Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82096 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Hidayat
"Tesis ini membahas kemampuan mahasiswa magister Fakultas Teknik UI angkatan 2010 dalam mencari dan menggunakan software Abaqus secara efektif dalam konteks Simulasi Ikatan antar Material Polimer pada Proses Bi-Injection. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan simulasi software. Hasil penelitian menyarankan bahwa dalam proses bi-injection molding dengan material polypropylene perlu diperhatikan setting parameter temperature dalam proses bi-injection molding untuk mendukung keberhasilan ikatan antar material.

The focus of this study is analysis bonding material polymer of bi-injection molding process. This research using Abaqus software for analysis the case and modeling it. The result of research give advices to setting temperature parameter to get better bonding of polypropylene in bi-injection molding process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T33191
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Mansur
"Polipropilena (PP) adalah polimer termoplastik yang digunakan dalam berbagai aplikasi. Proses kristalisasi adalah proses yang memiliki peranan penting dalam produksi PP. Penambahan nucleating agent yang berfungsi mempersingkat waktu induksi kristalisasi polimer tertentu, termasuk PP. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pengaruh penambahan microcrystalline cellulose (MCC) dan microfibrillated cellulose (MFC) sebagai aditif nucleating agent pada proses kristalisasi PP dan memperoleh persentase optimum yang dibandingkan terhadap Hyperform HPN-20E (HPN) sebagai nucleating agent komersial dan PP murni. MFC dibuat dengan alkalisasi, bleaching dan hidrolisis. MFC dan MCC dikarakterisasi dengan SEM dan XRD. Masing-masing dari MFC, MCC dan HPN dilakukan internal mixing dengan PP pwd dengan konsentrasi 0,10; 0,20; 0,40; 1,00 dan 2,00 phr untuk selanjutnya diwakili dengan penomoran 1, 2, 3, 4 dan 5 dan PP pwd untuk blangko. Sampel masterbatch MFC, MCC, HPN dan PP dilakukan karakterisasi dengan uji FTIR, XRD, DSC dan Tarik. Hasilnya menunjukkan bahwa MCC dan MFC dapat meningkat derajat kristalinitas, suhu leleh, suhu kristalisasi dan kekuatan tarik polimer PP walaupun belum menyamai kinerja dari HPN. Persentase optimum masterbatch PP+MFC5 dan PP+MCC4 dengan peningkatan derajat kristalinitas masing-masing sebesar 19,96% dan 18,24% terhadap PP murni. Namun, belum dapat menyamai kinerja HPN pada kondisi optimum masterbatch PP+HPN5 dengan peningkatan derajat kristalinitas sebesar 54,80%. Persentase optimum masterbatch PP+MFC5 dan PP+MCC5 pada peningkatan suhu leleh masing-masing sebesar 2,8°C dan 3,3°C terhadap PP murni. Namun, belum dapat menyamai kinerja HPN pada kondisi optimum masterbatch PP+HPN2 dan masterbatch PP+HPN3 dengan peningkatan suhu leleh yang sama yaitu sebesar 4,4°C. Persentase optimum masterbatch PP+MFC4, PP+MFC5 dan PP+MCC5 pada peningkatan suhu kristalisasi masing-masing sebesar 5,0°C, 5,0°C dan 5,7°C terhadap PP murni. Namun, belum dapat menyamai kinerja HPN pada kondisi optimum masterbatch PP+HPN5 dengan peningkatan suhu kristalisasi sebesar 19,0°C.

