Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14161 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Jumlah penderita yang terinfeksi HIV/AIDS di dunia tiap tahunnya meningkat, termasuk cara penularannya yang terus berubah dimana hal ini sangat dipengaruhi oleh perubahan budaya yang terjadi di masyarakat. Sehingga sebagian ahli melihat HIV/AIDS bukan hanya sebagai penyakit infeksius namun juga termasuk penyakit masyarakat (Ankarh, 1991, Bennett, 1987).
Di Indonesia jumlah penderita terus bertambah, dari perkiraan jumlah penderita HIV/AIDS sekitar 80.000 orang 9UNAIDS, 20030. Jenis penyebaran HIV/AIDS yang semula banyak diakibatkan dari hubungan seksual bebas, 3 tahun belakangan ini diperkirakan telah berubah menjadi penularan melalui jarum suntik pada pengguna Narkoba seperti terdapat pada laporan perkiraan kasus-kasus HIV/AIDS yang dilansir dari UNAIDS.
Di dunia diperkirakan sekitar 60 juta orang terinfeksi HIV dan 22 juta di antaranya meninggal karena AIDS, dan AIDS merupakan penyebab kematian utama di afrika (UNGASS, 2001). Usaha yang telah diupayakan seperti program penyuluhan di tempat-tempat berisiko tinggi seperti lokalisasi, sekolah-sekolah dan telah dapat sedikit menurunkan angka pasien yang terinfeksi HIV. Namun penurunan angka kesakitan/jumlah penderita HIV harus pula diikuti dengan upaya pemberian pelayanan kesehatan terutama pada pasien-pasien HIV yang telah masuh stadium AIDS (Stjernsward J., Pampallona S., 1998).
Kondisi pasien HIV yang telah masuk tahapan AIDS lebih banyak membutuhkan pelayanan yang dapat meringankan gejala yang muncul. Pelayanan kesehatan yang memungkinkan untuk meringankan gejala adalah pelayanan paliatif. Pelayanan paliatif dapat diberikan pada tiap tatanan pelayanan kesehatan dimana pasien-pasien AIDS berada. Pelayanan ini pun dapat meningkatkan kualitas hidup bukan hanya penderitanya namun juga anggota keluarganya.
Untuk itu makalah ini akan menjelaskan lebih lanjut tentang konsep pelayanan paliatif dan aplikasi pelayanan paliatif bagi pasien HIV/AIDS. Secara sistematis akan dibahas definisi, filosofi dari pelayanan paliatif, lingkup pelayanan paliatif, gejala umum yang terjadi, hal yang umum diperlukan pasien, prinsip-prinsip penanganan gejala pasien AIDS dan upaya meningkatkan pelayanan paliatif."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Salemba Medika, 2018
616.979 2 ASU
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Asna Dewi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran peran perawat sebagai advocator dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien HIV/AIDS di RSUD Bekasi. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif sederhana dengan teknik non-random sampling memuat sampel 61 orang yang dilakukan pada perawat rawat inap di RSUD Bekasi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa peran perawat sebagai advocator dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien HIV/AIDS di RSUD Bekasi tahun 2009 adalah tinggi sebesar 64%.
Penelitian ini merekomendasikan agar penelitian selanjutnya dapat menyoroti peran perawat sebagai advocator dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien HIV/AIDS di area lain seperti; area bedah, penyakit dalam ataupun kebidanan, sehingga meningkatkan profesionalisme perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

This study aims to identify the image of nurses as role advocator in providing nursing services to patients with HIV / AIDS in hospitals of Bekasi. Research design deskriftif use this simple technique with non-random sampling a sample of 61 people conducted in the Inpatient nurses in hospitalsof Bekasi.
The results of the analysis indicate that the role of nurses as advocator in providing nursing services to patients with HIV / AIDS hospitals in Bekasi in 2009 is high as 64%.
