Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179212 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Batubara, Mawarni
"Penggunaan jarum suntik pads pecandu narkoba adalah salah satu cam penulamn HIV/AIDS yang sangat efektiti Saat ini penggunaan jarum suntik pada pecandu narkoba telah mcnjadi pola penularan HIV/AIDS yang utama di Kota Medan. Jika tidak dilakukan intervensi maka pcnularan HIV/AIDS akan terus menyebar dcngan cepat.Untuk itu pcrlu diketahui faktor=faktor yang berhubungan dengan penggunaanjarum suntik beresiko pada pecandu narkoba di Kota medan.
Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang (cross sectional), dengan menggunakan data sekunder dari SSP PENASUN Tahun 2005 di kota Medan, yang dilanmanakan oxen Depammm Kcsehamn' am Baden Pwr smusrik. Populasi penelitian ini adalah seluruh pengguna narkoba slmtik di kota Medan tahzm 2005. dengan jumlah sampcl yang di analisis adalah 250 responden. Analisa data yang digunakan adalah regresi logistik ganda.
Hasil studi memperlihatkan bahwa prevalensi pcnggumaan jarum suntik beresiko tertular HIVIAIDS pada pecandu narkoba di kota Medan adalah 52%. Dari hasil analisis rcgrcsi logistik menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan pengglmaan jamm suntik beresiko tertular I-HV/AIDS adalah faktor umur, pendidikan, dan jangkauan program. Setelah dilakukan pcrhitungan ukuran pendidikan = 54.27 % , dampak potensial faktor jangkauan program = 39.32 %. Faktor yang paling berkontribusi dalam penggunaan jarum suntik bcresiko adalah faktor pendidikan (PAR = 69.42%).
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka saran yang diajukan adalah meningkatkan intervensi pada kelompok penyuntikan dengan upaya peningkatan penjangkauan dan pendampingan sem meningkatkan pcndidikan teman schaya. Penyampaian informasi sebaknya dilakukan melalui media elektronik seperti iklan televisi, dan film, agar informasi lebih mudah di pahami olch pccandu narkoba yang sebagia besar berpendidikan menengah kebawah.
Kata kunci : Pecandu narkoba, Penggunaanjamm suntlk berisiko, HIV/AIDS
Needle Sharing Usage within drug user is one of effectives way HIV/AIDS transmission. Currently needle usage within drug user become the major transmission for HW/AIDS disease in Medan. If there is no significant intervension made, the HIV/AIDS transmission will spread very quickly. Therefore factors which related with needle sharing usage within dnigs user in Medan have to he identified.
This research use cross sectional design, with using secunder data hom SSP PENASUN year 2005 in Medan, conducted by Health Departement and Statistic Biro. The research population is all needle drug user in Medan year 2005 with total sample analysed are 250 samples. Data analysis is using Double Logistic Rcgrcssions.
The research show that the prevaiensi the needle sharing usage in Medan have 52 % pvssibility to get HIV/AIDS. From analysis logistik rcgresion show factors which relate to needle sharing usage with transsmission risk of HIV/ADS are ages factor, education factor, ncddle access factor and peer pressure factor. After make more analysis about impact factor on each contributed factor then found that potential impact (PAR) for: age = 38,l9%, education = 54,27%, outreach program = 39,32%. The most contributed factor which give dominant contribution for needle sharing usage with risk get HIV/AIDS is the education factor (PAR = 69.42%) From this research result, the suggestion to improve intervention is by improving intervention on Needle Sharing Usage groups with increasing outreach and increasing the peer suggestion contribution. The infomation about needle sharing usage with risk can be told by electronic mass.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rachel Gabriella
"Ketersediaan dan pengelolaan obat Antiretroviral (ARV) sebagai salah satu aspek krusial dalam menangani kasus pasien Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Puskesmas. Evaluasi ketersediaan dan pengelolaan obat ARV di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati diperoleh melalui data analisis kartu stok, Lembar Pemakaian dan Permintaan Obat (LPLPO), serta observasi terhadap penggunaan obat. Hasil menunjukkan bahwa ketersediaan obat ARV di Puskesmas Kramat Jati mencukupi kebutuhan setiap bulannya tanpa kekosongan stok. Pemakaian obat ARV didominasi oleh kombinasi dosis tetap atau Fixed Dose Combination (FDC), terutama FDC dewasa dan anak. Pengelolaan berjalan efektif dikarenakan koordinasi antara apoteker dan tenaga kesehatan lainnya untuk mengoptimalkan peresepan obat dan mencegah penumpukan stok yang jarang digunakan. Kolaborasi ini juga membantu dalam menjaga kepatuhan pasien terhadap pengobatan. Sistem pengelolaan obat yang efisien dan kolaborasi antar profesi dalam pengelolaan obat ARV di Puskesmas dapat memberikan pelayanan optimal bagi pasien HIV di masa mendatang.
