Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165077 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Okti Sri Purwanti
"Pengkajian faktor risiko ulkus kaki merupakan peran perawat untuk mencegah terjadi ulkus diabetik atau ulkus berulang. Tujuan penelitian mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan kejadian ulkus kaki. Rancangan penelitian case control, dengan sampel 68 responden DM terdiri 34 pasien ulkus dan 34 pasien tidak ulkus. Hasil multivariat menunjukkan faktor perawatan kaki, neuropati motorik, Peripheral Arterial Disease, pengendalian kadar gula darah, dan gangguan penglihatan berhubungan signifikan dengan kejadian ulkus. Neuropati motorik yang paling mempengaruhi kejadian ulkus kaki. Rekomendasi penelitian ini adalah perlu pendidikan kesehatan & early detection risiko ulkus kaki dan penelitian lanjutan pengaruh penyuluhan pada pasien berisiko dengan kejadian ulkus kaki.

Assessment of risk factors for foot ulcer is the role of nurses to prevent diabetic ulcers or recurrent ulcers. The research aimed to identify factors associated with the incidence of foot ulcers. Case-control study design, recruited 68 respondents diabetic devided into 34 ulcer patients and 34 no ulcer patients. Multivariate results indicated foot care, motor neuropathy, PAD, controlling blood sugar levels, and visual impairment significant associated with the occurrence of ulcers. Motor neuropathy was the most influence incidence of foot ulcers. Recommendations of this study is the need for health education and early detection of its risk foot ulcers and further had explore research effect of counseling for patients at risk with the incidence of foot ulcers."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T32540
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maritza Andreanne Rafa Ayusha
"Latar Belakang Diabetes mellitus telah menjadi permasalahan kesehatan serius, baik secara global maupun di Indonesia. Salah satu komplikasi serius dari diabetes mellitus adalah ulkus kaki diabetes, yang dapat menyebabkan mortalitas dan morbiditas. Identifikasi faktor risiko ulkus kaki diabetes sangat penting dilakukan, sehingga dapat meningkatkan upaya pencegahan secara tepat dan efisien. Data epidemiologi mengenai hal ini di Indonesia masih terbatas, terkhusus di RSCM dengan studi terakhirnya menggunakan data tahun 2012. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko ulkus kaki diabetes di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Metode Penelitian ini merupakan studi observasional potong lintang. Sampel penelitian adalah pasien diabetes mellitus di RSCM pada Januari—Juni 2022, dengan metode total sampling. Data yang dianalisis berupa data demografis (usia, jenis kelamin) dan faktor risiko (status hipertensi, obesitas, kontrol gula darah, kadar HbA1c, durasi mengidap diabetes), yang diperoleh dari rekam medis pasien. Data kemudian dianalisis menggunakan Microsoft Excel untuk mengetahui persentase masing-masing faktor risiko. Hasil Hasil penelitian menunjukkan distribusi demografi sebagai berikut: 90,38% pasien berusia lebih dari 45 tahun dengan 55,77% pasien berusia lebih dari 60 tahun, serta 55,77% berjenis kelamin laki-laki dan 44,23% berjenis kelamin perempuan. Hasil penelitian juga menunjukkan distribusi faktor risiko sebagai berikut: 36,54% pasien mengalami obesitas, 78,85% pasien mengalami hipertensi, 86,54% pasien memiliki kadar HbA1c ≥ 6,4%, 82,69% pasien memiliki riwayat kadar gula darah yang tidak terkontrol, serta 84,62% pasien mengidap DM lebih dari 5 tahun dengan di antaranya, 53,85% mengidap DM lebih dari 10 tahun. Kesimpulan Melalui penelitian ini, dapat diketahui persentase masing-masing faktor risiko pada sampel. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi penelitian berikutnya, ataupun sebagai untuk mengembangkan strategi pencegahan ulkus kaki diabetes.

