Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32333 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kris Pranarka
"ABSTRAK
Glimepirid adalah suatu antihiperglikemia golongan sulfonilurea untuk terapi oral diabetes melitus tipe 2. Studi ini dilakukan untuk menilai glimepirid monoterapi dalam mengendalikan gula darah (HbA1c) pada pasien DM tipe 2, dosis yang digunakan, dan profil keamanannya. Metode: Studi observasional prospektif ini dilakukan di 4 klinik pribadi di Semarang, Jambi, Mojokerto dan Medan antara Oktober 2006 sampai September 2007 pada pasien rawat jalan, pria dan wanita, umur >20 tahun, dengan DM tipe 2, HbA1c >7%, dan tidak mendapat antidiabetik oral paling sedikit 3 bulan sebelumnya. Tablet glimepirid diberikan sekali sehari selama 3 bulan. Hasil: Dari 74 pasien yang memenuhi syarat, 18 pasien tidak kembali untuk evaluasi dan 56 pasien menyelesaikan studi 3 bulan ini, terdiri dari 26 pasien baru (belum pernah mendapat obat antidiabetes) dan 30 pasien yang sebelumnya pernah diobati (dengan obat antidiabetes). Dosis glimepirid awal dan akhir tidak berbeda untuk pasien baru maupun pasien yang sebelumnya pernah diobati (awal 2,0 mg, akhir 2,3 mg). Penurunan rata-rata kadar HbA1c 1,8% untuk semua pasien, lebih besar pada pasien baru (2,3%) dibandingkan dengan pasien yang sebelumnya pernah diobati (1,3%). Berdasarkan berat massa tubuh, penurunan rata-rata kadar HbA1c pada 20 pasien dengan BB normal 1,3%, dan lebih besar pada 20 pasien obese (2,4%). Penurunan rata-rata kadar gula darah puasa pada semua pasien 54 mg/dL, lebih besar pada pasien baru (83 mg/dL) dibandingkan pasien yang pernah diobati (30 mg/dL), tetapi tidak dipengaruhi oleh berat badan. Berat badan meningkat selama studi dengan rerata 0.9 kg. Tidak ada efek samping yang dialami oleh pasien selama 3 bulan monoterapi dengan glimepirid pada studi ini. Kesimpulan: Glimepirid monoterapi pada studi observasional dalam praktek sehari-hari selama 3 bulan ini efektif dalam menurunkan kadar HbA1c dan gula darah puasa, terutama pada pasien baru. Glimepirid pada studi ini disertai dengan peningkatkan berat badan meskipun tidak bermakna secara statistik. Tidak dilaporkan adanya efek samping dalam studi ini.

Abstract
Background: Glimepiride is a sulphonylurea antihyperglycemic agent for oral therapy of type-2 diabetes mellitus. This study was carried out to evaluate glimepiride monotherapy in controlling blood glucose (HbA1c) in type-2 DM patients, its dosage, and safety profile. Methods: This was a prospective observational study carried out at 4 private clinics in Semarang, Jambi, Mojokerto and Medan between October 2006 and September 2007 in outpatients of both gender, aged > 20 years, with type-2 DM, HbA1c > 7%, and received no oral antidiabetic treatment for at least 3 months. Glimepiride tablet was given once daily for 3 months. Results: From 74 eligible patients, 18 patients were lost to follow-up and 56 patients completed this 3 months study, consisting of 26 treatment-naive patients and 30 previously treated patients. The initial and final doses of glimepiride were similar in both treatment-naive patients and previously treated patients (initial 2.0 mg, final 2.3 mg). The mean reduction of HbA1c levels was 1.8% (absolute) for all patients, higher in naive patients (2.3%) compared to previously treated patients (1.3%). Based on BMI, the mean reduction of HBA1c in 20 normal weight patients was 1.3%, and more marked in 20 obese patients (2.4%). The mean reduction of FBG levels in all patients was 54 mg/dL, more pronounced in naive patients ( 83 mg/dL) compared to previously treated patients (30 mg/dL), but not affected by body weight. Bodyweight was increased during the study by a mean of 0.9 kg. No adverse event was encountered in any patient during 3 months monotherapy with glimepiride in the present study. Conclusion: Glimepiride monotherapy in the present observational study in daily practice for 3 months was shown to be effective in reducing HbA1c and FBG levels, especially in treatment naive patients. Glimepiride in the present study was associated with weight gain, although not statistically significant. No adverse event was reported in the present study."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2009
