Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156680 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fathana Gina
"ABSTRAK
Masa remaja ditandai dengan berbagai perubahan yang terjadi, salah satunya adalah meningkatnya reaksi emosional dan tidak stabil pada remaja. Salah satu pola emosi umum yang dialami pada masa remaja adalah marah. Namun remaja yang terus-menerus mengalami marah rentan terhadap berbagai dampak negatif. Menurut pendekatan kognitif, emosi (termasuk marah) merupakan hasil dari pikiran individu yang muncul ketika ia menemui situasi dan memaknainya sebagai sesuatu yang relevan dengan tujuannya. Marah merupakan salah satu emosi negatif yang timbul karena adanya goal incongruence, yaitu individu menilai bahwa situasi yang terjadi tidak sesuai dengan keinginannya. Dengan demikian, untuk mengurangi timbulnya emosi marah, penilaian individu terhadap situasi pemicu marah perlu diubah. Intervensi psikologis yang menekankan pada pengubahan kognisi sebagai dasarnya adalah modifikasi kognitif-perilaku dengan teknik restukturisasi kognitif. Dengan penggunaan single subject A-B design, penelitian ini melibatkan seorang subjek penelitian, seorang remaja puteri berusia 13 tahun. Subjek mengikuti intervensi yang terdiri dari 5 sesi dengan durasi 60-90 menit/sesi. Berdasarkan wawancara yang dilakukan sebelum dan setelah intervensi, terlihat adanya perubahan penilaian subjek terhadap situasi pemicu marah yang sebelumnya negatif menjadi lebih positif. Penelitian ini menyimpulkan bahwa intervensi modifikasi kognitif-perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif yang disusun dalam penelitian ini tepat diberikan pada remaja yang mengalami kesulitan mengendalikan emosi marah.

ABSTRACT
Adolescence is characterized by a variety of changes, one of which is the increasing and unstable emotional reactions. One common pattern of emotions experienced in adolescence is anger. Adolescents who are constantly having angry can get negative impacts. From the perspective of cognitive approach, emotion (including anger) depends on individual’s thought which appears when he faces the situation and interprets it as something relevant to his goal. Anger is one of the negative emotion because of goal incongruence, when individu appraises the situation doesn’t go as he wants. Hence, to reduce anger, the individu’s appraisal of anger provoking situation has to be changed. Psychological intervention which emphasize the cognitive changes as it base is cognitive behavior modification with cognitive restructuring technique. This research is using single subject A-B design and involves one research subject, a 13 years old female adolescent. The intervention consists of 5 sessions with 60-90 minutes/session. Based on interview conducted before and after intervention, the cognitive behavior modification using cognitive restructuring technique had made a significant change of subject’s appraisal of anger provoking situation from negative became more positive. This research concluded that cognitive behavioral modification using cognitive restructuring technique in this research is accurate to be given to adolescent who has problem in controlling anger."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T32688
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vinesia Febrianti
"Saat duduk di kelas 12 SMA, siswa akan mendapatkan banyak tuntutan akademis yang dapat menyebabkan stres. Untuk mengatasi stres tersebut, diperlukan penggunaan coping yang tepat. Salah satu hal yang berhubungan dengan penggunaan coping adalah goal orientation yang dimiliki individu tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara jenis goal orientation dengan gaya coping adaptif terhadap stres terkait sekolah pada siswa kelas 12 SMA. Adapun partisipan ini berjumlah 284 partisipan yang berasal dari SMA di Jabodetabek. Pengukuran dilakukan dengan Achievement Goal Questionnaire-Revised dan Coping Across Situation Questionnaire-Revised. Berdasarkan analisis, ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara mastery-approach goal r=0,219.