Introduction Diabetes mellitus has become a serious health issue both globally and in Indonesia. One of the serious complications of diabetes mellitus is diabetic foot ulcers, which can lead to mortality and morbidity. The identification of risk factors for diabetic foot ulcers is crucial to improve prevention efforts accurately and efficiently. Epidemiological study on this topic in Indonesia are still limited, especially at the National Central General Hospital dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), with its last study using data from 2012. Therefore, this study aims to identify risk factors for diabetic foot ulcers in patients at Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital (RSCM). Method This study is an observational cross-sectional study. The sample consists of diabetes mellitus patients at RSCM from January to June 2022, utilizing a total sampling method. The data include demographic characteristics (age, gender) and risk factors (hypertension status, obesity, blood sugar control, HbA1c levels, diabetic duration) extracted from patient medical records. Microsoft Excel was employed for data analysis to determine the percentage of each risk factor. Results The research findings revealed the following demographic distribution: 90.38% of the patients were over 45 years old, with 55.77% of them being over 60 years old. Additionally, 55.77% of the participants were male, while 44.23% were female. The study also demonstrated the distribution of risk factors as follows: 36.54% of the patients were obese, 78.85% had hypertension, 86.54% had HbA1c levels ≥ 6.4%, 82.69% had a history of uncontrolled blood sugar levels, and 84.62% had been diagnosed with diabetes mellitus for over 5 years, among which 53.85% had been living with diabetes for more than 10 years. Conclusion This research provides insights into the percentage distribution of each risk factor within the sample population. The findings can serve as a reference for future research or as a basis for developing preventive strategies for diabetic foot ulcers."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Iswanti Afelya
"Penderita Ulkus Kaki Diabetik (UKD) memiliki risiko potensial terjadinya kasus berulang, rehospitalisasi dan amputasi. Diperkirakan 50% dari UKD dan amputasi dapat dicegah dengan mengidentifikasi kaki yang berisiko dan menerapkan strategi pencegahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi UKD berulang. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel 96 orang yang dipilih secara consecutive sampling dari tiga rumah sakit di Makassar. Analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia, lama menderita DM, riwayat ulkus, lokasi ulkus, HbA1C, penyakit penyerta, pengetahuan perawatan kaki, kemampuan perawatan kaki, neuropati sensorik, deformitas kaki dan ABI (p<0.05) dengan frekuensi UKD berulang pada pasien DM di Makassar. Namun tidak ada hubungan bermakna antara dukungan keluarga (p<0.102) dengan frekuensi UKD berulang. Analisis menggunakan Multiple Linier Regresion diperoleh lima faktor yang paling dominan mempengaruhi UKD yaitu usia, HbA1C, perawatan kaki, dukungan keluarga dan penyakit penyerta dengan p<0.05. Rekomendasi dari penelitian ini adalah perawat perlu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi UKD berulang dan memaksimalkan kontrol glikemik, perawatan kaki teratur, peningkatan dukungan keluarga, dan kontrol penyakit penyerta pada pasien kelompok usia dewasa tengah dan lanjut usia untuk mencegah UKD berulang.

Patients with Diabetic Foot Ulcer (DFU) have a potential risk for recurrence, rehospitalized and amputation. It is estimated that 50% of DFU and amputation can be prevented by identifying of foot risk and implementing prevention strategies. This study aimed to identify influencing factors of DFU's recurrence. This study used cross-sectional design with the 96 samples selected consecutively at three different hospitals in Makassar. Bivariate analysis showed that there were relationship between age, duration of diabetes mellitus, ulcers history, ulcers location, HbA1C, comorbidities, foot care knowledge, foot care ability, sensory neuropathy, foot deformities and ABI with DFU's recurrence frequency in patients with DM in Makassar (p<0.05). However, there was no significant relationship between family support with DFU's recurrence frequency (p= 0.102). Analysis result of Multiple Linear Regresion found the most dominant influencing factors of DFU's recurrence were age, HbA1C, foot care, family support, and comorbidities. This study recommends that nurses need to identify the influencing factors of DFU's recurrence and motivate the patient to increase routine glycemic control, regular foot care, increase family support and control of comorbidities in middle adult and elderly patients to prevent DFU's recurrence."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T36141
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septi Kurniasari
"ABSTRAK
Kaki diabetik merupakan komplikasi yang sangat menakutkan bagi pasien DM karena
resiko amputasi yang sangat tinggi. Tujuan Penelitian: menganalisis faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap kejadian kaki diabetik. Peuelitian ini merupakan penelitian
deskriptif analitik dengan pengumpulan data secara cross sectional. Sampel sebanyak
136 pasien DM yang mempunyai kelainan benluk kaki dan Iuka kaki. Pada penelitian ini
pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan cara observasi dan kuesioner. Hasil
penelitian analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan senam kaki, perawatan
kaki, kepatuhan dalam pencegahan Iuka, kontrol gula darah, pengetahuan, dan diet
dengan kejadian kaki diabetik. Scdangkan secara analisis multivariat hanya ada 3
variabel yang merupakan faktor paling berkontribusi yaitu senam kaki, kepatuhan dalam pencegahan luka dan pengetahuan. Rekomendasi hasil penelitian ini adalah melakukan konseling secara rutin, klub diabetes, dan rutinitas melakukan senam diabetes."