The availability and management of Antiretroviral (ARV) drugs are crucial aspects in handling cases of Human Immunodeficiency Virus (HIV) patients at Community Health Centers. The evaluation of ARV drug availability and management at the Kramat Jati Sub-district Health Center was obtained through the analysis of stock cards, Drug Use and Request Forms (LPLPO), as well as observations of drug usage. The results indicate that the availability of ARV drugs at the Kramat Jati Health Center meets the monthly needs without stock shortages. The usage of ARV drugs is predominantly comprised of Fixed Dose Combination (FDC), especially for both adult and pediatric FDC. The management operates effectively due to coordination between pharmacists and other healthcare professionals to optimize drug prescriptions and prevent the accumulation of rarely used stock. This collaboration also aids in maintaining patient compliance with treatment. An efficient drug management system and interdisciplinary collaboration in ARV drug management at Community Health Centers can provide optimal service for HIV patients in the future."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nariyah Azzahra
"Jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia pada Maret 2022 dilaporkan sekitar 97,6% diberbagai kabupaten/kota (Kemenkes, 2022). Berdasarkan data PTO (Pemantauan Terapi Obat) tercatat sebanyak 256 orang memilih berobat HIV/AIDS di Puskesmas Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Tingginya angka tersebut harus diatasi dengan berbagai upaya, salah satunya dengan membantu pasien dalam mengingat minum obat. Cara untuk meningkatan kepatuhan tersebut, diperlukan media yang dapat membantu menjadi pengingat pasien dalam mengonsumsi obat secara teratur. Salah satu media yang dapat digunakan adalah kalender pengingat minum obat. Diharapkan melalui kalender ini dapat membantu pasien HIV/AIDS dalam meningkatkan kepatuhan minum obat, agar proses penyembuhan dapat maksimal dan risiko resistensi obat dapat dihindari. Kalender minum obat pasien baru HIV didesain dengan menggunakan fitur editing pada aplikasi Canva yang dibuat pada kertas tebal ukuran 21 cm x 15 cm dicetak depan belakang. Kalender ini memiliki kelebihan yaitu mudah digunakan, ketika pasien sudah minum obat, maka kalender dapat di checklist sesuai hari minum obatnya. Selain itu, kalender ini berukuran kecil sehingga mudah untuk dibawa kemanapun dan dilengkapi dengan tanggal-tanggal penting untuk memudahkan pasien, contohnya tanggal kembali berobat, yang menandakan bahwa di tanggal tersebut pasien harus kembali datang ke Puskesmas untuk kontrol rutin dan menebus obat.

