Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 78232 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alvian Reza
"Munculnya material baru seperti Cu2ZnSnS4 (CZTS) ditambah dengan metode- metode baru seperti Successive Ionic Layer Adsorption and Reaction (SILAR) membuka peluang baru menuju sel surya yang murah dengan efisiensi yang lebih tinggi. Penelitian ini mencoba melihat pengaruh perubahan waktu pencelupan kationik pada metode SILAR untuk membuat lapisan tipis CZTS, untuk meningkatkan kristalinitas beberapa sampel dianil pada suhu 300oC selama 180 menit. Terjadinya peningkatan pada energi celah dari variasi waktu pencelupan 10, 20, 30, dan 40 detik untuk semua sampel, yang kemungkinan besar terjadi karena terbentuknya senyawa seperti ZnS pada sampel as deposited dan penguapan ion sulfur pada sampel yang dianil.

The emergence of new materials such as Cu2ZnSnS4 (CZTS) coupled with new methods such as the Successive Ionic Layer Adsorption and Reaction (SILAR) open new opportunities towards cheaper and higher efficiency solar cells. This study investigate the effect of cationic immersion time in SILAR method to produce CZTS film, to improve the crystallinity the samples were annealed at a temperature of 300oC for 180 minutes. An increase in the bandgap was found with the variation of immersion time 10, 20, 30, and 40 seconds for all samples, which is most possibly occurred because of the formation of compounds such as ZnS in as deposited samples and the evaporation of sulfur ion in annealed sample."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44248
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asywendi Rukini
"Fabrikasi lapisan tipis Cu2ZnSnS4 (CZTS) menggunakan metoda Succesive Ionic Layer Adsorption And Reaction (SILAR) merupakan kombinasi yang menjanjikan untuk mewujudkan sel surya berbasis lapisan tipis yang terjangkau. Lama waktu pencelupan dan waktu rinsing merupakan poin kritis dalam proses fabrikasi lapisan tipis menggunakan metoda SILAR. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan waktu celup anionik S2- terhadap sifat optis berupa energi celah pita dari semikonduktor lapisan tipis CZTS. Variabel waktu pencelupan adalah 10, 20, 30, dan 40 detik dengan sampel mengalami dua perlakuan yaitu deposisi dan anil.
Untuk CZTS hasil deposisi didapatkan bahwa peningkatan waktu celup anionik meningkatkan nilai energi celah hingga waktu celup 30 detik, setelah itu nilai energi celah CZTS menurun. Sedangkan untuk sampel CZTS yang mengalami perlakuan anil menunjukkan kecenderungan sebaliknya. Nilai energi celah sampel anil terus menurun hingga waktu celup 30 detik setelah itu nilai energi celah kembali naik.
Selain itu dalam penelitian ini juga melihat perbandingan kristalinitas sampel hasill deposisi dan anil. Setelah perlakuan anil sampel dengan waktu pencelupan anionik selama 30 detik mengalami peningkatan kristalinitas seiring menurunnya nilai energi celah. Sedangkan sampel dengan waktu pencelupan 20 detik mengalami penurunan kristalinitas diikuti peningkatan energi celah. Kondisi kristalinitas yang menurun sesuai perubahan energi nilai energi celah yang meningkat dan sebaliknya.

Cu2ZnSnS4 (CZTS) thin films that are fabricated by Succesive Ionic Layer Adsorption And Reaction (SILAR) method is a promising combination to realize a low cost thin films Solar Cell (TFCS). Ionic exchange and rinsing time are critical point for ionic layer formation in SILAR method. The purpose of this research is to investigate the influence of changing time on immersing in S2- to the band gap energy of CZTS. Immersing time’s variable is divided into 10, 20, 30 and 40 seconds for both deposited sample and annealed sample.
Deposited CZTS show an increasing band gap energy as increasing on anionic immersing’s time, but decreasing after 30 seconds. In the other hand annealed CZTS show a decreasing band gap energy as increasing on anionic immersing’s time but incresing again after 30 seconds.