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Clarinta Putri
"ABSTRAK
Salah satu pendekatan terapi untuk mengendalikan kadar glukosa darah postprandial adalah dengan menghambat enzim alfa-glukosidase. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ekstrak dan fraksi teraktif dari kulit batang Strophanthus caudatus (L). Kurz atau kikija yang mampu menghambat enzim alfa-glukosidase. Serta mengidentifikasi golongan senyawa kimia yang terkandung pada fraksi teraktif tumbuhan tersebut. Pada penelitian ini dilakukan proses ekstraksi bertingkat dengan metode refluks lalu dilanjutkan proses fraksinasi dengan kromatografi kolom (KK). Fraksinasi dilakukan terhadap ekstrak yang teraktif. Fraksi teraktif lalu diidentifikasi golongan senyawa kimia yang terkandung di dalamnya dengan kromatografi lapis tipis (KLT). Hasil uji penghambatan enzim alfa-glukosidase oleh ekstrak n-heksan, etil asetat dan etanol konsentrasi 15 ppm adalah sebesar 44,74%, 53,15%, dan 24,71%. Hasil dari fraksinasi ekstrak etil asetat didapatkan 14 fraksi dan fraksi teraktif adalah fraksi F dengan persen penghambatan pada konsentrasi 150 ppm sebesar 43,33%. Nilai IC50 dari fraksi F adalah 193,04 ppm. Hasil skrining fitokimia fraksi F menunjukkan bahwa fraksi mengandung golongan senyawa kimia alkaloid, fenol, flavonoid, dan triterpenoid. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa ekstrak teraktif adalah ekstrak etil asetat dan fraksi teraktif adalah fraksi F. Serta golongan senyawa kimia yang terkandung pada fraksi teraktif adalah alkaloid, fenol, flavonoid dan triterpenoid. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi
"Latar Belakang: Prosedur dekompresi dan stabilisasi posterior lumbal berhubungan dengan nyeri hebat pascabedah dan menghasilkan respon stress pembedahan. Blok ESP dan blok TLIP efektif sebagai analgesia perioperatif pada prosedur pembedahan tulang belakang. Penatalaksanaan nyeri pascabedah yang adekuat dapat mengurangi respon stres yang timbul akibat pembedahan.
Tujuan: Membandingkan efektifitas antara blok ESP dan Blok TLIP sebagai analgesia perioperatif pada prosedur dekompresi dan stabilisasi posterior lumbal terhadap skala nyeri, konsumsi total opioid, kestabilan kardiovaskular, kadar IL-6 dan IL-10 perioperatif.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, uji klinis acak tersamar ganda terhadap 40 subjek yang menjalani pembedahan dekompresi dan stabilisasi posterior lumbal di Instalasi Bedah Pusat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dan RSUD dr Zainoel Abidin Banda Aceh. Subjek dirandomisasi dalam dua kelompok: kelompok blok ESP (n=20) dan kelompok blok TLIP (n=20). Kedua kelompok mendapat bupivakain 0,25% total volume 20 cc setiap sisi. Data yang diolah berupa skala nyeri NRS (Numerical rating scale) pada 1, 6, 12, 24 jam pascabedah, konsumsi morfin dalam 24 jam, jumlah fentanyl intraoperatif, waktu pemberian morfin pertama pascabedah, konsentrasi IL-6 dan IL-10 perioperatif. Analisis data menggunakan Uji t berpasangan dan Mann-Whitney.
Hasil: NRS pada 1, 6, 12, 24 jam pascabedah, konsumsi morfin dalam 24 jam, jumlah fentanyl intraoperatif, konsentrasi IL-6 dan IL-10 perioperatif tidak berbeda bermakna antra blok TLIP dan blok ESP (p>0,05). Waktu pemberian morfin pertama blok TLIP lebih lama bermakna daripada blok ESP (p=0,002).
Simpulan: Keefektifan blok TLIP tidak berbeda dengan blok ESP sebagai analgesia perioperatif pada prosedur dekompresi dan stabilisasi posterior lumbal.

Background: Posterior lumbar decompression and stabilization procedures are related with severe postoperative pain and produce a surgical stress response. ESP block and TLIP block are as effective as perioperative analgesia in spinal surgery procedures. Adequate postoperative pain management can reduce stress response caused by surgery.
Objective: To compare the effectiveness of ESP block and TLIP block as perioperative analgesia in posterior lumbar decompression and stabilization procedures and associated pain scale, total opioid consumption, cardiovascular stability, perioperative IL-6 and IL-10 consentrations.
