Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 69734 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Salah satu masalah yang sering muncul dalam dunia fotografi adalah efek blur yang dapat diakibatkan baik oleh objek yang bergerak maupun gerakan kamera yang berhubungan dengan kecepatan rana (shutter speed) ketika gambar akan diambil. Paper ini menyajikan sebuah metode baru yang sederhana untuk mendeteksi kemunculan distorsi blur yang tidak diinginkan pada gambar digital. Metode yang diusulkan menggunakan transformasi discrete cosine transform (DCT) pada gambar yang telah mengalami distorsi dengan ukuran blok DCT yang bervariasi. Hasil dari pendeteksian ini kemudian digunakan untuk meningkatkan kualitas gambar melalui metode debluring berdasarkan korelasi pixel yang diterapkan pada area tertentu pada gambar yang mengandung distorsi blur ini. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa kualitas gambar yang disempurnakan dihasilkan oleh metode debluring secara selektif menggunakan deteksi distorsi blur lokal akan lebih baik daripada yang tidak melalui proses seleksi. Dari berbagai ukuran blok yang digunakan dalam percobaan, blok berukuran 32×32 piksel menghasilkan kualitas gambar yang secara umum lebih baik.

Abstract
One of the problems that often arise in photography is a blurring effect that can be caused either by a moving object or camera movements that associated with the shutter speed when the picture is taken. This paper presents a simple new method for detecting the appearance of unwanted blur distortion in digital images. The proposed method uses the transformation of Discrete Cosine Transform (DCT) on the image that has been distorted with varying DCT block size. The results of the detection used to improve image quality through debluring method based on pixel correlation that applied to certain areas of the image that contains this blur distortion. The experimental results show that the enhanced picture quality produced by the method of selectively debluring using a local blur distortion detection is better than not through the selection process. From various block sizes used in the experiments, the block size of 32×32 pixel generates better picture quality."
[Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Universitas Multimedia Nusantara. Center for New Media ICT Research], 2010
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Prasetya Gunawan
"Salah satu masalah yang sering muncul dalam dunia fotografi adalah efek blur yang dapat diakibatkan baik oleh objek yang bergerak maupun gerakan kamera yang berhubungan dengan kecepatan rana (shutter speed) ketika gambar akan diambil. Paper ini menyajikan sebuah metode baru yang sederhana untuk mendeteksi kemunculan distorsi blur yang tidak diinginkan pada gambar digital. Metode yang diusulkan menggunakan transformasi discrete cosine transform (DCT) pada gambar yang telah mengalami distorsi dengan ukuran blok DCT yang bervariasi. Hasil dari pendeteksian ini kemudian digunakan untuk meningkatkan kualitas gambar melalui metode debluring berdasarkan korelasi pixel yang diterapkan pada area tertentu pada gambar yang mengandung distorsi blur ini. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa kualitas gambar yang disempurnakan dihasilkan oleh metode debluring secara selektif menggunakan deteksi distorsi blur lokal akan lebih baik daripada yang tidak melalui proses seleksi. Dari berbagai ukuran blok yang digunakan dalam percobaan, blok berukuran 32×32 piksel menghasilkan kualitas gambar yang secara umum lebih baik.
One of the problems that often arise in photography is a blurring effect that can be caused either by a moving object or camera movements that associated with the shutter speed when the picture is taken. This paper presents a simple new method for detecting the appearance of unwanted blur distortion in digital images. The proposed method uses the transformation of Discrete Cosine Transform (DCT) on the image that has been distorted with varying DCT block size. The results of the detection used to improve image quality through debluring method based on pixel correlation that applied to certain areas of the image that contains this blur distortion. The experimental results show that the enhanced picture quality produced by the method of selectively debluring using a local blur distortion detection is better than not through the selection process. From various block sizes used in the experiments, the block size of 32×32 pixel generates better picture quality."
Universitas Multimedia Nusantara, Center for New Media ICT Research, 2010
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada penelitian ini, dikemukakan sebuah metode baru berbasis analisis multiresolusi untuk mendeteksi distorsi blok pada gambar digital terkompresi. Gambar digital terkompresi cenderung memiliki artefak codingyang mungkin muncul ketika gambar dikodekan dengan tingkat kompresi yang tinggi. Penelitian ini berfokus pada distorsi blok yang dirasakan signifikan dalam gambar digital terkompresi berbasis blok seperti JPEG. Pada penelitian ini, transformasi Wavelet Haar digunakan untuk mendekomposisi sebuah gambar dan menganalisis karakteristik tepian dari gambar tersebut. Berdasarkan dekomposisi ini, peneliti menyusun sebuah algoritma untuk mendeteksi distorsi blok dengan menganalisis koefisien hasil transformasi wavelet. Hasil eksperimen algoritma terhadap database gambar LIVE menunjukkanhasil yang sangat memuaskan dengan tingkat kesalahan yang rendah.