The number of HIV/AIDS cases in Indonesia in March 2022 was reported to be around 97.6% in various districts/cities (Ministry of Health, 2022). Based on PTO (Drug Therapy Monitoring) data, 256 people chose to seek treatment for HIV/AIDS at the Jatinegara District Health Center, East Jakarta. This high number must be overcome with various efforts, one of which is by helping patients remember to take medication. To increase compliance, media is needed that can help remind patients to take medication regularly. One medium that can be used is a medication reminder calendar. It is hoped that this calendar can help HIV/AIDS patients increase adherence to taking medication, so that the healing process can be maximized and the risk of drug resistance can be avoided. The medication taking calendar for new HIV patients was designed using the editing features in the Canva application which was made on thick paper measuring 21 cm x 15 cm printed front and back. This calendar has the advantage that it is easy to use, when the patient has taken medication, the calendar can be checked according to the day of taking the medication. Apart from that, this calendar is small in size so it is easy to carry anywhere and is equipped with important dates to make it easier for patients, for example the return date for treatment, which indicates that on that date the patient must return to the Puskesmas for routine control and to redeem medication.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Della Aprilia
"HIV/AIDS adalah salah satu penyakit menular seksual yang paling umum di dunia, jumlah kasus di Indonesia cenderung fluktuatif namun terus meningkat dari tahun ke tahun. Sejauh ini, belum ditemukan obat yang dapat membunuh virus HIV, tetapi terapi antiretroviral (ART) yang sangat aktif, yang menggunakan kombinasi beberapa obat antiretroviral, merupakan lini pertama untuk menekan replikasi virus HIV. Terapi antiretroviral bertujuan untuk mengurangi laju penularan HIV di masyarakat, menurunkan morbiditas dan mortalitas, meningkatkan kualitas hidup mereka yang terinfeksi, memulihkan atau mempertahankan fungsi kekebalan tubuh, dan menghambat proliferasi virus. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi jumlah penggunaan obat antiretroviral berdasarkan jenisnya, prevalensi jenis kelamin dan usia, serta ketepatan dosis antiretroviral pasien rawat jalan HIV/AIDS di RSUP Fatmawati pada tahun 2022. Metodologi yang digunakan adalah mengumpulkan data pasien HIV/AIDS rawat jalan di RSUP Fatmawati dari Januari hingga Desember 2022 dan mengolahnya menggunakan diagram lingkaran dan batang. Dapat disimpulkan bahwa kombinasi obat antiretroviral dan obat non antiretroviral sesuai dengan dosis pengobatan tatalaksana HIV/AIDS. Pada tahun 2022, tenofovir + lamivudine + dolutegravir akan memiliki tingkat penggunaan obat antiretroviral tertinggi, terhitung 18,3%. Sebagian besar pasien yang menerima terapi antiretroviral adalah laki-laki (70%), dan distribusi usia tertinggi pada usia 35-45 tahun (43,5%)
HIV/AIDS remains a significant public health concern globally, and Indonesia has experienced a fluctuating yet persistent increase in HIV/AIDS cases. Highly Active Antiretroviral Therapy (HAART) is the mainstay treatment for HIV, composed of a combination of antiretroviral drugs that inhibit HIV replication. Antiretroviral therapy aims to reduce HIV transmission, decrease morbidity and mortality rates, enhance the quality of life for HIV patients, restore or maintain immune function, and suppress viral proliferation. This study aims to evaluate the utilization of antiretroviral drugs based on their types, assess the prevalence of gender and age distribution, and examine the adherence to antiretroviral dosages among HIV patients at RSUP Fatmawati in 2022. Data pertaining to HIV patients receiving treatment at RSUP Fatmawati during January to December 2022 were collected and analyzed using pie charts and bar graphs. Among the various antiretroviral drug combinations, Tenofovir + Lamivudine + Dolutegravir was the most extensively prescribed in 2022, accounting for 18.3% of cases. The majority of patients receiving antiretroviral therapy were male (70%), with the highest proportion falling within the age group of 35 to under 45 years (43.5%).This evaluation highlights a satisfactory adherence to prescribed antiretroviral drug regimens and emphasizes the prevalence of Tenofovir + Lamivudine + Dolutegravir as the primary therapeutic combination in 2022. Furthermore, it underscores the predominance of male patients receiving antiretroviral treatment and emphasizes the importance of addressing HIV/AIDS management in the age group between 35 and under 45 years."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pramadita Rulianthina
"Perkembangan jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan dan merupakan salah satu yang tercepat di Asia. Rate kumulatif kasus AIDS Nasional sampai dengan 31 Desember 2007 adalah 4,91 per 100.000 penduduk dan sampai dengan 31 Maret 2008 sudah meningkat menjadi sebesar 5,23 per 100.000 penduduk dengan kasus AIDS tertinggi dilaporkan dari Papua, DKI Jakarta, Bali, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Maluku, Papua Barat, Bangka-Belitung, Sulawesi Utara, dan Jawa Barat. Epidemi yang terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia ini terkonsentrasi pada beberapa sub populasi beresiko tinggi, seperti pengguna napza suntik (penasun), waria atau homoseksual dan wanita pekerja seks (WPS). Jumlah kumulatif kasus AIDS tertinggi sampai dengan 31 Maret 2008 berdasarkan laporan statistik dari Ditjen PPM & PL Depkes RI adalah pada kelompok IDU (Injecting Drug User) yaitu sebanyak 5.839 kasus.