12th graders can have academic demands that will result in stress. A suitable coping style is needed to manage that stress. One of the factors that relate to an individuals coping style is their goal orientation. This study aims to find the relationship between type of goal orientation and adaptive coping style related to school related stress among 12 th graders. The participants of this study were 284 students from high schools in Greater Jakarta Area. The measurements used were Achievement Goal Questionnaire Revised and Coping Across Situation Questionnaire Revised. Based on this study, a significant relationship was found between mastery approach goal r 0,219, p 0,05 and performance approach goal r 0,147, p 0,05 with active coping. Thus, no relationship was found between mastery avoidance goal r 0,036, ns and performance avoidance goal r 0,092, ns with active coping, as well as between mastery approach goal r 0,046, ns , mastery avoidance goal r 0,010, ns , performance approach goal r 0,031, ns , and performance avoidance goal r 0,081, ns with internal coping. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Allia Hani
"Pada masa remaja teman sebaya memegang peran penting, dimana pada masa ini ketergantungan anak pada keluarga menjadi berkurang dan kebutuhan akan rasa aman diperoleh melalui teman-teman kelompok sebaya (Tumer & Helms, 1995). Remaja umumnya tidak ingin dianggap beda dengan orang lain, akibatnya mereka cenderung melakukan konformitas dengan kelompok sebaya Konformitas itu sendiri adai ah suatu perubahan tingkah laku atau keyakinan sebagai hasil nyata dari tekanan yang diberikan kelompok Dengan keinginan untuk diterima secara sosial, remaja sangat memperhatikan karakteristikkarakteristik yang ditampilkan anggota kelompoknya seperti cara berpakaian, gaya rambut, selera musik, cara berbicara dan aktivitas waktu luang (Clasen & Brown, 1987 dalam Santrock, 2001). Konforaiitas terhadap kelompok sebaya kemudian dikaitkan juga dengan orientais tujuan akademik siswa.
Orientasi tujuan menurut Meece, Blumenfeld & Hoyle (1988). Orientasi tujuan siswa digambarkan sebagai suatu set perilaku yang bertujuan untuk menentukan bagaimana pendekatan dan keterlibatan siswa dalam belajar. Teori ini di bagi ke dalam 2 bagian besar yaitu : orientasi mastery dan orientasi performance (Henderson & Dweck, 1990; Dweck & Legget, 1988 dalam Santrock, 2001). Orientasi mastery mengacu kepada pencapaian kompetensi dengan jalan menambali atau meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan ketrampilan individu. Penekanan pada proses belajar. Sedangkan orientasi performance mengacu kepada acuan yang dicapai orang lain dalam mencapai kesuksesan selain untuk menghindari pandangan sosial yang rendah terhadap kompetensi yang dimilikinya Penekanan kepada hasil yang dicapai.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara tingkah laku konforaiitas, orientasi mastery, orientasi performance, dengan prestasi akademik remaja Penelitian ini dilakukan di SMA 43, diperoleh hasil penelitian: tingkah laku konformitas dan orientasi mastery berkorelasi negatif signifikan (r = -0,230 p<0,05), orientasi mastery dan prestasi akademik berkorelasi positif signifikan (r= 0,167 p<0,05), dan orientasi mastery memberikan sumbangan sebesar 4,4 % pada prestasi akademik.
Dari hasil perhitungan statistik maka dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkah laku konformitas yang ditampilkan maka semakin rendah orientasi siswa ke arah mastery. Begitu pula jika orientasi mastery siswa rendah maka prestasi akademik yang dicapainya puri akan rendah. Hubungan yang semula dihipotesiskan dan ditolak adalah: adanya hubungan positif signifikan antara tingkah laku konformitas dengan orientasi performancey hubungan yang signifikan antara orientasi perfonnance dengan prestasi akademik dan hubungan yang signifikan antara konformitas dengan prestasi akademik. Penyebab ditolaknya hipotesis mungkin disebabkan sampel yang homogen (berasal dari satu sekolah saja), adanya variabel lain yang lebih dominan (intelligensi merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh pada prestasi akademik).
