Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139378 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bayu Fajri Hadian
"Cinta merupakan salah satu hal penting yang dimiliki manusia, namun tidak semua orang dapat mengerti dan memahami makna cinta yang ada dalam dirinya secara mendalam, padahal apabila cinta dapat dipahami dan dimengerti secara mendalam maka niscaya manusia akan mampu mencapai eksistensi dirinya, ia akan mampu memenuhi dirinya dengan kemanusiaan yang seutuhnya, karena cinta merupakan kunci untuk mencapai kemanusiaan tersebut. Konsep cinta yang mendalam menjadi sulit dicapai karena makna cinta telah digeneralisasi dan dibatasi sehingga manusia tidak mampu mengeksplor cinta yang dimilikinya yang berakibat pada harapan dalam kehidupan manusia sulit untuk dimunculkan, maka dari itu hadirlah Gabriel Marcel seorang filsuf eksistensialis yang membawa kembali konsep cinta yang lebih mendalam, mematahkan segala konsep cinta yang sudah disempitkan maknanya, cinta yang menghidupkan manusia sebagai being bukan having semata. Hal ini sejalan dengan pemikiran John Lennon yang juga mendefinisikan kembali konsep cinta melalui karya-karya dan pemikirannya yang terangkum dalam lagu All You Need is Love. Skripsi ini akan membuka kembali konsep cinta dan merumuskan ulang makna cinta melalui pemikiran Gabriel Marcel dan John Lennon kita akan melihat cinta sebagai sebuah misteri bukan problema yang harus dipecahkan. Akhirnya melalui lagu All You Need is Love kita dapat memaknai cinta sebagai sebuah hal penting dalam kehidupan manusia yang dimaknai secara mendalam.

Love is one of essential things that belong to human, but not every human can understand the significance of love itself nonetheless. In point of fact, if love is capable of being understood wholeheartedly, then all human will definitely be able to get hold of their own existences along with the power to satisfy their quality of life, one of which is an absolute humanity since love is the greatest key to reach the humanity itself. The concept of profound love becomes hard to reach since the significance of love has been generalized and limited that humans cannot explore the love they possess which causes their hopes in life turn out to be difficult to achieve. Therefore, Gabriel Marcel, an existentialist philosopher, brings back the concept of profound love which livens up humans not just as having but being, and he breaks the entire concept of love whose significance has been narrowed. Then all of this comes along with John Lennon’s idea which redefines the concept of love all the way through both his artworks and thoughts that have been summarized in All You Need is Love song. This thesis will reopen the concept of love and reformulate the significance of love through the thoughts of Gabriel Marcel and John Lennon which make us able to see love as a mystery not a problem that has to be solved. Finally, right through All You Need is Love song, we are able to understand love as the essential role of life. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S44008
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Juliana
"Manusia semakin lama seperti semakin melupakan kebutuhan relasi antar manusia yang sesungguhnya. Saat ini manusia sepertinya membutuhkan keberadaan orang lain hanya sebatas kepentingan semata. Hal inilah yang kemudian dikatakan oleh filsuf eksistensialisme Gabriel Mracel sebagai broken world, keadaan dimana manusia hanya melihat manusia lainnya sebatas fungsinya semata. Bagi marcel relasi yang sesungguhnya adalah relasi yang bersifat intersubjektif ketika sebuah relasi dibangun atas dasar cinta, kesetiaan, serta harapan. Pemikiran dari Gabriel Marcel ini kemudian menjadi alat untuk membahas tokoh Zainuddin dalam film Tenggelamnya Kapal Van der Wijk yang mana tokoh ini dapat menjadi representasi bahwa terdapat dinamika dalam eksistensialisme dari Gabriel Marcel.