Methods: This study was an experimental, double-blind, randomized controlled trial of 40 subjects who underwent decompression surgery and posterior lumbar stabilization at the Central Surgical Unit of RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta and RSUD Dr Zainoel Abidin Banda Aceh. Subjects were randomized into two groups: the ESP block group (n=20) and the TLIP block group (n=20). Both groups received 0.25% bupivacaine with a total volume of 20 cc each side. The data were processed in the form of NRS pain scale (Numerical rating scale) at 1, 6, 12, 24 hours postoperatively, morphine consumption within 24 hours, amount of intraoperative fentanyl, time of first postoperative morphine administration, perioperative IL-6 and IL-10 concentrations. Data analysis used paired t test and Mann-Whitney.
Results: NRS at 1, 6, 12, 24 hours postoperatively, morphine consumption within 24 hours, amount of intraoperative fentanyl, perioperative IL-6 and IL-10 concentrations were not significantly different between TLIP block and ESP block (p>0.05). The time of administering the first morphine on TLIP block was significantly longer than ESP block (p=0.002).
Conclusion: The effectiveness of the TLIP block is no different from the ESP block as perioperative analgesia in decompression and posterior lumbar stabilization procedures.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Dyah Purnamasari Sulistianingsih
"Latar Belakang. Terdapat dua hipotesis mengenai terjadinya diabetes melitus tipe 2 yaitu kegagalan sel beta pankreas dan resistensi insulin. Mengingat pengaruh faktor genetik pada kejadian DM tipe 2 maka diperkirakan resistensi insulin juga dipengaruhi faktor genetik. Sejauh ini data prevalensi resistensi insulin dan gambaran metabolik pads saudara kandung subyek DM tipe 2 di Indonesia belum ada.
Tujuan. Mendapatkan angka prevalensi resistensi insulin pada saudara kandung subyek dengan DM tipe 2 dan mendapatkan data profil metabolik (profil lipid, IMT, lingkar perut, konsentrasi asam urat darah), tekanan darah dan distribusinya pads seluruh saudara kandung subyek dengan DM tipe 2
Metodologi. Studi pendahuluan dan potong lintang dilakukan pada 30 saudara kandung subyek DM tipe 2 yang datang berobat di Poliklinik Metabolik dan Endokrinologi RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo, untuk dilakukan wawancara, pemeriksaan fisik, konsentrasi insulin darah puasa, glukosa puasa, trigliserida, kolesterol HDL dan asam urat. Resistensi insulin ditentukan dari persentil 75 dari HOMA-IR.
Hasil. Nilai cut-off HOMA-IR pada penelitian ini sebesar 2,04. Frekuensi resistensi insulin pads saudara kandung subyek DM sebesar 26,67% dengan proporsi di tiap keluarga bervariasi dari 0-75%. Semua subyek dengan resistensi insulin memiliki obesitas sentral dan sebanyak 75% memiliki IMT > 25. Komponen metabolik yang paling banyak ditemukan adalah obesitas sentral (56,7%), menyusul hipertensi (46,7%), hipokolesterol HDL dan hipertrigliseridemia masing-masing 26,6%, dan hiperglikemia (20%).
Simpulan. Frekuensi resistensi insulin pada saudara kandung subyek DM tipe 2 sebesar 26,67% dengan proporsi yang bervariasi di setiap keluarga antara 0-75%. Komponen metabolik paling banyak ditemukan adalah obesitas sentral.

Backgrounds. There are two hypothesis in the pathogenesis of type 2 DM, beta cell failure and insulin resistance. As genetic background has significant role in type 2 DM cases, insulin resistance is also suspected to be influenced by genetic factor. Thus far, there are no insulin resistance prevalence data and metabolic abnormalities among siblings of subjects with type 2 DM available in Indonesia.
Objectives. To obtain prevalence figure of insulin resistance among siblings of subjects with type 2 DM and to obtain their metabolic abnormality profiles as measured by their BMI, waist circumference (WC), blood pressure, glucose intolerance, concentration of triglyceride, HDL cholesterol and uric acid.
Methods. Cross-sectional study is conducted to 30 siblings of subjects with type 2 DM who are still alive and agree to participate in this study. The subjects are interviewed, physically examined and go through laboratory examination (fasting plasma insulin, plasma glucose, serum triglyceride, HDL cholesterol and uric acid concentration). Insulin resistance is derived from 75 percentile of HOMA-IR.
