Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152258 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andika Damayanti Kartikasari
"Latar Belakang: Tolok ukur baik tidaknya adaptasi tepi restorasi adalah tidak adanya kebocoran pada perbatasan restorasi dan gigi Restorasi resin komposit dapat menimbulkan kebocoran mikro akibat kontraksi saat polimerisasi sehingga terdapat celah antara dinding kavitas dengan resin komposit Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan tingkat kebocoran mikro dinding restorasi kelas I antara antara RK bulk fill dengan aktivasi sonik bulk fill tanpa aktivasi sonik dan inkremental
Metode: Kavitas kelas I dipreparasi pada dua puluh tujuh gigi premolar rahang atas kemudian dibagi menjadi tiga kelompok Kelompok pertama ditumpat dengan RK bulk fill dengan aktivasi sonik kelompok kedua dengan RK bulk fill tanpa aktivasi sonik dan kelompok ketiga dengan RK yang diletakkan secara inkremental Selanjutnya spesimen direndam dalam air distilasi selama 24 jam dan kemudian dilakukan uji thermocycling yang diikuti perendaman dalam biru metilen 1 selama 24 jam Gigi selanjutnya dibelah longitudinal dan dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop stereo pembesaran 12x dan dinilai dalam skala ordinal 0 4 Analisis statistik dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik di antara tiga kelompok Kesimpulan Tidak ada satupun dari kelompok RK bulk fill dengan aktivasi sonik bulk fill tanpa aktivasi sonik dan yang diletakkan secara inkremental yang dapat menghilangkan kebocoran mikro pada preparasi kavitas kelas I

Background: A good marginal adaptation of a restoration can be measured by the absence of microleakage at the interface area Resin composite undergo contraction during polymerization which may result in gap formation between the wall cavity and composite and resulting microleakage The purpose of this study is to analyze the microleakage of class I cavity preparations that were filled with sonic activated bulk fill resin composite bulk fill resin composite without sonic activation and composite that were filled incrementally
Methods: Standardized class I cavities were prepared on 27 extracted human upper premolars and randomly assigned to three groups The first group were filled with sonic activated bulk fill resin composite the second group were filled with bulk fill resin composite without sonic activation and the third group were filled incrementally The specimens were stored in distilled water for 24 hours and then subjected to thermocycling followed by immersion in 1 methylene blue dye for 24 hours The teeth were sectioned longitudinally and evaluated for microleakage under 12x magnification stereomicroscope and scored in ordinal scale 0 4 Statistical analysis was performed with the Kolmogorov Smirnov test
Results: There was no statistically significant difference among the three groups Conclusion None of the the techniques was capable of eliminating the microleakage in class I cavity preparations
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T32988
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Marsha Sri Rezeki
"Latar Belakang: Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan restorasi proksimal resin komposit adalah adaptasi yang rapat tepi restorasi dan dinding gingiva kavitas. Restorasi resin komposit akan mengalami kontraksi saat polimerisasi sehingga terdapat celah antara tepi restorasi dan kavitas. Celah ini dapat menimbulkan kebocoran mikro sehingga menyebabkan bakteri, cairan, molekul, dan ion masuk kedalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan tingkat kebocoran mikro dinding gingiva restorasi proksimal resin komposit nanohibrid antara teknik inkremental, bulk-fill yang diaktivasi sonik, dan tanpa aktivasi sonik.
Metode: Kavitas kelas II dipreparasi pada tiga puluh gigi premolar rahang atas dan bawah, kemudian dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama ditumpat dengan RK bulk-fill yang diaktivasi sonik, kelompok kedua dengan RK bulk-fill tanpa aktivasi sonik, dan kelompok ketiga dengan RK yang diletakkan secara inkremental. Selanjutnya spesimen direndam dalam air distilasi selama 24 jam dan kemudian dilakukan uji thermocycling, yang diikuti perendaman dalam metilen biru 1% selama 24 jam. Gigi selanjutnya dibelah longitudinal dan dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop stereo pembesaran 25x dan dinilai dalam skala ordinal (0-3). Analisis statistik dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik di antara tiga kelompok.
