Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4134 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Achmad Zaki
"Latar belakang: Sumsum tulang merah merupakan sumber utama sel punca mesenkim walaupun penggunaannya menimbulkan morbiditas situs donor. Pengambilan sel punca dari sumsum tulang menyebabkan nyeri dan seringkali sukar dilakukan sehingga membutuhkan sumber alternatif. Karena penyembuhan tulang sekunder terjadi melalui pembentukan kalus hasil proliferasi dan diferensiasi sel punca, kalus mungkin menjadi sumber alternatif pengambilan sel punca mesenkim. Penelitian ini membandingkan jumlah plastic-adherent cells dari kalus dan sumsum tulang setelah dua minggu kultur sel.
Metode: Enam belas kelinci Selandia Baru dilakukan prosedur frakturisasi diafisis tulang femur. Lalu, seluruh kelinci dirawat. Selanjutnya, dua minggu pasca-frakturisasi, 3 mL aspirasi sumsum tulang krista iliaka dan ekstraksi kalus situs fraktur pada delapan kelinci dilakukan kultur (kelompok I). Delapan kelinci lainnya dilakukan hal yang sama pada empat minggu pasca-frakturisasi (kelompok II). Seluruh kultur diamati setelah satu dan dua minggu. Setelah empat minggu, kultur dipanen. Jumlah sel dihitung dengan hemositometer Neubauer. Kemudian, perbandingan jumlah sel dianalisis menggunakan uji t tidak berpasangan.
Hasil: Pada kelompok I terdapat jumlah sel sebanyak 2,6 ± 0,1 x 104 untuk kultur aspirat sumsum tulang krista iliaka dan 2,5 ± 0,1 x 104 untuk kultur ekstraksi kalus situs fraktur. Tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik antara keduanya (p = 0,34). Sedangkan pada kelompok II didapatkan hasil sebesar 2,7 ± 0,1 x 104 sel dan 2,1 ± 0,1 x 104 sel secara berurutan dan terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara keduanya (p < 0,001).
Kesimpulan: Situs kalus fraktur dua minggu pasca-frakturisasi memiliki potensi sebagai situs donor untuk isolasi dan ekspansi plastic-adherent cells.

Background: Red marrow has been described as the main source of mesenchymal stem cells although its aspiration and isolation from bone marrow was reported to have significant donor site morbidity. Since secondary bone healing occurs through formation of callus as the result of proliferation and differentiation of mesenchymal stem cells, callus may become alternative source for mesenchymal stem cells. In this study, we compared the number of plastic-adherent cells from fracture site callus and bone marrow of iliac crest after two and four weeks of culture.
Methods: Sixteen New Zealand rabbits were fracturized at the femoral shaft. Then, these rabbits were taken care. After two weeks of fracturization, 3 mL iliac crest bone marrow aspiration and callus extraction of eight rabbits were cultured (group I). The other eight rabbits were treated equally after four weeks of fracturization (group II). Simultaneously, the cultures were observed after one and two weeks. Four weeks later, they were harvested. Cells were counted using Neubauer hemocytometer. The average number of cells between the sources and groups were statistically analyzed using the unpaired t-test.
Results: In group I, there were 2.6 ± 0.1 x 104 cells in the culture of iliac crest bone marrow aspirate and 2.5 ± 0.1 x 104 cells in culture of callus extract from fracture site (p = 0.34). In group II, there were 2.7 ± 0.1 x 104 cells and 2.1 ± 0.1 x 104 cells, respectively (p < 0.001).
Conclusion: Fracture site callus at the second week post-fracturization may be potential as source of plastic-adherent cells compared with iliac crest bone marrow.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Latar belakang: Banyak penelitian yang menggunakan krista iliaka sebgai donor sel punca mesenkimal. Pada kasus fraktur tulang panjang, pengambilan sumsum tulang dari situs fraktur memberikan banyak keuntungan. Akan tetapi, sumsum tulang panjang yang tergolong sebagai sumsum kuning mengandung banyak sel lemak sehingga dipercaya mengandung jumlah sel punca yang lebih sedikit daripada sumsum merah. Karena itu, panelitian ini bertujuan untuk membandingkan potensi sumsum merah dan sumsum kuning sebagai donor sel punca mesenkimal.
