Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111882 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Burhan Firdaus
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1983
927.78 BUR i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Esha, 1947-
Jakarta: LP3ES, 2005
927 TEG i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: LP3ES, 2005
927.78 ISM (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
R. Aj. Siti Nurchaerani Kusumastuti
"Perkembangan signifikan koreografi di Indonesia, termasuk karya tari kontemporer, terjadi sejak berdirinya Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki PKJ-TIM tahun 1968 hingga batas temporal penelitian ini yakni tahun 1987.Di Indonesia, ditinjau dari sejarah penciptaannya, karya tari baru pengembangan dari tradisi, modern, dan kontemporer cenderung bertolak dari karya-karya yang sudah ada. Selanjutnya, mengikuti gagasan artistik atau gagasan ideal sang seniman, karya-karya yang sudah ada diolah hingga terwujud kebaruan dengan segala kekhasannya bahkan jejak karya lama bisa sama sekali tak terlihat.
Merunut ke belakang, para seniman tari termotivasi menciptakan kebaruan pada karya-karya tari yang didorong oleh kebijakan kebudayaan Presiden Soekarno 1950-1959, yang menggariskan keindonesiaan yang juga berlaku pada kesenian, termasuk seni tari.Di era kepemimpinan Presiden Soeharto 1966-1998, para seniman mengharapkan adanya kebebasan berekpresi dan tersedianya fasilitas pertunjukan yang memadai. Hal tersebut ditanggapi oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin dengan membangun PKJ-TIM yang diresmikan pada tahun 1968 dan membentuk Dewan Kesenian Jakarta DKJ dengan komite-komitenya, termasuk Komite Tari, dan menyediakan anggaran yang diperlukan.Berdasarkan analisis sepintas tampaknya ada keterkaitan antara dukungan pemerintah, kreativitas dan produktivitas seniman, kehadiran penonton, media massa.
Pertanyaan mendasar adalah kebijakan dan langkah apa yang dilakukan oleh pemerintah untuk mendukung seniman dalam upaya kreatif penciptaan karya tari baru dan kontemporer; bagaimana para koreografer memformulasikan gagasan yang berasal dari pergumulan pemikiran tentang kebaruan karya tari; bagaimana upaya PKJ-TIM menyediakan sarana untuk hadirnya input eksternal yang kemudian bersinergi dengan daya kreatif pada diri seniman tari; tindakan apa yang dilakukan oleh Komite Tari DKJ, pengelola PKJ-TIM, seniman tari dan media massa untuk mendatangkan penonton sehingga pertunjukan karya tari baru dan kontemporer bisa berkelanjutan.Kajian ini mengungkapkan peran individu, kelompok individu dan institusi, sebagai faktor determinan dalam mentransformasi dan mereproduksi perubahan struktur sosial yang bisa disebut sebagai agen-agen perubahan agents of change . Dengan demikian pendekatan strukturistik menjadi tepat digunakan.
Melalui metodologi tersebut, penelitian ini menyimpulkan bahwa telah terjadi perkembangan pemikiran, proses kreatif dan penataan koreografi sehingga karya-karya baru bermunculan. Sebagian adalah karya baru pengembangan dari tradisi dan di antara itu ada yang melakukan eksplorasi lebih jauh lagi untuk mencapai level kontemporer. Gairah penciptaan muncul karena didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana. Di luar itu terdapat sebuah lembaga pemasok dana jangka panjang yakni Pemerintah Daerah Pemda DKI Jakarta. Melalui manajemen yang baik berdasarkan visi dan misi yang padu, bermunculanlah karya-karya tari yang menarik minat penonton. Dari sana terbentuklah segi tiga ideal: seniman dan DKJ, pemerintah, penonton yang di dalamnya juga terdapat media massa, pengamat dan kritikus.

