Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9264 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian multidisiplin di Kali Angke. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas air sungai ditinjau dari aspek mikrobiologik di beberapa lokasi sepanjang Kali Angke. Lokasi yang diteliti meliputi: Duri Kosambi, Pesing Poglar, Teluk Gong, Pantai Indah Kapuk dan Muara (4 titik). Pemeriksaan dilakukan berdasarkan petunjuk standar Departemen Kesehatan, Republik Indonesia dan hasilnya disimpulkan sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Parameter yang digunakan dalam uji mikrobiologi adalah most probable number (MPN) dari total dan fecal coliform, yang dilakukan dalam 2 langkah: uji presumtif dan uji konfirmasi. Uji lengkap dilakukan untuk mengkonfirmasi adanya E.coli dan bakteri lain dalam air. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa mutu air Kali Angke kurang baik dan tidak dianjurkan sebagai air minum. Berdasarkan parameter mikrobiologik, kualitas air sungai ini dikategorikan sebagai kelas 2 yang artinya hanya dapat digunakan untuk rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, mengairi pertanaman dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Most probable number dari total coliform di daerah Pantai Indah Kapuk dan bagian luar daerah Muara lebih rendah dari daerah lainnya. Masyarakat yang tinggal di Pantai Indah Kapuk memiliki tingkat ekonomi yang lebih tinggi, dengan demikian dapat diasumsikan bahwa masyarakat ini memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan memiliki kesadaran tentang kebersihan lingkungan yang lebih baik. Selanjutnya, air di daerah paling luar dari Muara memiliki kadar garam yang tinggi sehingga dapat membunuh bakteri-bakteri patogen. Akhir kata, kualitas air di sepanjang Kali Angke adalah air kelas dua yang tidak layak minum kecuali di daerah Pantai Indah Kapuk dan Muara yang layak minum sesudah dididihkan.

Abstract
This research is a part of a multidisciplinary research in the Angke River. The aim of this research is to study the river?s water quality from the microbiological point of view in several locations along the Angke River. The locations under this study included: Duri Kosambi, Pesing Poglar, Teluk Gong, Pantai Indah Kapuk and Estuary (4 points). The examinations were held in term of microbiological aspects, based on the guide published by the Ministry of Health, the Republic of Indonesia and concluded according to Government Regulation. The parameter of microbiological tests was the most probability number (MPN) of total and fecal coliform. The method used was done in 2 steps: presumptive and confirmed test. Completed test was conducted to confirm the presence of E.coli and other bacteria in water. The result showed that the water quality of the Angke River was poor; therefore, it is not recommended to be used as drinking water. It is categorized as the 2nd class quality that means it can only be used for water recreation, veterinary, showering plants and or other purposes that require the same quality of water. The MPN of total coliform at Pantai Indah Kapuk and the outer side of river mouth (estuary area) was lower than other areas. People who live in Pantai Indah Kapuk are having a higher economic level. Therefore, it can be assumed that they are more educated people who have more insight about hygiene. Further, the water at the outer side of river mouth contains a higher salt concentration that can kill pathogenic bacteria. In conclusion, the water quality of the Angke River is categorized as 2nd class quality not recommended to be used as dringking water except the water from Pantai Indah Kapuk and estuary area that can be used as dringking water after boiling."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2008
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tchobanoglous, George
Reading, Mass: Addison-Wesley, 1985
363.739 4 TCH w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyoweni Widanarko
Fakultas Teknik , 1988
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Rizal Subahar
"Fecal contamination is a serious environmental problem at Angke River Jakarta. A cross-sectional study was conducted
during April-June 2007 and the aim of the study is to assess the water quality of Angke River by detection of Ascaris
lumbricoides eggs and the protozoan cysts. A total 24 L water of Angke River was collected from 8 sampling locations
consisted of Kembangan/Duri Kosambi (upper reaches of river), Pesing Polgar (lower reaches of river), Teluk Gong
(lower reaches of river), Pantai Indah Kapuk (estuary), River Mouth, left side of River Mouth, right side of River
Mouth, and outer side of River Mouth. The water specimen was examined microscopically for A. lumbricoides eggs and
protozoan cysts using a concentrated technique. Of 8 locations, 4 locations (50 %, 4/8), Kembangan/Duri Kosambi,
Teluk Gong, Pantai Indah Kapuk and left side of river mouth were positive for A. lumbricoides eggs and 2 locations
(25%, 2/8), Kembangan/Duri Kosambi and Pesing Polgar positive for Entamoeba histolytica cysts. Overall, 60 A.