Metode: Sumsum tulang dari 8 ekor kelinci Flemish giant jantan diaspirasi dari krista iliaka dan batang femur. Sel mononuklear diisolasi dari asprirat dan diekspansi dalam medium DMEM rendah glukosa. Setelah 8 minggu, sel dipanen dan dihitung dengan hemositometer Neubauer. Perbandingan jumlah sel antara kedua situs dianalisis dengan menggunakan uji t-test.
Hasil: Setelah 8 minggu, sejumlah rata-rata 2,93±0,91 x 104 dan 3,7±2,50 x 104 sel diperoleh dari kelompok krista iliaka dan batang femur. Tidak ada perbedaan statistik yang bermakna antara kedua kelompok. (p= 0,45).
Kesimpulan: Sel yang melekat pada plastik dapat diisolasi dan diekspansi dari krista ilaka maupun batang femur. (Med J Indones 2011; 20:100-4)

Abstract
Background: Many studies have used iliac crest as the source of mesenchymal stem cells. In cases of long bone shaft fracture, obtaining marrow from the fracture site offers more advantages. Nevertheless, due to the high number of fat cells in long bones, the yellow marrow of long bones is believed to contain lower number of mesenchymal stem cells than red marrow. Therefore the aim of this study is to compare the potency between red and yellow marrow as the donor site for the isolation of mesenchymal stem cell.
Methods: Bone marrow of eight giant Flemish rabbits was aspirated from the iliac crest and femoral shaft. Mononuclear cells were isolated from both aspirates and expanded in low glucose DMEM. After eight weeks, the cells were harvested and counted using improved Neubauer hemocytometer. Comparison of the cell number between the two donor sites was then performed by t-test.
Results: After 8 weeks, an average number of 2.93±0.91 x 104 and 3.7±2.50 x 104 cells were obtained from the iliac and femoral group respectively. No statistically signifi cant difference was found between those two groups (p= 0.45).
Conclusion: Plastic-adherent cells can be isolated and expanded from both iliac crest and femoral shaft. (Med J Indones 2011; 20:100-4)"
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2011
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jane Naomi
"Latar belakang: Bakteri A. actinomycetemcomitans merupakan bakteri utama penyebab periodontitis agresif dimana bakteri ini dapat memengaruhi sel tulang sehingga terjadi kehilangan tulang alveolar. Namun, belum ada studi yang mempelajari mengenai interaksi antara bakteri A. actinomycetemcomitans dengan sel osteoklas dan sel di galur diferensiasi sel osteoklas, yaitu sel bone marrow-derived macrophages (BMM) dan sel preosteoklas. Tujuan: Membandingkan interaksi sel BMM dan sel preosteoklas dengan bakteri A. actinomycetemcomitans. Metode: Membuat kultur primer sel osteoklas dari bone marrow cells (BMCs) pada conditioned medium dengan inkubasi selama 48 jam pada suhu 37oC. Setelah diinkubasi, kultur sel BMCs yang telah berdiferensiasi menjadi sel BMM diberi medium yang telah ditambahkan bakteri A. actinomycetemcomitans selama 30 menit dalam kondisi aerob dan anaerob. Kemudian medium disimpan untuk dilakukan kultur dan Total Plate Count untuk mengetahui jumlah koloni bakteri. Lakukan hal yang sama pada sel preosteoklas (setelah kultur diinkubasi selama 48 jam dan diganti mediumnya dan ditambahkan RANKL kemudian diinkubasi kembali selama 24 jam). Hasil: Jumlah koloni hasil interaksi bakteri A. actinomycetemcomitans dengan sel BMM menunjukkan hasil yang tidak signifikan (p > 0.05) sedangkan hasil interaksi bakteri A. actinomycetemcomitans dengan sel preosteoklas menunjukkan hasil yang signifikan (p < 0.05). Perbandingan koloni terkecil adalah pada hasil interaksi bakteri A. actinomycetemcomitans dengan sel BMM pada kondisi aerob (1 : 1,1). Kesimpulan: Interaksi antara bakteri A. actinomycetemcomitans dengan sel BMM dan sel preosteoklas mempengaruhi proliferasi dari bakteri A. actinomycetemcomitans dimana proliferasi bakteri A. actinomycetemcomitans paling tinggi terjadi saat berinteraksi dengan sel BMM pada kondisi aerob.