Results. The HOMA-IR cut-off value found in this study is 2,04. The frequency of insulin resistance is 26,67% among siblings of subjects with type 2 DM within variation range of 0-75%. All of subjects with insulin resistance have central obesity. About 75% subjects with insulin resistance have BMI ? 25. The metabolic components which are frequently found in this study can be ranked as follows; central obesity (56,7%), hypertension (46,7%), hypocholesterol HDL (26,6%), hypertriglyceridemia (26,6%) and hyperglycemia (20%).
Conclusion. The frequency of insulin resistance is 26,67% among siblings of subjects with type 2 DM within variation range of 0-75%. Among the metabolic components found in this study, central obesity is the most frequent."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21416
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Heppy Rochmawati
"Tesis ini membahas bagaimana klien Diabetes Melitus memberikan makna kehidupan dalam kondisi sakitnya. Tujuan dalam penelitian ini menguraikan persepsi, respon psikososial, kebutuhan penatalaksanaan, harapan dan makna kehidupan klien. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menemukan tujuh tema besar yang sesuai dengan tujuan penelitian dan satu tema tambahan yaitu beban yang dihadapi klien.
Kesimpulannya makna kehidupan klien didapatkan dalam kondisi penderitaan dan pendalaman nilai spiritual. Penelitian ini menyarankan penggunaan model Adaptasi Roy dalam pengembangan teori keperawatan khususnya masalah psikososial; tersusunnya format pengkajian psikososial sebagai panduan mengidentifikasi masalah psikososial di keluarga, rumah sakit maupun masyarakat.

This thesis discussed how the client Diabetes Mellitus give life meaning in the pain condition. The purpose of this study described the perceptions, psychosocial responses, needs management, client expectations and the meaning of life. This study is a descriptive qualitative research design. The study found seven broad themes consistent with the purpose of research and one additional theme is the burden faced by the client.
In conclusion the meaning of the life of the client obtained under conditions of suffering and deepening of spiritual values. This study suggests the use of Roy's adaptation model in nursing theory development in particular psychosocial problems; compilation format psychosocial assessment as a guide to identify psychosocial problems in families, hospitals and the community.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya Davita
"Glikosaminoglikan (GAG) adalah komponen utama dari membran basal dan memiliki" "potensi sebagai penanda yang baik serta penentuan adanya disfungsi endotel pada tahap awal penyakit ginjal diabetes dan perkembangan penyakit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar GAG pada pasien dengan terapi metformin dan kombinasi metformin-glimepirid pada penderita diabetes melitus tipe 2. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang dengan metode consecutive sampling di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu dan Puskesmas Depok Jaya. Sampel darah dan urin subjek penelitian akan dikumpulkan untuk pengukuran HbA1c, estimasi laju filtrasi glomerulus (eLFG), perbandingan albumin-kreatinin urin, dan kadar GAG. Kadar GAG dapat dianalisis menggunakan 1,9-dimetilmetilen biru (GAG-DMMB). Total123 subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok yaitu pengguna terapi metformin (n=57) dan kombinasi metformin-glimepirid (n=66). Nilai koefisien korelasi dari hasil penelitian secara berturut-turut yaitu 0,9972; 0,9240; 0,9980; 0,9983; 0,9997; 0,9997; dan 0,9975. Terdapat perbedaan yang bermakna hanya pada karakteristik dasar usia (p=0,034) dan karakteristik dasar klinis yaitu HbA1c (p=0,037). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p=1,000) pada hasil pengukuran glikosaminoglikan urin pada kelompok metformin (2,00 (0,17-8,09)) dan kombinasi metfonnin-glimepirid (2,07 (0,24-13,99)). Terdapat faktor lain yang signifikan dapat meningkatkan nilai GAG yaitu durasi menderita DMT2 >5 tahun dan komorbid. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan nilai GAG urin pada kelompok metformin dan kombinasi metformin­ glimepirid.