Abstract
In this study, presented a new method based on multiresolution analysis to detect the distortion of the block in a compressed digital image. Compressed digital image tend to have coding artifacts that may arise when an image is encoded with a high compression rate. This study focuses on a block distortion that significantly perceived in the block-based compressed digital images such as JPEG. In this study, Wavelet Haar transformation is used to decompose an image and analyze the characteristics of the edge of the picture. Based on this decomposition, the researchers compiled an algorithm for detecting a block distortion by analyzing the coefficients of the wavelet transformation. The results of experimental algorithms for image database LIVE shows very satisfactory results with low error rates."
[Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Universitas Bakrie. Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer], 2011
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dionysius Hendri Setianto
"Terkadang setiap orang memiliki informasi rahasia yang ingin dikirimkan tanpa diketahui oleh pihak lain. Steganography adalah sebuah teknik untuk menyembunyikan informasi ke dalam data multimedia sehingga memungkinkan untuk mengirim informasi kepada pihak yang berkepentingan tanpa diketahui atau dideteksi oleh pihak lain secara kasat mata (imperceptibility), walaupun dapat dideteksi melalui pendekatan statistik dengan menggunakan algoritma tertentu. Teknik Steganography berbasiskan JPEG (discrete cosine transform) merupakan salah satu algoritma yang digunakan untuk menyembunyikan data pada gambar digital. Analisis yang dilakukan untuk melihat imperceptibility dan kapasitas data yang dapat disembunyikan dari teknik steganography. Hal ini dilakukan karena kedua sifat itu merupakan aspek dari steganography. Proses analisis didukung dengan simulasi yang dibuat menggunakan Matlab versi 6.5 dan diujikan pada lima buah gambar hitam-putih berukuran 256x256 piksel.
Dari hasil simulasi dapat diperoleh bahwa level kuantisasi yang digunakan saat menyisipkan data agar gambar stego tidak terdeteksi secara visual tergantung dari karakteristik gambar asli yang digunakan. Untuk simulasi ini diperoleh : level 100-70 untuk gambar goldhill dan autumn; gambar view pada level 100-80, level 100-50 untuk gambar lenna dan gambar baboon pada level 100-40. Sementara itu kapasitas data yang dapat disembunyikan dan diekstraksi tanpa error yang signifikan diperoleh : gambar goldhill dan baboon adalah dari 50-500 bytes pada level 80-40; gambar autumn adalah dari 50-500 bytes pada level 70-40; gambar lenna adalah 50-250 bytes pada level 80-40; dan gambar view adalah 50-400 bytes pada level 80-40 walaupun pada kapasitas 200-300 bytes ada 1 bit error, dan 450-500 bytes untuk level 70-50. Semakin kecil level kuantisasi yang digunakan maka ketahanan (robustness) terhadap kompresi JPEG akan semakin besar, sedangkan kualitas gambar (imperceptibility) yang dihasilkan akan semakin buruk dan kapasitas data yang dapat disisipkan semakin kecil.

Sometimes every people have secret information to send without any suspicion from other parties. Steganography is a technique for hiding information into multimedia data so as for sending information to other people without any detection from other parties (eavesdropper) visually, although it can be detected by statistical approach with some algorithm. Steganography technique base on JPEG (discrete cosine transform) is an algorithm which is used for hiding data into digital picture. Analysis was performed to check the imperceptibility and capacity of data that can be hidden, because both of them are aspects on steganography technique. Analysis process was made using Matlab version 6.5 and was tested to five 256x256 monochrome picture. From the simulation we can get that quantization level which is used when hiding data so the stego picture can not be detected visually was depend on the characteristic of original picture.
Simulation result : level 100-70 for goldhill and autumn picture; view picture on level 100-80, level 100-50 for lenna picture and baboon picture on level 100-40. Capacity of the data that can be hidden and can be extracted without significant error are : goldhill and baboon picture is from 50-500 bytes on level 80-40; autumn picture is from 50-500 bytes on level 70-40; lenna picture is 50-250 bytes on level 80-40; and view picture is 50-400 bytes on level 80-40 even there was 1 bit error on capacity 200-300 bytes, and 450-500 bytes on level 70-50. If the quantization level getting smaller then the robustness against JPEG compression will be higher, but picture quality (imperceptibility) will be getting bad and capacity of the data that can be hidden getting smaller."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S40395
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Universitas Indonesia, 2004
S27376
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Chasanah
"