Background: A. actinomycetemcomitans is the main bacteria that causes aggressive periodontitis of which this bacteria can affect bone cells resulting in alveolar bone loss. However, there has been no study that have examined the interaction between A. actinomycetemcomitans bacteria and osteoclast lineage cells, namely in bone marrow- derived macrophages (BMM) and preosteoclast cells. Objective: Comparing the interaction of BMM and preosteoclast cells with A. actinomycetemcomitans. Methods: Primary cultures of osteoclasts from bone marrow cells (BMCs) in conditioned medium were performed and incubated for 48 hours at 37oC. After incubation, the cultured BMCs that had differentiated into BMM were given medium that had been infected with A. actinomycetemcomitans for 30 minutes under aerobic and anaerobic conditions. The medium were then isolated and total plate count were performed to determine the number of bacterial colonies. The same procedure were conducted for preosteoclast cells (after the culture was incubated for 48 hours and the medium was changed and RANKL was added and then incubated again for 24 hours). Results: The number of colonies produced by the interaction of A. actinomycetemcomitans with BMM showed insignificant results (p > 0.05), while the results of the interaction of A. actinomycetemcomitans with preosteoclast cells showed significant results (p < 0.05). The smallest colony comparison was the result of the interaction of A. actinomycetemcomitans with BMM under aerobic conditions (1 : 1,1). Conclusion: The interaction between A. actinomycetemcomitans bacteria with BMM and preosteoclast cells affects the proliferation of A. actinomycetemcomitans where the highest proliferation of A. actinomycetemcomitans occurs when interacting with BMM under aerobic conditions."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anagnostou, Dimitra, editor
"This monograph aims to cover in depth all aspects of bone marrow lymphoid infiltrates, in the context of their wide spectrum of benign, borderline and malignant expressions. As the bone marrow is no longer considered a selective diagnostic procedure in the field of haematopathology and haematology,but a routine need to other subspecialists, we intend to provide a comprehensive treatise for beginners and experienced practitioners alike who deal with patients that are investigated or treated for lymphomas and lymphoid leukemias, manifest with laboratory or clinical signs suspicious for haematological diseases or show features mimicking haematological conditions."
London: Springer-Verlag, 2012
e20420717
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Starifulkani Arif
"Latar Belakang. Sumsung tulang merupakan sumber sel punca mesenkimal SPM yang paling banyak digunakan selain jaringan lemak sebagai sumber pengganti yang menjanjikan. Peningkatan penggunaan SPM membutuhkan kemampuan untuk melakukan subkultur pasase SPM. Untuk mengumpulkan dan menyimpan SPM dalam waktu tertentu tanpa mengubah karakter SPM maka dilakukan kriopreservasi.
Penelitian ini bertujuan meningkatkan pemahaman efek pasase terhadap penuaan sel punca mesenkimal sumsum tulang dan jaringan lemak yang dikriopreservasi.Metode. Penelitian ini merupakan studi analitik observasional yang dilaksanakan di UPT-TK Sel Punca RSCM FKUI April 2016 - September 2016. Sampel penelitian adalah sel punca mesenkimal sumsum tulang dan jaringan lemak pasase pertama yang dikriopreservasi 1 dan 2 kali. Dilakukan pengukuran terhadap ukuran sel, viabilitas sel, population doubling time PDT, colony forming unit dan penghitungan persentase sel yang menua. Data pasase dianalisis dengan multiple comparison ANOVA dengan Tukey HSD correction dan student t-test menggunakan program SPSS 23.
Hasil. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok kriopreservasi SPM sumsum tulang dalam PDT, viabilitas, dan ukuran sel pada P6 dengan p

Introduction. Bone marrow is still the gold standard source of MSC, but adipose tissue became a promising alternative source. Passage and cryopreservation are effective ways to multiply, pool and store MSC without altering its function.