2007
T22882
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sakti Oktaria Batubara
"CAPD merupakan suatu tehnik dialisis dengan menggunakan membran peritoneum sebagai membran dialisis yang memisahkan dialisat dalam rongga peritoneum dan plasma darah dalam pembuluh darah peritoneum. Berbagai komplikasi dapat timbul pada penanganan CAPD. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko terjadinya komplikasi CAPD.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah 130 pasien CAPD di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang dipilih dengan cara purposive sampling.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kepatuhan terhadap prosedur standar ( p = 0,019) dan higienitas saat penggantian cairan dialisat (p = 0,013) memiliki hubungan yang bermakna dengan komplikasi CAPD. Pasien dengan higienitas kurang baik saat mengganti cairan dialisat berisiko untuk mengalami komplikasi CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang higienitasnya baik setelah dikontrol oleh variabel kepatuhan terhadap prosedur standar CAPD.
Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlu dilakukan evaluasi berkala terhadap kemampuan perawatan CAPD dirumah.

CAPD is a dialysis technique using peritoneal membran as a dialysis membrane that separate the dialysate in the peritoneal cavity and blood plasma in the blood peritonium vessels. This study aimed to identify the risk factors of complications on CAPD.
The study used a descriptive design with cross sectional analytic. The population in this study was 130 CAPD patients in hospitals RSUD Dr. Moewardi Surakarda and RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, selected by using purposive sampling.
The results of the study indicated that adherence to standard procedures (p = 0.019) and hygiene during the dialysate fluid replacement (p = 0.013) had a significant association with complications of CAPD. The patients with poor hygiene during dialysat replacement had a risk for experiencing complication of CAPD at about 3.82 times greater than patients who had good hygiene when controlled by variable of adherence to standard procedures CAPD.
The recommendation of this study was the necessity of conducting periodic evaluation of the patient?s ability of CAPD treatment at home.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mufqi Handaru Priyanto
"Ulkus kaki diabetik (UKD) merupakan luka kronik pada pasien diabetes melitus (DM). Vitamin D dipercaya memiliki peran penting pada diferensiasi, proliferasi, pertumbuhan sel, dan modulasi sistem imunitas sehingga kadar yang optimal dibutuhkan untuk penyembuhan luka. Defisiensi vitamin D juga diduga mengganggu produksi dan sekresi insulin sehingga berkontribusi pada kronisitas UKD. Penelitian bertujuan membandingkan kadar vitamin D pada pasien DM dengan dan tanpa UKD; serta untuk mengetahui korelasi antara durasi UKD dan keparahan UKD berdasarkan skor PEDIS (perfusion, extension, depth, infection, sensation) dengan kadar vitamin D. Serum 25-hidroksivitamin D (25(OH)D) dianalisis menggunakan in-vitro chemiluminescent immunoassay (CLIA). Analisis statistik yang sesuai dilakukan untuk membuktikan tujuan penelitian. Perbandingan nilai median (Q1-Q3) kadar vitamin D pada pasien DM dengan dan tanpa UKD secara berurutan adalah 8,90 ng/mL (6,52-10,90) dan 16,25 ng/mL (13-19,59), serta bermakna secara statistik (p<0,001). Tidak ada korelasi antara durasi UKD dan keparahan UKD berdasarkan skor PEDIS terhadap kadar vitamin D, serta tidak bermakna secara statistik. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa kadar vitamin D pada pasien DM dengan UKD lebih rendah dibandingkan pasien tanpa UKD. Namun belum ada bukti yang cukup untuk menyimpulkan bahwa tidak ada korelasi antara durasi UKD dan keparahan UKD berdasarkan skor PEDIS terhadap kadar vitamin D.