Selama ini kajian penyakit ini lebih banyak dikaji dengan pendekatan medis, karena ada asumsi bahwa permasalahan penyakit HIV/AIDS seperti halnya penyakit-penyakit lain merupakan permasalahan medis belaka. Namun demikian dalam perkembangannya seorang penderita yang sering disebut dengan Odha beserta keluarganya tidak hanya menghadapi persoalan kesehatannya saja, tetapi dalam kehidupan sehari-harinya Odha dan keluarga Odha juga menghadapi permasalahan psikososial, yakni mendapat stigma sampai dengan perlakuan yang diskriminatif baik dari lingkungan sekitar maupun dari tenaga medis sendiri, serta permasalahan ekonomi.
Penelitian ini merupakan studi lanjut dari hasil studi keluarga dan anak-anak rawan HIV dan AIDS yang dilakukan di tujuh provinsi di Indonesia tahun 2007 oleh Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (PPKUI) bekerjasama dengan UNICEF, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah Odha karena penggunaan narkoba dengan jarum suntik dan keluarganya, termasuk di dalamnya adalah orangtua, suami/istri, anak saudara maupun pengasuh.
Dalam pelaksanaannya, penelitian ini berhasil mengungkapkan bahwa masih banyak terjadi perilaku diskriminatif pada Odha dan keluarganya, khususnya pada Odha dan keluarga Odha karena penggunaan narkoba dengan jarum suntik. Odha dan keluarga mendapat stigma dan diskriminasi bukan dari penyakitnya tetapi dari penggunaan narkoba suntiknya. Hal ini merupakan masalah psikososial bagi Odha dan keluarganya. Beberapa upaya yang dilakukan Odha terhadap masalah tersebut adalah dengan mengisolasi diri dari lingkungannya, membuka diri dengan memberitahukan penyakitnya kepada orang-orang yang dianggapnya dekat, bersikap hidup positif dan selalu berserah diri pada Tuhannya, dan membentuk jaringan sosial dengan sesama Odha dalam rangka berbagi perasaan, penderitaan, dan informasi. Sementara upaya yang dilakukan keluarga Odha antara lain dengan senantiasa memberikan perawatan dan dukungan psikologis bagi Odha. Selain itu, masalah ekonomi juga kerap terjadi di dalam keluarga. Hal ini dikarenakan sebagian besar merupakan keluarga miskin, dimana keluarga sering mengalami kesulitan dalam hal biaya pengobatan maupun biaya perawatan pencegahan.
Permasalahan yang terjadi pada Odha dan keluarga Odha ini perlu mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan masyarakat, terutama dari praktisi kesehatan dan lembaga-lembaga formal maupun non-formal pelaksana program yang terkait dengan HIV/AIDS agar tidak terjadi perlakuan diskriminatif yang pada akhirnya dapat menghambat upaya pencegahan HIV/AIDS itu sendiri."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Purnomo
"Kecemasan adalah suatu keadaan dimana individu/kelompok mengalami perasaan yang sulit (ketakutan) dan aktivasi sistem saraf otonom dalam berespon terhadap ketidakjelasan, ancaman tidak spesifik karena suatu pengalaman baru yang dijumpai oleh individu dalam kehidupan ini tidak selalu menyenangkan, tetapi ada kalanya muncul suatu situasi yang membawa respon kecemasan ringan, sedang, berat, dan panik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentihkasi Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan Perawat dalam merawat pasien dengan HIV/AIDS di RS.Pelni Jakarta.
Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan metode cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah perawat diruang kenanga dan merak, dan dipilih secara systematic random sampling. Sample berjumlah 33 orang perawat di ruang kenanga dan merak RS.Pelni Jakarta. Analisis data menggunakan uji Chi Square.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan perawat dalam merawat pasien dengan HIV/AIDS (0,031 < p value < α 0,05), dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia, fasilitas pelayanan, dan pengalaman pelatihan dengan tingkat kecemasan perawat dalam merawat pasien dengan HIV/AIDS (p value; 0,782; 0,004; 0,782).

