Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115030 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Scientia Afifah Taibah
"Fenomena cyberbullying merupakan fenomena yang sedang marak terjadi di beberapa negara di dunia, termasuk salah satunya adalah Indonesia. Dampak buruk yang ditimbulkannya terhadap anak-anak dan remaja menjadikan cyberbullying tidak bisa diremehkan keberadaannya. Dengan menggunakan metode penelitian dalam bentuk yuridis normatif dan bersifat eksploratoris, penelitian ini mencoba menggali bagaimana dampak buruk cyberbullying terhadap perkembangan anak-anak di Indonesia dan bagaimana hukum dapat menyikapinya. Adapun undang-undang yang relevan dengan topik ini adalah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-Undang Perlindungan Anak, Undang-Undang Pornografi dan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa sampai saat ini cyberbullying belum memperlihatkan dampak buruk bagi anak di Indonesia, sehingga penanganannya sejauh mungkin dilakukan dengan upaya nonpenal yang melibatkan pemerintah, orang tua, guru, anak-anak dan masyarakat, namun tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan upaya penal sebagai bentuk preventif.

Cyberbullying phenomenon is now a common phenomenon in many countries including Indonesia. Its impacts on children and adolescents make the cyberbullying existence can not be underestimated. By using the methods of research in the form of juridicial normative - exploratory, this study attempts to explore how the devastating impact of cyberbullying influence children's development in Indonesia and how the law can react to it. Regulations that related to this topic are Book of Penal Code, Child Protection Act, Pornography Act, and Electronic Transaction and Information Act.
The results of this study concluded that until now the cyberbullying has not shown the bad impact for children in Indonesia, so that the handling as far as possible should be by the nonpenal efforts involving government, parents, teachers, children and communities, but it is still possible to use penal efforts as the preventive form.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
S45390
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rianda Febrianti
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran cyberbullying pada mahasiswa Universitas Indonesia. Metode yang digunakan pada penelitian ini kuantitatif dengan pengumpulan data melalui kuesioner online. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini hasil adaptasi dari alat ukur Willard yang bernama Student Assessment Survey dengan format dan teknik skoring dari alat ukur Revised Cyber Bullying Inventory (RCBI) yang disusun oleh Topcu dan Baker. Dalam pengolahan data, peneliti menggunakan statistik deskriptif. Jumlah partisipan yang terlibat dalam penelitian ini 133 mahasiswa. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 77% (N=103) mahasiswa UI pernah terlibat dalam cyberbullying. Mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan, berusia 20-25 tahun dan menggunakan internet 21-42 jam per minggu lebih banyak terlibat cyberbullying baik sebagai pelaku maupun korban.

This study was conducted to know the description of cyberbullying of students of the Universitas Indonesia. The method used in this study was quantitative and collecting data through online questionnaires. Measuring instruments were the results of the adaptation of the instrument from Willard, named Student Assessment Survey with format and scoring technique from Cyber Bullying Inventory Revised (RCBI) compiled by Topcu and Baker. In processing the data, the researcher used descriptive statistics. The number of participants involved in this study 133 students. The result of the study showed that 77% of students involved in cyberbullying. Female students, age 20-25 years and using the internet for 21-42 hours per week, are more involved in cyberbullying than other characteristics either as perpetrators or victims."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56877
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisda Fauziah
"Ungkapan cyberbullying ada setelah munculnya internet. Media sosial berbasis internet sangat digemari karena penggunaannya mudah dan cepat. Cyberbullying memiliki pengertian yang sama dengan bully pada umumnya. Perbedaannya adalah perantara yang digunakan. Jurnal ini membahas tentang kasus cyberbullying di Indonesia yang berfokus pada kasus media sosial twitter Uus. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis perilaku cyberbullying dan tujuan pelaku cyberbullying. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan mengumpulkan data yang berasal dari studi kepustakaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku cyberbullying yang dilakukan oleh fans K-Pop didasari oleh fanatisme.

