare), and it's not included the cost of workers, hire of spray equipment, while the whole production cost without using the pesticide as much as Rp. 2.893.000,00/Ha (two million eight hundred and ninety three thousand rupiah per hectare), so the IPM system is increasing efficiently as much as 21.7 % from input.
The conclusion obtained from this investigation as follows:
1. The diversity of insect species on rice field ecosystem by using IPM system, approximately 0.908 up to 3.122 is higher than the non IPM system (0.592 upto 2.166). The pesticide utility is decreasing significant for diversity of insect species in the rice field ecosystem.
2. The pesticide utility is decreasing not significant for the amount of insect population. Total insect population with the IPM system application as much as 600 per 100 clusters, while using the non IPM system as much as 381 per 100 clusters.
3. The pesticide utility is decreasing significant for the amount of predator population, on the IPM system application as much as 812 per 100 clusters and the nonIPM system as much as 381 per 100 clusters.
4. The pesticide utility of Sponan 400 WSC and Furadan 3 G causes the population of parasitoid Telenomus sp.hatched from eggs of Tryporiza inotata, is decreasing. The pesticide utilized during the investigation is not left the residual in the soil and in the unhusked grains, but its not mean not potential residues. Soil analysis result is found unused residual pesticide during the investigation, namely 0.0002 ppm Lindane; 0.0002 ppm HEE and 0.9895 ppm PCP (on IPM plot) and 0.0021 ppm Lindane; 0.0001 ppm HEE and 0.1899 ppm PCP (on nonIPM plot).
5. The IPM system application is more efficient as much as 21.7 % than the non IPM/conventional system that used the pesticide, without paying attention to control balance and the insects existence as the natural enemies.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T9975
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Nurpinudji
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1984
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratia Radiani
"Meningkatnya jumlah penderita hipertensi dan belum diketahui bagaimanapengendalian hipertensi di wilayah Puskesmas Telagasari, dapat menimbulkanpermasalahan kesehatan yang sangat serius dan berdampak besar pada kualitashidup apabila tidak mendapatkan perhatian dan penanganan yang intensif.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungandengan kepatuhan penderita hipertensi dalam pengendalian tekanan darah diwilayah Puskesmas Telagasari Kabupaten Karawang. Penelitian ini merupakanpenelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Sampel penelitiansebanyak 125 penderita hipertensi yang diambil dengan teknik consecutivesampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan kuesioner.Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 59,2 responden memiliki tingkatkepatuhan yang buruk. Ada hubungan yang bermakna antara keterpaparaninformasi p=0,001 dan pengetahuan p=0,016 dengan kepatuhan penderitahipertensi dalam pengendalian tekanan darah. Faktor yang paling dominanberhubungan dengan kepatuhan adalah keterpaparan informasi. Penderitahipertensi dengan keterpaparan informasi yang tinggi berpeluang untuk memilikitingkat kepatuhan yang baik sebesar 2,7 kali lebih besar dibandingkan penderitahipertensi dengan keterpaparan informasi rendah setelah dikontrol denganvariabel pengetahuan dan dukungan keluarga 95 CI; 1,13-6,26 . Dari hasilpenelitian ini perlu peningkatan upaya promosi kesehatan untuk meningkatkankepatuhan dalam pengendalian tekanan darah serta perlu kerjasama dengan lintassektor lainnya termasuk swasta.