Polypropylene (PP) is a thermoplastic polymer used in a variety of applications. Crystallization process is a process that has an important role in PP production. The addition of a nucleating agent that serves to shorten the crystallization induction time of certain polymers, including PP. The purpose of this study was to analyze the effect of adding microcrystalline cellulose (MCC) and microfibrillated cellulose (MFC) as nucleating agent additives to the PP crystallization process and to obtain the optimum percentage compared to Hyperform HPN-20E (HPN) as commercial nucleating agent and Pure PP. MFC is made by alkalization, bleaching and hydrolysis. MFC and MCC were characterized by SEM and XRD. Each of the MFC, MCC and HPN were internally mixed with PP pwd with a concentration of 0.10; 0.20; 0.40; 1.00 and 2.00 phr are then represented by numbering 1, 2, 3, 4 and 5 and PP pwd for blanks. The MFC, MCC, HPN and PP masterbatch samples were characterized by FTIR, XRD, DSC and Tensile tests. The results show that MCC and MFC can increase the degree of crystallinity, melting temperature, crystallization temperature and tensile strength of PP polymer although they cannot match the performance of HPN. The optimum percentages of PP+MFC5 and PP+MCC4 masterbatches with increasing degree of crystallinity were 19.96% and 18.24%, respectively, compared to pure PP. However, it has not been able to match the performance of HPN under the optimum conditions of the PP+HPN5 masterbatch with an increase in the degree of crystallinity of 54.80%. The optimum percentages of PP+MFC5 and PP+MCC5 masterbatches at increasing melting temperatures were 2.8°C and 3.3°C, respectively, for pure PP. However, it has not been able to match the performance of HPN under the optimum conditions of the PP+HPN2 masterbatch and PP+HPN3 masterbatch with the same increase in melting temperature of 4.4°C. The optimum percentages of PP+MFC4, PP+MFC5 and PP+MCC5 masterbatches at increasing crystallization temperature were 5.0°C, 5.0°C and 5.7°C for pure PP, respectively. However, it has not been able to match the performance of HPN under the optimum conditions of the PP+HPN5 masterbatch with an increase in crystallization temperature of 19.0°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nicko Azharry Setyabudi
"Polipropilena (PP) merupakan salah satu jenis polimer termoplastik yang dibuat oleh industri polimer hulu dan digunakan dalam berbagai aplikasi. Pada penggunaannya, PP banyak ditambahkan material lain (contoh: talcum) untuk meningkatkan kualitas dan memperbaiki sifat materialnya sesuai kebutuhan. Di Indonesia, PP merupakan salah satu material yang memiliki permintaan yang besar. Namun permintaan tersebut tidak diimbangi dengan produksi yang dilakukan oleh industri polimer hulu yang ada di dalam negeri. Pada tahun 2011, Indonesia menjadi negara pengimpor produk olefin terbanyak di ASEAN. Oleh karena itu, solusi alternatif diperlukan untuk mengatasi masalah ini, salah satunya dengan menggunakan material daur ulang (regrind).
Studi ini dilakukan untuk mengkaji karakteristik paduan yang terbentuk dari material regrind polipropilenatalcum (jenis komposit polipropilena yang banyak digunakan dalam industri otomotif) sehingga dapat diketahui apakah material regrind memiliki karakteristik yang tidak kalah baik dibandingkan material fresh-nya. Studi ini didukung dengan sebuah fakta bahwa material regrind polipropilena-talcum 20% memiliki titik leleh yang tidak berbeda jauh dengan temperatur leleh polipropilena (sekitar 176 °C), yaitu pada temperatur 176.4 °C.
Studi ini dilakukan dengan membentuk paduan dari material regrind polipropilena-talcum 20% dan 30% dan melalui proses dry mixing dan hot melt mixing. Karakteristik yang dikaji meliputi perubahan morfologi yang terjadi akibat proses regrinding dan pencampuran material, perilaku mekanik (kekuatan tarik dan modulus elastisitas), dan perilaku termal material tersebut.

Polypropylene (PP) is a thermoplastic polymer made by the polymer industry and used in various applications. In the application, PP is added to other material (eg, talcum) to improve the quality and enhance the properties of material. In Indonesia, the PP is one of the materials that have a great demand. But the request is not matched by production undertaken by the existing polymer industry in the country. In 2011, Indonesia became a net importer of most olefin products in ASEAN. Therefore, an alternative solution is needed to solve this problem, such as using recycled materials (regrind).
This study was conducted to examine the characteristics of the alloy is formed from polypropylene-talcum regrind material (polypropylene composites are widely used in the automotive industry) to know whether regrind material characteristics has significant differences compared to the fresh material. This study was supported by the fact that regrind material polypropylene-talcum 20% has a melting point which is not much different from the polypropylene melting temperature (around 176.0 °C), which is at 176.4 °C.