Kesimpulan: Tidak ada satupun dari kelompok RK bulk-fill yang diaktivasi sonik, bulk-fill tanpa aktivasi sonik dan yang diletakkan secara inkremental yang dapat menghilangkan kebocoran mikro pada dinding gingiva kavitas kelas II.
Kata kunci: kebocoran mikro, teknik peletakan resin komposit, kontraksi

Background One of the factor that determine the success of proximal composite restoration is a good marginal adaptation at the interface area Composite resin will undergo contraction during polimerization which may result gap formation between the wall cavity and restoration. The gap can cause a microleakage and resulting a passage for bacteria fluid molecules and ions The purpose of this study is to analize the microleakage of gingival wall nanohybrid composite restoration that filled using sonic activated bulk bulk without sonic activation and incremental techniques.
Methods Standardized class II cavities were prepared on 30 extracted human upper and lower human teeth and randomly assigned to three groups The first group were filled with sonicactivated bulk fill composite resin the second group were filled with bulk fill composite resin without sonic activation and the third group were filled incrementally. The specimens were stored in distilled water for 24 hours and then subjected to thermocycling followed by immersion in 1 methylene blue dye for 24 hours. The teeth were sectioned longitudinally and evaluated for microleakage under 25x magnification stereomicroscope and scored in ordinal scale 0 3 Statistical analysis was performed with the Kolmogorov Smirnov test.
Results There was no statistically significant difference among the three groups Conclusion None of the the techniques was capable of eliminating the microleakage on gingival wall cavity preparations.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mahardhika
"ABSTRAK
Kavitas kelas I sering ditemui pada permukaan gigi molar karena mempunyai bentuk anatomi pit dan fisur yang dalam sehingga sering menyebabkan sisa makanan tertinggal yang nantinya dapat menyebabkan karies gigi. Bahan restorasi yang sesuai untuk penumpatan kavitas kelas I adalah resin komposit. Namun resin komposit memiliki kelemahan yaitu mengalami penyusutan polimerisasi yang menyebabkan kebocoran tepi. Kavitas kelas I juga memiliki c-factor terbesar dibandingkan kavitas lainnya yang dapat menyebabkan kebocoran, sehingga untuk mengatasinya dapat menggunakan liner SIKMR serta teknik Bulk-fill dan inkremental oblik. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kebocoran tepi restorasi resin komposit teknik Bulk-fill dengan liner dan teknik inkremental dengan liner. Sebanyak 70 sampel dipreparasi dibagian bukal dengan ukuran 3 mm x 3 mm, terdiri dari 10 sampel kelompok Bulk-fill, 30 sampel kelompok Bulk-fill dengan liner SIKMR dan 30 sampel kelompok inkremental oblik. dengan liner SIKMR direndam dalam air destilasi selama 24 jam. Kemudian dilakukan Thermocycling 250x, suhu 5-550C dilanjutkan dengan aplikasi cat kuku dan rendam dalam metilen biru selama 24 jam. Sampel dibelah dalam arah buko-palatal dan dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop stereo kemudian hasilnya diuji statistik menggunakan uji Chi-Square. Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna diantara semua kelompok dengan nilai signifikansi p≤0,05. Inkremental oblik dengan liner menunjukkan tingkat kebocoran lebih rendah dibandingkan Bulk-fill dengan liner.