This study recommends that further research can highlight the role of nurses as advocator in providing nursing services in patients with HIV / AIDS in other areas such as areas of surgery, or disease in obstetrics, increasing the professionalism of nurses in providing nursing care.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5829
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Estie Puspitasari
"Latar Belakang: Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) adalah masalah besar yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Pengetahuan tentang karakteristik dan prediktor mortalitas dapat membantu dalam penatalaksanaan pasien. Penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor prediktor mortalitas di Indonesia belum ada.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor prediktor mortalitas pasien HIV/AIDS dewasa yang dirawat inap di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif pada pasien rawat inap dewasa RSCM yang didiagnosis HIV/AIDS selama tahun 2011-2013. Data klinis dan laboratorium beserta status luaran (meninggal atau hidup) dan penyebab mortalitas selama perawatan diperoleh dari rekam medis. Analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square dilakukan pada tujuh variabel prognostik, yaitu jenis kelamin laki-laki, tidak dari rumah sakit rujukan, tidak pernah/putus terapi antiretroviral (ARV), stadium klinis WHO IV, kadar hemoglobin <10 g/dL, kadar eGFR <60 mL/min/1,73 m2 dan kadar CD4+ ≤200 sel/µL. Variabel yang memenuhi syarat akan disertakan pada analisis multivariat dengan regresi logistik.
Hasil: Dari 606 pasien HIV/AIDS dewasa yang dirawat inap (median usia 32 tahun; laki-laki 64,2%), sebanyak 122 (20,1%) baru terdiagnosis HIV selama rawat dan 251 (41,5%) dalam terapi ARV. Median lama rawat adalah 11 (rentang 2 sampai 75) hari. Sebanyak 425 (70,1%) pasien dirawat karena infeksi oportunistik. Mortalitas selama perawatan sebesar 23,4% dengan mayoritas (92,3%) penyebabnya terkait AIDS. Prediktor independen mortalitas yang bermakna adalah stadium klinis WHO IV (OR=6,440; IK 95% 3,701 sampai 11,203), kadar hemoglobin <10 g/dL (OR=1,542; IK 95% 1,015 sampai 2,343) dan kadar eGFR <60 mL/min/1,73 m2 (OR=3,414; IK 95% 1,821 sampai 6,402).
Simpulan: Proporsi mortalitas selama perawatan sebesar 23,4%. Stadium klinis WHO IV, kadar hemoglobin <10 g/dL dan kadar eGFR <60 mL/min/1,73 m2 merupakan prediktor independen mortalitas pasien HIV/AIDS dewasa saat rawat inap.

Background: Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) is a big problem that threatening in Indonesia and many countries in the world. The knowledge on the characteristics and prediction of outcome were important for patients management. There are no studies on the predictors of mortality in Indonesia.
Objective: To determine the predictors of mortality in hospitalized adult patients with HIV/AIDS in Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta, Indonesia.
Methods: We performed a retrospective cohort study among hospitalized adult patients with HIV/AIDS in Cipto Mangunkusumo Hospital between 2011-2013. Data on clinical, laboratory, outcome (mortality) and causes of death during hospitalization were gathered from medical records. Bivariate analysis using Chi- Square test were used on the seven prognostic factors (male sex, not came from referral hospital, never/ever received antiretroviral therapy (ART), WHO clinical stage IV, hemoglobin level <10 g/dL, eGFR level <60 mL/min/1.73 m2 and CD4+ count ≤200 cell/µL). Multivariate logistic regression analysis was performed to identify independent predictors of mortality.
Results: Among 606 hospitalized HIV/AIDS patients (median age 32 years; 64.2% males), 122 (20.1%) were newly diagnosed with HIV infection during the hospitalization and 251 (41.5%) on ART. Median length of stay was 11 (range 2 to 75) days. There were 425 (70.1%) patients being hospitalized due to opportunistic infection. In-hospital mortality rate was 23.4% with majority (92.3%) due to AIDS-related illnesses. The independent predictors of mortality in multivariate analysis were WHO clinical stage IV (OR=6.440; 95% CI 3.701 to 11.203), hemoglobin level <10 g/dL (OR=1.542; 95% CI 1.015 to 2.343) and eGFR level <60 mL/min/1.73 m2 (OR=3.414; 95% CI 1.821 to 6.402).