The phrase of cyberbullying exist after the advent of internet. Social media sites based of internet are very popular because it's viral. Cyberbullying has the same meaning as bully in general. The difference is the intermediary that used in the interaction. This journal discuss cyberbullying in Indonesia which is focus on the case on social media twitter of Uus. The purpose of this study was to determine the type of cyberbullying behavior and goals perpetrators of cyberbullying. The method used is a qualitative method by collect data derived from the study literature. The results of this study indicate that cyberbullying conducted by Kpop fans is constituted by fanaticism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Faiq
"Jurnal ini membahas tentang cyberbullying pada remaja. Topik yang dibahas dalam jurnal ini di kategorikan di mulai dengan definisi cyberbullying; yakni perilaku agresif, intens, berulang yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan menggunakan bentuk-bentuk pemanfaatan teknologi sebagai media untuk menyerang orang (Smith, 2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi cyberbullying adalah pergaulan sosial, keluarga, keinginan dan kebutuhan. Jika dilihat dari bentuk-bentuknya, perilaku cyberbullying dapat dibagi menjadi bermacam-macam seperti, flaming, harassment, denigration, impersonation, outing, trickery, exclusion, dan cyberstalking. Dampak yang ditimbulkan cyberbullying dapat dibedakan menjadi tiga bagian. yaitu: (1) dampak bagi korban bullying, (2) dampak bagi pelaku, dan (3) dampak bagi orang lain yang menyaksikan bullying (bystanders). Serta cara pencegahan cyberbullying adalah dengan mengikutsertakan orang tua dan sekolah dalam menangani cyberbullying yang dilakukan atau di terima anaknya.

This journal discusses about cyberbullying in adolescence. The topics discussed in the journal is categorized at the start of the definition of cyberbullying that is aggressive behavior, intense, repetitive, performed by the individual or group using the technology as a medium for attacking other people (Smith, 2008). The factors which affected it is social relations, family, wants and needs. These forms of cyberbullying behavior is divided into several kinds, i.e flaming, harassment, denigration, impersonation, outing, trickery, exclusion, and cyberstalking. The cyberbullying impact caused can be distinguished into three parts. namely (1) the impact to the victim, (2) impact for the perpetrators, and (3) the impact for others who see the bullying (bystanders). the way the prevention of cyberbullying is to involve parents and schools in dealing with cyberbullying conducted or on receipt of his son or daughter."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nedya Farisia
"ABSTRAK
Media sosial berkembang dengan pesat saat ini dan menyediakan kenyamanan untuk berkomunikasi. Namun kenyamanan tersebut banyak disalahgunakan untuk memperlakukan orang lain dengan tidak layak di hadapan seluruh komunitas internet yang biasa disebut cyberbullying. Apabila cyberbullying gagal dicegah, akan sulit untuk melacak dan menanganinya. Salah satu senjata utama untuk mencegah aksi cyberbullying adalah dengan melakukan deteksi pada media sosial. Deteksi cyberbullying dapat dilakukan dengan menentukan apakah suatu post menyinggung topik sensitif yang bersifat pribadi seperti ras atau tidak. Dengan menentukan kata-kata terkait topik sensitif tersebut dan filter sentimen, deteksi tweet cyberbullying dilakukan dengan menggunakan metode klasifikasi Hyperpipes, Tree-based J48, dan SVM. Hasil menunjukkan bahwa algoritma hyperpipes dan decision tree menghasilkan hasil evaluasi yang terbaik dengan tingkat akurasi 85,32% dan 86,24%.

ABSTRACT
Social media is growing rapidly at the moment and provide convenience to communicate. But such convenience widely misused to treat other people with not decent before the entire internet community commonly called cyberbullying. If cyberbullying fail to prevent, it will be difficult to track down and deal with it. One of the main weapons to prevent acts of cyberbullying is to perform detection on social media. Detection of cyberbullying can be done by determining whether a post offend the sensitive topic of a personal nature such as racist or not. By determining the related words such sensitive topics and filter sentiment, cyberbullying tweet detection is done by using the method of classification Hyperpipes, Tree-based J48, and SVM. The results show that the algorithm hyperpipes and decision tree produces the best evaluation results with the accuracy of 85.32% and 86.24%.
"
2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Routledge, 2012
371.58 CYB
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Elvyna Trinanda Daeng
"Remaja merupakan kelompok berisiko mengalami berbagai masalah fisik psikologis dan sosial. Salah satu masalah psikososial yang terjadi pada remaja adalah merupakan bentuk bullying yang dilakukan secara tidak langsung yaitu melalui dunia maya internet. Dampak cyberbullying pada remaja diantaranya menimbulkan rasa malu depresi hingga bunuh diri. Tujuan penelitian ini mengetahui kejadian cyberbullying yang terjadi pada remaja SMA Negeri di Jakarta Timur. Metode penelitian kuantitatif deskriptif dengan pendekatan desain cross sectional dengan teknik sampling accidental sampling n 105
Hasil penelitian menemukan angka kejadian cyberbullying 30.5 dengan 20 terlibat sebagai pelaku dan 17 sebagai korban dan 8.6 sebagai pelaku sekaligus korban. Media yang paling banyak digunakan adalah chatrooms 35.2. Lama korban mengalami kejadian cyberbullying beragam dari satu atau dua minggu 10.5 hingga beberapa tahun 7.6. Remaja perempuan berpeluang 2.7 kali terlibat dalam kejadian cyberbullying dibandingkan laki laki.