lumbricoides eggs and 2 E. histolytica cysts were found in 24 L water specimens. Among sampling locations, the most
number of A. lumbricoides eggs were found at eastuary. The water of Angke River, Jakarta, has been contaminated by
human feces contained A. lumbricoides eggs and E. histolytica cysts. The water was unsafe for drinking water."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2008
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Gede Selamet Prayitna
"Tukad Badung merupakan salah satu sungai utama di Propinsi Bali yang mengalir di tengah-tengah Kota Denpasar. Tukad Badung memiliki panjang aliran ± 21 km, berhulu di Desa Lukluk Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung dan bermuara di daerah Teluk Benoa (Estuary Dam), Desa Pemogan, Kecamatan Denpasar Selatan. Daerah Aliran Tukad Badung diperkirakan sekitar 29,23 km2 dengan debit rata-rata 2,39 m3/dt di musim kemarau dan 3,04 m3/dt di musim hujan.
Desa/kelurahan yang ada di sekitar daerah aliran Tukad Badung adalah 12 desa/kelurahan, dengan jumlah penduduk sebesar 143.476 jiwa. Sejalan dengan perkembangan penduduk dan ekonomi, maka berkembang pula berbagai aktivitas penduduk/masyarakat di sekitar Tukad Badung, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kondisi kualitas dan kuantitas air Tukad Badung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi perubahan kualitas air Tukad Badung akibat adanya berbagai aktivitas masyarakat di sekitar daerah aliran Tukad Badung dan juga untuk mengetahui bagaimana berbagai aktivitas masyarakat itu dapat mempengaruhi kualitas air Tukad Badung.
Berdasarkan karakteristik sistem pengelolaan limbah cair di sepanjang daerah aliran Tukad Badung dan observasi awal, maka dapat diklasifikasikan berbagai aktivitas masyarakat yang ada di sepanjang daerah aliran Tukad Badung menjadi 9 (sembilan) kelompok aktivitas masyarakat, yaitu; aktivitas rumah sakit, aktivitas hotel, pasar, bengkel, pertanian, peternakan, industri pencelupan/sablon, industri tahu/tempe, dan aktivitas rumah tangga.
Selanjutnya untuk menentukan lokasi daerah sampel, sasaran responden dan jumlah sampel/responden, digunakan metode purposive qouta sampling. Guna dapat melihat hubungan yang terjadi dilakukan uji statistik non parametric rank spearman terhadap variabel pandangan (pola pikir), variabel kondisi sistem pengelolaan limbah cair dan variabel indeks mutu kualitas air (IMKA).
Untuk dapat mengetahui kondisi kualitas air Tukad Badung secara umum dalam kategori sangat baik, baik, sedang, buruk, dan sangat buruk, digunakan metode National Sanitation Foundation-Water Quality Index (Ott, 1978).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pandangan (pola pikir) tentang Tukad Badung dari berbagai aktivitas masyarakat di seluruh segmen sungai (hulu, tengah, dan hilir) didominasi oleh pandangan atau pola pikir yang berkategori baik, sedang, dan buruk. Sedangkan untuk kondisi sistem pengelolaan limbah cairnya, rata-rata didominasi oleh kondisi yang berkategori buruk. Bila dihubungkan dengan uji statistik antara variabel pandangan (pola pikir) tentang Tukad Badung dengan kondisi sistem pengelolaan limbah cair yang dimiliki oleh berbagai aktivitas masyarakat, ternyata terdapat hubungan yang signifikan dan positif. Demikian pula antara variabel kondisi sistem pengelolaan limbah cair dari berbagai aktivitas masyarakat dengan nilai indeks kualitas air (IMKA) Tukad Badung, ternyata terdapat hubungan yang signifikan dan positif.
Berdasarkan hasil pehelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Kualitas air Tukad Badung diduga telah mengalami penurunan dari tahun 1998-2002. Pada tahun 2002, nilai indeks mutu kualitas air di daerah aliran bagian hulu Tukad Badung (segmen 1) berkategori sedang, di daerah aliran bagian tengah (segmen 2) berkategori buruk, dan di daerah aliran bagian hilir (segmen 3) berkategori buruk pula.
2. Kualitas air sungai Tukad Badung yang buruk akibat dari pandangan (pola pikir) yang salah tentang Tukad Badung sehingga mempengaruhi kondisi sistem pengelolaan limbah cairnya.
Dari berbagai aktivitas masyarakat yang ada di sepanjang sungai Tukad Badung pada umumnya kondisi sistem pengelolaan limbah cair (SPLC) berkategori buruk dan sangat buruk.