The significant development of modern dance, including contemporary dance, has started from the establishment of the PKJ TIM Pusat Kesenian JakartaTaman Ismail Marzuki Jakarta Arts Center Taman Ismail Marzuki in 1968 until the temporal limit of this research, in 1987. In Indonesia, looking at the history of its creation, some new works developed from tradition, and there are modern or contemporary dances which tends to embark from existing or old works. Then, following the artist's artistic ideas or ideals, the old works go through a process until some sort of newness emerge, with all its unique elements so much so that the traces of the old works are no longer detectable.
In hindsight, dance artists have been motivated to do these rejuvenations since the first decade after the Independence 1950 ndash 1959 through President Soekarno's policies on culture, championing elements of Indonesia, which also applied to arts, including dance. In the era of President Soeharto 1966 ndash 1998 , artists were hoping for freedom of expression and adequate performance facilities. The governor of Jakarta at the time, Ali Sadikin, responded by building PKJ TIM, launched in 1968 forming the DKJ Dewan Kesenian Jakarta Jakarta Arts Council with its committees, including the Dance Committee and providing the necessary budgets. An overview analysis shows that there is a connection between the government, artists'creativity and productivity, audience number, and the media.
The fundamental question is what kind of policies and actions that the government takes to support artists in their creative endeavors to create new and contemporary dance pieces how choreographers formulate ideas coming from the mixture of thoughts about the newness of dance pieces what actions PKJ TIM takes to provide facilities for external inputs that would synergice with the creative power within dance artists what actions taken by the Dance Committee of DKJ, the PKJ TIM management, dance artists, and the media to attract audiences so that new and contemporary dance performances can continue to thrive.
This study reveals the roles of individuals, individual and institutional groups, as a determinant factor in transforming and reproducing the change in social stucture that can be referred to as an agent of change. Therefore, the use of a structural approach is appropriate. With this methodology, this research comes to a conclusion that there has been a development of ideas, creative process, and choreography, which are responsible for the emergence of new works. Some are new works developed from tradition, and some explore even further to reach a contemporary level. The passion for creation emerges by being supported by facilities and infrastructure available. Without interferring the policy of Dance Committee of DKJ, the government of Jakarta gives long term funds to DKJ. With a good management based on a solid vision and mission, new dance arts will emerge and it will attract audience. Then we will achieve the ideal triangle artists, the government, and the audience, which includes the media, observers, and critics.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
D2354
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Moeljono
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, 1984
781.759 MOE r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Moeljono
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989
927.817 MOE l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Marleily Asmuni
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984
928.598 MAR s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Adrianus Aristo Haryo
"ABSTRAK
Dikeluarkannya Peraturan Gubenur Nomor 109 Tahun 2004 menjadikan kepengurusan Taman Ismail Marzuki yang sebelumnya dikelola oleh lembaga non-struktural bentukan Pemerintah Daerah kembali kepada campur tangan pemerintah langsung dalam pengelolaannya. Perubahan tersebut menyebabkan kepengurusan PKJ TIM menjadi dibawah koordinasi Dinas Pariwasata dan Kebudayaan DKI Jakarta. Konteks perubahan tejadi karena pengelolaan aset daerah yang memang harus ditangani oleh Pemerintah Daerah sendiri. Penerimaan hibah dan pertanggungjawaban yang tidak jelas oleh kepengurusan sebelumnya juga menjadi salah satu alasan muncul nya perubahaan tersebut. Dengan berada dibawah struktur pemerintahan, pengurus baru PKJ TIM yaitu Unit Pengelola PKJ TIM mendapatkan dana yang dianggarkan dalam APBD. Pemasukkan dari APBD membuat biaya sewa untuk gedung pertunjukkan dan gedung galeri pameran dihapus. Pengguna cukup membayar biaya retribusi saja yang jauh lebih murah dibanding harga sewa sebelumnya. Namun perubahan tersebut juga banyak disertai resistensi dari kalangan masyarakat seniman. Ketidakpercayaan akan institusi yang dikelola pemerintah disinyalir justru akan menghambat para seniman untuk berkarya. Kekhawatiran seniman tersebut terjadi ketika banya kebijakan manajemen UP PKJ TIM yang malah merepotkan seniman dalam mengurus pertunjukkannya. Hasil penelitian ini adalah belum signifikannya dampak perubahan yang dihasilkan dari adanya regulasi tersebut bagi perkembangan kesenian. Hal tersebut disebabkan karena pengelolaan aset yang belum efektif dan efisien dari segi perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasannya.

ABSTRACT
Taman Ismail Marzuki previously managed by non structural institutions formed by the Regional Government back to direct government intervention in its management. The change caused the management of PKJ TIM to be under the coordination of Jakarta Tourism and Culture Office. The context of the change occurs because of the local assets management that should be handled by the Regional Government itself. Grants and liability that are not clear by the previous stewardship is also one of the reasons for the emergence of such changes. Under the governance structure, the new management of PKJ TIM, namely the PKJ TIM Management Unit, get the funds from APBD. Funding from APBD makes the rental cost for the show hall and the exhibition gallery building removed. Users just have to only pay the cost of retribution which is much cheaper than the previous rental price. However, the changes are also accompanied by resistance from the artist community. Distrust of government run institutions allegedly will inhibit the artists to work. The artist 39 s concerns occur when some of PKJ TIM 39 s UP management policies are troublesome to the artist in taking care of his performance. The results of this study is insignificant impact of changes resulting from the regulation for the development of art. This is because the ineffective and inefficient assets management in terms of planning, utilization, and supervision. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tugas Tri Wahyono
Yogyakarta: BPNB D.I. Yogyakarta, 2018
927 TUG k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sofian Purnama
"Tesis ini membahas peran Usmar Ismail sebagai pelopor film Indonesia yang bercirikan keindonesiaan dan realita yang terjadi di masyarakat, khususnya melalui tiga film karya Usmar Ismail yang bertema revolusi Indonesia, yang dibuat antara tahun 1950?54; Darah dan Doa (1950), Enam jam di Jogja (1951), Lewat Djam Malam (1954). Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode sejarah yang bertumpu pada studi pustaka dan interpretasi terhadap tiga film Usmar Ismail.
Penelitian ini menunjukan bahwa Usmar Ismail adalah pelopor bagi film-film Indonesia yang menghadirkan realitas masyarakatnya dalam film dan tidak hanya bertujuan sebagai film hiburan yang umum terdapat dalam film Indonesia pada masa sebelum tahun 1950-an. Ketiga film Usmar Ismail yang dikaji dalam penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber sekunder bagi penelitian sejarah revolusi Indonesia, khususnya dalam melihat aspek keseharian pada masa revolusi dan dampak revolusi bagi rakyat Indonesia.

This thesis discusses the role of Usmar Ismail as the pioneer of Indonesian movies that characterized by features of Indonesianess and happening realities that took place within the common people, especially through Usmar Ismail?s works with Indonesian revolution as their theme, made between 1950-54; Darah dan Doa/Blood and Prayer (1950), Enam Jam di Jogja/Six Hours in Jogja (1951), Lewat Djam Malam/Pass The Curfew (1954). This research is a qualitative research utilizes historical method that relies on literature study and interpretation towards those of three Usmar Ismail?s movies.
The research shows that Usmar Ismail is indeed the pioneer for Indonesian movies that presented her society's reality in the movie and not solely aimed for entertainment purposes as can be found in Indonesian movies before the 1950's. The three Usmar Ismail's movies that has been reviewed in this research can be used as the secondary source for Indonesian revolution research, particularly in seeing the daily life aspect in the revolution days and the impact of revolution for Indonesian people.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
T28676
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>