This study was conducted to form alloys of polypropylene regrind material-talcum 20% and 30% and through the process of dry mixing and hot melt mixing. Characteristics examined include morphological changes that occur due to the regrinding and mixing materials, mechanical behavior (tensile strength and modulus of elasticity), and the thermal behavior of the material.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47763
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johannes Chandra
"Beton sebagai material konstruksi dikenal getas (brittle) dan lemah terhadap tarik dibandingkan dengan material baja. Penelitian para ahli menunjukkan peningkatan daktilitas beton melalui penambahan serat pada material beton. Salah satu jenis serat yang sering digunakan adalah serat Polypropylene (PP), yang juga digunakan sebagai bahan dasar pembuatan gelas kemasan air mineral. Berangkat dari peningkatan jumlah limbah gelas plastik, maka penggunaannya sebagai material tambahan pada beton diharapkan dapat mengatasi permasalahan sampah perkotaan, dan dalam jangka panjang diharapkan dapat mengurangi biaya pembangunan rumah tinggal.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari efektifitas penggunaan cacahan limbah plastik PP terhadap peningkatan kuat tarik dan kuat lentur beton normal (fc' = 25 MPa). Kadar cacahan PP yang ditambahkan pada beton normal adalah 0,90; 1,35; 1,80; 2,25; 2,70; 4,50; 6,30; 9,00; 18,00 dan 27,00 kg/m3 atau dalam volume fraksi adalah 0,10; 0,15 0,20 ; 0,25; 0.30; 0,50; 0,70; 1,00; 2,00 dan 3,00% untuk pengujian kuat tarik yang dilakukan pada benda uji umur 7 dan 28 hari, serta 0,90; 1,35; 1,80; 2,25; 2,70; 4,50; 6,30; dan 9,00 kg/m3 atau dalam volume fraksi adalah 0,10; 0,15 0,20 ; 0,25; 0.30; 0,50; 0,70 dan 1,00% untuk pengujian kuat lentur yang dilakukan pada benda uji umur 28 hari.
Percobaan pembebanan yang dilakukan meliputi pembebanan tarik belah, pembebanan lentur dan modulus elastisitas. Benda uji untuk pengujian tarikbelah dan modulus elastisitas adalah silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, sedangkan benda uji percobaan pembebanan lentur adalah balok 10x10x55 cm3.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental, dimana percobaan dilakukan untuk mendapatkan kumpulan data, yang kemudian akan dianalisa secara statistik kuantitatif dan kualitatif.. Metode Analisis Rancang Campur yang digunakan adalah Metode US. Bureau. Benda Uji dibuat di Laboratorium Bahan Departemen Sipil FTUI. Standar Uji yang digunakan baik untuk pengujian material dasar, beton muda dan beton yang sudah mengeras
mengacu pada Standar ASTM.
Penambahan jumlah cacahan plastik polypropylene pada kadar tertentu akan menurunkan workabilitas dari beton, hal ini ditunjukkan dengan penurunan slump beton seiring dengan peningkatan kadar cacahan.
Dari Hasil Pengujian didapat, penambahan cacahan plastik polypropylene secara umum tidak memiliki pengaruh yang berarti pada tegangan tarik beton normal. Peningkatan paling besar terjadi pada benda uji kadar 0,3% umur 7 hari, yaitu sebesar 10,989%; dengan tegangan tarik berkisar antara 0,456 - 0,648 √ ? ' c. Hal ini secara umum diakibatkan karena ikatan atau gaya adhesi antara cacahan dengan matriks beton lebih lemah dari gaya kohesi antara matriks beton itu sendiri. Hal ini dibuktikan dengan uji tarik belah, dimana cacahan plastik pada benda uji yang terbelah tidak putus akibat pembebanan, melainkan masih tersambung, sedangkan material.