Saran-saran yang diberikan diantaranya melakukan pengambilan data pada berbagai sekolah, mempergunakan kecerdasan sebagai variabel yang dikontrol dalam mengukur prestasi akademik."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2925
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harum Saraswati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi respon agresif saat marah pada remaja dengan inteligensi borderline melalui penerapan anger treatment dengan pendekatan cognitive-behavioral. Partisipan dalam penelitian ini adalah anak perempuan berusia 13 tahun yang memiliki kesulitan dalam mengelola marah yang termanifestasi dalam bentuk perilaku agresif. Program intervensi yang diterapkan mengacu pada program anger treatment dengan pendekatan cognitive-behavioral untuk individu yang memiliki keterbatasan intelektual yang disusun oleh Taylor dan Novaco 2005 . Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah intervensi melalui self-report berupa Anger Expression Scale for Children AESC dari Steele, Legerski, Nelson, dan Phipps 2009 ; self-rating berupa anger termometer dari Taylor dan Novaco 2005 ; dan skala inventory berupa Child Behavior Checklist CBCL dari Achenbach 1991.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan anger treatment dengan pendekatan cognitive-behavioral dapat mengurangi respon agresif saat marah pada remaja dengan inteligensi borderline. Perubahan itu terlihat dari terjadinya perubahan dalam ekspresi kemarahan yang ditampilkan partisipan antara sebelum dan sesudah intervensi diberikan. Sebelum intervensi diberikan, partisipan mengekspresikan kemarahannya dengan cara-cara yang agresif seperti bereriak, mengucapkan kata-kata kasar anjing , memukul, menendang, melempar, atau merusak barang. Setelah intervensi diberikan, partisipan cenderung lebih dapat menahan kemarahannya dengan tidak menampilkan respon yang agresif. Perilaku berteriak, mengucapkan kata-kata kasar sudah jarang muncul.

The aim of this research is to reduce aggressive responses when angry in an adolescence with borderline intelligence through implementation of anger treatment with a cognitive behavioral approach. The participant of this research is a thirteen year old girl who has difficulty in managing her anger that manifested in aggressive behavior. The program of this research refers to anger treatment with cognitive behavioral approach for people with intellectual disabilities developed by Taylor and Novaco 2005. Measurements were taken before and after intervention program through self report such as Anger Expression Scale for Children AESC from Steele, Legerski, Nelson, and Phipps 2009 self rating such as anger thermometer from Taylor and Novaco 2005 and inventory scale such as Child Behavior Checklist CBCL from Achenbach 1991.
The result of this study indicate that anger treatment with a cognitive behavioral approach is succeed in order to reduce aggressive responses when angry in an adolescence with borderline intelligence. These result are seen from the changes in the expression of anger shown by participant between before and after the intervention is given. Before the intervention, participant express her anger with a various aggressive ways, such as yelling, utter harsh words, hitting, kicking, throwing, or destroying thing. After the intervention, participant tend to be able to control her anger by not displaying aggressive responses. Yelling, utter harsh words are rarely appear.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T47354
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meliala, Hana Elisya S.
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kelekatan dengan ibu dapat memengaruhi regulasi emosi marah pada remaja. Remaja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki dan perempuan yang berada pada rentang usia 16-21 tahun dan berdomisili di sekitar daerah Jabodetabek. Selain itu juga penting untuk diperhatikan bahwa remaja yang menjadi partisipan juga memiliki sosok ibu atau caregiver sebagai figur kelekatan. Alat ukur kelekatan dengan ibu yang digunakan adalah Mother Attachment Sub-Scale dari Inventory of Parent and Peer Attachment Revisited (IPPA-R) yang diciptakan oleh Armsden dan Greenberg (2009) dan diadaptasi pada penelitian sebelumnya oleh Annisa Binarti (2012). Sedangkan alat ukur regulasi emosi marah yang digunakan pada penelitian ini adalah Anger Management Scale Short Forms Version (AMS-20) yang dibuat oleh Stith dan Hamby (2002). Dengan menggunakan partisipan sebanyak 287 remaja, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara kelekatan dengan ibu dan regulasi emosi marah pada remaja (R2 = .046, F = 6.138, p < .01). Artinya, semakin tinggi skor kelekatan dengan ibu pada remaja, maka semakin tinggi pengaruhnya terhadap regulasi emosi marah. Selain itu, ditemukan juga bahwa dimensi alienation memberikan pengaruh yang paling besar terhadap regulasi emosi marah.

