Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109649 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratih Winanti Rahayu
"Sebagai makhluk sosial, kita tidak dapat dipisahkan dari komunikasi dan interaksi sosial dengan orang lain. Seperti yang telah kita ketahui, untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, kita membutuhkan bahasa. Bahasa merupakan elemen penting dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Sebagai alat komunikasi dalam interaksi sosial, bahasa juga berperan penting dalam menjaga hubungan sosial di antara pemakainya. Dalam berkomunikasi, terdapat prinsip-prinsip kerjasama yang mengatur kita dalam berkomunikasi. Prinsip-prinsip kerjasama tersebut terdiri dari beberapa maksim. Namun, dalam prosesnya, kita seringkali melanggar maksim-maksim tersebut dengan tujuan sebagai strategi menarik perhatian kawan bicara. Dalam film Madagascar 3: Europe‟s Most Wanted terdapat banyak pelanggaran maksim sebagai strategi persuasi. Dengan menggunakan teori implikatur percakapan, teori retorik, dan teori-teori lain, seperti teori kesantunan, teori co-active persuasion, dan teori relasi kuasa, akan membantu untuk menganalisis pelanggaran maksim sebagai strategi persuasi. Temuan dari penelitian ini adalah pelanggaran maksim dapat digunakan sebagai strategi persuasi.

As social beings, we cannot be separated from social interaction and communication. We need to interact and communicate with other people. As we all know, to communicate and interact with other people, of course, we need a language. Language is foremost a means of communication and interaction. As a communication tool in social interaction, language is also important in keeping a good social relation among language users. There are cooperative principles which control us in the way we communicate with others. The cooperative principles contain some maxims. Yet, in the middle of conversation, we usually flout or violate the maxims in order to attract the hearers. In the movie Madagascar 3: Europe‟s Most Wanted, there are so many flout of maxims or exploit of maxims which is done by Alex, Marty, Melman, and Gloria as a persuasion strategy. By using conversational implicature theory, rhetoric theory, and some theories like politeness theory, co-active persuasion theory, and power relation theory will help to analyze this research on the use of flouting maxims and violating maxims as persuasion or rhetoric strategy. The finding of this research is that flout of maxims or exploit of maxims can be used as persuasion strategy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S44589
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Fajriana Oktasari
"Dewasa ini retorika diartikan sebagai seni berbicara baik, yang dipergunakan dalam proses komunikasi. Penelitian ini mengenai linguistik analisis bahasa dan mencakup retorika. Retorika modern mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat. Berretorika juga harus dapat dipertanggung jawabkan disertai pemilihan kata dan nada bicara yang sesuai dengan tujuan, ruang, waktu, situasi, dan siapa lawan bicara yang dihadapi. Metode penelitian ini deskriptif kualitatif dan menggunakan teknik wawancara. tujuan penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan cara polisi lalu lintas di Kota Pamekasan menyusun kata-kata sebagai usaha efektif dalam bertutur. Berdasarkan hasil analisis, peneliti menyimpulkan bahwa Susunan kata dan gagasan yang disampaikan Polantas Pamekasan pada saat melakukan operasi lalu lintas sudah sesuai dengan cara menyapa yang baik kepada pengendara yang melanggar lalu lintas. Cara yang mereka lakukan antara lain bertanya yang sopan dan tegas dan memberi pelanggaran, menindak, mendakwa biar masyarakat tau apa yang dilanggar, sehingga tidak perlu pembetulan."