Salah satu data pelacakan objek yang menarik untuk diteliti adalah citra termal inframerah. Data tersebut tahan terhadap perubahan cahaya bahkan dapat dihasilkan pada kondisi tanpa cahaya. Disamping kelebihan yang dimiliki, pelacakan objek pada citra termal inframerah tersebut memiliki tantangan yang berbeda dari pelacakan pada citra visual spektrum, seperti kontras rendah yang merupakan karakter dari citra termal inframerah menyebabkan deteksi tepi antara objek dan latar belakang mempunyai kesulitan lebih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan metode pelacakan dengan akurasi tinggi dan dapat diimplementasikan secara real-time (20 frame per detik). Metode yang diusulkan pada penelitian ini adalah Optical Flow Tracker (OFT) dengan penambahan transformasi log adaptif (aLOFT) untuk meningkatkan kontras citra. Penambahan metode adaptive pre-processing tersebut mampu meningkatkan performa OFT. Tracker aLOFT cukup kompetitif ketika dibandingkan dengan state of the art tracker pada tantangan motion blur PTB-TIR 2019 Benchmark dengan hasil akurasi 0.905 dan kecepatan komputasi 64.9 fps.


One of the interesting objects tracking data is thermal infrared images. It is because of its ability to see in full darkness, no shadow effects and illumination robustness. However, those images object tracking has different challenges from visual images tracking, like low contrast of thermal images that cause difficulty to recognize the edge between object and background. Therefore, this research has the purpose to produce the tracker that is good in the precision score and still works in real-time (20 frames per second). In this paper, the authors proposed an adaptive log transform to enhance optical flow tracker (aLOFT) for thermal infrared images. The result of this method shows that adaptive pre-processing helps the tracker to outperform a better result compared to different preprocessing methods. The aLOFT tracker is competitive when compared to the state-of-the-art tracker PTB-TIR 2019 Benchmark in the motion blur problem with an accuracy of 0.905 and a computing speed of 64.9 fps.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Okto Sriyono
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S38328
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agusalam Budiarso
"Fotografi merupakan bagian terintegrasi standard prosedur pemeriksaan forensik dan dapat berperan sebagai petunjuk, keterangan pengganti barang bukti maupun sebagai barang bukti itu sendiri. Dokumentasi fotografi forensik memiliki tujuan menghasilkan gambar yang berkualitas dan akurat. Akurasi gambar dapat dinilai dari kesesuaian antara keadaan sebenarnya (atau setidaknya mendekati) saat pengambilan gambar dan pemeriksaan dilakukan oleh dokter pemeriksa dengan interpretasi orang lain yang melihatnya di waktu yang berbeda. Hasil studi observasional potong lintang menggunakan 55 sampel penelitian gambar digital kamera DSLR didapatkan panjang fokal lensa 50mm memiliki hubungan bermakna (p < 0,05). Sedangkan rentang nilai bukaan lensa (f7,1-f8,0), kecepatan rana (1/100 detik-1/125 detik) dan sensitivitas sensor (ISO = 800-1600) dengan penggunaan cahaya tambahan flashlite dapat dijadikan acuan dasar settingan kamera digital pada pemeriksaan genitalia kasus kekerasan seksual pada anak saat ini. Selain itu, didapatkan kesesuaian keseluruhan interpretasi sedang antara dua ahli forensik (k = 0,457), kesesuaian interpretasi pada area labia minor masih dapat diterima (k = 0,238) dan fourchette posterior (k = 0,230), serta kesesuaian interpretasi kuat pada area hymen (k = 0,643).