ABSTRACT
Cavity class I often found on the surface of the molars because they have the anatomical shape of pits and fissures are deep that often cause food scraps left behind which can later lead to dental caries. Restorative material suitable for cavities penumpatan class I is the composite resin. However, a drawback of composite resin namely polymerization shrinkage which causes microleakage. Cavity class I also have a c-factor compared to most other cavity which can cause leaks, so to overcome SIKMR can use the liner as well as bulk-fill technique and incremental oblique. The purpose of this study was to analyze the microleakage of composite resin restorations Bulk-fill technique and oblique incremental techniques with liner. A total of 70 samples were prepared on the buccal with the size of 3 mm x 3 mm, consisting of 10 groups of Bulk-fill samples, 30 samples of Bulk-fill groups with liner SIKMR and oblique incremental groups of 30 samples. with liner SIKMR soaked in distilled water for 24 hours. Then do the Thermocycling 250X, 5-550 C temperature followed by application of nail polish and soak in methylene blue for 24 h. Samples were cleaved in buko-palatal direction and made observations using a stereo microscope and the result was tested statistically using Chi-Square. Statistical analysis showed significant differences among all groups with significant value p≤0,05. Incremental oblique with liner show a lower leakage rate than the Bulk-fill with liner."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mahardhika
"[ABSTRAK
Kavitas kelas I sering ditemui pada permukaan gigi molar karena mempunyai bentuk anatomi pit dan fisur yang dalam sehingga sering menyebabkan sisa makanan tertinggal yang nantinya dapat menyebabkan karies gigi. Bahan restorasi yang sesuai untuk penumpatan kavitas kelas I adalah resin komposit. Namun resin komposit memiliki kelemahan yaitu mengalami penyusutan polimerisasi yang menyebabkan kebocoran tepi. Kavitas kelas I juga memiliki c-factor terbesar dibandingkan kavitas lainnya yang dapat menyebabkan kebocoran, sehingga untuk mengatasinya dapat menggunakan liner SIKMR serta teknik Bulk-fill dan inkremental oblik. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kebocoran tepi restorasi resin komposit teknik Bulk-fill dengan liner dan teknik inkremental dengan liner. Sebanyak 70 sampel dipreparasi dibagian bukal dengan ukuran 3 mm x 3 mm, terdiri dari 10 sampel kelompok Bulk-fill, 30 sampel kelompok Bulk-fill dengan liner SIKMR dan 30 sampel kelompok inkremental oblik. dengan liner SIKMR direndam dalam air destilasi selama 24 jam. Kemudian dilakukan Thermocycling 250x, suhu 5-550C dilanjutkan dengan aplikasi cat kuku dan rendam dalam metilen biru selama 24 jam. Sampel dibelah dalam arah buko-palatal dan dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop stereo kemudian hasilnya diuji statistik menggunakan uji Chi-Square. Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna diantara semua kelompok dengan nilai signifikansi p≤0,05. Inkremental oblik dengan liner menunjukkan tingkat kebocoran lebih rendah dibandingkan Bulk-fill dengan liner.

ABSTRACT
Cavity class I often found on the surface of the molars because they have the anatomical shape of pits and fissures are deep that often cause food scraps left behind which can later lead to dental caries. Restorative material suitable for cavities penumpatan class I is the composite resin. However, a drawback of composite resin namely polymerization shrinkage which causes microleakage. Cavity class I also have a c-factor compared to most other cavity which can cause leaks, so to overcome SIKMR can use the liner as well as bulk-fill technique and incremental oblique. The purpose of this study was to analyze the microleakage of composite resin restorations Bulk-fill technique and oblique