This study aimed to find out whether maternal attachment effects anger regulation in adolescents. Adolescents in this study were referred to them who are in the age of 16-21 years old and live around the Jabodetabek area. It was also important to note that adolescents who become participants also have mother(s) or caregiver(s) as the attachment figures. The instrument used to measure the maternal attachment in this study was Mother Attachment Sub-Scale of the Inventory of Parent and Peer Attachment Revisited (IPPA-R) created by Armsden and Greenberg (2009) that has already been adapted in the previous study by Annisa Binarti (2012). Meanwhile, the instrument used to measure anger regulation in this study was Anger Management Scale Short Forms Version (AMS-20) created by Stith and Hamby (2002). By using a total of 287 adolescent participants, the results of this study indicated that there is a significant positive effect of maternal attachment towards anger regulation in adolescents (R2 = .046, F = 6.138, p < .01). That is, the higher the maternal attachment?s score, the more effect it gives to anger regulation. In addition, this study also found that alienation gives the most effect towards anger regulation"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63988
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imantya Putri
"Kelompok tari Kencana Pradipa mengalami pergeseran cara belajar. Anggota yang sekarang dirasa kurang serius dan tidak menunjukkan semangat yang setinggi anggota terdahulu. Belajar menari yang tergolong dalam kegiatan belajar motorik melibatkan proses-proses yang menandakan dibutuhkannya self-regulated learning, yang digerakkan oleh goal yang ingin dicapai. Sebanyak 32 anggota klub tari Kencana Pradipa diminta untuk menuliskan goal mereka di Kencana Pradipa serta mengisi alat ukur Self-regulation Scale (SRS) yang mengukur enam komponen self-regulated learning. Berdasarkan goal yang disebutkan, partisipan dibagi ke dalam dua kelompok yaitu kelompok dengan goal meningkatkan kemampuan tari dan kelompok dengan goal lain-lain. Hasil pengujian statistik dengan independent sample T-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kedua kelompok tersebut dalam total skor self-regulated learning (t= 1.194, p = 0.242). Namun ketika ditinjau dari enam komponen self-regulated learning, terdapat perbedaan pada komponen reflection (U = 71.00, p = 0.030). Analisis tambahan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan komponen self-efficacy pada partisipan yang tergolong sering terpilih dan tidak terpilih untuk mengikuti penampilan selama bergabung bersama Kencana Pradipa (t = -2.635, p = 0.013).

Members of Kencana Pradipa dance group are showing changes of learning behavior. The current members are not seen as spiritful and serious as the past members on every learning session. Learning to dance is categorized as a form of motor learning, which involves processes that hinted the role of self-regulated learning, driven by the goal set. 32 members of Kencana Pradipa dance group were asked to write what they‟re trying to achieve by joining Kencana Pradipa, and asked to fill the Self-regulation Scale (SRS). SRS is measuring self-regulated learning by its six components. After writing down goals, participants were divided into two groups, the first being those who want to improve their dancing skills and the second is those who have other goals. Statistical analysis using independent sample T-test method shows that there are no difference between the two groups in terms of self-regulated learning as a whole (t = 1.194, p = 0.242), but there is a significant different in the reflection component (U = 71.00, p = 0.030). Additional analysis shows that there is a significant difference in the self-efficacy component between participant who are often choosen to be a part of a dance team to appear in a show during their membership in Kencana Pradipa and those who are not choosen (t = -2.635, p = 0.013)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S62016
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Britania
"Penelitian dilakukan dengan dilatarbelakangi pentingnya optimasi pada pembelian bahan baku di perusahaan manufaktur. Optimasi dilakukan untuk menentukan kepada siapa bahan baku dibeli dan berapa kuantitas pembelian yang sesuai. Melalui Analytic Network Process (ANP) diperoleh bobot kriteria penilaian performa supplier dan nilai supplier untuk tiap kriteria. Output dari ANP dimodelkan dalam Goal Programming untuk diketahui kuantitas pembelian bahan baku pada setiap supplier. Dari hasil penelitian, terdapat 8 kriteria untuk menilai performa supplier; harga, kualitas, delivery, after sale service, fleksibilitas, pengemasan, kemampuan menjaga hubungan, serta fasilitas dan kapasitas produksi. Alokasi pembelian untuk kelima jenis bahan baku sebagian besar dilakukan pada satu supplier.