Diabetic foot ulcers (DFU) are chronic wounds in patients with diabetes mellitus (DM). Vitamin D believed have important role in differentiation, proliferation, cell growth, and immune system modulation hence optimal levels are needed for wound healing. Vitamin D deficiency also thought to interfere insulin production and secretion, thereby contributing to DFU chronicity. This study aims to compare vitamin D levels in DM patients with and without DFU; and determine the correlation between DFU duration and severity by PEDIS (perfusion, extension, depth, infection, sensation) score to vitamin D levels. 25-hydroxyvitamin D serum analyzed using in-vitro chemiluminescent immunoassay. Appropriate statistical analysis was done following the study. Comparison of median values ​​(Q1-Q3) vitamin D levels in DM patients with and without DFU were 8.90 ng/mL (6.52-10.90) and 16.25 ng/mL (13-19.59) respectively, and statistically significant (p<0.001). There was no correlation between DFU duration and severity PEDIS score to vitamin D levels, and it was not statistically significant. The results of this study indicate that vitamin D levels in DM patients with DFU are lower than patients without DFU. However, there is not enough evidence to conclude that there is no correlation between DFU duration and severity by PEDIS score to vitamin D levels."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Prisca Ockta Putri
"Diabetes melitus Tipe 2 (DMT2) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan komplikasi yang sering terjadi adalah ulkus kaki. Salah satu penyebab terjadinya ulkus kaki adalah keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) pada pasien DMT2 akibat kerusakan jaringan ikat tendon yang dipengaruhi oleh produksi Advanced Glycation End Products (AGE) secara cepat pada kondisi hiperglikemia. AGE merupakan zat yang membentuk suatu ikatan dengan kolagen yang dapat merubah struktur tendon. Produksi yang berlebihan dapat menyebabkan penebalan struktur periartikuler seperti tendon, ligamen, dan kapsul sendi, menyebabkan terjadi penyempitan sehingga menimbulkan kekakuan sendi dan kemudian terjadi keterbatasan LGS. Penelitian ini bertujuan Mengetahui hubungan antara LGS pergelangan kaki dengan derajat ulkus kaki pada pasien DMT2 sebagai salah satu dasar tindakan promotif dan preventif terhadap ulkus kaki diabetik.Penelitian menggunakan studi potong lintang. Kami melaporkan ada 34 sampel (laki-laki 55,9% dan perempuan 44,1%)ulkus kaki pada pasien DMT2 yang memiliki ulkus kaki di regio hindfoot (26,5%), midfoot (5,9%) dan forefoot (67,6%).Pengukuran lingkup gerak sendi pada pergelangan kaki menggunakan goniometri digital untuk gerakan dorsifleksi, plantarfleksi, inver­si dan eversi. Kemudian dihubungkan dengan usia, Indeks Massa Tubuh (IMT), level aktivitas fisik, lama ulkus, lama DM. Terdapat korelasi negatif bermakna signifikan antara lingkup gerak sendi dengan indeks masa tubuh (p=0,019; r=-0,401) dan korelasi positif bermakna signifikan dengan level aktivitas fisik (p=0,004; r=0,484). Semakin meningkat IMT, maka akan menurunkan LGS dan semakin rendah level aktivitas fisik maka akan menurunkan LGS.Tidak terdapat hubungan bermakna signifikan antara LGS dengan usia, lama ulkus dan derajat ulkus. Didapatkan hubungan yang bermakna pada semua gerakan LGS dengan lama DM dengan p-value <0.05. Semua sampel tidak memiliki kejadian yang tidak diinginkan selama penelitian. Kesimpulan dari studi ini adalah tidak ada hubungan antara LGS pergelangan kaki dengan derajat ulkus kaki pada penderita DMT2.

