Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17535 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Malden: Wiley-Blackwell, 2012
302.23 MED
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kaplan, David
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999
306.01 KAP t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mahyuni
"No one disputes that possession of language is one of the most distinctive of all human cultural attributes. The most
fundamental argument has to do with the nature of language as social practice. An attempt to divorce language from its
cultural context is to ignore the social circumstances which give it resonance and meaning. In the case of Sasak,
language use reinforces the existing status differential and social value of language associated with the group. This
perspective is employed, in this paper, to tackle the issue of Sasak language and culture."
Universitas Mataram. FKIP, 2007
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
London: Routledge, 1993
994 NAT
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Masajeng Rahmiasri
"BAGIAN I
Analisis Situasi
Budaya populer digemari oleh masyarakat. Remaja adalah salah satu kalangan yang paling banyak mengonsumsi produk budaya tersebut. Konsumsi ini dibantu oleh media massa. Namun, konsumsi itu tidak dibarengi dengan pemahaman yang memadai mengenai budaya tersebut. Karena itu, dibuatlah e-magazine POPle. POPle berfokus pada analisis tentang budaya populer, bukan hanya tentang aspek hiburannya saja.
BAGIAN 2
Manfaat dan Tujuan Pengembangan Prototype
Remaja memahami budaya populer yang sedang berkembang di Indonesia, baik budaya populer yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Sehingga, remaja lebih selektif dalam membeli dan mengonsumsi produk budaya populer.
BAGIAN 3
Prototype yang Dikembanngkan
POPle adalah e-magazine bertema budaya populer yang sedang digandrungi remaja Indonesia. Sasaran khalayak POPle adalah remaja berusia 15-21 tahun yang tertarik dengan budaya populer, memiliki SSE (Status Sosial Ekonomi) A-B, serta memiliki akses yang memadai terhadap internet. Majalah ini dibuat fit to page terhadap iPad (vertikal—768 x 1024 px) dan memaksimalkan fungsi multimedia, yaitu video, foto, teks dan audio. Naskah terdiri dari naskah interpretatif, feature, dan tips.
BAGIAN 4
Evaluasi
Evaluasi majalah ini terdiri dari dua bagian yaitu rencana pre-test media dan rencana evaluasi produk. Pre-test dilakukan sebelum edisi pertama dirilis, untuk mengecek kesesuaian antara rancangan majalah dengan kebutuhan pembaca. Sementara, evaluasi produk dilakukan secara bertahap dan dibagi ke dalam tiga kategori yaitu evaluasi input, evaluasi output, dan evaluasi outcome.
BAGIAN 5
Anggaran
Investasi Awal : Rp 113.217.320
Total Pengeluaran Bulanan : Rp 91.867.250
Total Pengeluaran per tahun :
Tahun Pertama : Rp 1.248.874.320
Tahun Kedua : Rp 1.317.562.408
Tahun Ketiga: Rp 1.390.028.340
Target pendapatan
Tahun pertama : Rp 615.771.688
Tahun kedua: Rp 948.718.750
Tahun Ketiga : Rp 1.459.521.875
Break Even Point (BEP) dicapai pada tahun ketiga.

FIRST PART
Situation Analysis
Popular culture is well-favored by citizens. Teenagers are one of the citizen groups who consumes popular culture the most. This consumption is aided by the mass media. Yet, the consumption is not accompanied by a good understanding about the culture. Therefore, an e-magazine named POPle is created POPle focuses more to analytical contexts than entertainment.
SECOND PART
Benefits and Purposes of Prototype Development
Teenagers understanding the popular culture which is currently developing in Indonesia, whether it is coming from inside or outside the country. The understanding is not about the entertainment aspect only. Thus, they will be more selective in buying and consuming popular culture products.
THIRD PART
Developed Prototype
POPle is an e-magazine about popular culture that is currently being a trend in Indonesia teenagers’ life. POPle’s audience target are teenagers ranging from 15-21 years old who are interested in popular culture, within the A-B Social Economic Status (SES), and have a good access to internet. The magazine is created with an iPad fit-to-page size (vertical—768x1024 px) and maximalizes multimedia functions, which are video, photo, texts, and audio. The articles are written in interpretative, feature, and tips style.
FOURTH PART
Evaluation
The magazine’s evaluation is consisted of two parts, which are the media pre-test design and product evaluation design. Pre-test will be executed before the first magazine edition is released, to check the compatibility between magazine’s design and readers’ need. Meanwhile, product evaluation will be conducted in stages and is divided into three categories, which are input, output, and outcome evaluation.
FIFTH PART
Budgets
Early Investments : Rp 113.217.320
Total Monthly Expenditures : Rp 91.867.250
Total Yearly Expenditures :
First Year : Rp 1.248.874.320
Second Year: Rp 1.317.562.408
Third Year : Rp 1.390.028.340
Revenue Targets :
First Year : Rp 615.771.688
Second Year : Rp 948.718.750
Third Year : Rp 1.459.521.875
Break Even Point (BEP) is reached on the third year.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S54186
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arintia Diah Martiana
"Beberapa penelitian mengenai budaya fan menunjukkan bahwa demokratisasi kebudayaan tengah terjadi. Demokratisasi kebudayaan adalah proses transformasi perilaku konsumen, keberkuasaan konsumen atas media, juga hubungan hirarkis antara produsen dan konsumen. Selama proses transformasi ini berlangsung, produsen dan konsumen memiliki kekuasaan yang semakin setara terhadap media melalui budaya partisipasi. Fenomena ini juga terpantau pada masyarakat Jepang bilamana hubungan dialogis antara produsen dan konsumen ini mulai terjadi pada beberapa fandom di Jepang. Dengan menggunakan metode projected interactivity, penelitian ini berupaya mendefinisikan hubungan antara produsen dan fan dalam fandom grup musik Jepang, Sound Horizon, sebagai salah satu fandom yang menunjukkan gejala demokratisasi kebudayaan.