incremental techniques with liner. A total of 70 samples were prepared on the buccal with the size of 3 mm x 3 mm, consisting of 10 groups of Bulk-fill samples, 30 samples of Bulk-fill groups with liner SIKMR and oblique incremental groups of 30 samples. with liner SIKMR soaked in distilled water for 24 hours. Then do the Thermocycling 250X, 5-550 C temperature followed by application of nail polish and soak in methylene blue for 24 h. Samples were cleaved in buko-palatal direction and made observations using a stereo microscope and the result was tested statistically using Chi-Square. Statistical analysis showed significant differences among all groups with significant value p≤0,05. Incremental oblique with liner show a lower leakage rate than the Bulk-fill with liner., Abstract: Cavity class I often found on the surface of the molars because they have the anatomical shape of pits and fissures are deep that often cause food scraps left behind which can later lead to dental caries. Restorative material suitable for cavities penumpatan class I is the composite resin. However, a drawback of composite resin namely polymerization shrinkage which causes microleakage. Cavity class I also have a c-factor compared to most other cavity which can cause leaks, so to overcome SIKMR can use the liner as well as bulk-fill technique and incremental oblique. The purpose of this study was to analyze the microleakage of composite resin restorations Bulk-fill technique and oblique incremental techniques with liner. A total of 70 samples were prepared on the buccal with the size of 3 mm x 3 mm, consisting of 10 groups of Bulk-fill samples, 30 samples of Bulk-fill groups with liner SIKMR and oblique incremental groups of 30 samples. with liner SIKMR soaked in distilled water for 24 hours. Then do the Thermocycling 250X, 5-550 C temperature followed by application of nail polish and soak in methylene blue for 24 h. Samples were cleaved in buko-palatal direction and made observations using a stereo microscope and the result was tested statistically using Chi-Square. Statistical analysis showed significant differences among all groups with significant value p≤0,05. Incremental oblique with liner show a lower leakage rate than the Bulk-fill with liner.]"
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anjanette Pinasthika Alexander
"Resin komposit Bulk-Fill merupakan material yang dapat merestorasi kavitas dengan kedalaman 4-5 mm dalam satu kali penyinaran. Polimerisasi resin komposit dipengaruhi oleh durasi penyinaran dan metode penyinaran Light Curing Unit. Polimerisasi adekuat diperlukan untuk mendapatkan kekerasan permukaan dan Depth of Cure yang optimal. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kekerasan permukaan dan Depth of Cure resin komposit Bulk-Fill yang disinar menggunakan Light Curing Unit penyinaran pulsa selama 5, 10, dan 20 detik. Spesimen berjumlah 30 buah dibagi berdasarkan kelompok perlakuan yaitu kelompok durasi penyinaran (5, 10, dan 20 detik) dan penyinaran (pulsa dan kontinu). Spesimen berdiameter 6 mm dan tebal 4 mm diuji menggunakan Knoop Microhardness Tester dengan beban indentasi 50 g selama 10 detik pada 5 titik berbeda. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kekerasan permukaan yang disinar dengan Light Curing Unit penyinaran pulsa dan kontinu seiring pemanjangan durasi penyinaran. Terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) pada kekerasan permukaan di kelompok durasi penyinaran. Pada nilai depth of cure dengan kedua Light Curing Unit tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05). Sehingga disimpulkan, penyinaran pulsa Light Curing Unit selama 5, 10, dan 20 detik pada resin komposit Bulk-Fill mengalami peningkatan kekerasan permukaan yang signifikan dan penggunaan dua metode penyinaran sama baik pada nilai depth of cure.