Type 2 diabetes mellitus (T2DM) is a group of metabolic diseases with the most common complication being foot ulcers. One of the causes of foot ulcers is the limited range of joint motion in T2DM patients due to damage of tendons connective tissue which is affected by the rapid production of Advanced Glycation End Products (AGE) in hyperglycemia conditions. AGE is a substance that forms a bond with collagen that can change the structure of the tendon. Excessive production can cause thickening of periarticular structures such as tendons, ligaments and joint capsules, causing narrowing to occur resulting in joint stiffness and then limiting the range of joint motion. This study aims to determine the relationship between the range of motion of the ankle joint and the degree of foot ulcers in T2DM patients as one of the basic promotive and preventive measures for diabetic foot ulcers. This study is a cross-sectional study. We reported that there were 34 samples (55.9% males and 44.1% females) foot ulcers in T2DM patients who had foot ulcers in the hindfoot (26.5%), midfoot (5.9%) and forefoot (67.6%) regions. Measurement of the range of motion at the ankle using digital goniometry for dorsiflexion, plantarflexion, inversion and eversion. It is related to age, body mass index (BMI), level of physical activity, time of ulcer,time of DM.There was a significant negative correlation between range of motion and body mass index (p=0.019; r=-0.401) and a significant positive correlation with the level of physical activity (p=0.004; r=0.484). The higher of BMI, the range of motion of the joints is lower and the lower level of physical activity, the lower the range of motion of the joints. There was no significant relationship between the range of motion of the joints and age, ulcer duration and degree of ulcer. A significant relationship was found in all range of motion range of motion with duration of DM with p-value <0.05. All samples did not have major adverse events. The conclusion of this study is that there is no relationship between the range of motion of the ankle joint and the degree of foot ulcers in T2DM patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Sulistyawati Pamungkas
"Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi penyebab utama dari kebutaan, serangan jantung stroke gagal ginjal dan amputasi kaki. Berdasarkan laporan Riskesdas tahun 2018, prevalensi penyakit diabetes diabetes melitus di Indonesia terjadi peningkatan dari 1,5% di tahun 2013 menjadi 2,0% di tahun 2018 untuk penduduk usia ≥ 15 tahun. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes melitus tipe-2 di RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo. Penelitian menggunakan data sekunder yang diperoleh dari data rekam medis RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo dengan desain studi potong lintang. Sampel penelitian yaitu pasien rawat jalan poliklinik penyakit dalam dan memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian didapatkan bahwa proporsi kejadian diabetes melitus tipe 2 sebesar 43,6%. Berdasarkan uji analisis bivarriat, faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes melitus tipe-2 yaitu yaitu umur (PR: 6,299, 95% CI: 0,908 – 41,872) dan kolesterol (PR: 1,772, 95% CI: 1,193 – 2,631). Dari penelitian ini diperlukan peningkatan kegiatan promotif dan preventif dengan memberikan edukasi pada masyarakat Kabupaten Situbondo mengenai diabetes melitus dan faktor risikonya yang dapat dilakukan oleh pihak Rumah Sakit.

Diabetes Mellitus is a non-communicable disease which is the main cause of blindness, heart attack, stroke, kidney failure and leg amputation. Based on the 2018 Riskesdas report, the prevalence of diabetes mellitus in Indonesia has increased from 1.5% in 2013 to 2.0% in 2018 for people aged ≥ 15 years.. The study aims to determine the factors associated with the incidence of type-2 diabetes mellitus in dr. Abdoer Rahem Situbondo. The study used secondary data obtained from medical record data at RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo with a cross-sectional study design. The research sample was outpatients at the internal medicine polyclinic and met the inclusion criteria. The results showed that the proportion of the incidence of type 2 diabetes mellitus was 43.6%. Associated risk factors are age (PR: 6.299, 95% CI: 0.908 – 41.872) and cholesterol (PR: 1.772, 95% CI: 1.193 – 2.631). From this research it is necessary to increase promotive and preventive activities by providing education to the community in Situbondo Regency regarding diabetes mellitus and its risk factors that can be carried out by the Hospital."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Monica Istiqomah