Some studies on fan culture indicated that the democratization of culture is taking place. Democratization of culture is a transformation in consumer rsquo s behavior, consumer rsquo s authority upon media, and the hierarchical relationship between producer and consumer of media. During this transformation, producer and consumer are approaching an equal standing in front of media through the participatory culture. This phenomenon is also taking place in Japanese society, where the dialogical producer fan relationship is observable in some Japanese fandoms. By employing the projected interactivity methodology, this research leads to a greater understanding of producer fan relationship within a fandom for the Japanese musical band, Sound Horizon, as one of the Japanese fandoms which show the signs of democratization of culture.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S66027
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalisya Zahwa Rachmadina
"Indonesia dan Belanda dikenal memiliki banyak keterkaitan karena adanya kontak secara terus-menerus pada masa lampau sehingga terdapat berbagai dampak dalam berbagai aspek. Salah satu aspek yang terdampak hingga saat ini adalah budaya, seperti pada restoran-restoran Belanda di Indonesia yang melakukan akulturasi budaya. Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui upaya penyesuaian budaya dalam bentuk akulturasi apa yang telah dilakukan oleh Restoran H.E.M.A. TIS Square Tebet dan bagaimana respon dari para pengunjung terhadap akulturasi yang dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teori akulturasi oleh Redfield, Linton, dan Herskovits melalui pendekatan studi kasus yaitu mengumpulkan data dengan mengobservasi objek yang diteliti melalui wawancara dengan pemilik dan pengunjung restoran H.E.M.A. dan survei langsung ke restoran. Hasil dari penelitian ini yaitu Restoran H.E.M.A. TIS Square Tebet melakukan akulturasi dalam bentuk bahasa, makanan, pakaian, dan juga arsitektur bangunan sebagai upaya untuk menyesuaikan budaya Belanda di Indonesia. Upaya akulturasi budaya Belanda dan Indonesia yang dilakukan oleh Restoran H.E.M.A. ini berhasil menarik perhatian para pengunjung karena dapat menambah pengetahuan budaya Belanda dan Indonesia.

Indonesia and the Netherlands are known to have many connections because there was continuous contact in the past so that there were various impacts in various aspects. One aspect that has been affected to this day is culture, as in Dutch restaurants in Indonesia which carry out cultural acculturation. This research was made with the aim of knowing what cultural adjustment efforts in the form of acculturation have been carried out by the H.E.M.A. Restaurant. TIS Square Tebet and how the response from visitors to the acculturation carried out. This study uses a qualitative method with the theory of acculturation by Redfield, Linton, and Herskovits through a case study approach, namely collecting data by observing the object under study through interviews with H.E.M.A. restaurant owners and visitors. then survey directly to the restaurant. The results of this study are the H.E.M.A. Restaurant. TIS Square Tebet acculturates in the form of language, food, clothing, and also building architecture as an effort to adapt Dutch culture in Indonesia. Efforts to acculturate Dutch and Indonesian culture carried out by the H.E.M.A. Restaurant This succeeded in attracting the attention of the visitors because it could increase knowledge of Dutch and Indonesian culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Berliananda Aulia Citra
"Penelitian ini membahas kesepadanan penerjemahan tujuh teknik memasak bermuatan budaya dalam buku resep masakan Indonesia ke dalam bahasa Jerman. Teknik memasak tersebut yaitu, “ungkep”, “ulen”, “sangrai”, “bakar”, “kukus”, “tumis”, dan “suwir”. Penelitian ini menggunakan teori metode penerjemahan menurut Smith (1989), strategi penerjemahan menurut Baker (1992), pergeseran bentuk dan makna menurut Simatupang (2000) dan teori kesepadanan dinamis menurut Nida dan Taber (1964). Hasil analisis menunjukan bahwa hanya empat terjemahan teknik memasak dinyatakan sepadan, yaitu “ulen”, “kukus”, “bakar” pada terjemahan variasi kedua, dan “tumis”. Hasil terjemahan teknik memasak yang dinyatakan kurang sepadan, yaitu “ungkep”, “sangrai”, “suwir”, “bakar” pada terjemahan variasi pertama, “bakar” pada terjemahan variasi ketiga, dan “bakar” pada terjemahan variasi keempat. Metode penerjemahan yang paling sering digunakan adalah metode equivalent term. Selain itu, strategi penerjemahan yang sering digunakan adalah strategi penerjemahan dengan menggunakan kata yang lebih umum. Hasil terjemahan tujuh teknik memasak tersebut juga menunjukkan pergeseran bentuk dan makna, di antaranya (1) pergeseran pada tataran semantik yaitu khusus ke umum dan umum ke khusus, (2) pada tataran sintaksis yaitu kata ke frasa, dan (3) perbedaan makna karena sudut pandang budaya.