This research is also investigating the crystalinity of deposited sampel and annealed sample. After anneal the crystalinity of 30 seconds immersing time sampel is increasing followed by decreasing of band gap energy.Otherwise crystalinity of 20 seconds immersing time sample is decreasing followed by increasing of band gap energy. Decreasing the crystalinity followed by increasing band gap energy and otherwise.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44250
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tissa Nandaris Yuwono
"Sel surya berbasis lapisan tipis Cu2ZnSnS4 (CZTS) dianggap sebagai material alternatif yang menjanjikan dikarenakan mengandung bahan yang ketersediaannya berlimpah di bumi. Untuk mewujudkan sel surya dengan biaya yang terjangkau, metode SILAR dipilih karena kesederhanaannya untuk proses pembuatan lapisan tipis CZTS.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan waktu pencelupan anionik terhadap sifat optis lapisan tipis CZTS berupa nilai energi celah. Dengan hanya menggunakan siklus sebanyak 30, digunakan variabel waktu pencelupan anionik yang lebih lama yaitu 30, 40, 50, dan 60 detik pada sampel yang mengalami dua perlakuan anil, yaitu anil tanpa sulfur dan anil dengan suasana sulfur.
Pada sampel anil tanpa sulfur didapatkan nilai energi celah menurun hingga pencelupan 40 detik, setelah itu meningkat, dan menurun kembali saat pencelupan 60 detik. Sedangkan pada sampel anil dengan sulfur nilai energic celah menurun hingga pencelupan 50 detik kemudian meningkat saat pencelupan 60 detik. Dengan meningkatnya waktu pencelupan anionik maka nilai energi celah yang diperoleh akan semakin rendah dengan tingkat kristalinitas yang semakin baik.

Thin-film solar cells Cu2ZnSnS4 (CZTS) is considered as a promising alternative material due to the availability in the earth crust. To realize solar cells with reasonable costs, SILAR method is chosen because of its simplicity for CZTS thin film manufacturing process.
The purpose of this research is to investigate the influence of anionic immersion time changes to the band gap energy of CZTS. Using 30 immersion cycles, anionic immersion time is varied for 30, 40, 50, and 60 seconds. Annealing treatment was done in non-sulfur and sulfur atmosphere.
Non-sulfur annealed sample show a deacreasing band gap energy as increasing anionic immersion time, but increasing after 40 seconds and decreasing again on 60 seconds. In the other hand, sulfur annealed sample show deacreasing band gap energy to 50 seconds but increasing again on 60 seconds. Increasing of immersion time results the decreasing of the band gap energy followed by the increasing of the crystallinity.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53297
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deviani Nabila Ridovi
"Penghantaran obat untuk penyakit retinopati diabetic membutuhkan teknik enkapsulasi mikropartikel Poly lactic-co-Glycolic Acid yang dimodifikasi dengan surfaktan kationik Didecyldimethylammonium bromide (DDAB) dan Surfaktan Amfoterik Betaine Hydrochloride agar bermuatan positif sehingga terjadi gaya lektrostatis dengan mucus ocular mata yang bermuatan negatif. Pembuatan mikropartikel PLGA menggunakan metode emulsifikasi dan penguapan pelarut. Berdasarkan hasil uji zeta potensial, dapat disimpulkan, mikropartikel PLGA termodifikasi campuran surfaktan kationik dan surfaktan amfoterik bernilai paling tinggi yaitu sebesar 94.6 mV lalu diikuti oleh mikropartikel PLGA termodifikasi surfaktan kationik Didecyldimethylammonium bromide (DDAB) yaitu sebesar 89.2 mV, dan terakhir mikropartikel PLGA termodifikasi surfaktan amfoterik Betaine Hydrochloride yaitu sebesar 70.6 mV. Sedangkan mikropartikel Poly lactic-co-Glycolic Acid tanpa surfaktan tidak dapat dihantarkan ke mata karena bermuatan negative yaitu sebesar -4.8 mV dan bersifat tidak stabil sehingga dapat memicu terjadinya agregasi pada partikel.
Berdsarkan hasil uji Morfologi dengan Scanning Electron Microscope , mikropartikel Poly lactic-co-Glycolic Acid tanpa surfaktan berbentuk bulat dan memiliki ukuran partikel lebih besar dibandingkan dengan yang termodifikasi surfaktan. Sedangkan Morfologi mikropartikel Poly lactic-co-Glycolic Acid dengan surfaktan kationik dan amfoterik berbentuk bulat dengan kristal yang memanjang di sekeliling partikel.