Serang: Kantor Bahasa Banten, 2018
400 BEBASAN 5:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bormann, Ernest G.
Jakarta: Erlangga, 1991
808 BOR s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ellingsworth, Huber W.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1967
372.6 Ell s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Chriscentia Leonardy
"Latar Belakang: Ilmu pedagogi didefinisikan sebagai metode dan pendekatan dalam pembelajaran. Game dengan tujuan pedagogi untuk pendidikan dan pelatihan disebut sebagai serious games (SG). SG telah digunakan dalam berbagai intervensi pendidikan kesehatan dan berperan sebagai sarana pembelajaran aktif yang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta motivasi. Histologi rongga mulut adalah studi tentang struktur mikroskopis sel dan jaringan rongga mulut. Namun, pembelajaran histologi dideskripsikan sebagai salah satu topik yang kurang menarik dan sulit dipahami. Penggunaan SG berpotensi meningkatkan motivasi mahasiswa yang akan berdampak pada peningkatan performa akademik. Namun, penelitian mengenai efektifitas penggunaan serious games sebagai metode pembelajaran komplementer dalam bidang kedokteran gigi masih belum banyak dipahami. Tujuan: Mengevaluasi efektivitas serious games sebagai metode pembelajaran komplementer praktikum histologi jaringan rongga mulut. Metode: Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain studi randomized controlled-crossover pada mahasiswa FKG UI preklinik tahun pertama. Responden penelitian terdiri dari 74 mahasiswa dan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok A diberikan pembelajaran dengan serious games terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan pembelajaran dengan panduan praktikum (handout). Sedangkan kelompok B diberikan handout dan dilanjutkan serious games. Hasil: Berdasarkan uji analisis statistik, penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna secara statistik (p < 0,05) pada hasil nilai pre-test, post-test 1 (3 hari pasca intervensi), dan post-test 2 (7 hari pasca intervensi). Uji kuesioner juga menunjukkan motivasi, persepsi, engagement dan pengalaman yang positif setelah belajar menggunakan serious games. Kesimpulan: Pembelajaran serious games efektif meningkatkan kemampuan kognitif serta meningkatkan motivasi mahasiswa dalam mempelajari histologi rongga mulut. Pendekatan inovatif ini dapat direkomendasikan sebagai strategi pembelajaran komplementer praktikum histologi rongga mulut

Background: Pedagogy is defined as methods and approaches in learning. Games with pedagogical goals for education and training are called serious games (SG). SG has been used in various health education and acts as an active learning that can increase cognitive, skills, and motivation. Oral histology is microscopic study of cells and tissues structure of the oral cavity. However, histology has been described as one of the less interesting and difficult materials to understand. The use of SG has the potential to increase student motivation which will have an impact on improving academic performance. Nevertheless, studies and research on the effectiveness of serious games as a complementary learning method in dentistry is still not widely understood. Objective: To evaluate the effectiveness of serious games as a complementary learning method for oral practicum histology. Methods: The study was conducted using a randomized controlled-crossover design in the UI first year preclinical dental students. The research respondents consisted of 74 students and they were divided into two groups. Group A was given learning with serious games first, then continued with learning with practicum guides (handout). Meanwhile, group B was given handouts and continued with serious games. Results: Based on statistical analysis tests, the study showed that there were statistically significant differences (p <0.05) in the results of students' pre-test, post-test 1 (3 days post-intervention), and post-test 2 (7 days post-intervention) scores. The questionnaire test also showed positive motivation, perception, engagement and experience after using serious games. Conclusion: Learning with serious games is effective in increasing cognitive skills and student motivation in studying oral histology. This innovative approach can be recommended as a complementary learning strategy for oral practicum histology."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Oral communicative competency in English is needed to provide the intitation tnto subcultures, occupations, professions, ssocialisations and discipline enquiry. The decision is obvious: depending which level we are talking about. In other words we need to consider those levels, such as level of difficulty, the level of transparency and the level of formality"
297 TURAS 13:1 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bianca Adivy Balqis
"Kajian ilmu pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang membahas tentang makna kontekstual yang dikomunikasikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh mitra tutur. Salah satu objek kajian pragmatik adalah ekspresi pagar (hedges). Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk dan fungsi ekspresi pagar bahasa Korea, khususnya pada ragam lisan. Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana bentuk dan fungsi ekspresi pagar bahasa Korea dalam ragam lisan? Penelitian ini menggunakan literatur Yoon (2010) dan Wan (2022) sebagai sumber data primer serta contoh ujaran dari situs X sebagai sumber data sekunder. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ekspresi pagar bahasa Korea dalam ragam lisan dapat terbagi atas dua bentuk, yaitu leksikal dan sintakis. Kemudian, ekspresi pagar bahasa Korea terbagi atas tiga fungsi, yaitu ekspresi pagar yang mempengaruhi proposisi, ekspresi pagar yang mempengaruhi hubungan antara penutur dengan proposisi, dan ekspresi pagar yang mempengaruhi hubungan antara penutur dengan mitra tutur. Kemudian berdasarkan hasil pembahasan, terdapat kata dan frasa yang mampu menduduki dua fungsi ekspresi pagar, tergantung pada konteks penggunaannya. Oleh karena itu, ekspresi pagar sangat berkaitan dengan konteks ujaran, sebab fungsi ekspresi tersebut dapat berubah sesuai dengan konteks yang sedang dibicarakan.
The study of pragmatics is a branch of linguistics that focuses on the contextual meaning communicated by speakers and interpreted by listeners. One of the objects of study in pragmatics is hedge expressions. This research aims to explain the forms and functions of Korean hedge expressions, particularly in oral communication. The research question in this study is what are the forms and functions of Korean hedging expressions in oral communication? This research uses literature from Yoon (2010) and Wan (2022) as primary data sources and examples of utterances from site X as secondary data sources. This study concludes that Korean hedge expressions in oral communication can be categorized into two forms, lexical and syntactic. Furthermore, Korean hedge expressions are divided into three functions, which hedging expressions that affect the proposition, affect the relationship between the speaker and the proposition, and affect the relationship between the speaker and the listener. Based on the discussion, certain words and phrases can be used in two functions of hedging expressions, depending on the context. Therefore, hedging expressions are closely related to the context of the utterance, as their functions can change according to the context being discussed."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Hovland, Carl I.