This research discusses the equivalence of translating seven cooking techniques that contain cultural elements in Indonesian cookbooks into German. The cooking techniques are “ungkep”, “ulen”, “sangrai”, “bakar”, “kukus”, “tumis”, and “suwir”. This research uses the theory of translation methods by Smith (1989), translation strategies by Baker (1992), shifts in form and meaning by Simatupang (2000) and dynamic equivalence theory by Nida and Taber (1964). The results of the analysis show that only four translations of cooking techniques are considered equivalent, namely “ulen”, “kukus”, “bakar” at the translation of the second variation, and “tumis”. The results of the translation of cooking techniques that are declared less commensurate, namely “ungkep”, “sangrai”, “suwir” , “bakar” at the translation of the first variation, “bakar” at the translation of the third variation, and “bakar” at the translation of the fourth variation. The most frequently used translation method is the equivalent term method. In addition, the translation strategy that is often used is the translation strategy using more general words. The translation results of the 7 cooking techniques also show a shift in form and meaning, including (1) a shift at the semantic level, namely specific to general and general to specific, (2) at the syntactic level, namely words to phrases, and (3) differences in meaning due to cultural point of view."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Thoriq
"Penelitian ini bertujuan untuk meneliti variasi-variasi konten YouTube dengan bahasa Arab Dialek Mesir (Kairo) sebagai sarana pembelajaran tambahan dan sarana memperkenalkan budaya Arab Mesir kepada pembelajar bahasa Arab. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan teori Kozhevnikova mengenai lingkungan linguistik buatan. Pada teori ini terdapat dua hal utama dalam pembelajaran atau penginternalisasian bahasa pada diri seseorang yaitu eksposur terhadap bahasa, dan lingkungan linguistik buatan. YouTube, dewasa ini dapat digunakan sebagai salah satu bentuk lingkungan linguistik buatan. Dengannya, pembelajar bahasa Arab tidak hanya mendapatkan materi pembelajaran bahasa Arab kebahasaan, namun juga cultural atau budaya. Untuk melihat variasi dan menyeluruhnya jenis konten yang menggunakan bahasa Arab Dialek Mesir, peneliti menggunakan 8 personality wheels yang mana jika ke delapan poin tersebut terpenuhi, konten-konten YouTube dengan bahasa Arab Dialek Mesir dapat dikatakan beragam dan mencakup hal-hal yang dianggap penting dan pasti ingin ditonton setiap orang. Hasil dari penelitian ini adalah terpenuhinya 8 poin pada personal priority wheels dan adanya muatan budaya pada setiap jenis kontennya. Selain variasi konten yang beragam dan unsur budaya dalam konten bahasanya, otentisitas dalam kosakatanya, serta kemungkinan untuk melaksanakan self assessment menjadikan bahasa Arab Dialek Mesir dapat digunakan sebagai konten tambahan mempelajari bahasa Arab bagi para pembelajar bahasa terutama untuk memperkaya khazanah budaya Arab Mesir.

This study aims to examine the variations of YouTube content with Egyptian (Cairo) Arabic dialect as an additional learning tool and a bridge to introducing Egyptian Arabic culture to Arabic learners. The method used in this study is a qualitative method using Kozhevnikova's theory of the artificial linguistic environment. In this theory, there are two main things in learning or internalizing language in a person, namely exposure to language, and the artificial linguistic environment. YouTube, nowadays can be used as a form of artificial linguistic environment. With it, Arabic learners are not only exposed to Arabic learning materials but also to the culture. To see the variety and overall type of content that uses Egyptian Arabic dialect, using 8 personality wheels where if the eight points are met, YouTube content with Egyptian Arabic dialect can be said to be diverse and includes things that are considered important and wanted to be watched by everyone. The results of this study are the fulfillment of 8 points on the personal priority wheels and the existence of cultural content in each type of content. In addition to the variety of diverse content and cultural elements in the language content, authenticity in the vocabulary, as well as to carry out self-assessment, Egyptian Dialect Arabic can be used as additional content to learn Arabic for language learners, and as a bridge to know Egyptian Arabic culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>