People nowadays seems to forget the meaning of true relationship between each other as human being, people only relate with each other based on their personal needs. This condition described as broken world by a French existentialist Gabriel Marcel, where people only see others merely trough their functional attribute. For Marcel, the true relationship is intersubjective when a relation was build based on love, hope, and creative fidelity. This thought of Gabriel Marcel then became a tool to discuss the character of Zainuddin in the movie ldquo Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk rdquo , whereas this character becomes a representation of existential dynamic can be found through Gabriel Marcel's theory.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S66084
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Redjeki Saptoro
"Masalah pokok yang diutarakan dalam skripsi ini adalah Filsafat Kebersamaan Gabriel Marcel (G.Marcel's Philosophy of Communion). Nenurut Marcel manusia itu berorientasi pada kebersamaan ontologis (ontological communion). Manusia akan merasa tidak lengkap atau utuh dan mengalami frustrasi bila disendirikan atau mengurung diri lepas dari keberbarengan dengan sesamanya. Ini adalah teristimewa nyata bagi manusia yang sadar diri, yang dalam dirinya terkandung tuntutan-tuntutan ontologis akan pemenuhan, akan transendensi, akan keutuhan bersama. Namun manusia itu juga bebas dan karenanya bisa saja me_milih menutup diri terhadap dorongan-dorongan dan harapan-harapan akan partisipasi intersubyektif dengan alam semesta, dengan sesamanya dan dengan Tuhan. Menurutnya berada itu berpartisipasi dalam keberadaan, atau Ada selalu berarti ada bersama (Ease est co-ease). Jadi pilihan yang dihadapi manusia adalah terpisah mengurung diri atau melibatkan diri, bercampur bersama dengan lainnya. Karena diri dan dengan siapa diri itu berpartisipasi tidak bisa dipisahkan, maka berarti manusia itu secara organik dengan alam dan begitu pula alam itu secara organik dengan manusia. Dengan perkataan lain partisipasi adalah dasar bagi pengalaman eksistensi manusia. Kebersamaan (communion) merupakan kenyataan yang dinamis, dimana person-person dalam seluruh kehidupan konkritnya saling memberikan, saling mengisi, saling ada di dalam yang lain, sehingga bersama mewujudkan realitas baru yang merupakan partisipasi dalam suatu kenyataan yang lebih tinggi; aku dan kau menjadi suatu kcsatuan baru yang tidak bisa terpisah menjadi dua bagian. Kebersamaan (communion) adalah kehadiran (presence) yang tercapai sepenuhnya. Hanya karena manusia tetap terbuka bagi yang lain dan secara aktif tetap hadir baginya, kebersamaan (communion) bisa menjadi kenyataan. Dalam hal kebersamaan (communion) Marcel menjelaskan, bahwa penghalang utama bagi terpenuhinya kebersamaan adalah kecenderungan untuk mengobyektivikasi, karena tindakan ini mengandung kekuatan yang memecah-mecah. Untuk mendalami ini diperlukan pengertian perbedaan antara problem dan misteri. Menurut Marcel problem itu dijumpai pada pertanyaan mengenai obyek yang eksterior bagiku dan tidak memperdulikan saya. Sedangkan misteri menyangkut perjumpaan dengan realitas yang mencakup subyek yang sedang mencari atau mempertanyakan. Kebersamaan bisa tercapai karena orang monghormati misteri. Filsafat Marcel adalah terbuka_ artinya seraya filsafatnya mengarah ke kematangan dalam komunitas lewat kebersamaan asli. Filsafatnya itu mengharap mendapat kesempurnaan lebih lanjut dari dialektika cinta kasih dari atas yang mengalir dari Yang Absolut ke dalam manusia dan lingkungan manusia. Sesuai dengan sifatnya yang religius ia selalu berhasrat menolong masyarakat dari atomisasi dan kolektivitas."
Depok: Universitas Indonesia, 1987
S16135
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nila Auriga
"Filsafat modern yang menjadikan suatu universalitas sebagai suatu kebenaran. Eksistensialisme hadir sebagai suatu reaksi atas ketidakpuasan terhadap terbelenggunya manusia di dalam suatu universalitas. Gabriel Marcel sebagai tokoh eksistensialis religius melihat bahwa kebebasan seorang individu dalam bertindak merupakan suatu bentuk eksistensi, yang mana sebagai individu yang bereksistensi kita berhak bebas dalam arti bukan bebas untuk melarikan diri terhadap problem yang tidak bisa kita atasi, tetapi mencoba merenungi dan mengahayati sebagai bentuk eksistensi diri.