Photography is an integrated part of standard forensic examination procedures and can act as a guide, substitute information for evidence as well as evidence itself. Forensic photography documentation aims to produce quality and accurate images. Image accuracy can be assessed from the conformity of the actual situation (or at least approaching) when shooting an image and doctors examinations with the interpretation of other people who see it at different times. The results of a cross-sectional observational study using 55 DSLR camera digital image research samples obtained that 50mm lens focal length had a significant relationship (p <0.05). While the range of lens aperture (f7,1-f8,0), shutter speed (1/100 seconds-1/125 seconds) and sensor sensitivity (ISO = 800-1600) with additional use of flashlite can be used as a basic reference for digital camera settings on child sexual violence cases examination. In addition, it was found that the overall interpretation conformity was moderate between two forensic experts (k = 0.457), interpretation conformity could still be fair in the minor labia (k = 0.238) and posterior fourchette (k = 0.230), also substantial in the hymen (k = 0.643)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55531
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kenedi Binowo
"Startup digital yang sukses dapat meningkatkan taraf hidup kesejahteraan banyak orang. Namun, bagi yang ingin merintis startup-nya, faktor kunci kesuksesan perintisan startup digital masih kompleks diketahui. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis faktor kunci kesuksesan yang berperan penting dalam tahap perintisan. Thematic Analysis (TA) adalah metode yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor keberhasilan perintisan startup digital, sedangkan metode Interpretive Structural Modelling (ISM) digunakan untuk alat analisis penelitian kuantitatif. Data penelitian dikumpulkan dari 10 studi literatur terkait, wawancara dari 12 narasumber sebagai Founder/Co-Founder, dan ppengisian hasil kuesioner dari 6 pakar yang berpengalaman dalam bidang bisnis startup. Hasil identifikasi TA menunjukkan bahwa terdapat 17 faktor kunci yang menjadi faktor keberhasilan dalam perintisan startup digital, yaitu berupa: Peluang bisnis (problem), ide bisnis, tim startup, model bisnis, modal atau funding, produk/jasa, inkubator, validasi, kompetitor, marketing, penguasaan teknologi, analisis market, Founder & Co-Founder, mitra, passion, eksekusi ide, dan empati. Sedangkan temuan analisis ISM menunjukan bahwa faktor tim startup adalah faktor yang paling penting dan paling berpengaruh terhadap kesuksesan perintisan startup digital karena, berada di lingkungan independen, dan top level model hirarki kesuksesan perintisan startup digital, serta mempunyai pengaruh nilai driving power yang lebih besar dalam perintisan startup digital. Memiliki tim startup yang solid akan membuat startup digital berhasil karena, melalui tim startup-lah segala faktor terkait dapat dieksekusi dengan cepat dan mudah. Sehingga bisa berakibat pada kesuksesan perintisan dan keberlanjutan hidup startup. Temuan penelitian ini diharapkan menjadi fondasi bagi siapa saja yang tertarik untuk merintis startup digital.

Successful digital startups can improve the standard of living and well-being of many people. However, for who want to start their own startup, the key success factors in pioneering digital startups are still difficult to determine. The purpose of this research is to identify and analyze the key success factors that play an important role in the digital startup pioneering stage. Thematic Analysis (TA) is used to identify success factors for digital startup pioneering, whereas the interpretive structural modeling (ISM) method is used as a quantitative research analysis tool. Data for this study were gathered from a variety of sources, including 10 related literature studies, 12 interviews with Founders/Co-Founders of digital startups, and the results of questionnaires completed by 6 experts with startup experience. The results of TA identification show that there were 17 key success factors in pioneering digital startups, which take the form of: business opportunities (problems), business ideas, startup teams, business models, capital or funding, products/services, incubators, validation, competitors, marketing, technology mastery, market analysis, Founder & Co-Founder, partners, passion, idea execution, and empathy. While the ISM analysis findings show that the startup team factor is the most important and influential factor on the success of digital startup pioneering because, it is in an independent environment and the top-level model of the digital startup success hierarchy, it also has a greater driving power value influence in digital startup pioneering. A solid startup team is essential for the success of a digital startup because it is through the startup team that all related factors can be executed quickly and easily. As a result, startup teams have the potential to influence the success pioneering and sustainability of startup life. These findings were expected to be ground-breaking for anyone interested in launching an innovative digital startup."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>