Sedangkan Penambahan cacahan plastik polypropylene secara umum meningkatkan tegangan tarik lentur beton normal. Peningkatan paling besar terjadi pada benda uji kadar 0,7% umur 28 hari, yaitu sebesar 17,098%; dengan tegangan tarik lentur berkisar antara 0,853 - 1,056 √ ? & c.

Concrete as construction material is known brittle and possess relatively weak tensile strength, compared to steel material. Experiments done by the experts shows an improvement in ductility of concrete by adding fiber to concrete material. One of the fibers that often used is Polypropylene (PP) fiber, which also used as a raw material in mineral water plastic glass manufacture. The increase of
amount of plastic glass waste, gives an idea to use it as an addition material in concrete. It expects decrease the urban waste problem, and in long term, to reduce the cost to build a house.
The purpose of this experiment is to study the effect of usage of PP plastic waste in tensile and flexural strength of normal concrete with fc? 25 MPa. The amount of crushed PP added to normal concrete are 0,90; 1,35; 1,80; 2,25; 2,70; 4,50; 6,30; 9,00; 18,00 and 27,00 kg/m3 or in fraction volume are 0,10; 0,15 0,20 ; 0,25; 0.30; 0,50; 0,70; 1,00; 2,00 and 3,00% for tensile strentgh test which done in age 7 and 28 days, also 0,90; 1,35; 1,80; 2,25; 2,70; 4,50; 6,30; and 9,00 kg/m3 or in fraction volume are 0,10; 0,15 0,20 ; 0,25; 0.30; 0,50; 0,70 and 1,00% for flexural strentgh test which done in age 28 days.
The test is consist of splitting tensile test, flexural test and modulus elasticity test. The sample for tensile and modulus elasticity test is cylinder with 15 cm diameter and 30 cm height, as for the flexural test is beam with size 10x10x55 cm3.
In this experiment the experimental method will be used, where the experiment done to collect data, and the data will be analyzed quantitative and qualitative statistically. The Mix Design Method used is US. Bureau Method. The sample will be made in Material Laboratory, Civil Engineering Department, Faculty of Engineering, University of Indonesia. The Standard to test the constituent materials, fresh concrete and hard concrete is based on ASTM Method.
The addition of crushed polypropylene plastic in specific amount will decrease the workability of concrete, shown by the decrease of concrete?s slump as the increase of crushed plastic amount.
The Test shows that the addition of crushed polypropylene plastic will not influence the tensile stress of normal concrete, generally. The highest increase happened in volume fraction 0.3% age 7 days, with 10.989%; and the tensile strengths have range from 0.456 - 0.648 √ ? & c. . This is generally because the bond or adhesion between the plastic and matrix is weaker then the cohesion of the matrix itself. It is proved by the splitting tensile test, where the plastics are do not yield by the loading, as for the aggregates are crushed by the loading.
As for the flexural tensile stress, it tends to increase. The highest increase, happened in volume fraction 0.7% age 28 days, with 17.098%; and the flexural strengths have range from 0.853 - 1.056 √ ? & c."
2008
S35339
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nanang Masruchin
"Pada penelitian ini telah dikembangkan komposit berbasis polimer polipropilena (PP) dengan penguat serat alam yaitu serat sisal dan serat sabut kelapa. Bentuk morfologi serat alam divariasikan dalam bentuk bulk (chopped) dan berbentuk single of fiber melalui proses pulping. Jenis polimer yang digunakan adalah homopolimer dan kopolimer. Komposit yang dihasilkan dikarakterisasi untuk memperoleh komposit dengan kekuatan optimum tanpa mengesampingkan nilai ketangguhan-nya. Perlakuan panas dilakukan terhadap komposit serat alam pada suhu 70°, 100° dan 130°C selama 20 jam.