The increased number of patients with hypertension and the lack of information tocontrol hypertension in Telagasari Public Health Center can lead to serious healthproblems and will give a big impacts on quality of life if there is no seriousconcern and intensive treatment. The purpose of this research is to analyze thefactors related to the adherence of the patience with hypertension in controlingblood pressure in Telagasari Public Health Center. Quantitative method and crosssectionaldesign were used to analyze the data. The writer using consecutivesampling methods by interviewing 125 the respondents with hypertension usingquestionaire. The results showed that 59.2 respondents were having pooradherence. There was a significant correlation between exposure of information p 0,001 and knowledge p 0,016 with adherence of hypertension patient inblood pressure control. The most dominant factor associated with adherence is theexposure of information. Hypertensive patients with high information exposurehas an opportunity to have a good adherence level of 2.7 times greater thanhypertensive patients with lower information exposure after controlling for thevariables of knowledge and family support 95 CI 1,13 6,26 . The result of thisresearch shows that it need to improve health promotion efforts in order toimprove adherence in controlling blood pressure and need good cooperation withother cross sector including private."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Azhar Abdurachman
"Seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi industri, Kabupaten Karawang yang dulunya adalah sebagai daerah pertanian yang merupakan penghasil beras terbesar di pulau jawa, sebagian besar lahannya digunakan untuk bercocok tanam padi perlahan-lahan berubah menjadi daerah terbangun. Peneletian ini bertujuan untuk mengetahui diimana dan penyebab Perubahan Penggunaan lahan Pertanian menjadi daerah terbangun pada tahun 1984 dan 2008 serta pengaruh terhadap swasembada beras di Kabupaten Karawang dengan menggunakan Metode analisis deskriptif, super imposed peta, dan uji data statistik Multiple Regressi sehingga terlihat bahwa Perubahan Penggunaan lahan pertanian menjadi daerah terbangun yang tinggi pada Kabupaten Karawang secara umum terjadi pada Kecamatan yang mengalami pertambahan kepadatan penduduk yang tinggi, penurunan rata-rata pendapatan petani dan prosentase lahan terbangun yang direncanakan oleh RTRW yang tinggi. Perubahan lahan pertanian menjadi daerah terbangun memberikan dampak pada Kabupaten Karawang dalam memenuhi Swasembada beras kedua di Kabupaten Karawang. Secara Umum Kabupaten Karawang masih dapat melakukan Swasembada beras, namun terjadi penurunan surplus beras di setiap Kecamatan di Kabupaten Karawang."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S27849
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yayuk Sri Rahayu
"Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator kesejahteraan suatu bangsa. Upaya yang dilakukan di bidang kesehatan adalah dengan meningkatkan umur harapan hidup, dengan cam menurunkan Angka Kcmatian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Dibanding ncgara- negara ASEAN, AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi, demikian juga kondisi AKI dan AKB di Jawa Barat, termasuk di Kabupatcn Karawang.
Pelayanan antenatal merupakan salah satu intervensi kesehatan yang paling cfektif untuk pencegahan kesakitan dan kematian ibu. Kematian ibu dapat dicegah bila komplikasi dan keadaan resiko tinggi kehamilan dapat dideteksi sejak dini melalui pemeriksaan antenatal sedini' mungkin. Hasil kegiatan yang dilakukan oleh bidan di desa Kabupaten Karawang dalam pelayanan antenatal (cakupan ANC KI dan K4}, menunjukkan adanya kesenjangan yang tinggi. Hal ini merupakan indikator bahwa kincda bidan di desa masih belum baik.
Tujuan peneiitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, pengalaman, tempat tinggal, motivasi, kelengl-:apan alat, supervisi dan klasiiikasi desa dengan kinerja bidan di desa dalam pelayanan antenatal. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional, dengan populasi semua bidan di desa sebanyak 305 respondcn. Sampel penelitian semua populasi, yang berhasil didata sebanyak 289 responden. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Maret-April 2008, di Kabupatcn Karawang, dengan wawancara dan menggunakan kuesioner. Analisis univariat dengan mcmbuat distribusi frekuensi masing-masing variabel, analisis bivariat dengan uji kai kuadrat dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda dengan kriteria kemaknaan p<0,0S.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi bidan di desa yang mempunyai kinerja kurang (49,8%),. sedikit Iebih rendah dibanding bidan di desa yang mempunyai kinerja baik (50,2%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel pengetahuan tentang umur kehamilan dan fokus supervisi berhubungan signifikan dengan kinerja bidan di desa. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel fokus supervisi bcrhubungan signifikan dengan kinerja bidan di desa. Bidan di desa dengan fokus supervisi kurang akan berpeluang mempunyai kineqja kurang, 1,7 kali lcbih besar dibanding bidan di desa dengan fokus supervisi baik.