The aim of this research was to enhance the knowledge of the effect of passage on senescence profile of cryopreserved human bone marrow and adipose derived MSC.Method. This research was an observational analytic study to analyze population doubling time PDT, cell size, viability, colony forming unit and percentage of senescent cells and done in UPT ndash TK Sel Punca RSCM FKUI, during April to September 2016. The samples were bone marrow and adipose MSC at passage one, which were cryopreserved for the first and second time. Cryopreservastion groups were analyzed using student t test while inter passage was analyzed using ANOVA test.
Result. There were significant differences between both cryopreserved bone marrow groups in PDT, viability and cell size in P6, p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sudbury: Jones and Bartlett , 1997
617.441 BLO
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Daffa Raditya Fernanda
"Tendinopati Achilles diabetes merupakan penyakit degeneratif akibat perubahan homeostasis jaringan tendon yang disebabkan oleh diabetes melitus tipe 2. Penyembuhan tendinopati Achilles diabetes sulit untuk dicapai karena terbatasnya kapasitas regenerasi tendon. Eksosom asal sel punca mesenkimal (SPM) sumsum tulang memiliki kemampuan dalam menghambat degenerasi jaringan sehingga berpotensi untuk mengatasi tendinopati Achilles diabetes. Efek eksosom SPM sumsum tulang terhadap tendon Achilles dapat diinvestigasi melalui perubahan ekspresi relatif gen a disintegrin and metalloproteinase domain 12 (ADAM12). Gen ADAM12 merupakan gen pendegradasi matriks yang terekspresi tinggi pada tendinopati Achilles diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh injeksi 0,8 mL eksosom asal SPM sumsum tulang pada tendinopati Achilles tikus diabetes berdasarkan analisis histologi dan ekspresi gen ADAM12. Sebanyak 12 ekor tikus putih jantan galur Sprague Dawley dikelompokkan menjadi dua kelompok yang terdiri atas kelompok kontrol tendinopati (KK) dan kelompok eksosom (KE). Analisis histologi tendon Achilles posmortem hari ke-21 dilakukan dengan metode semikuantitatif skor Bonar dan histomorfometri kuantitatif luas area kolagen melalui pulasan Hematoksilin-Eosin, Alcian Blue, dan Masson’s Trichrome. Perubahan ekspresi gen ADAM12 diperiksa secara kuantitatif menggunakan qRT-PCR. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata skor Bonar KE (1,67 ± 1,282) ditemukan lebih rendah daripada KK (6,40 ± 2,195) secara signifikan (P = 0,001; P < 0,05). Analisis histomorfometri juga menunjukkan rata-rata luas area kolagen KE (85,15 ± 7,023) yang cenderung lebih tinggi dibandingkan KK (76,64 ± 9,237), tetapi tidak berbeda nyata (P = 0,103; P ≥ 0,05). Ekspresi gen ADAM12 KE mengalami perubahan sebesar 0,9 kali lipat lebih tinggi daripada KK, meskipun secara statistik tidak signifikan (P = 0,421; P ≥ 0,05). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa injeksi 0,8 mL eksosom asal SPM sumsum tulang terbukti memiliki potensi dalam memicu perbaikan tendinopati Achilles diabetes pada hari ke-21.