Glycosaminoglycans (GAGs) are major components of the basement membrane and have" "potential as good markers and determinations of endothelial dysfunction in the early stages of diabetic kidney disease and disease progression. The purpose of the study was to determine differences in GAG levels in patients treated with metformin and a combination of metformin-glimepiride in patients with type 2 diabetes mellitus. The study was conducted with a cross-sectional design with consecutive sampling method at Pasar Minggu Subdistrict Health Center and Depok Jaya Health Center. Blood and urine samples of research subjects will be collected for measurement of HbA1c, estimated glomerular filtration rate (eGFR), urine albumin-creatinine ratio, and GAG levels. GAG levels can be analyzed using 1,9-dimethylmethylene blue (GAG-DMMB). Total of 123 research subjects were divided into two groups, which are divided into users ofmetformin therapy (n=57) and metformin-glimepiride combinations (n=66). The value of the correlation coefficient from the results of the research in order is 0,9972; 0,9240; 0,9980;" "0,9983; 0,9997; 0,9997; and 0,9972. There was a significant difference only in the basic" "characteristics of age (p=0,034) and basic clinical characteristics, namely HbA1c (p=0,037). There was no significant difference (p=1,000) in the measurement results of urine glycosaminoglycans in the metformin (2.00 (0.17-8.09)) and metformin­ glimepiride combination (2.07 (0.24-13.99)). Patient with other comorbidities and have suffered by Diabetes Mellitus Type 2 >5 years can significantly increase the value of GAG. Therefore, it can be said that there was no difference in urinary GAG values in the metformin and metformin-glimepiride group."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Steele, Chris
Edinburgh: Elsevier, 2008
616.462 STE e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Khairul Andri
"[ABSTRAK
Kerentanan lansia terhadap masalah kesehatan seperti diabetes mellitus meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Karya Ilmiah Akhir ini mengintegrasikan teori manajemen pelayanan keperawatan dan tiga model keperawatan yaitu Community as Partner, Family Centred Nursing dan Functional Consequencies. Asuhan keperawatan diberikan pada 32 lansia diabetisi di kelurahan Sukamaju Baru selama 9 bulan. Intervensi inovasi yang dikembangkan adalah booklet DM yang didasari pada program CERDIIK Kemenkes RI, Diabetes Self Management Education (DMSE) dan empat pilar penatalaksanaan DM. Hasil intervensi yang dilakukan menunjukkan adanya perubahan perilaku lansia diabetisi, kelompok pendukung dan sebaya dalam melakukan penatalaksanaan DM. Penurunan rata-rata kadar gula darah lansia kelompok sebaya sebesar 101,5 poin. Penggunaan booklet DM efektif dalam mengontrol kadar gula darah lansia diabetisi dengan wadah kelompok sebaya dan dukungan kader kelompok pendukung. program ini diharapkan dapat diteruskan dengan peningkatan keterlibatan keluarga, kader dan tenaga kesehatan.

ABSTRACT
The vulnerability of the elderly to health problems such as diabetes mellitus increases with age. This final internship report integrated nursing service management theory with three nursing models, which are Community as Partner, Family Centred Nursing dan Functional Consequencies. A nursing care was provided to 32 elderly with diabetic at district Sukamaju Baru for 9 months. An innovative intervention was developed that was DM booklet based on CERDIIK program from Ministry of Health Indonesia, Diabetes Self Management Education (DMSE) and the four pillars of DM management of care. Result of intervention showed changes of healthy behavior from elderly with DM, support group dan peer group in providing DM care management. There was a reduce of elderly blood glucose level in average about 101,5 poin. The DM booklet usage was effective in controlling blood glucose level of elderly with DM who actively involved in peer group and support group of community workers. This program was expected to be sustained and get more family involvement, as well as involvement from community workers and health workers. , The vulnerability of the elderly to health problems such as diabetes mellitus increases with age. This final internship report integrated nursing service management theory with three nursing models, which are Community as Partner, Family Centred Nursing dan Functional Consequencies. A nursing care was provided to 32 elderly with diabetic at district Sukamaju Baru for 9 months. An innovative intervention was developed that was DM booklet based on CERDIIK program from Ministry of Health Indonesia, Diabetes Self Management Education (DMSE) and the four pillars of DM management of care. Result of intervention showed changes of healthy behavior from elderly with DM, support group dan peer group in providing DM care management. There was a reduce of elderly blood glucose level in average about 101,5 poin. The DM booklet usage was effective in controlling blood glucose level of elderly with DM who actively involved in peer group and support group of community workers. This program was expected to be sustained and get more family involvement, as well as involvement from community workers and health workers. ]"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hana DK Horasio
"Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit yang banyak diderita penduduk dunia dari segala tingkatan sosial. Di Indonesia prevalensi DM cukup tinggi yaitu berkisar antara 1,37%.-2,3%. Dengan menurunnya insiden penyakit infeksi diIndonesia, DM sebagai penyakit degeneratif kronis cenderung meningkat dari tahun ke tahun dan akan merupakan masalah kesehatan di kemudian hari. Banyak penyulit yang akan dialami oleh penderita DM antara lain nefropati diabetik, yang proses perjalanannya progresif menuju stadia akhir berupa gagal ginjal dan akan menyebabkan kematian. Gejala dini penyakit ini dapat dikenai dengan peningkatan ekskresi albumin urin yang lebih besar .dari pada normal, tetapi belum dapat dideteksi dengan Cara konvensional. Keadaan ini disebut mikroalbuminuria atau secara klinis disebut nefropati diabetik insipien. Pada stadium ini kelainan masih bersifat reversibel dan bila dilakukan penatalaksanaan yang baik maka proses nefropati diabetik (ND) yang akan berlangsung dapat dicegah. Dengan demikian, dapat diperpanjang harapan hidup penderita DM.