Drug delivery for diabetic retinopathy disease requires encapsulation technique of microparticles Poly lactic - co - Glycolic Acid that surface modified by cationic surfactants Didecyldimethylammonium bromide ( DDAB ) and Betaine Hydrochloride amphoteric surfactants that are positively charged so that will be electrostatic force with ocular eye that is negativeky charged. microparticles PLGA synthesis use emulsification and solvent evaporation method. Based on zeta potential test result, PLGA microparticles modified cationic and amphoteric surfactants highest value that is equal to 94.6 mV followed by a cationic surfactant-modified PLGA microparticles Didecyldimethylammonium bromide (DDAB) that is equal to 89.2, and last-modified PLGA microparticles Betaine Hydrochloride amphoteric surfactant that is equal to 70.6 mV. While microparticles Poly lactic-co-glycolic acid without the surfactant can not be delivered to the eye because of the negatively charged in the amount of -4.8 mV and are not stable so the possibility for aggregation of the particles is high.
Based on morphology test by Scanning Electron Microscope, microparticles Poly lacticco- glycolic acid without surfactant has round shape and has a particle size larger than the modified surfactant. While the morphology of microparticles Poly lacticco- glycolic acid with cationic and amphoteric surfactants are round with a crystal that extends around the particles.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65144
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Luthfi Mahar
"Polyanilin (PANi) adalah salah satu jenis polimer konduktif yang masih mendapat perhatian besar dan menjadi subjek investigasi intensif sampai saat ini. Dalam studi ini, PANi disintesis melalui metode reaksi polimerisasi oksidatif kimia. Sampel untuk penyelidikan dipersiapkan melalui penggunaan surfaktan dengan tiga variasi yaitu, larutan reaksi tanpa menggunakan surfaktan, dengan menggunakan surfaktan sodium octylsulfate atau SOS (NaC8H17SO4) dan sodium dodecylsulfate atau SDS (NaC12H25SO4) masing-masing dengan konsentrasi 1%. Selama proses polimerisasi, data pH, viskositas, densitas, dan suhu larutan diukur secara berkala. Hasil dari reaksi adalah serbuk PANi basa emeraldin atau PANi-EB yang kemudian didoping dengan HClO4 untuk memperoleh sifat konduktivitas listrik. Semua PANi yang disintesis dievaluasi oleh FTIR, TGA, DSC, PSA dan FPP. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa perpanjangan rantai karbon surfaktan tidak berkontribusi banyak terhadap peningkatan nilai konduktivitas listrik. Perpanjangan rantai karbon surfaktan hanya memengaruhi distribusi ukuran partikel. PANi konduktif dengan penambahan 1% SDS memiliki distribusi ukuran partikel dengan ukuran partikel rata-rata ~ 191 nm dan PANi konduktifif dengan penambahan 1% SOS memiliki ukuran partikel rata-rata 291 nm. Kedua nilai ini jauh lebih halus dibandingkan dengan nilai ukuran rata-rata partikel PANi bebas surfaktan (~ 723 nm). Konduktivitas listrik PANi / SOS 1% dan PANi / SDS 1% setelah didoping dengan HClO4 masing-masing adalah 1,16 S/cm dan 1,12 S/cm.

Polyaniline (PANi) is one type of conductive polymers which still receive large attentions and being a subject of intensive investigation up to date. In this study, PANi was synthesized by a chemical oxidative polymerization reaction method. Samples for under investigation were prepared through three fixed variations during polymerization reactions respectively, using no surfactants, with surfactants of sodium octylsulfate SOS (NaC8H17SO4) and sodium dodecylsulfate SDS (NaC12H25SO4) of 1% concentration. During the polymerization process data of pH, viscosity, density and temperature of solutions were collected periodically. The result of the reaction is an emeraldine base PANi or PANi-EB, which was then doped with HClO4 for obtaining the electrical conductivity property. All synthesized PANi were evaluated by FTIR, TGA, DSC, PSA and FPP. The research work of current study concluded that the extension of carbon chain of the surfactant did not contribute much the increase in conductivity values. The extension of the surfactant carbon chain only affected the particle size distribution. Conductictive PANi with the addition of 1% SDS has a particle size distribution with a mean particle size ~ 191 nm and that of 1 % SOS has a mean particle size ~ 291 nm, which are much finer than that of 291 nm of PANi free of surfactant (~ 723 nm). The electrical conductivity of PANi / SOS 1% and PANi / SDS 1% after doped with HClO4 were respectively 1.16 S/cm and 1.12 S/cm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiyanti Khairunnisa
"Lapisan tipis Cu2ZnSnS4 (CZTS) telah dipelajari secara mendalam dalam beberapa tahun terakhir karena kelebihannya. Dalam penelitian ini, prekursor CZTS dideposisikan pada substrat stainless steel dengan metode Successive Ionic Layer Adsorption and Reaction (SILAR) dan kemudian disulfurisasi pada temperatur 250-400⁰ C selama 30-60 menit untuk menghasilkan lapisan tipis CZTS yang polikristalin. Temperatur dan waktu sulfurisasi dipelajari pengaruhnya terhadap sifat optis.