Teenagers are a group in the society at high risk of experiencing a number of problems such as physical psychological and social problems. One of the psycho social problems among teenagers is cyberbullying. Cyberbullying is a form of bullying that takes action indirectly through virtual world like the internet. Negative impacts of cyberbullying can be shyness depression and suicide. The purpose of this research was to know the phenomenon of cyberbullying that happened to teenagers in State High School in East Jakarta. Method used was quantitative descriptive with cross sectional approach and sampling technique was accidental sampling 105.
The result shows that the incidence of cyberbullying reached the number of 30.5 with 20 claimed to be perpetrators 17.1 victims and 8.6 both. The media that commonly used are chatrooms 35.2 The length of the period of teenagers being victimized varies from a couple of weeks 10.5 up to a few years 7.6. There is a relation between gender and the incidence of cyberbullying where girls are 2.7 times more risky of being involved in cyberbullying compared to boys.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S61385
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bellinda Syane
"Karya akhir ini merupakan profiling lima kasus cyberbullying yang dialami oleh figur publik sosial selebritis Indonesia. Fokus studi ini adalah melakukan profiling korban cyberbullying yang dilihat sebagai bentuk kejahatan, menemukenali ciri-ciri selebriti yang rentan menjadi korban serta bentuk-bentuk viktimisasi serta reviktimisasi yang menyertai. Karya akhir ini mengunakan analisis data sekunder, yang bersumber dari data berita media online Indonesia, mengenai cyberbullying yang dialami publik figur. Analisis data dilakukan dengan pengelompokan cyberbullying oleh Willard dan victim profiling. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat beberapa ciri tertentu yang umumnya dimiliki selebriti korban cyberbullying, jenis cyberbullying yang hampir seragam, respons korban terhadap cyberbullying yang mereka alami, dan adanya revictimization yang dialami korban. Ciri tertentu selebriti korban cyberbullying yaitu korban sebagian besar merupakan perempuan dewasa yang berprofesi sebagai selebriti, dengan media sosial yang paling sering menjadi tempat cyberbullying adalah Instagram. Korban mengalami dampak emosional, finansial, psikologis, dan sosial. Respon korban terhadap cyberbullying yang mereka alami adalah counteraggression.