New Haven, Conn: Yale University Press, 1966
302.2 HOV c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ira Dininggara Maladi
"Sukaraja merupakan desa yang penduduknya terdiri dari berbagai suku bangsa antara lain suku bangsa Sunda dan suku bangsa Lampung. Dua suku bangsa tersebut merupakan suku bangsa terbesar di desa Sukaraja. Suku bangsa Lampung dan suku bangsa Sunda hidup berdampingan dan saling mempengaruhi kebudayaan satu sama lain. Hal ini terlihat pada penggunaan bahasa Lampung disana yang tersisipi oleh penegas kata (fatis) atuh, jing, dan geh. Ketiga fatis tersebut berasal dari bahasa Sunda. Bahasa Lampung tersisipi ketiga fatis tersebut karena adanya interaksi yang terjadi antar suku bangsa Lampung dan suku bangsa Sunda setiap harinya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Teknik penelitian yang digunakan yaitu pengamatan terlibat dan wawancara mendalam. Hal ini digunakan untuk mengetahui mengapa bahasa Lampung di desa Sukaraja tersisipi oleh fatis dari bahasa Sunda. Kajian pustaka dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam memahami fatis dan fungsi dari fatis itu sendiri serta membantu peneliti memahami mengapa fatis bahasa Sunda dapat menyisipi bahasa Lampung. Selain itu, peneliti juga mempresentasekan jumlah fatis atuh, jing, dan geh yang muncul dalam bahasa Lampung.
Penelitian ini mengkategorikan informan menjadi dua kriteria yaitu informan kunci (key informan) dan informan pendukung. Informan kunci terdiri dari tiga orang. Ketiganya menggunakan nama asli atau peneliti tidak menggunakan nama samaran. Sedangkan informan pendukung adalah beberapa masyarakat suku bangsa Lampung yang tinggal di desa Sukaraja.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa fatis atuh, jing, dan geh dapat menyisipi bahasa Lampung karena pengucapan ketiga fatis tersebut sesuai dengan sumber bunyi dalam bahasa Lampung. Ketiga fatis tersebut juga memiliki fungsinya sendiri. Tiap-tiap fatis memiliki fungsi yang berbeda dari fatis-fatis yang ada dalam bahasa Lampung. Selain itu, faktor kebiasaan juga membuat fatis atuh, jing, dan geh menjadi lazim digunakan di desa Sukaraja.
Kerukunan antar suku bangsa yang terjadi di desa Sukaraja juga membuat masyarakat suku bangsa Lampung dapat menerima dengan baik keberadaan fatis atuh, jing, dan geh dalam bahasa Lampung. Keberadaan ketiga fatis tersebut dalam bahasa Lampung telah disadari oleh suku bangsa Lampung dan membuat mereka merasa semakin kaya dalam berbahasa.

Talbot is a village made up of various ethnic groups such as ethnic and tribal Sundanese Lampung. The two tribes are the largest ethnic group in the village of Talbot. Lampung tribes and ethnic groups coexist and Sundanese culture mutually influence each other. This is seen in the use of language by the Lampung there are shells confirmation word (phatic) atuh, jing, and geh. Phatic third comes from the language. Phatic three shells Lampung language, because of the interaction between Lampung tribes and tribal Sundanese every day.
The approach used in this study is a qualitative approach and quantitative approach. Research techniques used were participant observation and in-depth interviews. It is used to determine why the language of Lampung in Talbot village by the shells of phatic language. Literature review conducted to facilitate researchers in understanding the function of phatic phatic and themselves and to help researchers understand why phatic Sundanese language can menyisipi Lampung. In addition, the researchers also mempresentasekan number phatic atuh, jing, and geh which appeared in Lampung.
This study categorizes the informant to two criteria: the key informants (key informants) and supporting informants. Key informants consisted of three people. All three use real names or the researchers did not use a pseudonym.While informants are supporting some ethnic communities living in rural Lampung Talbot.
Based on the survey results revealed that phatic atuh, jing, and can geh menyisipi third language pronunciation phatic Lampung because according to the source of sound in the language of Lampung. Phatic Third also has its own function. Phatic each having different functions of phatic-phatic that exist in Lampung. In addition, the habit also makes phatic atuh, jing, and geh became prevalent in rural Talbot.
Harmony among ethnic groups occurred in the village of Talbot also made Lampung ethnic communities may welcome the presence of phatic atuh, jing, and geh in Lampung language. The existence of the third phatic language has been recognized by the Lampung Lampung tribe and make them feel even richer in the language.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S44669
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>