This research was conducted with the importance of optimization in raw material purchasing as its background. Optimization was done in determination of whom the material should be purchased, and in what quantity. Using Analytic Network Process (ANP) the weight of each criteria to score suppliers performance and the suppliers score were obtained. The output from ANP was modeled into Goal Programming to obtain the quantity of material that should be purchased from each supplier. There are 8 criteria to score suppliers performance; price, quality, delivery, after sale service, flexibility, packaging, ability to maintain relationship, and facility and capacity of production. Allocation to purchase 5 kinds of material was mostly done in one supplier."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S857
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fithri Rosalia
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2790
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siburian, Horas Ertoios
"Pendidikan moral religius sejak masa kanak-kanak diharapkan bisa membentuk suatu generasi yang bermoral dan bertingkah laku baik. Institusi keagamaan berperan dalam menanamkan nilai-nilai moral religius tersebut seperti halnya gereja melalui Sekolah Minggu. Proses belajar mengajar dalam Sekolah Minggu diserahkan pada guru-guru Sekolah Minggu. Sebagai komponen vital dalam Sekolah Minggu, guru-guru Sekolah Minggu memiliki pengaruh langsung terhadap hasil belajar dan minat murid-murid. Pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh goal orientation guru yang menentukan cara guru melakukan pendekatan dan melaksanakan aktivitas mengajar. Tujuan yang ditetapkan guru dalam mengajar, apakah itu penekanan terhadap proses mengajar (task involved) atau penekanan terhadap hasil (ego involved) akan menunjukkan bagaimana perhatian guru terhadap tugasnya, usaha yang dilakukan dalam mengajar, daya tahan guru dalam mencapai tujuan pengajaran, dan strategi pengajaran yang digunakan. Guru-guru Sekolah Minggu ini merupakan individu-individu yang mengabdikan diri secara sukarela tanpa imbalan. Guru-guru tersebut bebas berhenti kapan saja mereka inginkan terutama jika mereka menilai kemampuan dirinya tidak memadai untuk menjadi guru Sekolah Minggu. Karena tidak adanya sesuatu yang mengikat mereka maka menarik untuk ditelaah hal yang menyebabkan guru-guru tersebut mau bertahan dan meluangkan waktu menjadi guru Sekolah Minggu.
Penulis berpendapat bahwa faktor yang menyebabkan guru-guru tersebut bersedia dan bertahan menjadi guru Sekolah Minggu antara lain karena mereka memiliki self efficacy, yaitu penilaian atau keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk melakukan suatu tingkah laku berkaitan dengan situasi tertentu dalam mencapai suatu tujuan, yang cukup tinggi. Guru-guru tersebut menilai kemampuan yang dimiliki cukup memadai untuk mengajar di Sekolah Minggu. Hal ini memicu motivasi untuk menjadi guru Sekolah Minggu. Penelitian ini bermaksud untuk menemukan hubungan antara self efficacy dengan goal orientation. Self efficacy dan goal orientation adalah faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi guru, kinerja guru, situasi yang ingin dihadapi atau dihindari, serta daya tahan guru dalam menghadapi masalah saat mengajar. Goal orientation memiliki beberapa karakteristik yang juga dimiliki self efficacy. Dengan demikian, penulis berpendapat bahwa ada kemungkinan hubungan di antara keduanya. Aspek-aspek goal orientation yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspek-aspek yang digunakan dalam penelitian Ames dan Archer (1988). Self efficacy dan goal orientation pada guru Sekolah Minggu diukur dengan menggunakan Skala Teacher Efficacy (Woolfolk & Hoy, 1990) dan Skala Goal Orientation (Ames & Archer, 1988). Analisa instrumen menggunakan coefficient alpha dan corrected Hem correlation.
Analisis data menggunakan korelasi Pearson Product Moment untuk melihat hubungan antara self efficacy dengan goal orientation. Analisis hasil tambahan menggunakan Hotelling untuk melihat perbedaan correlated coefficient antara masingmasing korelasi, t-test untuk melihat signifikansi perbedaan task involved dengan ego involved, cmova one way untuk mengetahui perbedaan self efficacy dan goal orientation pada guru dengan tingkat pendidikan berbeda, dan F test untuk melihat signifikansi perbedaannya. Proses perhitungan semua dilakukan oleh SPSS for Windows 6.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara self efficacy dan orientasi task involved pada guru Sekolah Minggu. Hasil penelitian juga menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara self efficacy dengan orientasi ego involved pada guru Sekolah Minggu. Terdapat juga hubungan yang positif dan signifikan antara orientasi task involved dengan orientasi ego involved pada guru Sekolah Minggu. Melalui t-test diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara orientasi task involved dengan orientasi ego involved. Orientasi task involved menunjukkan skor rata-rata yang lebih baik. Melalui t-test Hotelling untuk correlated coefficient diketahui bahwa korelasi self efficacy dengan task involved tidak signifikan menunjukkan hubungan yang lebih kuat dari pada korelasi self efficacy dengan ego involved. Melalui anova one way dan F test diketahui bahwa guru dengan tingkat pendidikan terakhir sarjana memiliki tingkat self efficacy dan ego involved yang lebih tinggi secara signifikan.