Anxietas is an circumstance of where individual/group experience of difficult feeling (fear) and activation system of otonomous nerve in to not explain, threat is not specific because an new experience met by individual in this life do not always please, but sometimes emerge an situation that bring respon of light dread, heavy, and panic. This research aim to to identify Factors of which deal with storey;level of dread of Nurse in taking care of the patient by HIV/AIDS in RS.PELNI Jakarta.
Desain of this Research is descriptive of correlation with approach of method of cross sectional. Sampel in this research is nurse of space of kenanga and peacock, and selected by systematic is random sampling. Sample amount to 33 people of nurse of space of kenanga and peacock of RS.PELNI Jakarta. Analyse data use test of Chi Square.
Result of research to indicate that there are relation which signifikan of among/between storey; level of knowledge with storey; level of dread of nurse in taking care of the patient by HIV/AIDS (0,031 < p value< 0,05), and do not there are relation which signilikan of among/between age, service facility, and experience of training with storey;leveI of dread of nurse in taking care of the patient by HIV/AIDS ( p value; 0,782; 0,004; 0,782).
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5838
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyuni
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor (faktor predisposisi yaitu umur, pengetahuan tentang HIV AIDS, sikap terhadap penggunaan kondom, faktor pendukung yaitu keterpaparan program HIV AIDS dan ketersediaan kondom, faktor penguat yaitu adanya kelompok dukungan sebaya yang berhubungan dengan praktek penggunaan kondom pada kelompok waria di Kota Tangerang tahun 2015. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel berjumlah 151 waria yang diambil dari seluruh total sampel dan kuesioner sebagai alat ukur penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 55,6% responden selalu menggunakan kondom, 56,3% berumur sama dengan 30 tahun, 57,6% berpengetahuan baik, 51,7% bersikap negatif terhadap penggunaan kondom, 53,6% terpapar program HIV AIDS, 62,3% tersedia kondom, 76,2% ada Kelompok dukungan sebaya. Menurut uji chi square terdapat 4 variabel yang memiliki hubungan signifikan terhadap praktek penggunaan kondom pada waria yaitu pengetahuan mengenai HIV AIDS, keterpaparan program HIV AIDS, ketersediaan kondom, dan dukungan kelompok sebaya. Faktor yang paling dominan adalah keterpaparan program HIV AIDS terhadap praktek penggunaan kondom pada waria.

The purpose of this study was to determine the factors (predisposing factors such as age, knowledge about HIV AIDS, attitudes towards condom use, enabling factors are exposure to HIV AIDS program and the availability of condoms, reinforcing factor is the existence of peer support groups associated with the practice of the use of condoms on transsexuals in Tangerang city in 2015. This study used cross sectional design with a sample totaling 151 transvestites taken of the total sample and questionnaire as a measuring tool of the study.
The results of this study showed that 55.6% of respondents always use a condom, 56.3 % of the same age to 30 years, 57.6% good knowledge, 51.7% negative attitudes toward condom use, 53.6% are exposed to HIV AIDS program, 62.3% provided condoms, 76.2% no peer support groups. According to chi square test there are four variables that have a significant relation to the practice of condom use on transsexuals that knowledge about HIV AIDS, exposure to HIV AIDS program, the availability of condoms, and peer support. The most dominant factor is the exposure of HIV-AIDS program to the practice of the use of condoms on a transsexual.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Tristina
"Jumlah penderita HIV/AIDS semakin bertambah di Indonesia. Anti Retroviral Therapy (ART) dapat meningkatkan kualitas hidup penderita, karena dapat memperbaiki status imunitas yang ditandai dengan kenaikan limfosit-CD4.
Tujuan penelitian: menilai peningkatan CD4 dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada Injecting Drug Users (IDU) dan non-IDU penderita HIV/AIDS. Penelitian menggunakan data sekunder Klinik Teratai RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung, tahun 2007-2009. Data lengkap berasal dari 198 subjek (161 IDU, 37 non-IDU). Data dianalisis dengan Chi-square test, Fisher's exact test, General linear model (GLM) dan Generalized estimating equations (GEE). Analisis GEE memungkinkan evaluasi peningkatan CD4 pada pengukuran berulang pada kelompok kohort yang mendapat ART.