Tukad Badung river is one of main rivers in Bali Province, which flows in the middle of Denpasar City. Tukad Badung has a flow ± 21 km long, upstream at Lukluk Village, Mengwi Sub-District, Badung District and estuary into Teluk Benoa of Pemogan Village, South Denpasar Sub-District. Tukad Badung is estimated to have 29.23 km2 flowing area with water capacity rate of 2.39 m3/sec during dry season and 3.04 m3/sec during rainy season.
Villages around Tukad Badung flowing area involving 12 villages, with total population of 143,476 persons. As population and economic grow, community activities various around Tukad Badung also increases, which are finally could affect both quality and quantity of Tukad Badung water.
This research aims to identify changes occur on Tukad Badung water quality due to activities performed by communities surrounding Tukad Badung flowing area and to understand effects of such community activities various on Tukad Badung water quality.
Based on characteristics of liquid waste management system applied along Tukad Badung flowing area and initial observation, then community activities various around Tukad Badung flowing area could be classified into 9 (nine), including: hospital, hotel, market, workshop, agriculture, ranch, dipping industry, tofu/tempe industry, and household activities.
Furthermore, to determine sample area, respondents? target, and number of sample/respondents, purposive quota sampling method is applied. In order to see the relationships occur, statistics test using spearman non parametric rank is conducted on perspective, liquid waste management system, and water quality index (IMKA) variables.
To understand quality of Tukad Badung water in terms of general categories involving excellent, good, average, poor, and extremely poor, National Sanitation Foundation-Water Quality Index (Ott, 1978) is used.
>
Research results reveal that perspective on Tukad Badung based on community activities in all river segments (upper, middle, down streams) is dominated by good, average, and poor perspectives. Whereas for the liquid waste management system, poor perspective is dominant.
Relating statistics test between perspective variable on Tukad Badung and liquid waste management system variable used during community activities reveals significant and positive correlation. Similarly, liquid waste management system conditions of community activities variable and Tukad Badung water quality index (IMKA) variable also have significant and positive correlation.
Based on research results and discussion, it could be concluded that:
1. Tukad Badung water quality is predicted as has decreased compared to of 1998-2002 period. During 2002, water quality index score of upper stream area (segment 1) of Tukad Badung was categorized into average, of middle stream area (segment 2) was categorized into poor, and of down stream area (segment 3) was categorized into poor as well.
2. Low quality of Tukad Badung water is caused by wrong perspective developed concerning Tukad Badung that affected its liquid waste management system conditions.
4. Community activities various along Tukad Badung flow area generally have poor and extremely poor categories for their liquid waste management system conditions.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11042
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Laila Muslihah
"Penelitian ini membahas pola spasial kualitas air dan pengaruh penggunaan tanah terhadap kualitas airnya dengan parameter oksigen terlarut, amonia, nitrat, dan konduktivitas dengan sampel dilakukan di 12 lokasi pada pagi dan siang hari dengan metode sistematis dengan jarak 50m menggunakan analisis deskriptif spatial dan statistik varians. Konsentrasi seluruh parameter pada pagi hari lebih tinggi dibandingkan dengan siang hari. Pola spatial konsentrasi amonia, nitrat dan konduktivitas teratur, dimana semakin dekat dengan inlet konsentrasinya semakin tinggi. Pola spatial konsentrasi oksigen terlarut teratur dimana semakin dekat dengan inlet konsentrasinya semakin rendah. Penggunaan tanah sekitar Situ Pedongkelan berpengaruh terhadap pola kualitas air dengan wilayah yang dekat pemukiman lebih mempengaruhi konsentrasi amonia dibandingkan dengan non pemukiman, dan sebaliknya untuk konsentrasi nitrat.

This research is examine spatial pattern water quality and landuse effect to it's water quality with parameters that using on this research are concentration dissolved oxygen, ammonia, nitrate, and conductivity with sampling took at 12 located at morning and noon with systematic method with distance 50m using on spatial descriptive analysis and varians statistic. The parameters in the morning higher than noon. Spatial pattern of parameters is regular where smaller distance to inlet concentration ammonia, nitrate, and conductivity are higher and dissolved oxygen is lower. Landuse using around Pedongkelan lake has influence to water quality where region near residence has more to ammonia concentrate than not residence, and otherwise to nitrate concentrate."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S34179
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"A surveyon water quality was conducted in Cimanuk river in 1999/2000 representing the upstream down to estuary region...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawati Sugiyo
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air Kali Krukut sehubungan dengan penggunaan tanah daerah sempadannya. Daerah penelitian adalah Kali Krukut di Kota Depok dengan sempadan sungainya sejauh 50 meter di kanan dan kirinya dan dibagi menjadi enam ruas. Penggunaan tanah sempadan diklasifikasikan menjadi penggunaan tanah sempadan berpenyangga dan yang tidak berpenyangga. Pengukuran parameter kualitas air dilakukan selama lima hari pada waktu pagi dan siang pada masing-masing ruas sungai. Perbedaan nilai parameter kualitas air dipengaruhi oleh penggunaan tanah sempadannya. Pada sempadan yang tidak berfungsi sebagai penyangga, umumnya memiliki kualitas air yang lebih buruk dibandingkan dengan sempadan yang berfungsi sebagai penyangga.