Conclusions: In-hospital mortality rate was 23.4%. WHO clinical stage IV, hemoglobin level <10 g/dL and eGFR level <60 mL/min/1.73 m2 were the independent predictors of in-hospital mortality among hospitalized patients with HIV/AIDS.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rialike Burhan
"Perempuan terinfeksi human immunodeficiency virus dan acquired immune
deficiency syndrome (HIV/AIDS) mempunyai permasalahan yang kompleks
sehubungan dengan penyakit dan statusnya, sehingga mereka mempunyai
kebutuhan yang khusus. Kebutuhan perawatan, dukungan dan pengobat-
an tersebut dapat diperoleh dengan mengakses pelayanan kesehatan yang
tersedia untuk dapat mengoptimalkan kesehatan mereka sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis
hubungan faktor predisposisi yang meliputi pengetahuan, sikap, stigma,
faktor pemungkin yang meliputi jarak ke pelayanan kesehatan dan faktor
penguat berupa dukungan sosial dengan pemanfaatan pelayanan kese-
hatan pada perempuan terinfeksi HIV/AIDS. Rancangan penelitian meng-
gunakan pendekatan potong lintang. Penelitian dilaksanakan di Kelompok
Dukungan Sebaya Female Plus Kota Bandung pada bulan Juni sampai Juli
2012. Sampel penelitian berjumlah 40 orang perempuan terinfeksi
HIV/AIDS. Data di analisis secara univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil
penelitian ini didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan secara
statistik yaitu usia, pendidikan, status perkawinan, status pekerjaan, faktor
predisposisi (pengetahuan, sikap, stigma), faktor penguat (dukungan
sosial), dan faktor pemungkin yaitu jarak ke pelayanan kesehatan tidak
berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Pengetahuan
merupakan faktor penentu dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan
berpeluang 60,1 kali untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Women living with HIV/AIDS have a complex problems who connection
with the disease and her status, because they have special needs, for care,
support and treatment can be obtained by accessing the health services
available to optimize their health so as to improve the quality of life. The pur-
pose of this study was to analyze the correlation between three factors, pre-
disposing factors (knowledge, attitudes, stigma), enabling factors (distance
to health services), and reinforcing factors (social support) with health ser-
vice utilization.This type of research was analytic with cross-sectional re-
search approach. The research was implemented in Female Plus Peer
Support Group Bandung from June until July 2012. The sample in this study
were 40 women living with HIV/AIDS. Data analysis using univariate, bi-
variate, and multivariate. The results obtained that there were significant re-
lationship is age, education, marital status, work, predisposing factors
(knowledge, attitude, stigma), reinforcing factor (social support), and en-
abling factors (distance to health services were not correlated with health
service utilization). Knowledge was the determinant factor to health service
utilization in 60,1 times the chance to utilize health services."
Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bengkulu, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jimmy Tesiman
"Pendahuluan: Infeksi HIV menyerang pusat kontrol dari sistem imun yang mengakibatkan terjadinya infeksi oportunistik, keganasan dan kematian. Disregulasi dari sistem imun memegang peranan penting dalam progresifitas penyakit HIV. Beberapa penelitian melaporkan bahwa pada pasien-pasien HIV mempunyai kecendrungan untuk menderita penyakit alergi seperti sinusitis, asma dan dermatitis atopik. Juga dilaporkan terjadinya peningkatan kadar serum imunoglobulin E dan peningkatan prevalensi atopi. Tujuan Penelitian: 1. Diketahuinya angka kejadian atopi pada pasien HIV dan non HIV. 2.Diketahuinya hubungan antara jenis kelamin, penggunaan obat intravena, riwayat alergi di keluarga dan jurnlah limfosit CD4 dengan kejadian atopi. 3. Diketahuinya korelasi antara jumlah limfosit CD4 dengan kadar IgE total Metode Penelitian: Dilakukan penelitian potong lintang terhadap 92 orang dengan infeksi HIV / AIDS dan 90 orang non HIV. Adanya atopi dinyatakan berdasarkan pemeriksaan uji tusuk kulit dengan menggunakan enam macam aeroalergen yang umurn di lingkungan. Terhadap pasien-pasien dengan HIV/AIDS yang sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan konfirmasi dengan ELISA 3 kali ataupun pemeriksaan Western Blot dilakukan pemeriksaan kadar imnuoglobulin E total, jumlah limfosit CD4 serta dilakukan pengambilan anamnesis. Hasil Penelitian: Dari sembilan puluh dua pasien dengan infeksi mv dan sembilan puluh orang non HIV yang diteliti, didapatkan terdiri atas 65 laki-laki (70.7%) dan 27 perempuan (29.3%) pada kelompok HIV, sedangkan pada kelompok non HIV terdiri atas 40 laki-laki (44.4%) dan 50 wanita ( 55.6%). Umur subjek penelitian berkisar antara 20 sampai dengan 55 tahun dengan rerata 29.325.7 tahun pada kelompok HIV, sedangkan rerata umur kelompok kontrol adalah 27.9 ± 4.5 tahun. Berdasarkan rute transmisi HIV didapatkan sebanyak 52 orang adalah pengguna obat-obatan intravena (56.5%), 35 orang melalui transmisi seksual (38%) sedang sisanya 5 orang (5.5%) mempunyai risiko keduanya. Jumlah limfosit CD4 berkisar 2 sampai 674 selluL dengan median 160 selluL. Kadar imunoglobulin E total berkisar dari 3 sampai dengan 20.000 IU/mL dengan median 283.5 ID/mL. Lima puluh orang dengan HIV dinyatakan atopi lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok non HIV (54.3% vs 30%, p= 0.001) Aeroalergen tersering yang menimbulkan sensitasi adalah D farinae sebanyak 50% dan D pteronyssinus (30%). Kami juga mendapatkan adanya korelasi negatif yang bermakna antara jumlah limfosit CD4 dengan kadar imunoglobulin E total. Kami tidak mendapatkan hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, rute transmisi, riwayat alergi di keluarga serta jumlahlimfosit CD4 dengan kejadian atopi. Kesimpulan: Terjadi peningkatan prevalensi atopi pada pasien-pasien dengan HIV/AIDS serta terdapat korelasi negatif yang bermakna antara jumlah limfosit CD4 dengan kadar imunogobulin E total. Oleh karena itu merupakan hal yang penting untuk melakukan evaluasi status atopi pasienHIV I AIDS untuk mencegah timbulnya penyakit alergi pada pasien terse but yang dapat mempercepat progresifitas penyakitnya melalui disregulasi dari sistem imun.