Berdasarkan basil pcnelitian, penulis merekomendasikan saran sebagai berikut: Bagi Puskesmas dan Dinas Kesehatan perlu meningkatkan supervisi dengan cara mcmbuat jndnval supervisi, cek list, kemudian didiskusikan, sampai terbentuk formulasi tentang masalah yang ada, menentukan penycbab masalah, prioritas dan membuat langkah- langkah perbaikan, membuat komitmen bersama untuk pcrbaikan, melakukan pelatihan bagi pctugas supervisi, kemudian melakukan uji coba, menilai hasi I yang dicapai dan menentukan tindak Ianj ut bcrikutnya.
Bagi bidan di desa perlu memahami kembali tentang tujuan, wewenang, lugas pokok dan fungsi sebagai bidan di desa, meningkatkan kerjasama, lebih proaktif dan meningkatkan .sq/T skiil. Bagi masyarakat perlu kexjasama dan partisipasinya dalam pelayanan antenatal. Bagi peneliti lain perlu dilakukan penelitian tentang fokus supervisi untuk meninkatkan kinerja bidan di desa dalam pelayanan antenatal dengan wawancara independen dan tentang kinerja bidan di desa secam komprehensif.

The level of public health is one of the indicators related to the wealth of society. One of the efforts being done in the health subject is to increase the age life expectancy by reducing the matemal mortality rate (MMR) and neonatal mortality rate (NMR). Comparing to the other ASEAN countries, Indonesia’s MMR and NMR are still high, and so docs for of West .lava’s MMR and NMR, including Karawang regcncy.
Antenatal care is one of the most effective health interver' veventing the matemal morbidity and mortality. Matemal mortality ca- vented, if complication and high risk conditions are detected early by anten. are. Activity result of village midwives on antenatal care in Karawang rcgency (including ANC KI dan K4) shows high discrepancy; which indicates that village midwives performances is not yet good.
The research objective is to tind out the link between knowledge, experience, residence, motivation, full-equipments, supervision and village classification with village midwives' performances in the antenatal care. This research of cross sectional program, uses a population of all the village midwives which are 305 respondents. The sample is using all ofthe population, 289 are successiiilly recorded as data. The data collection is started from March until April 2008, in Karawang regency, through interview and questionnaire fonns. Univariate analysis by making frequency distribution of such variable, bivariate analysis by chi square test and multivariate analysis by multiregression logistic test with p va1ue<0,05.
The research result shows that the proportion of the village midwives with low performance (49,8%) is almost the same as the village midwives with good performance (50,2%). The bivariate analysis shows variable knowledge of the age of pregnancy and supervision focus has significant relationship with the village midwives’ performance. The village midwives with less supervision focus have an opportunity to perfonn less by 1.7 times greater than the village midwives with good supervision focus.
According to research results, writer recommends advises as the following: For the Public Health Center and Official Health needs an improvement on supervision by making supervision schedule, check list and continued with discussions, in order to find the formulation ofthe existing problem, the cause of the problem, priorities and developing solving steps, making commitment together to improve, conducting training for supervision officers, then conducting testing which evaluate the result and decide the next steps.
For the village midwives, they need to understand the objectives, authority, the main function and responsibilities as village midwives, to improve teamwork, be more proactive and to improve soft skill. For the surrounding society, its teamwork and participation are importantly needed in the antenatal care. For other researchers, it is needed to carry on further researches about supervision focus to improve the village midwives performance in the antenatal care with independent interview and about comprehensive of the village midwives performance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34360
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Peter Tamira
"Perubahan RSIA JMB Keluarga Ibu menjadi rumah sakit umum sebagai upaya merespon kebutuhan masyarakat kota Tangerang membutuhkan acuan perencanaan strategi yang tepat. Melalui wawancara mendalam dan Consensus Decision Making Group (CDMG), penelitian ini merupakan penelitian operasional dengan pendekatan analisa kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk menjadi Rumah Sakit Umum JMB Tangerang, perlu mengembangkan produk layanan sebagai rumah sakit kelas D dan perlu memenuhi standar kriteria rumah sakit kelas D dalam 5 tahun ke depan, dengan prioritas penyempurnaan poliklinik rawat jalan penyakit dalam dan bedah.