This paper summarizes the results of Kali Krukut water quality related to landuse on its riparian zone. Research area is Kali Krukut at Depok City with its 50 m wide riparian zone and divided into six segments. Landuse on the riparian zone classified as buffered and unbuferred zone. Water quality parameters measured on each part of the river within five days in the morning and noon. The different concentrations of the water quality are influenced by landuse on its riparian zone. Unbuffered zone has a bad water quality than buffered zone."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S34210
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nuranida Fauziyah
"Air minum merupakan kebutuhan penting bagi setiap manusia. Universitas Indonesia kampus Depok menyediakan fasilitas air siap minum. Pada penelitian kualitas air tanah di Kota Depok yang dilakukan tahun 2022, diperoleh bahwa kualitas air tanah parameter Fisik di Kota Depok belum sepenuhnya memenuhi standar baku mutu. Namun kualitas air siap minum di Universitas Indonesia tidak dilakukan pengecekan kualitas air secara berkala, termasuk kualitas air siap minum parameter fisik. Tujuan penelitian Menganalisis kualitas parameter Fisik air siap minum sebelum dan sesudah filtrasi yang tersedia di setiap fakultas Universitas Indonesia kampus Depok Tahun 2023. Uji yang digunakan pada penelitian ini analisis deskriptif dengan desain studi cross sectional. Sampel yang diambil adalah air siap minum sebelum dan sesudah filtrasi di Universitas Indonesia kampus Depok tahun 2023 dengan jumlah sampel sebanyak 9 sampel untuk air siap minum sebelum filtrasi dan 9 sampel air siap minum. Pengukuran kualitas air parameter fisik ini dilakukan secara in situ dan uji laboratorum. Pengukuran parameter kekeruhan, warna, badan Total Zat Terlarut diuji di laboratorium Labkesda DKI Jakarta. Hasil analisis menunjukkan bahwa kualitas air siap minum parameter fisik sebelum filtrasi di Universitas Indonesia tahun 2023 yang memenuhi persyaratan yaitu berjumlah 3 sampel (33,3%)  dari 9 sampel yang diteliti dan 66,7% lainnya tidak memenuhi syarat. hasil analisis menunjukkan bahwa kualitas air siap minum sesudah filtrasi parameter fisik di Universitas Indonesia tahun 2023 yang memenuhi persyaratan berjumlah 3 sampel (33,3%)  dari 9 sampel yang diteliti 66,7% lainnya tidak memenuhi syarat. hasil analisis uji bivariat, hanya parameter suhu yang terdapat perbedaan antara kualitas air siap minum sebelum dan sesudah filtrasi. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai p value 0,008 (p<0,05). Sedangkan untuk parameter kekeruhan, warna, bau, daya hantar listrik, Total Zat Terlarut dan pH tidak ada perbedaan yang signifikan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah 9 dari air siap minum sebelum di filtrasi yang diteliti, hanya 3 sampel yang memenuhi persyaratan parameter fisik dan 9 dari air siap minum sesudah filtrasi yang diteliti yang memenuhi persyaratan parameter fisik berjumlah 3 sampel sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2023.