Bulk-Fill composite resin have been introduced with the purpose of time savings. It can be placed in a 4-5 mm thickness bulks to be photo-cured in one step. Polymerization of composite resins affected by the irradiation time and mode. Adequate polymerization is needed to obtain optimal surface hardness and Depth of Cure. This study aimed to evaluate the influence of different exposure time with pulse-lighting mode on Bulk-Fill composite resin surface microhardness and Depth of Cure. Thirty specimens divided into 3 groups of exposure time (5, 10, and 20 sec) and 2 groups of irradiation mode (pulse and continuous), 6 mm in diameter and 4 mm in thick were prepared. Each specimen was measured using Knoop Microhardness Tester at each surface. The result showed that irradiation of Bulk-Fill composite resin with pulse-lighting mode curing unit for 5, 10, and 20 seconds experienced a significant increase in surface hardness. The depth of cure values shows no significant difference among different irradiation mode. It was concluded that that Bulk-Fill composite resin irradiated at longer exposure time exhibited significantly higher surface microhardness than those irradiated at shorter time. Meanwhile, there was no significant difference between two different irradiation mode for depth of cure."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Kusumawardani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh durasi penyinaran dengan LED terhadap kebocoran tepi mikro restorasi resin komposit bulk-fill. Tiga puluh gigi premolar dipreparasi pada permukaan oklusal dengan panjang 4 mm, lebar 3 mm, dan kedalaman 4 mm yang disesuaikan dengan anatomi masing-masing gigi. Spesimen dibagi menjadi tiga kelompok secara acak berdasarkan durasi penyinaran 10 detik, 20 detik, dan 30 detik. Pengukuran kebocoran tepi mikro dilakukan menggunakan metode penetrasi zat warna, larutan methylene blue 1. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji statistik Kruskal-Wallis. Hasil analisis tidak menunjukan perbedaan bermakna p>0,05 pada semua kelompok. Durasi penyinaran tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kebocoran tepi mikro restorasi resin komposit bulk-fill.

This aims to evaluate the influence of different exposure time on its microleakage. Cavity preparation was perfomed on the occlusal side of thirty human premolar teeth with 4 mm length, 3 mm width, and 4 mm depth. Specimen were randomly divide into three groups according to exposure times 10s, 20s, and 30s. The microleakage was measured using 1 methylene blue. Data were statistically analyzed by Kruskal Wallis. The result showed insignificant differences in all groups p 0,05. Exposure times was not significantly affected the microleakage of bulk fill composite resin restoration. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talia Andam Sadikin
"Latar Belakang: Restorasi resin komposit masih memiliki kekurangan, yaitu terjadinya kebocoran mikro akibat kontraksi saat polimerisasi sehingga dapat menyebabkan kegagalan restorasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan tingkat kebocoran mikro dinding restorasi kelas I antara RK packable (RP) dan RK flowable dengan kandungan filer tinggi (RF).
Metode: Kavitas kelas I dipreparasi pada tiga puluh dua gigi premolar kemudian dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama ditumpat dengan RP, kelompok kedua dengan RF, keduanya ditumpat secara inkremental. Selanjutnya spesimen dilakukan uji thermocycling dan diikuti perendaman dalam biru metilen 1% selama 24 jam. Gigi kemudian dibelah bukolingual dan diamati menggunakan mikroskop stereo pembesaran 14x dan dinilai dalam skala ordinal (0-4). Analisis statistik dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara Kelompok RP dan RF (p=0,699).
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kebocoran mikro menggunakan RP maupun RF yang ditumpat secara inkremental. Namun secara substansi, RF menunjukkan kebocoran mikro lebih sedikit dibandingkan dengan RP.

Background: Composite resins undergo contraction during polymerization which may result in microleakage and leads to restoration failure. The purpose of this study is to analyze the microleakage of Class I restorations that were filled with packable composite (RP) and high filler flowable composite (RF) incrementally.
Methods: Standardized Class-I cavities were prepared on 32 extracted human premolars and randomly assigned into two groups. The first group were filled with RP and the second group were filled with RF. The specimens were subjected to thermocycling, followed by immersion in 1% methylene blue dye for 24 hours. The teeth were sectioned bucco-ligually and evaluated for microleakage under 14x magnification stereomicroscope and scored in ordinal scale (0-4). Statistical analysis was performed with the Kolmogorov-Smirnov test.
Results: There was no significant difference between group RP and RF (p=0.699).