Dari penelitian ini diketahui bahwa sifak mekanis polimer PP dapat ditingkatkan dengan penambahan serat alam. Serat sisal memiliki sifat mekanis yang lebih baik jika dibandingkan dengan serat sabut kelapa, hal ini dibuktikan dengan nilai kuat tarik, struktur mikro, derajat kristalinitas dan stabilitas terhadap panas. Dari analisa FE-SEM, perubahan bentuk serat menjadi pulp dapat meningkatkan dispersi serat dalam matrik polimer, namun hal ini hanya meningkatkan kuat tarik dan kuat tekuk. Nilai kuat tarik, kuat tekuk, modulus dan impak komposit pada penelitian ini dapat ditingkatkan dengan tetap mempertahankan bentuk morfologi bulk (chopped) dari serat alam dengan penambahan EPDM 2.5% berat dan perlakuan panas pada 130°C. Mekanisme peningkatan ketangguhan komposit disebabkan oleh pembentukan kristal β-phase PP serta mekanisme fiber pull out dari serat alam bentuk chopped pada matrik polimer. Polimer homopolimer memberikan performa komposit yang lebih baik jika dibandingkan dengan kopolimer.

The aim of this study is to develop polypropylene (PP) composite reinforced with sisal and coconut fibers. The effect of fiber morphology in term of bundles (chopped) and single of fibers (pulp), as well as types of polymer (homopolymer and copolymer) were manufactured to obtain high strength and high toughness composites. Composites were annealed at 70°, 100° and 130°C.
From this study, it is reported that sisal fiber is superior to coconut fibers as reinforcing agents. It is not necessary to convert the bundles into pulp. Optimum composite could be obtained by annealed the composites of 40% weight sisal chopped reinforced PP at 130°C by addition of EPDM 2.5% wt in the presence of PP-g-MA 5% wt. The formation of β-phase crystallization of PP revealed from XRD analysis and fiber pull out mechanism take responsible for the improvement of the high toughness of composite. Homopolymer gave best performance as matrix compared to copolymer for strength and toughness composites.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31260
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Tatiana
"Membran polipropilen adalah membran mikrofiltrasi dengan sifat hidrofobik yaitu takut dengan air. Untuk menghasilkan kinerja yang baik maka membran ini harus diubah menjadi hidrofilik dengan merendamnya dalam propan. Selain itu untuk mendapatkan kinerja membran yang optimum maka dibutuhkan kondisi operasi yang optimum. Dengan tekanan yang tinggi akan dihasilkan fluks atau jumlah penneat yang tinggi namun kemumian yang rendah karena menurunnya selektivitas membran.
Untuk mengatasi masalah utama dalam proses yaitu laju fouling dan polarisasi konsentrasi sorta tluks yang rendah perlu ditentukan desain alat pross mikrofiltrasi yang tepat Serta tekanan dan waktu perendaman yang optimum untuk digunakan dalam proses pemurnian air danau dengan teknologi membran menggunakan membran polipropilen hollow fiber sehingga diharapkan fluks membran dan faktor separasi bemilai tinggi.
Sistem proses mikrofiltrasi yang dipilih adalah Sistem resirkulasi untuk mengurangi efek laju fouling dan polarisasi konsentrasi yang tinggi, modul ho/low fiber untuk meningkatkan fluks pemmeat dengan luas permukaan uang besar dan aliran cross flow untuk penyapuan akumulasi zat terlarut pada permukaan membran dan mencegah fouling serta polarisasi konsentrasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama waktu perendaman maka semakin turun fluks permeat namun persen rejksi semakin meningkat. Semakin tinggi tekanan maka Huks permeat bertambah narnun person rejeksi menurun. Waktu perendaman membran dalam propanol yang optimum adalah I0 menit. Sedangkan tekanan optimum yang dipilih yaitu 0.1316 bar untuk menghasilkan fluks yang tinggi namun persen rejeksi yang cukup baik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S49389
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Mujiati