This final work is structured to analyze and profile five cases of cyberbullying experienced by social public figures, namely Indonesian celebrities. The focus in this case is the profiling victims of cyberbullying which is seen as a form of crime, the characteristics of celebrities who are vulnerable to becoming victims and the victimization and re-victimization that occur. The method used is secondary data analysis, sourced from Indonesian online media news data, regarding cyberbullying experienced by public figures. The analysis in this paper focuses on Willard's cyberbullying classification and victim profiles. The results of the analysis show that there are certain characteristics that are generally possessed by celebrity public figures who are victims of cyberbullying, the type of cyberbullying that is almost same, victim response to the cyberbullying that they experience, and the victim revictimization. A particular feature of celebrity victims of cyberbullying is that most of the victims are adult women who work as celebrities, with the social media that is most often used for cyberbullying is Instagram. Victims experience emotional, financial, psychological, and social impacts. The victim's response to the cyberbullying they experience is counteraggression."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Sukma Wulan
"ABSTRAK
Artikel ini membahas mengenai internet yang menjadi sarana untuk berinteraksi dimana implikasi pengguna internet sebagai sarana untuk berkomunikasi adalah Cyberbullying. Interaksi yg di paparkan dilihat dari sudut pandang selebgram dan followers karena, didalam interaksi selebgram terdapat Cyberbullying. Studi sebelumnya membahas mengenai dampak Cyberbullying pada remaja yang mengakibatkan terjadinya tingkat depresi yang cukup tinggi. Namun begitu, terdapat dampak positif dari adanya Cyberbullying yaitu memiliki rasa tegar dan termotivasi. Peneliti berargumen bahwa interaksi yang terjadi di media sosial tidak hanya digunakan untuk berelasi yang mengarah pada Cyberbullying namun, juga untuk mempromosikan produk pada sistem endorsment dimana, endorsment menjadi provider yang mengatur antara selebgram dan online shop. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif, pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap remaja selebgram, followers selebgram, dan pemilik online shop dan melakukan studi pustaka. Berdasarkan temuan data yang didapat adalah remaja saat ini tidak hanya menggunakan media sosial untuk berkomunikasi melainkan juga untuk memasarkan produk yang telah di sepakati dalam proses endorsment yang didalamnya terjadi interaksi sosial dari segi imitasi, identifikasi, sugesti, motivasi, dan simpati

ABSTRACT
This article discusses the internet as a means to interact the implication of internet users as a means to communicate is Cyberbullying. The interaction in paparkan seen from the point of view of the program and followers karna, in the interaction of the programming there Cyberbullying. Previous studies have discussed the effects of Cyberbullying on adolescents that result in high levels of depression. However, there is a positive impact of the existence of Cyberbullying is to feel strong and motivated. Researchers argue that the interaction that occurs in social media is not only used for the relationship that leads to Cyberbullying but also to promote the product on the endorsment system where, endorsment becomes the provider that arranges between the program and the online shop. This research uses qualitative method with descriptive research type, data collection is done by in depth interview to teenager program, followers program, and owner of online shop and doing literature study. Based on the findings of data obtained are teenagers today not only use social media to communicate but also to market products that have been agreed in the process of endorsment in which social interaction occurs in terms of imitation, identification, suggestion, motivation, and sympathy."
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra Firdausya Sunaryo
"Komunikasi yang kini dimudahkan dengan kemunculan media sosial juga memiliki konsekuensi buruk, seperti aksi cancel culture yang berujung pada tindakan cyberbullying. Cancel culture merupakan sebuah praktik pemboikotan terhadap seseorang yang dianggap melanggar norma. Figur publik seringkali menjadi target utama cancel culture di internet dikarenakan rumor yang disebarkan di media sosial. Dengan menggunakan metode kualitatif studi kasus dan kajian literatur, tulisan ini bertujuan untuk menganalisis cancel culture dan cyberbullying terhadap aktor Korea Selatan Kim Seonho dan idol Kim Garam di forum daring dan Twitter dengan konsep efek disinhibisi online, di mana batasan komunikasi hilang apabila dilakukan secara daring dibandingkan secara tatap muka. Hasil dari analisis menunjukkan bahwa empat dari enam dimensi efek disinhibisi online paling tampak di kasus cancel culture dan cyberbullying kedua figur publik ini, yakni dissociative anonymity, asynchronicity, dissociative imagination, dan minimization of status and authority, dengan anonimitas sebagai faktor utamanya.

The presence of social media in the contemporary media landscape has made communication more accessible. However, the emergence of such a platform also comes with cultural consequences, such as cancel culture–a practice of boycotting someone who is considered to have violated the norm–which often leads to cyberbullying. Public figures have become the main target of cancel culture which is amplified by the online rumors spread on social media. By using qualitative case study methods and literature review, this paper aims to analyze the cancel culture and cyberbullying against South Korean actor Kim Seonho and idol Kim Garam in online forums and Twitter, with the concept of the online disinhibition effect, where communication boundaries disappear as it takes place online. The result shows that four among six dimensions of the online disinhibition effect, namely dissociative anonymity, asynchronicity, dissociative imagination, and minimization of status and authority are present in the cancel culture and cyberbullying of these two public figures, with anonymity being the main factor."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>