Background: HIV infection attacks the centre of immune control system resulting opportunistic infection, malignancy and death. Dysregulation immune system plays the central role in the progression of the disease. Some studies have reported HIV -infected patient prone to have allergic disease such as sinusitis, asthma and atopic dermatitis. Elevated serum immunoglobulin E (Ig E) and increased prevalence of atopy also had been reported in HIV infected patient Objective: I.To determine and compare the prevalence of atopy among HIV infected/AIDS patient with non HIV patients and investigate its predictors. 2. To investigate the relationship between CD4 cell count, Ig E level and atopy Methods: A cross sectional method study was performed to 92 HIV infected/AIDS patient and 90 non HIV patients. They were studied for the presence of atopy based on the immediate hypersensitivity to six common aeroallergens by skin prick test. CD 4 cell count, total serum immunoglobulin level and medical history were taken. The HIV infected patients had been confirmed by the presence of antibody determined by ELISA method done three times or by western blot methods. Result: Ninety-two HIV infected patients and ninety non HIV patients had been studied, they were 65 males (70.7%) and 27 female (29.3%) in HIV arm and 40 males (44.4%), 50 females (55.6%) in non mv group. Subject's age between 20 to 55 years old. (mean: 29.3±5.7years) in HIV ann and 27.9 ± 4.5 years old in control group. Belonging to HIV route transmission: 52 intravenous drug users (56.5%), 35 heterosexual partners of HIV infected patients (38%) and 5 subjects who have both risks (5.5%). CD4 cell count of the subjects range from 2 to 674 cells, median 160 cellslmm3 . The total of immunoglobulin E level range from 3 to 20,000 IU/mL with median 283.5 IU/mL. 50 subjects with HIV + were identified as atopic higher than in non HIV (54.3% vs 30%, p= 0.001). The most common aeroallergen is D farinae (50% subjects of atopy shown positive result) and D pteronyssinus (30%). We also found a significant negative correlation between CD4 count and Total immunoglobulin E level (r= -0.544, p=O.OOO), but there is no relationship between gender, allergic history in family, route of transmission, and CD4 count with atopy. Conclusion: There is an increase prevalence of atopy among HIV I AIDS patients and negative correlationship between CD4 count and total Imunnoglobulin E level. It is important to evaluate the atopic state in HIV patient to prevent the patients from allergic diseases which could accelerate HIV infection by dysregulation of immune system."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T57662
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Fadillah
" ABSTRAK
Nama : Nurul FadillahProgram Studi : Ilmu KeperawatanJudul Penelitian : Hubungan Dukungan Keluarga dengan Depresi pada Pasien HIV/AIDS Pasien HIV/AIDS mengalami masalah fisik dan psikis, yaitu salah satunya depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan depresi pada pasien HIV/AIDS. Desain penelitian ini adalah analitik non eksperimental cross-sectional dengan jumlah responden sebanyak 40 orang. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat uji chi-square dan uji t-test independent . Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara dukungan keluarga dengan depresi pada pasien HIV/AIDS p=0,000, ?=0,05 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien HIV/AIDS mengalami depresi 60 dan sebanyak 47,5 pasien HIV/AIDS mendapatkan dukungan keluarga yang non-supportif. Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlu dilakukan intervensi untuk memberdayakan keluarga agar senantiasa memberikan dukungan pada pasien HIV/AIDS dan upaya penanganan terhadap masalah depresi pada pasien HIV/AIDS.Kata kunci: depresi, dukungan keluarga, HIV/AIDS
ABSTRACT Name Nurul FadillahMajor Faculty of NursingTitle The Association Between Family Support and Depression in Patient with HIV AIDS Patients with HIV AIDS have physical and psychological problems, which one is depression. The aim of this research was to explain the relationship between family support and depression in patients with HIV AIDS. Design of this research is non experimental analytic cross sectional and took 40 people as respondent. The analysis used univarate and bivariate analysis chi square test and independet t test . The result of this study showed there is a relationship between family support and depression in patients with HIV AIDS p 0,000 , 0,05 . This research showed that 60 patient with HIV AIDS are depression and 447,5 patients with HIV AIDS didn rsquo t receive the support from their family. Recommendations from this study is necessary to empowe family in order togiving support topatients withHIV AIDS and also needs to resolve problem of depression of patients with HIV AIDS.Keywords depression, family support, HIV AIDS"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S65768
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian
"Bunuh diri merupakan kegawatdaruratan psikiatri yang lazim ditemukan pada pasien HIV/AIDS dan dihubungkan dengan berbagai faktor. Namun, studi ini belum pernah dilakukan di Indonesia, padahal studi ini penting untuk diteliti untuk menentukan faktor-faktor yang harus diintervensi sehingga terbentuk pelayanan yang optimal terhadap pasien HIV. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ide bunuh diri dengan faktor-faktor yang memengaruhinya pada pasien HIV/AIDS. Metode penelitian adalah dengan cross-sectional. Subjek dikumpulkan sebagai sampel menggunakan teknik consecutive sampling. Kriteria inklusi adalah orang dewasa berusia 18-65 tahun dengan diagnosis HIV/AIDS yang sedang menjalani pengobatan ARV di Poliklinik Khusus HIV/AIDS RSCM. Analisis data bivariat menggunakan uji Chi-square dan Fisher exact test, serta analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik. Dari total 86 subjek, 20 23,3 diantaranya memiliki ide bunuh diri. Melalui uji Chi-square, hubungan terbukti bermakna pada 5 variabel, yaitu depresi p=0,000, ansietas p=0,001, tidak menikah p=0,007, jumlah CD4.