Penelitian ini menunjukkan peningkatan nilai energi celah pita seiring peningkatan waktu sulfurisasi dari 30 menit ke 60 menit dan nilai energi celah pita lapisan tipis bervariasi dari 0,75 sampai 1,55 eV bergantung pada suhu dan waktu sulfurisasi.

Cu2ZnSnS4 (CZTS) thin films have been extensively studied in recent years for their advantages. In this work, CZTS precursors were prepared on stainless steel substrates by Successive Ionic Layer Adsorption and Reaction (SILAR) method and then sulfurized at temperatures of 250-400⁰C for 30-60 minutes to produce polycrystalline CZTS thin films. The effect of sulfurization temperature and time were studied on the optical properties.
This study shows an increase of the band gap energy for increasing sulphurization time from 30min to 60min and the band gap of thin films varies from 0,75 to 1,55 eV depending on sulfurization temperature and time.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53866
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhityo Nugroho Edisworo
"Studi prihal pengaruh surfaktan anionik terhadap interaksi permukaan minyak dan air dilakukan dengan cara membandingkan volume segmen-segmen dua buah tetesan yang terbuat dari dua bahan yang berbeda yaitu larutan sodium dodesil sulfat 0.01 molar dan air suling. Penelitian ini dilakukan didalam tabung yang terbuat dari plexiglass yang dirancang oleh penulis bersama tim. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yang pertama adalah perancangan tabung percobaan dan fabrikasi tabung percobaan. Tahap kedua adalah pemilihan bahan kimia yang cocok dan di tahap kedua ini percobaan surfaktan anionik dilakukan. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air suling, minyak paraffin, dan sodium dodesil sulfat. Tabung yang digunakan dalam percobaan ini terbuatdari plexiglass dan memiliki penampang tampak atas berbentuk bujur sangkar untuk meminimalisasi distorsi foto kedua jenis tetesan.
Penelitian ini menemukan bahwa sodium dodesil sulfat dengan konsentrasi 0.01 molar mampu menurunkan tegangan permikaan tetesan air suling sehingga menghasilkan bentuk tetesan yang ellipsoid. Lebih lagi, sifat amfifilik yang dimiliki oleh sodium dodesil sulfat diperkuat kecendrungan lipofiliknya untuk menempel pada minyak paraffin karena bertambahnya luas penampang tetesan yang semula berbentuk bola menjadi ellipsoid akibat berkurangnya tegangan permukaan tetesan. Rasio volume segmen-segmen kedua tetesan menunjukkan bahwa sodium dodesil sulfat memiliki kecendrungan untuk sedikit lebih lipofilik daripada hidrofilik.

The study of the influence of anionic surface active agent (surfactant) on the interactions between oil and water interfaces was done by comparing the volumes of droplet which were divided into segments in a controlled environment using a column designed by the team. The experiment involves two phases; the first were column design and fabrication while the next were the selection of suitable chemicals and the commencement of the anionic surface active agent experiment. The substances used in this experiment were deionised water, paraffin oil, and sodium dodecyl sulphate 0.01 molar solution. The column was made of plexiglass with rectangular cross-section to minimise optical distortion of the droplet image.