Diabetic Achilles tendinopathy is a degenerative disease resulting from changes in tendon tissue homeostasis caused by type 2 diabetes mellitus. The cure of diabetic Achilles tendinopathy is difficult to achieve due to the limited regeneration capacity of the tendon. Exosomes from bone marrow-derived mesenchymal stem cells (MSC) can inhibit tissue degeneration so they have the potential to treat diabetic Achilles tendinopathy. The effect of exosomes from bone marrow-derived MSC on the Achilles tendon can be investigated through changes in the relative expression of a disintegrin and metalloproteinase domain 12 (ADAM12) gene. The ADAM12 gene is a matrix-degrading gene that is highly expressed in diabetic Achilles tendinopathy. This study aims to determine the effect of injection of 0.8 mL of exosomes from bone marrow-derived MSC on Achilles tendinopathy in diabetic rats based on histology analysis and ADAM12 gene expression. A total of 12 male white Sprague Dawley rats were grouped into two groups consisting of the tendinopathy control group (KK) and the exosome group (KE). Postmortem Achilles tendon histology analysis on day 21 was carried out using the semiquantitative Bonar score method and quantitative histomorphometry of collagen area using Hematoxylin-Eosin, Alcian Blue, and Masson's Trichrome staining. Changes in ADAM12 gene expression were examined quantitatively using qRT-PCR. Based on the research results, the mean score of Bonar KE (1.67 ± 1.282) was found to be significantly lower than KK (6.40 ± 2.195) (P = 0.001; P < 0.05). The histomorphometric analysis also showed that the average collagen area of KE (85.15 ± 7.023) tended to be higher than KK (76.64 ± 9.237) but was not significantly different (P = 0.103; P ≥ 0.05). ADAM12 KE gene expression changed 0.9-fold higher than KK, although it was not statistically significant (P = 0.421; P ≥ 0.05). Thus, the injection of 0.8 mL of exosomes from bone marrow-derived MSC was proven to have the potential to trigger improvement in diabetic Achilles tendinopathy on day 21."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Taufiq Muhibuddin Waly
"Kasus DBD dewasa terus meningkat pesat, di lain pihak penelitian-penelitian yang dilaporkan terutama dilakukan pada anak-anak
Trombositopenia merupakan unsur sentral dalam patogenesis penyakit DBD. Penyebab utama trombositopenia yang diakui saat ini pada demam/sakit <5 hari adalah sumsum tulang, oleh karena didapatkan gambaran hiposelularitas pada seluruh sampel dengan jumlah megakariosit menurun sampai dengan normal. Sedangkan setelah demam/sakit 5 hari penyebab trombositopenianya terutama oleh proses di peri£er yaitu konsumtif koagulopati, antigen antibodi kompleks yang merusak trombosit, peningkatan aktivitas RES jaringan untuk menghancurkan trombosit serta kemungkinan kemampuan virus itu sendiri untuk merusak trombosit.
Masalah lain lagi yaitu terus berkembangnya patofisiologi DBD mulai dari teori secondary heterologus infection, teori virulensi dan teori genetik dani Halstead. Dengan diketahuinya bahwa sel target dan virus dengue untuk dapat berkembang biak adalah sel monosit, makrofag dan sel kupffer kemudian diketahui pula adanya respons imunologis tubuh terhadap infeksi virus dengue dan tersebarnya kompleks virus antibodi (antigen antibodi kompleks) ke banyak jaringan tubuh (endotel pembuluh darah, ginjal, otak, trombosit, pankreas), maka reaksi hipersensitivitas tipe III dipertimbangkan sebagai dasar patofisiologi DBD.
Hal ini akan bertambah kuat bila pemberian steroid temyata mampu untuk mengurangi lama trombositopenia sehingga mempercepat lama perawatan dan mencegah komplikasi. Hal lain yang memperkuat teori hipersensitivitas tipe III selain penyebaran kompleks imun di jaringan-jaringan tubuh ialah apabila diternukan reaksi autoimun (reaksi imunologis tubuh untuk menghancurkan jaringannya sendiri).
Pada penelitian ini ternyata didapatkan reaksi autoimun berupa antibodi trombosit yang positif sampai dengan 62,5% sampel dan terbukti secara statistik sebagai penyebab utama trombositopenia serta penurunan-penurunan tajam dari jumlah trombosit. Steroid ternyata terbukti secara klinik dan statistik mengurangi lama trobositopenia dan mencegah penurunan tajam dari jumlah trombosit pada pasien-pasien dengan antibodi trombosit yang positif.
Selain itu pada penelitian ini juga dibuktikan bahwa tidak semua gambaran sumsum tulang menunjukkan hiposelularitas pada demam/sakit <5 hari (hanya 63,5% sampel).
Sedangkan secara analisis regresi multipel sumsum tulang ternyata hanya menempati urutan ketiga sebagai penyebab trombositopenia kelompok demam/sakit <5 hari setelah antibodi trombosit dan DIC talc terkompensasi (berarti proses diperiferlah yang lebih berpengaruh).
Selain hal-hal di atas pada penelitian ini didapatkan bahwa hemokoensentrasi yang.meningkat hanya terdapat pada 30% sampel, trauma sebagai penyebab utama terjadinya perdarahan nyata dan sensitivitas serta spesifisitas dari rapid imunokrornatografi yang cukup baik."
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>