Penelitian ini bertujuan mendapatkan data kadar albumin urin kelompok kontrol sehat dan penderita NIDDM, membuktikan bahwa ekskresi albumin pada penderita NIDDM lebih besar dari pada kantrol sehat, serta ada korelasi antara lamanya DM dan peningkatan ekskresi albumin urin.
Penelitian dilakukan terhadap 25 orang kontrol sehat dan 100 penderita DM yang dibagi menjadi 4 kelompok, tiap kelompok 25 orang, menurut lamanya penderita diabetes yaitu kelompok DM I (<2 tahun), kelompok DM II (2-5tahun), kelompok DM III (5-10 tahun) dan kelompok DM IV (> l0 tahun). Urin kumpulan 12 jam (semalam) diperiksa terhadap albumin (makroalbumin) dengan carik celup Combur-9, kadar albumin kuantitatif dengan Cara RIA dan juga dihitung kecepatan ekskresinya. Sebelumnya dilakukan pemeriksaan penyaring untuk menyingkirkan faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan peningkatan proteinuria.
Pada kelompok kontrol sehat didapatkan rata-rata kadar albumin urin (KAU) adalah 3,45 ug/ml (SD3,65 ug/ml; rentang nilai 2,02 - 4,90 ug/ml) dan rata-rata kecepatan ekskresi albumin urin (KEAU) 2,74 ug/menit {5D=2,60 ug/menit, rentang nilai 1,72-3,76 ug/menit), sedangkan pada kelompok DM didapatkan nilai rata-rata yang lebih besar dari pada kelompok kontrol sehat dan secara statistik ada perbedaan bermakna (p<0,05). Dari 100 penderita NIIDM yang diperiksa dengan carik celup Combur-9 didapatkan 91 penderita memberikan basil negatif dan 9 penderita positif. Dan dari 91 penderita ini bila diperiksa dengan RIA ternyata ada 10 penderita (11%) berdasarkan KAU dan 21 penderita (23,1%) berdasarkan KEAU telah menunjukkan mikroalbuminuria. Dari keseluruhan 100 penderita NIIDM berdasarkan KAU didapatkan 617. normaalbuminuria, 14% mikroalbuminuria dan 5x makroalbuminuria. Sedangkan berdasarkan KEAU didapatkan 70% normoalbuminuria, 26% mikroalbuminuria dan 4% makroalbuminuria.
Hasil pemeriksaan KAU dan KEAU pada penderita DM sangat bervariasi, namun dapat dilihat bahwa rata-rata KAU dan KEAU makin meningkat dengan bertambah lamanya menderita DM dan pada perhitunaan statistik ada korelasi antara lamanya DM dan meningkatnya eksxresi albumin urin (r=0,36). Juga didapatkan bahwa dengan bertambah lamanya DM, prevalensi mikroalbuminuria makin meningkat. Antara lamanya DM dan tingginya kadar glukosa darah tidak ada korelasi (r=0,04), sedangkan antara tingginya kadar glukosa darah dengan KAU dan KEAU didapatkan adanya korelasi yang cukup bail: yaitu r=0,47 an 0,56).
Prevalensi mikroalbuminuria didapatkan lebih tinggi bila dinyatakan dengan KEAU dari pada KAU, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan berdasarkan KEAU Iebih sensitif dari pada KAU. Oleh karena itu dianjurkan memeriksa KEAU untuk menentukan adanya mikroalbuminuria?"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T2252
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hans Tandra
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama , 2018
616.1 HAN d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>