It was found that sodium dodecyl sulphate solution reduces the surface tension of deionised water of droplet resulting in an ellipsoid shaped droplet. In addition to the amphiphilic nature of sodium dodecyl sulphate; the ellipsoid shape of sodium dodecyl sulphate droplet caused by the reduced surface tension has greater surface area compared to the spherical deionised water droplet which further increased its affinity toward paraffin oil. The volumetric ratio of the droplet segments suggest that sodium dodecyl sulphate has a slight tendency to be more lipophilic that hydrophilic.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55061
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fuad Riyadi
"Telah disintesis polianilin PANi dengan bantuan surfaktan sodium dodecyl sulfate SDS untuk meningkatan nilai konduktivitasnya. Surfaktan yang digunakan merupakan surfaktan jenis anionik yang dapat memberikan ionnya sebagai dopan kepada polianilin sehingga memudahkan terjadinya delokalisasi elektron. Polianilin disintesis dengan metode polimerisasi oksidatif kimia menggunakan 75 gram ammonium persulfat APS yang dilarutkan pada 650 ml HCl 1,5M sebagai larutan inisiator dan 75 ml anilin yang dilarutkan pada 650 ml HCl 1,5M sebagai larutan monomer. Surfaktan SDS dilarutkan pada 200 ml HCl 1,5M dengan konsentrasi 0,25 , 0,67 , 1 dan 2. Polianilin yang telah disintesis menghasilkan bentuk basa emeraldin dan dibuat konduktif melalui proses protonasi menggunakan asam perklorat HClO4. Polianilin yang telah jadi dikarakterisasi dengan FTIR, PSA dan Four Point Probe. Struktur polianilin terkonfirmasi dari hasil karakterisasi FTIR pada bilangan gelombang 1488 dan 1566 cm-1 menandakan vibrasi dari ikataran rangkap C pada cincin benzenoid dan quinoid yang merupakan puncak karakteristik dari polianilin. Nilai ukuran partikel rata-rata dari polianilin yang disintesis dengan surfaktan berkisar pada 212 ndash; 401 nm. Nilai konduktivitas polianilin yang disintesis adalah 2,12 ; 2,94 ; 3,97 dan 0,1 untuk masing-masing konsentrasi SDS. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa penambahan surfaktan anionik yaitu sodium dodecyl sulfat memberikan peningkatan pada nilai konduktivitas polianilin sekitar dua kali dari polianilin tanpa surfaktan.

Polyaniline PANi had been synthesized assisted by sodium dodecyl sulfate SDS surfactant to increase the value of conductivity. The surfactant used in this research was an anionic type, which can give its ion as dopan for polyaniline to facilitate the delocalization of electrons. Polyaniline was synthesized by chemical oxidative polymerization using 75 gram ammonium persulfate APS was dissolved in 650 ml HCl 1.5M as iniator solution and 75 ml aniline was dissolved in 650 ml HCl 1.5M as monomer solution. The SDS surfactant was dissolved in 200 ml HCl 1.5M with a variation of concentration 0.25 , 0.67 , 1 and 2. The synthesized polyaniline produces emeraldin base and became conductive after protonation process with percholic acid HClO4 . Polyaniline was characterized by FTIR, PSA and four point probe. The polyaniline structure was confirmed by FTIR characterization at wavenumbers 1488 and 1566 which denoting the vibrations of C, double bond at benzenoid and quinoid ring which are the characteristic peaks of polyaniline. The mean particle size of polyaniline assisted by surfactant ranging from 212 to 401 nm. The values of conductivity of polyaniline are 2.12, 2.94, 3.97 and 0.1 for each SDS concentration. From this research, it is concluded that the addition of anionic surfactant, like sodium dodecyl sulfate, increasing the conductivity value of polyaniline about two times than polyaniline without surfactants. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Citraningtyas
"ABSTRAK
Material semikonduktor Cu2ZnSnS4 (CZTS) dikenal sebagai semikonduktor tipe-p dengan energi celah pita ideal dan koefisien penyerapan tinggi untuk lapisan penyerap pada aplikasi sel surya. Fabrikasi menggunakan metode Successive Ionic Layer Adsorption and Reaction (SILAR) menjadi kombinasi yang tepat untuk menghasilkan sel surya berbasis lapisan tipis yang terjangkau dan rendah toksisitas. Siklus pencelupan menjadi salah satu faktor penting proses yang dapat mempengaruhi struktur dan sifat optis lapisan tipis CZTS yang terbentuk pada permukaan substrat. Dengan menggunakan variabel 25, 30, 35, dan 40 siklus, serta perlakuan anil tanpa dan dengan suasana sulfur, penelitian ini melakukan investigasi pengaruhnya terhadap struktur dan sifat optis berupa nilai energi celah pita. Hasil XRD menunjukkan penurunan nilai kristalinitas dengan kenaikan jumlah siklus pencelupan. Topografi permukaan lapisan tipis CZTS hasil SEM menunjukkan adanya retak dan penggumpalan partikel pada permukaan sampel yang diduga sebagai fasa kedua berdasarkan analisis hasil EDX. Nilai energi celah pita pada sampel hasil anil tanpa suasana sulfur dan sampel hasil anil dalam suasana sulfur pun mengalami penurunan seiring dengan peningkatan jumlah siklus pencelupan.