Modern philosophy transform universality as a truth. Existentialism existed as a reaction to unsatifaction of human's entrapment within a universality. Gabriel Marcel, in his position as a religious existentialist, saw a person's freedom to act as a form of existentialism, which as existing person, we have a right to freedom, not in terms of freedom to escape problem we cannot handle, but to reflect and appreciate as a form of self-existentialism. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S214
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yeremia Putra Pradana
"Untuk mencapai eksistensi, manusia memerlukan pihak lain untuk menciptakan suatu relasi sosial. Dalam proses ini, manusia hendaknya mampu menerima dan berinteraksi dengan pihak lain demi mencapai eksistensi. Di jaman modern ini, teknologi menjadi bagian penting dalam kehidupan dan sangat mungkin bagi teknologi menjadi bagian dari ‘pihak’ lain. Jurnal ini berfokus pada relasi unik yang tercipta antara manusia dan teknologi dalam film Her (2013) oleh Spike Jonze. Ketika manusia bertemu dengan teknologi, hubungan mereka menjadi lebih kompleks sebab merupakan dua ciptaan yang berbeda. Meminjam pemikiran Martin Buber tentang eksistensialisme manusia, jurnal ini melakukan analisa terhadap kemungkinan dan keterbatasan interaksi hubungan eksistensial antara manusia dan teknologi. Menilik pada emosi dan logika pikir pihak teknologi untuk menjadi sama dengan manusia, jurnal ini hendak membedah bagaimana subyek, yaitu manusia dan teknologi dapat bersatu menjalin hubungan romantis yang bergantung pada sikap seseorang dalam menghadapi masalah dan kondisi suatu hubungan.

To exist, human being needs others to create social relations. In that process, human should accept and interact with others so that they can exist. In this modern era, technology becomes a significant part of human life, and, it is possible for technology to be “the others”. Examining a movie by Spike Jonze titled Her (2013), this essay spotlights a unique relationship between human and technology. When human creates relation with technology, the problem is more complex since the relation is between two different creatures. Using Martin Buber’s theory about human existentialism, this essay will analyze the possibility as well as the limit of human-technology interaction. By criticizing the subject’s emotion and logic in the process in which technology exist like a human being, this writing will highlight how the subjects, both human being and technology could coexist and engage in romantic relations, which depends on how humans reacts to the problems and conditions of the intimacy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Syahla Ifany Isgiana
"Lagu "All You Need Is Love" oleh The Beatles merangkum semangat Summer of Love di tahun 1967, sebuah periode yang ditandai dengan gerakan kontra budaya yang kuat yang mengadvokasi perdamaian, cinta, dan kebebasan. Studi ini menggunakan metodologi visual ganda, mengacu pada kerangka kerja analisis konten dan interpretasi komposisi Gillian Rose, untuk menggali lirik lagu dan pertunjukan videonya. Dengan mengkontekstualisasikan analisis dalam lingkungan sosial budaya tahun 1967, dengan fokus pada Summer of Love dan gerakan kontra budaya, studi ini menjelaskan bagaimana "All You Need Is Love" berfungsi sebagai seruan untuk perubahan sosial dari norma konvensional ke masyarakat yang lebih terbuka dan inklusif. Lebih lanjut, studi ini meneliti dampak lagu tersebut, mengeksplorasi bagaimana lagu tersebut dikonsumsi sebagai bentuk protes dan representasi cinta dan damai di tengah lanskap sosial-politik yang penuh gejolak, khususnya sebagai tanggapan terhadap isu-isu seperti Perang Vietnam dan gerakan hak sipil. Temuan penelitian ini menggarisbawahi relevansi dan dampak abadi dari pesan cinta dan damai The Beatles, yang bergema lintas generasi. Namun, keterbatasan ketersediaan data dan subjektivitas inheren dari interpretasi visual memerlukan interpretasi hasil yang hati-hati. Kedepannya, penelitian selanjutnya dapat mengeksplorasi metodologi visual tambahan untuk memperkaya pemahaman tentang signifikansi budaya lagu tersebut dan perannya dalam membentuk kesadaran kolektif.
 