The transformation of JMB Keluarga Ibu Children and Women?s Hospital into a general hospital as an attempt to respond the needs of the community at Tangerang city requires a accurate development plan strategy. Through an in-depth interview and Consensus Decision Making Group (CDMG), this research is an operational research with a qualitative analysis approach. The research result indicates that to be a JMB Tangerang General Hospital, it is essential to develop a product service as a type D hospital and meeting the standard criteria of class D hospital in the next five years prioritizing in the excellence of internal medicine and surgery outpatient clinic."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriana Yudisari
"Perkembangan pelayanan kesehatan mulai dari unit yang terkecil sampai dengan rumah sakit yang kompleks baik .dari segi sumber daya maupun dari sistem yang berlaku, umumnya berlangsung sedemikian rupa. Kehadiran rumah sakit pada saat ini mempunyai daya saing yang cukup tinggi. Oleh karena itu setiap jenjang perkembangama memerlukan penetapan rencana strategis, sehingga dapat melakukan pelayanan dengan balk dan terus bertahan hidup.
Rumah Sakit Umum Daerah Aceh Tarniang yang merupakan instansi sektor publik juga bertujuan memberikan pelayanan prima kepada konsumen baik dari segi pelayanan medis maupun fasilitas yang memadai dan hal tersebut dapat terrwujud apabila rumah sakit mempunyai perencanaan strategis.
Penelitian ini bertujuan menganalisa Klinik Umum, Klinik Gigi dan Rehabilitasi Medik melalui variabel internal Product Life Cycle (PL)yaitu sales, cost, profit, cash flow, capital access, serta variabel ekstemal yaitu competitor, sehingga dapat diketahui posisinya menurut siklus hidupnya yang akan menjadi dasar pembuatan sirategi yang tepat. Penelitian ini merupakan penelitian operasional dengan pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa klinik Umum Klinik Gigi clan Rehabilitasi Medik berada pada fase Growth dalam PLC. Selanjutnya dilakukan pencocokan strategi berdasarkan teori dari para ahli, maka alternatif strateginya adalah pengembangan produk, pengembangan pasar dan penetrasi pasar. Penentuan strategi terpilih berdasarkan hasil wawancara tidak terstruktur memberikan rekomendasi sebagai berikut:
a. Klinik Umum : Pembuatan paket medical check-up sederhana bagi perneriksaan kesehatan calon jemaah haji
b. Klinik Gigi menambah jenis pelayanan pembuatan gigi tiruan
c. Rehabilitasi Medik : Perbaikan tamplIan ruang Rehabilitasi Medik
Pengimplementasian strategi terpilih secara terprogram diharapkan dapat lebih mengembangkan Klinik Umum, Klinik Gigi clan Rehabilitasi Medik.

Generally the development of health service from the smallest unit to the hospital which has a complex from both resources and applied system, is usually occur in such ways. The presence of hospitals these days are very competitive. There for every step of its development needed a strategic plan so that the institution can performed the excellent service and in order to keep survive.
Aceh Tamiang District Hospital as a public sector institution has aim to give the excellent service to consumer in medical services and an adequate facility, and those thing only happened if the hospital has the strategic planning.
The research's aim to analyze the general clinic, dental Clinic and Medical rehabilitation by using the internal variables of
Product Life Cycle (PLC) which are sales, cost, profit, cash flow, capital access and external variable such as competitors, in order to define each position according to its life cycle that becomes a reference to create the accurate strategic response. This is an operational research with a qualitative approach.