"Skripsi ini membahas mengenai penyakit menular yang menjadi pandemi baru di dunia yaitu COVID-19. COVID-19 menimbulkan banyak kematian di berbagai negara, salah satunya Indonesia. Provinsi Jawa Tengah seringkali menduduki peringkat 3 besar dengan kasus paling banyak perharinya. Salah satu rumah sakit rujukan COVID-19 di Jawa Tengah yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kematian Covid-19 di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Kota Surakarta tahun 2020. Penelitian ini menggunakan desain studi kuanitatif yaitu studi cross-sectional dengan analisis univariat dan bivariat. Penelitian ini menggunakan data rekam medis pasien dengan populasi seluruh pasien terkonfirmasi COVID-19 di RSUD Dr. Moewardi Kota Surakarta pada tahun 2020. Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara kematian COVID-19 dengan jenis kelamin, usia, komorbiditas, d-dimer, dan c-reactive protein dengan nilai p < 0,05. Laki-laki memiliki risiko lebih tinggi dibanding perempuan (PR 2,856 dengan 95% CI : 1,659-4,917). Pasien lansia (≥ 60 tahun) memiliki risiko yang lebih tinggi daripada pasien yang lebih muda (PR 2,554 dengan 95% CI : 1,754-3,719). Pasien yang memiliki komorbiditas memiliki risiko yang lebih tinggi (PR 3,872 dengan 95% CI : 1,938-7,734). Pasien dengan d-dimer ≥ 500 memiliki risiko yang lebih tinggi (PR 3,767 dengan 95% CI : 1,505-9,427). Pasien dengan CRP ≥ 8,9 memiliki risiko lebih besar (PR 2,780 dengan 95% CI :1,780-4,434)

This study discusses about infectious disease that has became a new pandemic in the world, namely COVID-19. COVID-19 has caused many deaths in various countries, one of which is Indonesia. Central Java Province is often ranked in the top 3 with the most cases per day. One of the COVID-19 hospitals in Central Java is Dr. Moewardi General Hospital, Surakarta. The propose this study is to determine the risk factors associated with COVID-19 deaths at the Dr. Moewardi General Hospital, Surakarta in 2020. This study used quantitative study design, cross-sectional study with univariate and bivariate analysis. This study used patient medical record data, the population is patients with confirmed COVID-19 at Dr. Moewardi General Hospital in 2020. The result of this study showed that there was a significant association between COVID-19 mortality and gender, age, comorbidity, d-dimer, and c-reactive protein with p-value < 0,005. Men had higher risk than women (PR 2,856 with 95% CI 1,659-4,917). Elderly patients ((≥ 60 years) had higher risk than younger patients (PR 2,554 with 95% CI : 1,754-3,719). Patients with comorbidity had higher risk (PR 3,872 with 95% CI 1,938-7,734). Patients with d-dimer ≥ 500 had higher risk (PR 3,767 with 95% CI 1,505-9,427). Patients with CRP ≥ 8,9 had greater risk (PR 2,780 with 95% CI 1,780-4,344)"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Faruq Fauzi
"Diabetes Melitus merupakan penyakit tidak menular serta penyakit kronis yang terjadi orang dewasa yang membutuhkan pengawasan medis berkelanjutan dan pendidikan perawatan diri. Diabetes melitus mampu mempengaruhi vaskularisasi sehingga menyebabkan terjadinya perubahan pada makrovaskular umumnya mengenai otak, jantung dan pembuluh darah dan mikrovaskular dapat terjadi pada mata dan ginjal serta terjadi perubahan pada sistem saraf atau neuropati seperti europati motorik, sensorik, ataupun neuropati otonom. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menganalisis penerapan intervensi senam kaki diabetes dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus. Senam kaki diabetes juga dapat meningkatkan perfusi, mencegah perburukan neuropati pada pasien diabetes mellitu. Intervensi dilakukan selama lima hari perawatan dan dimulai intervensi pada hari ketiga perawatan. Hasilnya menunjukkan bahwa senam kaki diabetes dapat meningkatkan sirkulasi perifer yang ditandai perubahan pulse oximetry, CRT dan nilai ABI. Selain itu terjadi penurunan keluhan yang dirasakan oleh pasien. Melihat keefektifan senam kaki diabetic pada pasien diabetes melitus maka diharapkan intervensi ini dapat digunakan sebagai perawatan rutin pada pasien diabetes melitus
Diabetes Mellitus is a non-communicable and chronic disease that occurs in adults and requires ongoing medical supervision and self-care education. Diabetes mellitus can affect vascularization, causing changes in the macrovasculature generally affecting the brain, heart, and blood vessels and microvasculature can occur in the eyes and kidneys as well as changes in the nervous system or neuropathy such as motor, sensory neuropathy or autonomic neuropathy. The aim of writing this scientific work is to analyze the application of diabetic foot exercise interventions in providing nursing care to diabetes mellitus patients. Diabetic foot exercises can also increase perfusion, preventing worsening neuropathy in diabetes mellitus patients. The intervention was carried out for five days of treatment and began on the third day. The results show that diabetic foot exercises can improve peripheral circulation as indicated by changes in pulse oximetry, CRT, and ABI values. Apart from that, there was a decrease in complaints felt by patients. Seeing the effectiveness of diabetic foot exercises in diabetes mellitus patients, it is hoped that this intervention can be used as routine care for diabetes mellitus patients"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>