The Beatles' "All You Need Is Love" encapsulates the spirit of the Summer of Love in 1967, a period marked by a powerful counterculture movement advocating for peace, love, and freedom. This study employs a dual visual methodology, drawing on Gillian Rose's frameworks of content analysis and compositional interpretation, to delve into the song's lyrics and its video performance. By contextualizing the analysis within the socio-cultural milieu of 1967, with a focus on the Summer of Love and the counterculture movement, this study sheds light on how "All You Need Is Love" served as a rallying cry for societal change from conventional norms to a more open, inclusive society. Furthermore, the study examines the song's impact, exploring how it was consumed as a form of protest and a representation of love and peace amidst the tumultuous socio-political landscape, particularly in response to issues like the Vietnam War and civil rights movements. The findings of this study underscore the enduring relevance and impact of The Beatles' message of love and peace, resonating across generations. However, limitations in data availability and the inherent subjectivity of visual interpretation warrant cautious interpretation of the results. Moving forward, future research could explore additional visual methodologies to enrich the understanding of the song's cultural significance and its role in shaping collective consciousness.
 
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sartre, Jean-Paul, 1905-1980
New York: philosophical Library, 1947
142.78 SAR e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Helena
"Artikel ini berfokus pada relasi interpersonal tokoh Medea dalam novel Medea i ee deti Medea dan Anak-Anaknya(1996) karya Lyudmila Ulitskaya. Artikel ini menganalisis mode eksistensi Medea sesuai konsep filosofis Martin Buber mengenai relasi dan cinta. Tujuannya adalah untuk melihat bagaimana Medea mencapai eksistensinya melalui relasi yang ia bangun dengan dunianya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam proses penyusunan artikel ini adalah studi pustaka dan metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap toleransi Medea adalah wujud cinta sekaligus bentuk pencapaian eksistensinya.

This article focuses on interpersonal relationships of the protagonist Medea in the novel Medea and Her Children (1996) by Lyudmila Ulitskaya. This article examines Medeas modes of existence in accordance to Martin Bubers philosophical concept of relation and love. The aim is to see how Medea attains her existential authenticity through establishing relation with her world. This research uses literature study as the technique to collect the data and descriptive analysis as the method. This article ultimately argues that Medeas tolerance is an act of love, thus functions as her attainment of existential authenticity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Nugraha
"Makalah berisi tentang analisis eksistensi Piscinine (Pi) Molitor Patel, karakter utama cerita Life of Pi (2012) karya Yann Martel. Dalam eksistensialisme, makalah ini menelusuri eksistensi Pi lewat rasa takut, cemas dan harapan bersamaan dengan perjalanan mental dan spiritual. Kombinasi elemen-elemen tersebut akan membentuk esensi Pi. Makalah ini berfokus pada perubahan aksi dan eksistensi Pi yang nantinya akan membentuk esensi Pi sebagai individual bebas.

This paper is an existential analysis of Piscine (Pi) Molitor Patel, the main character of Yann Martel’s Life of Pi (2012). On the basis of existentialism, this paper explores the existence of Pi through his fear, anxiety and hope with his spiritual and mental journey. The combination of previous elements shapes Pi’s essence. The paper focuses on the changes of Pi’s actions and existence which later shapes his essence as a free individual."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kuhn, Helmut
Illinois: Henry Regnery Company, 1949
142.7 KUH h;142.7 KUH h (2);142.7 KUH h (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>