Disarankan dalam penelitian lanjutan terhadap self efficacy dan goal orientation, pencarian kecenderungan goal orientation pada individu dengan tingkat self efficacy tertentu mendapat perhatian khusus. Selain itu perlu dilakukan analisis mendalam baik secara kualitatif maupun kuantitatif untuk mengetahui adanya kemungkinan pengaruh self efficacy terhadap goal orientation yang mengakibatkan terjadinya hubungan di antara keduanya. Kemudian yang perlu dilakukan adalah untuk meneliti kemungkinan korelasi negatif dan signifikan antara usia dan lama mengajar dengan orientasi task involved. Hal lain yang perlu dilakukan adalah penelitian tentang faktor-faktor pembentuk self efficacy dan hubungannya dengan goal orientation."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3016
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusta Gunawan
"Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model optimasi untuk alokasi lahan DAS optimal dalam aspeks debit banjir, debit andalan, erosi, produktivitas, pendapatan dan ketenagakerjaan. Model optimasi dikembangkan menggunakan goal programming yang terintegrasi dengan proses hirarki analisis (AHP) dan sistem informasi geografis (GIS). Fungsi tujuan ditetapkan untuk meminimalkan penyimpangan atau deviasi dari tujuan pengelolaan DAS yaitu: pengendalian banjir dalam periode ulang seratus tahun, debit untuk memenuhi permintaan domestik, perkotaan, industri dan irigasi untuk tiga puluh tahun yang akan datang, tingkat erosi dengan harkat tingkat bahaya erosi sedang, produktivitas pertanian berdasarkan evaluasi lahan kelas agak sesuai (S-2), pendapatan petani sesuai dengan upah minimum regional dan menciptakan lapangan pekerjaan untuk pekerja pertanian potensial yang ada di DAS. Prioritas pada fungsi tujuan ditentukan dengan teknik pembobotan menggunakan proses hirarki analitik. Variabel keputusan adalah hutan (X1), perkebunan (X2), lading/tegalan (X3), kebun campuran (X4), sawah (X5), semak (X6) dan permukiman (X7). Beberapa fungsi kendala tujuan terorganisir menjadi beberapa sub-model. Beberapa sub model tersebut ditentukan dengan menggunakan GIS seperti erosi, dan debit. Kendala fungsional adalah alokasi lahan untuk variabel keputusan tidak boleh melebihi lahan yang tersedia di DAS. Hasil uji model di DAS Manjunto, Provinsi Bengkulu-Indonesia, menunjukkan bahwa model optimasi yang dikembangkan berhasil menentukan alokasi lahan optimal dalam skala DAS ditinjau dari aspek debit banjir periode ulang 100 tahun, debit andalan untuk rumah tangga, industry, perkotaan (RIK) dan irigasi, erosi, produktivitas, pendapatan dan ketenagakerjaan. Namun beberapa kelemahan dari model ini seperti akurasi yang masih rendah perlu disempurnakan dalam penelitian lebih lanjut.

This study aims to develop an optimization model for land allocation in terms of discharge, erosion, productivity, income and employment aspects. The optimization model was developed using goal programming integrated with analytic hierarchy process and geographic information system. Objective function was set to minimize the deviation of goals watershed management namely : flood controlling in one hundred year time period, discharge to fulfill the demand domestic, urban, industry and irrigation, erosion rate within medium range, agriculture productivity within medium level, income in compliance with the minimum standard and create jobs to potensial agriculture employment. Priority of objective function was determined by weight method using analytic hierarchy process. Decision variables are forest (X1), plantation (X2), dry land fields (X3), mixed farms (X4), rice fields (X5), shrub (X6) and settlements (X7). Some goal constraint functions organized into several sub-models. Some of sub models determined using GIS such as erosion, and discharge. Functional constraints are the land allocations for them should not exceed the available land on watershed area. The test results in Manjuto watershed on Bengkulu Province showed that the developed optimization model has been successfully determined the optimal allocation of land in a watershed in terms of discharge, erosion, productivity, income and employment aspects. However, low accuration of this model needs to be refined in further research."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
D1402
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>