The result shows that all units, general Clinic, dental Clinic and medical rehabilitation, were in the growth phase of product life cycle. After that the matching strategy was done based on the expert's theory, and we can conclude that the alternative strategies were product development, market development and market penetration. Chosen strategy that was pick based on the result of non structured interview that give the recommendation as follows :
a. General Clinic : simple medical check-up package to examine the health of hajj candidates.
b. Dental clinic add prosthodontic treatment
c. medical rehabilitation : enhance the medical rehabilitation room
The implementing of well-planned chosen strategy was hopefully could be more developed the General Clinic, Dental Clinic and Medical Rehabilitation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2008
T33902
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Pertiwi
"Sekitar 80% kematian maternal disebabkan secara langsung oleh komplikasi obstetri yaitu: perdarahan (25%), sepsis (15%), abortus tidak aman (13%), hipertensi pada kehamilan, eklampsia (12%), dan persalinan macet (8%). Di Indonesia eklampsia sampai saat ini merupakan salah satu penyebab kematian ibu hamil dan ibu bersalin disamping penyebah kematian maternal yang lain. Insiden eldampsia/preeklampsia di rumah sakit makin lama semakin meningkat. Di negara berkembang maupun maju 5-17% dari penderita eklampsia akan meninggal. Mereka yang berhasil hidup mungkin akan mengalami komplikasi berupa kelumpuhan, kebutaan, atau tekanan darah tinggi kronis, dan gangguan fungsi ginjal. Ibu dengan komplikasi akan meninggal apabila terlambat menerima pelayanan standar. Terdapat tiga faktor penyebab kematian ibu akibat PEB yang dapat dihindarkan, yaitu masalah yang berhubungan dangan pasien, masalah administnltif, dan masalah yang herhubungan dengan petugas kesehatan. Penelitian ini hertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang herlmbungan dengan kejadian komplikasi PEB pada ibu hersalin di RS wilayah Kabupaten Karawang, serta untuk mengetahui faktor yang paling dominan pengaruhnya. Desain penelitian ini adalah cross sectional terhadap 100 ibu hamil dengan PEB yang dirujuk oleh bidan ke Rumah Salit di Wilayah Kabupaten Karawang. Analisis data yang digunakan adalah uji chi square dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 31% ibu hamil dengan PEB yang mengalami komplikasi. Analisis bivariate melalui uji chi square menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai hubunga bermakna dngan kejadian komplikasi PEB adalah riwayat ANC (nilai p=0,03), penghasilan keluarga (0,00), pendidikan bidan (0,01), penatalaksanaan pra rujukan (0,01).lama waktu penatalaksanaan oleh bidan merupakan factor yang paling dominan dengan OR 38,33. Mengacu pada hasil penilitian di atas maka disarankan agar bidan segera merujuk ke rumah sakit bila menjumpai ibu hamil dengan PEB, dilakukan penatalaksanaan sesuai standar, menyediakan prosedur tetap penatalaksanaan preeclampsia berat, bidan senantisa meningkatkan ilmu pengetahuan dengan jalan mengikuti pendidiksn ke jenjang yang lebih tinggi, perlu mengadakan penyuluhan yang lebih intensif agar ibu hamil mau melakukan ANC minimal 4 kali selama hamil. Hendaknya IBI Cabang Karawang memantau / memverifikasi penerapan prosedur tetap di tempat praktek bidan. Hendaknya RS selalu mempematikan prosedur tetap dalam memberikan pelayanan khususnya kepada ibu dengan PEB. Serta agar Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang menyelenggarakan program pelatihan LSS bagi bidan yang belurn pemah mengikuti pelatihan LSS.