Suicide is a psychiatric emergency commonly found in HIV AIDS patients and is associated with various factors. However, this study has not been conducted in Indonesia. Besides, this study is important to determine the factors which must be intervened to establish optimum service for HIV AIDS patients. The aim of this study is to find the association between suicidal ideation and its determinant factors in HIV AIDS patients. Observational study with cross sectional method was conducted. Samples were collected using consecutive sampling technique. The inclusion criteria were adults aged 18 65 with HIV AIDS diagnosis and currently undergoing ARV treatment at Poliklinik Khusus HIV AIDS RSCM. Univariate analysis was performed using Chi square and Fisher exact test, while multivariate analysis was performed using logistic regression test. Of the total 86 subjects, 20 23.3 had suicidal ideation. Chi square test proved significant association on 5 variables depression p 0,000, anxiety p 0,001, being unmarried p 0,007, CD4 count."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sianturi, Sarah Mega Ridho
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai penolakan pasien ODHA dalam mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Penolakan pasien ODHA ini disebabkan karena keterbatasan informasi dan pengetahuan tentang HIV-AIDS yang menyebabkan timbulnya rasa takut tertular virus HIV sehingga timbul sikap diskriminasi dan tidak rasional terhadap ODHA. Dalam penulisan skripsi ini, bentuk penelitian yang digunakan adalah yuridis-normatif dengan menggunakan data sekunder. Permasalahan yang dibahas dalam skipsi ini adalah terkait perlindungan hukum bagi ODHA sebagai konsumen jasa pelayaan kesehatan, pengaturan standar pelayanan rumah sakit dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan bagi ODHA, dan pertanggungjawaban rumah sakit atas penolakan terhadap ODHA dalam memberikan pelayanan kesehatan. Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya peraturan-peraturan yang menjamin hak-hak pasien ODHA untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, adanya peraturan mengenai standar pelayanan kesehatan rumah sakit bagi ODHA dan juga pertanggungjawaban hukum dapat dikenakan kepada rumah sakit apabila menolak pasien ODHA dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan alasan yang tidak rasional. Pertanggungjawaban rumah sakit meliputi pertanggungjawaban hukum perdata, pertanggungjawaban hukum pidana, dan pertanggungjawaban hukum administrasi.

ABSTRACT
This thesis discusses the rejection of patients living with HIV-AIDS (PLWHA) in getting health services in the hospital. The rejection of PLWHA is due to the limited information and knowledge about HIV-AIDS that causes fear of contracting HIV virus so that there is discrimination and irrational attitude toward PLWHA. In writing this thesis, the form of research used is juridicalnormative study by using secondary data as the main data source. The problems discussed in this thesis are related to legal protection for PLWHA as consumers
of health services, standard setting of hospital services in meeting the needs of health services for PLWHA, and the hospital's responsibility for the rejection of PLWHA in providing health services. The conclusion of this research is the existence of regulation which guarantee the rights of PLWHA to get health services, the regulation about hospital standard for PLWHA and also legal liability can be applied to hospital if reject PLWHA in giving health service with irrational reasons. Hospital liability includes civil liability, criminal liability, and administrative law liability."
2017
S69347
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>