"Penelitian fotodegradasi pada polipropilen dilakukan pada sampel polipropilen tape yang dikenai radiasi UV dari sinar matahari dan dari alat xenotest. Penelitian dilakukan di Pulogadung pada Nopember 1996 hingga pertengahan Juni 1997. Xenotest 450 dioperasikan pada suhu 55 ± 2° C, relatif humidity 55 ± 5 %, hujan 18 menit, kering 102 menit. Variasi penambahan penstabil UV adalah 0 %, 0,05 %, 0,075 %. Sampel yang telah mengalami radiasi UV kemudian dianalisa tenacity, breaking elongation, spektrum ultra violet dan spektrum infra merahnya.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa radiasi UV menyebabkan penurunan tenacity dan breaking elongation. Tenacity dan breaking elongation menurun sebanding dengan bertambahnya waktu radiasi. Penurunan tenacity dan breaking elongation ini dihambat dengan penambahan penstabil UV ke dalam polipropilen. Dengan semakin besarnya kandungan penstabil UV dalam polipropilen maka penurunan tenacity dan breaking elongation semakin dihambat. Dari spektrum infra merah pada polipropilen yang mengalami degradasi terjadi peningkatan serapan gugus karbonil pada bilangan gelombang 1825-1675 cm-1. Dari hasil spektrum ultra violet dapat dikatakan bahwa penstabil UV berfungsi sebagai penangkap radikal bebas yaitu radikal nitroksil menangkap radikal alkil membentuk hidroksilamin ether."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Untuk mendapatkan kemasan makanan dengan sifat yang superior, trend saat ini ialah pengembangan teknologi komposit nano. Salah satu permasalahan yang ada ialah pembuatan komposit nano ini terbilang rumit dan mahal. Tujuan jangka panjang dari riset ini adalah membuat polipropilena (PP) clay komposit nano (PPCN) yang berbiaya
rendah dengan menerapkan prinsip pembuatan singkat cascade engineering. Prinsip cascade engineering pada pembuatan PPCN ini, dilakukan dengan pembuatan pengkompatibel (compatibilizer) dalam hal ini PP-g-maleik anhidrida (maleic anhydride/MA) (untuk memungkinkan pencampuran PP dengan clay), masterbatch, dan PPCN secara berkelanjutan dalam satu alat melt mixing. Hasil penelitian yang disajikan pada tulisan ini difokuskan pada stabilitas termal PPCN yang dibuat dengan prosedur ?cascade engineering? yang disimulasikan dengan perlakuan anil (pemanasan), yang diamati dengan teknik difraksi sinar x (XRD) small angle pada morfologi sampel PPCN. Dari hasil
XRD yang dilakukan, terlihat bahwa morfologi yang dihasilkan sistem ini ialah berupa interkelasi. Dan secara umum, terlihat tidak adanya pengaruh yang signifikan dari variabel waktu pembuatan masterbatch yang digunakan (1, 3, dan 6 menit). Setelah dilakukan pengujian XRD pasca anil, terlihat bahwa stabilitas termal sistem yang dihasilkan kurang baik. Hal ini terlihat dari adanya penurunan ukuran galeri montmorillonit (deinterkelasi). Diperkirakan hal ini disebabkan
oleh kurang kuatnya ikatan yang terbentuk antara pengkompatibel PP-g-MA dengan clay dan juga kurang baiknya kompatibilitas PP-g-MA.

Abstract
Superior properties of food packaging can be achieved using nanocomposite technology. However, fabrication of this materials are complex and expensive. Long term objectives of this research is
the synthesis of low cost polypropylene clay nanocomposites (PPCN) via a short-cut method known as ?cascade engineering?. Cascade engineering principle in PPCN fabrication is performed by using compatibilizer (to enable the mixing of PP and clay) masterbatch, and PPCN in one pot process using melt mixer. This paper present the
experimental results using small-angle x-ray diffraction (XRD) on the thermal stability of the PPCN. Results from the XRD analysis showed that the clay was intercalated, however no significant changes were observed as a result of variation in mixing time. XRD patterns of the annealed PPCN showed reduction of MMT?s gallery (deintercalation)
These phenomenon was probably caused by insufficient bonding and lack of compatibility between PP-g-MA and MMT."