Hasil penelitian: secara keseluruhan antara kelompok IDU dan non-IDU (between group) perbedaan peningkatan CD4 tidak bermakna (P=0,230); pada Fase II (bulan ke 6-12) peningkatannya berbeda bermakna (P=0,016); dibandingkan Fase I (bulan ke 0-6) yang tidak berbeda bermakna (P=0,077). Faktor-faktor: Waktu, total lymphocyte count (TLC) dan CD4-awal berpengaruh bermakna; sedangkan umur, IDU, viral load (VL), body mass index (BMI), Hemoglobin, ko-infeksi Hepatitis B dan/C, Pengobatan Tuberkulosis dan Stadium HIV merupakan perancu (konfounder). Jenis kelamin pengaruhnya tidak bermakna.
Saran: penelitian dilanjutkan dengan penambahan jumlah subjek Non-IDU, waktu pengamatan sampai 3 tahun untuk melihat pengaruh jangka panjang ART, serta menambah upaya menghentikan penggunaan narkoba suntik.

New cases of HIV/AIDS infection are still increased in Indonesia nowadays. Anti Retroviral Therapy (ART) can give better quality of life for HIV/AIDS patients by improving the immune status which can be detected by the increase of CD4 count.
The aim of this study was to evaluate the increase of CD4, and factors which influence it, between Injecting Drug Users (IDU) and non-IDU with HIV/AIDS infection. This study used secondary data from Klinik Teratai RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung at 2007-2009. Complete data was taken from 198 subjects (161 IDUs, and 37 Non-IDUs). Data was analyzed by Chi-square test, Fisher's exact test, General linear model (GLM), and Generalized estimating equations (GEE); GEE provides an analysis of repeated measures of outcomes from these ART cohort groups.
Results: overall, between IDUs and non-IDUs, there was insignificant CD4 increase (Pvalue = 0,230). Non-IDUs showed better CD4 increase; the difference was statistically significant in Phase II (0-6th month) with Pvalue = 0.016, but not significant in Phase I (6-12th month) with Pvalue = 0.077. Factors that significantly influenced CD4 increase were Time, total lymphocyte count (TLC), and baseline CD4; whereas Age, IDU, viral load (VL), Hemoglobine, body mass index (BMI), Hepatitis B and/C co-infections, Tuberculous therapy, HIV-stages were roled as confounders. Gender did not give any influence.
Further study was needed with equal subject numbers of Non-IDU, longer observation time up to 3 years to observe long-term effect of ART, and more efforts in reducing numbers of IDUs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T31691
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Fauzi Rahman
"Berdasarkan data terakhir dari Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan per Desember 2014, secara kumulatif jumlah kasus HIV dan AIDS berdasarkan provinsi telah mencapai angka 32.711 kasus HIV dan 5.494 kasus AIDS, pada periode tersebut DKI Jakarta menempati posisi pertama, disusul Jawa Timur, dan Jawa Barat. Pengobatan bagi pasien HIV/AIDS untuk meningkatkan mutu dan harapan hidupnya adalah dengan menjalani Terapi ARV. Skripsi ini membahas hubungan antara Faktor Predisposisi (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan status marital), Faktor Pemungkin (jarak ke layanan kesehatan), Faktor Penguat (faktor risiko, lama terapi dan dukungan keluarga) dengan Ketidakpatuhan Pasien HIV/AIDS dalam meminum obat ARV. Penelitian ini menggunakan data rekam medis pasien yang aktif terapi ARV sampai dengan Januari 2015 sebagai data sekunder dengan desain studi cross sectional. Subjek penelitian dalam penelitian ini berjumlah 105 pasien HIV/AIDS di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Jatinegara dan Kramatjati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 34,3% pasien tidak patuh dalam berobat. Variabel yang memiliki hubungan yang signifikan dengan ketidakpatuhan pasien adalah status bekerja (Bekerja, PR= 2,6, 95%CI=1,0-6,7) dan status marital (Belum Menikah, PR=0,3, 95%CI=0,1-0,7). Banyaknya pasien HIV/AIDS dengan status bekerja tidak patuh dalam minum obat ARV diperlukannya peningkatan akses pengambilan obat di layanan kesehatan, dengan waktu pengambilan obat diluar jam pelayanan diharapkan mampu meningkatkan kepatuhan minum obat ARV pada pasien HIV/AIDS dengan status bekerja.