Approximately 80% of maternal death is directly caused by obstetrics complication, namely: bleeding (25%), sepsis (15%), unsafe abortion (13%), pregnancy hypertension, eclampsia (12%) and delivery intervention (8%). Today, in Indonesia, eclampsia still becomes one of the cause of pregnancy and maternal death besides other maternal death causes. Eclampsia/Pre-Eclampsia incidents in hospitals are gradually increasing. In developing and developed countries. 5 ? 17% of eclampsia patients will die. Those who survive may experience complication such as paralysis. blindness, or chronic hypertension, and kidney function disorder. Mother with complication will be die if she does not get standard service on time. There are three factors causing maternal death because of SPE that can be hindered, i.e: problems related with patient, administrative problems.and problems related to health officials their knowledge by oontinuing their study to higher education, conduct more intensive compaign so- that pregnant women will have ANC at least 4 times during their pregnancy. IBI at Karawang district should analyze/verify th(! implementation of standard procedure in midwife>s practice. Hospitals pay attention to standard procedure in giving special service for SPE's pregnant mother. Hopefully Health Department of Karawang district facilitates midwives to improve their education level, namely three-year diploma program (D3), four-year diploma program (D4), Graduate program or Master of Midwifery program."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T20905
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Puji Hartati
"

Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem yang sangat penting bagi kehidupan flora, fauna serta manusia yang ada disekitarnya. Pengembangan ekosistem mangrove menjadi ekowisata merupakan salah satu cara untuk keberlanjutan ekosistem mangrove agar tidak berdampak negatif terhadap kehidupan makhluk hidup disekitarnya. Kabupaten Karawang memiliki ekosistem mangrove dengan luas 275 hektar yang tersebar di 8 desa yaitu Desa Tambaksari, Sedari, Pusakajaya Utara, Pasir Putih, Sukakerta, Rawagempol Kulon, Muara Baru dan Muara. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis daya tarik dan persepsi masyarakat dalam pengembangan ekowisata mangrove di Kabupaten Karawang dan menganalisis potensi pengembangan ekowsiata mangrove di Kabupaten Karawang. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan perhitungan menggunakan bobot dan skoring. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis spasial untuk melihat persamaan dan perbedaan daya tarik, persepsi dan potensi pengembangan ekowisata mangrove. Hasil penelitian menunjukkan bahwa desa yang memiliki nilai daya tarik sangat menarik berada pada Desa Sukakerta yang memiliki fasilitas lengkap dengan jumlah banyak, sedangkan yang memiliki daya tarik rendah yaitu Desa Rawagempol Kulon dan Tambaksari dengan ketersediaan fasilitas yang terbatas. Persepsi masyarakat terhadap pengembangan ekowisata mangrove didominasi dengan persepsi setuju dan hanya satu desa yang memiliki persepsi tidak setuju yaitu Desa Muara. Berdasarkan daya tarik dan persepsi masyarakat dapat diketahui potensi pengembangan ekowisata mangrove memiliki klasifikasi cukup berpotensi dan hanya terdapat satu desa yang kurang berpotensi yaitu Desa Rawagempol Kulon. 


Mangrove ecosystem is one of the ecosystems that is very important for the life of flora, fauna as well as the people around it. Development of mangrove ecosystems into ecoturism is one way to sustainability of mangrove ecosystem so that have a negative impact on the lives of their creatures. Karawang Regency has a mangrove ecosystem with an area of 275 hectares spread across 8 villages, that is Tambaksari, Sedari, North Pusakajaya, Pasir Putih, Sukakerta, Rawagempol Kulon, Muara Baru and Muara Villages.. This research was conducted to analyze the attractiveness and perception of the community in the development of mangrove ecotourism in Karawang Regency and to analyze the non-physical potential of mangrove ecotourism in Karawang Regency. The method used in this research is to do calculations using weights and scoring. The analysis used in this study is a spatial analysis to see the similarities and differences in attractiveness, perceptions and non-physical potential of mangrove ecotourism development. The results showed that villages that had very attractive attractiveness value were in Sukakerta village which had complete facilities with large numbers, while those that had low attractiveness were the villages of Rawagempol Kulon and Tambaksari with limited availability of facilities. Community perception of the development of mangrove ecotourism is dominated by the perception of agree and only one village that has a perception of disagreeing is the village of Muara. Non-physical potential of ecotourism development has a potential category and there is only one village that has no potential, that is Rawagempol Kulon village

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>