Conclusion: There is no significance difference between microleakage by RP and RF. But substantially, RF provided less microleakage than RP.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Reaksi transesterifikasi trigliserida dengan metanol menghasilkan meti
ester dari asam Iemaknya memerlukan bantuan katalis agar reaksinya
berjalan Iebih cepat, mengoptimalkan penggunaan metanol, dan memiliki
persen konversi yang tir1ggi_ Katalis yang paling mudah dipisahkan dari
produk setelah akhir reaksi adalah katalis hetroger1_ Pada penelitian ini,
katalis IV|g-AI hidrotalsit dengan perbandingan mol IV|g/AI divariasikan 2 - 5,
diujikan pada reaksi heterogen katalisis minyakjarak dengan metar1o|_
Perbandingan antara mol minyak dengan mol metanol adalah 1 1 4,5 dengan
mencampurkan 80% metanol dari perbandingan tersebut pada avval reaksi_
\/\/aktu reaksi divariasikan 1 - 6 jam, setetah gliserol dipisahkan dari metil
ester, metil ester kemudian direaksikan kembali dengan 20% metanol dari
perbandingan selama 1 jam dengan mengambil hasil reaksi setiap 15 menit
Suhu reaksi dijaga antara 60°C - 65° C. Hasil persen konversi optimum yaitu
94_17%, diperoleh pada reaksi dengan bantuan katalis IV|g-AI hidrotalsit
dengan perbandingan mol IV|g/AI = 4 dan vvaktu reaksi selama 5 jam
ditambah 1 jam reaksi"
Universitas Indonesia, 2007
S30409
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariani Hidayah
"Tujuan dari penelitian ini adalah mencari kondisi optimum untuk menghasilkan homopolimer emulsi etil akrilat (PEA) dengan ukuran partikel berkisar 100 nm dengan distribusi ukuran partikel yang monodispers dan persen konversi yang tinggi. Optimasi PEA dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi surfaktan sodium lauryl sulfate (SLS) yaitu 0,5 CMC, 1 CMC, 3 CMC dan 5 CMC, dan variasi teknik polimerisasi yaitu semikontinu, batch, shot 10%, dan seeding 10%. Konsentrasi monomer etil akrilat (EA) dan inisiator ammonium persulfat (APS) dibuat konstan, yaitu konsentrasi EA sebesar 18,38% dari total berat bahan, dan konsentrasi APS sebesar 3% dari total berat monomer yang digunakan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum berupa ukuran partikel sebesar 120,5 nm dengan distribusi ukuran partikel yang monodispers (PDI 0,053) dan persen konversi yang tinggi (93,3%) pada konsentrasi 5 CMC SLS dengan teknik semikontinu. Data spektrum IR dan suhu transisi gelas memperkuat bukti telah terjadi polimerisasi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30419
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Suswanti
"Ukuran partikel merupakan salah satu faktor yang menentukan sifat polimer emusi. Untuk aplikasi coating, polimer dengan ukuran partikel 200-300 nm dan monodisperse merupakan material yang menjanjikan untuk kreasi efek warna opal. Pada penelitian ini dilakukan polimerisasi emulsi core shell metil metakrilat-butil akrilat yang bertujuan untuk mempelajari pengaruh variasi pengikat silang glisidil metakrilat (GMA) dan variasi teknik polimerisasi terhadap ukuran partikel dan indeks polidispersitas. Variasi teknik polimerisasi yang dilakukan adalah variasi teknik penambahan insiator kedua yaitu secara shot dan kontinu dan suhu aging akhir yaitu 800C dan 1000C.
Variasi GMA yang dilakukan yaitu tanpa GMA, GMA 6% bersama preemusi shell, dan GMA 3% sebelum pre-emulsi shell. Polimer yang dihasilkan kemudian ditentukan solid content, indeks viskositas, ukuran dan distribusi ukuran partikel, suhu transisi gelas (Tg), dan spektrum infra merah. Kondisi optimum yang diperoleh adalah polimerisasi MMA-BA tanpa penambahan GMA, dengan teknik penambahan inisiator kedua secara kontinu, dan suhu aging akhir 800C. Teknik ini menghasilkan ukuran partikel 149 nm, persen konversi 97,06% dan bersifat monodispers."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30369
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>