Drinking water is an important need for every human being. The University of Indonesia's Depok campus provides ready-to-drink water facilities. In research on the quality of groundwater in Depok City which will be conducted in 2022, it is found that the physical parameter groundwater quality in Depok City has not fully met the quality standards. However, the quality of ready-to-drink water at the University of Indonesia does not regularly check the quality of water, including the quality of ready-to-drink water on physical parameters. The research objective was to determine the quality of the physical parameters of ready-to-drink water before and after filtration available in every faculty of the University of Indonesia, the Depok campus, in 2023. The test used in this study was descriptive analysis with a cross-sectional study design. The samples taken were ready-to-drink water before and after filtration at the University of Indonesia, Depok campus in 2023 with a total sample of 9 ready-to-drink water before filtration and 9 ready-to-drink water samples. Measurement of water quality physical parameters is carried out in situ and laboratory tests. Measurement of the parameters of turbidity, color, total body dissolved substances were tested at the Labkesda DKI Jakarta laboratory. The results of the analysis show that the physical parameters of ready-to-drink water quality before filtration at the University of Indonesia in 2023 meet the requirements, namely 3 samples (33.3%) of the 9 samples studied and the other 66.7% do not meet the requirements. The results of the analysis show that the quality of ready-to-drink water after filtration for physical parameters at the University of Indonesia in 2023 meets the requirements of 3 samples (33.3%) of the 9 samples studied, 66.7% do not meet the requirements. the results of the bivariate test analysis, only the temperature parameter that there is a difference between the quality of ready-to-drink water before and after filtration. This is indicated by the p value of 0.008 (p <0.05). As for the parameters of turbidity, color, odor, electrical conductivity, total dissolved substances and pH there is no significant difference. The conclusion of this study is that 9 of the ready-to-drink water before being filtered were studied, only 3 samples that met the physical parameter requirements and 9 of the ready-to-drink water after being filtered that were studied that met the physical parameter requirements, totaling 3 samples in accordance with Minister of Health Regulation Number 2 Year 2023."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tegar Habib
"Cooling Tower merupakan salah satu komponen penting bersama dengan mesin lainnya di suatu industri yang berfungsi untuk menurunkan temperature air. Cooling Tower sistem terbuka menggunakan air sebagai media pertukaran panas. Air yang terus bersirkulasi dapat menyebabkan kerak, korosi, dan lumut karena kualitas air menurun sehingga proses pertukaran panas di cooling tower tidak optimal. Umumnya perawatan cooling tower pada industri menggunakan bahan kimia, namun hal tersebut dianggap belum efektif. Langkah alternatif dalam menjaga kualitas air di cooling tower adalah dengan menggunakan ozon. Flowrate, temperature inlet, dan jumlah ozon terlarut yang diinjeksikan tentu berpengaruh pada cooling tower, terutama kualitas air. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh temperature inlet yang divariasikan terhadap kualitas air, efektivitas cooling tower dan penghematan air. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen kuantitatif. Penilitian ini menggunakan miniatur cooling tower dengan sistem terbuka berukuran (70 x 42,5 x 53) cm. Kualitas air dari cooling tower sistem terbuka ditentukan dengan melakukan pengukuran menggunakan alat uji dan melakukan pemeriksaan laboratorium. Data yang dicatat dari penelitian ini adalah Electric Conductivity, Total Dissolved Solid (TDS), pH, alkalinitas, Ca dan Mg Hardness, Na, dan Cl, serta Range dan Approach. Data tersebut akan digunakan untuk mencari nilai Losses, Practical Ozone Scaling Index (POSI), memprediksi nilai Maximum Cycle dan Maximum Cycle of Concentration, menghitung nilai Blowdown Rate dan Make up Water yang dibutuhkan dan menghitung persentase Efektivitas Cooling Tower. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan bahwa temperature inlet 30? merupakan temperature inlet yang paling optimal. Ketika temperature inlet 30?, jumlah volume air blowdown dapat menurun 60,94% dan jumlah kebutuhan make up water dapat menurun 36,76%.

Cooling Tower is an important component along with other machines in an industry that functions to reduce water temperature. Open system cooling towers use water as a heat exchange medium. Water that continues to circulate can cause scale, corrosion, and moss because the quality of the water decreases so that the heat exchange process in the cooling tower is not optimal. Generally, cooling tower maintenance in industry uses chemicals, but this is considered ineffective. An alternative step in maintaining water quality in cooling towers is to use ozone. Flowrate, inlet temperature, and the amount of dissolved ozone injected certainly affect the cooling tower, especially water quality. The purpose of this study was to determine the effect of varied inlet temperature on water quality, cooling tower effectiveness and water savings. The method used in this study is a quantitative experiment. This research uses a miniature cooling tower with an open system measuring (70 x 42.5 x 53) cm. Water quality from an open system cooling tower is determined by measuring using a test kit and conducting laboratory tests. Data recorded from this study are Electric Conductivity, Total Dissolved Solid (TDS), pH, alkalinity, Ca and Mg Hardness, Na and Cl, as well as Range and Approach. The data will be used to find Losses values, Practical Ozone Scaling Index (POSI), predict Maximum Cycle and Maximum Cycle of Concentration values, calculate the required Blowdown Rate and Make up Water values and calculate the percentage of Cooling Tower Effectiveness. The results obtained from this study indicate that the inlet temperature of 30? is the most optimal inlet temperature. When the inlet temperature is 30?, the amount of blowdown water volume can decrease by 60.94% and the amount of make-up water needed can decrease by 36.76%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>