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia], 2009
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Batara Triargi Sabarudin
"ABSTRAK
Limbah tahu adalah limbah yang banyak diproduksi di Indonesia dan mencemari lingkungan. Limbah cair Industri Tahu dianggap sebagai salah satu penyebab dari munculnya bau tidak sedap di perairan akibat tingginya kandungan organik dalam limbah buangan. Upaya penanggulangan limbah dengan menggunakan kombinasi proses koagulasi-flokulasi dan teknologi membran sudah pernah dilaksanakan namun belum mendapatkan hasil keluaran yang aman untuk dibuang ke perairan. Penulis mengajukan tambahan metode dengan membran osmosis balik dalam menghasilkan limbah buangan yang memenuhi kadar aman untuk parameter TDS, TSS, BOD, COD, dan turbiditas untuk limbah buangan. Dosis optimum untuk kombinasi adalah sebesar 300ppm koagulan, yang dioperasikan pada ultrafiltrasi dengan tekanan 1Bar dan osmosis balik pada tekanan 6 Bar. Kombinasi metode ini mampu menurunkan kadar TSS dan turbiditas mencapai 100%, COD sebesar 98,13%, TDS sebesar 99,99%, dan BOD sebesar 99,31%

ABSTRACT
Tofu is known as one of the most popular food in Indonesia, especially the one that produced from soybean. Tofu industrial wastewater has been acknowledged to be the source of the problem due to the organic matter in the waste that causing the disturbing smell. The coagulation-coagulation and membrane technology has been done but still has not produced the expectation. Reverse osmosis is the additional technology to be combined with the previous technology. The expected result is to reduce the wastewater parameter, including COD, BOD, TDS, TSS, and turbidity to the safe range. The combination has a great impact on each parameters reduction. The optimum dosage of coagulant used is 300ppm of aluminium sulphate, while used on 1 Bar of Ultrafiltration and 6Bar of Reverse Osmosis. This combination rejects 100% TSS and Turbidity, 99,99% TDS, 98,13% COD, and 98,31% BOD."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wakhid Laymina Ikhsan
"ABSTRAK
Polipropilena sering dijadikan berbagai macam kebutuhan seperti kemasan, tali, komponen otomotif dan lain sebagainya. Dalam hal ini polipropilena yang dijadikan sebagai kemasan dapat dilakukan proses daur ulang. Sejauh ini masih belum ada bukti mengenai penurunan kekuatan daur ulang sampai sejauh mana. Penelitian ini ingin mencari tahu sampai dimana plastik tersebut tidak mengalami perubahan yang signifikan melalui paradigma material value conservation. Dengan melihat nilai kekuatan dari pengujian tarik, perubahan densitasnya dan perubahan fisiknya warna . Dalam penelitian ini dilakukan daur ulang polipropilena dengan proses satu kali, dua kali, empat kali dan delapan kali. Pada uji tarik dan modulus tidak mengalami perubahan yang signifikan, sedangkan untuk nilai dari elongasi bertambah. Untuk densitas tidak mengalami perubahan. Perubahan paling besar terdapat pada perubahan warna produk, dimana makin banyak daur ulang akan semakin gelap. Berdasarkan paradigma material value conservation, pada daur ulang ke delapan kali nilainya sudah sangat berkurang walaupun nilai kualitas dari material tersebut tetap baik, namun dari sisi nilai harga, material tersebut telah mengalami penurunan harga yang signifikan berdasarkan info yang berlaku saat ini. Sehingga secara fungsional kemasan masih dapat digunakan sampai delapan kali daur ulang.

ABSTRACT
Polypropylene has been used in various needs such as packaging, rope, automotive components and so forth. In this case, the polypropylene used as packaging can be recycled. Until now, there is still no evidence of a decrease in recycling strength. This research wanted to know how much the plastic recycling didn rsquo t change significantly through the paradigm of material value conservation. By doing tensile strength and density test also physical changes color of polypropylene.In this research, polypropylene recycling was processed once, twice, four times and eight times. There is no different significant value for tensile test and modulus but for elongation value has increased after recycling eight times. For density, value remains the same from one times to eight times recycling. The big changes of this experiment in color changes, more recycled the color become darker.Based on Material Value Conservation paradigm, in eight times recycling the value has decreased although the value of quality still good. Due to the polypropylene has decreased in price based on current info. So that, the functional of plastic packaging still usable up to eight times recycled. "
2018
T51590
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>