Based on the latest data from the Directorate General of disease control and environmental health Ministry of health per December 2014, cumulatively the number of cases of HIV and AIDS on the basis of the province has reached 32711 cases of HIV and AIDS cases, 5494 from the Jakarta ranked first, followed by East Java and West Java. Treatment for HIV/AIDS patients to improve the quality of its life expectancy and is to undergo Therapy ARV. In all regions of Indonesia in HIV treatment HIV amounted to 166,919 people, and are eligible to receive ARV therapy as much as 119,017 people or about 71,30%, receive ARV therapy as much as 93964 or 78.95% of all HIV sufferers who are eligible to receive ARV therapy, and amounted 21.05% 25053 or haven't received ARV therapy. This research discuss the relation about lot of factor, predispositions factors (age, sex, education, job status and marital status), enabling factors (distance to health services), Amplifier Factors (Risk Factor, length of therapy and family support) with the Non-Adherent HIV/AIDS patients following ARV Therapy. This research conducted using secondary data just as medical record with the design of study Cross Sectional. This research recorded 105 HIV/AIDS patients as sample at Puskesmas Jatinegara and Puskesmas Kramatjati. Result of this research is 34,3% patients is disobey the ARV Therapy. Result show 2 variable had association with non-adherent is working status (p=0,045, OR= 3,6) and marital status (p=0,001,OR=6,7)."
Universitas Indonesia, 2016
S62010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Istiqomah Nur Ocnisari
"Penasun merupakan populasi kunci yang memiliki risiko ganda untuk penularan HIV, yaitu melalui perilaku menyuntik dan perilaku seksualnya. Upaya yang dilakukan untuk mencegah penularan HIV dan infeksi lainnya yang terjadi melalui penggunaan napza dengan jarum suntik dan perlengkapannya adalah dengan melalui program pengurangan dampak buruk. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan program pengurangan dampak buruk HIV-AIDS dengan perilaku menyuntik. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dan data STBP Tahun 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah penasun yang pernah bertemu dengan petugas penjangkau sebanyak 430 responden di kota Yogyakarta, Tangerang, Pontianak dan Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi penasun yang menyuntik berisiko dalam seminggu terakhir adalah sebesar 43% dan 45,4% penasun yang tidak mengakses program pengurangan dampak buruk. penasun yang tidak mengakses program pengurangan dampak buruk berisiko 1,2 kali lebih tinggi untuk menyuntik berisiko dibandingkan dengan penasun yang mengakses program pengurangan dampak buruk setelah dikontrol oleh faktor usia, tempat menyuntik, penggunaan kondom, lama menjadi penasun, dan jumlah teman menyuntik. Oleh karena itu, dibutuhkan peningkatan program pengurangan dampak buruk secara komprehensif untuk mengurangi perilaku menyuntik berisiko, sehingga penularan HIV-AIDS pada penasun dapat dicegah.

Injection Drug Users (IDUs) are key population that have double risk of HIV transmission, through injecting behaviors and sexual behaviors. The effort to reduce HIV transmission and other infection among IDUs is by implementing harm reduction program. This study was conducted to identify the association between harm reduction program of HIV-AIDS among IDUs with injecting behaviors. This study used cross sectional design and used data of IBBS 2013. The respondents are IDUs who ever met with the outreach workers as many as 430 respondents in Yogyakarta, Tangerang, Pontianak, and Makassar. The result showed that the prevalence of IDUs who inject risky in the past week is 44,3% and 54,1% of IDUs do not access harm reduction program. IDUs who do not accsess harm reduction program has 1,3 time higher chance to inject risky than IDU who accsess harm reduction program after controlled by age, place of injection, condom use, duration of injecting drugs and total number of injecting partner. Therefore, optimalization of comprehensive harm reduction program is needed to decrease injection risk behavior in order to prevent HIV-AIDS transmission among IDUs."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64708
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>