ABSTRACT
Semiconducting Cu2ZnSnS4 (CZTS) material is known as p-type semiconductor which has ideal direct band gap and high absorption coefficient for absorber layer in thin-film solar cells application. Fabricated by Successive Ionic Layer Adsorption and Reaction (SILAR) method, this could be a promising technique to produce low cost and low toxicity thin-film solar cells. Immersion cycle is one of the important factors in SILAR method that may effect on structure and optical properties of CZTS thin film. By using following variables: 25, 30, 35, and 40 immersion cycles, and annealing treatment in non-sulfur condition and annealing treatment in sulfur condition as well, this investigation focused on their effects to structure and optical properties. The XRD results give decreased crystallinity with the increasing of immersion cycles. Surface topography of CZTS thin film, as the results of SEM examination, indicate the presence of cracks and coalescence particles on the surface of samples, suspected as second phases according to the results of EDX examination. Besides, as the immersion cycles are going up, it leads to decreasing on band gap energy on both annealed samples."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53881
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elia Tugimin
"Graphene oxide (GO) adalah graphene teroksidasi yang memiliki ikatan dan gugus fungsi. GO memiliki konduktivitas termal yang baik sehingga dapat digunakan dalam aplikasi perpindahan panas, salah satunya nanofluida. Gugus fungsi O pada graphene oxide membuat sifatnya menjadi hidrofilik untuk dispersi terhadap media larutan cair, sehingga dapat diaplikasikan sebagai media quenching. Dalam penelitian ini graphene oxide dikarakterisasi menggunakan Energy Dispersive Spectroscopy (EDS) dan Scanning Electron Microscope (SEM) untuk mengetahui kandungan unsur dan morfologi dari GO. Nanofluida berbasis GO disintesis dengan konsentrasi GO sebesar 0,01%, 0,03% dan 0,05% dengan menambahkan surfaktan Sodium Dodecyl Benzene Sulfonate (SDBS) sebanyak 0%, 3%, 5% dan 7% pada fluida dasar air distilasi. Nanofluida yang diperoleh diultrasonifikasikan selama 15 menit kemudian dilakukan pengujian konduktivitas termal dan zeta potensial. Setelah itu dilakukan proses quenching menggunakan baja S45C dengan nanofluida sebagai media quench dengan suhu austenisasi 900oC dengan waktu tahan selama 1 jam, kemudian dilakukan pengujian metalografi dan kekerasan. Hasil karakterisasi GO menunjukan terdapat gugus O dan hasil pengujian konduktivitas termal menunjukan bahwa nilai konduktivitas termal menurun seiring dengan peningkatan kadar GO dan surfaktan SDBS dan kekerasan optmal baja S45C hasil quenching terdapat pada konsentrasi nanofluida GO 0.05% dan SDBS 5% dengan nilai kekerasan sebesar 48 HRC.

Graphene oxide (GO) is a graphene that has been oxidized and has bonds and functional groups. GO has a high thermal conductivity so that it can be used in heat transfer applications, one of which is nanofluids. The O functional group in graphene oxide makes it hydrophilic for dispersion on liquid solution media, so it can be applied as a quenching medium. In this study, graphene oxide was characterized using Energy Dispersive Spectroscopy (EDS) and Scanning Electron Microscope (SEM) to determine the elemental content and morphology of GO. GO-based nanofluids were synthesized with GO concentrations of 0.01%, 0.03% and 0.05% by adding the surfactant Sodium Dodecyl Benzene Sulfonate (SDBS) as much as 0%, 3%, 5% and 7% in distilled water base fluid. The obtained nanofluids was ultrasonified for 15 minutes and then tested for thermal conductivity and zeta potential. After that, the quenching process was carried out using S45C steel with nanofluids as the quenching medium with an austenizing temperature of 900oC with a holding time of 1 hour, then metallographic and hardness tests were performed. The results of GO characterization showed that there was an O group and the results of the thermal conductivity test showed that the value of the thermal conductivity decreased with increasing levels of GO and SDBS surfactant and optmal hardness value of S45C steel as a result of quenching is found in nanofluids concentration of 0.05% GO and 5% SDBS with a hardness value of 48 HRC."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>