Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170051 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Nastiti Iswarawanti
"Peningkatan kompetensi kader dalam penyuluhan gizi sudah banyak dilakukan, namun studi pengembangan model pelatihan dengan menggunakan alat yang sistematis dan ilmiah masih sangat terbatas. Karena itu perlu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengkaji dampak pelatihan yang dikembangkan dengan alat yang sistematis dan ilmiah terhadap kompetensi kognitif, afektif dan psikimotor kader dalam mengkomunikasikan MP-ASI kepada pengasuh anak 6-24 bulan. Studi ini terdiri dari 2 fase. Fase 1 adalah fase formatif dimana materi pelatihan seperti misalnya buku pegangan pelatih, buku peserta/kader, buku latihan, brosur yang dapat dibawa pulang, poster dan video dikembangkan dengan menggunakan elemen model Kemp. Fase ke dua studi menggunakan rancangan penelitian tidak setara dengan menggunakan pra-paska intervensi dengan menggunakan kelompok pembanding (non- equivalent pre-post test control group). Studi dilakukan di Kota Bekasi, dengan jumlah subyek 70 kader di kelompok intervensi yang menerima pelatihan 3 hari dan 68 kader di kelompok pembanding yang menerima seminar setengah hari. Training model yang telah dikembangkan terbukti efektif meningkatkan kompetensi kader dalam mengkomunikasikan MP-ASI yang tepat dan aman kepada pengasuh.

Improving cadres competency in nutrition advice through training is well known. However, there is limited information on training model development which use a systematic and scientific tool. This study's objective is to assess the effect of training on cognitive, affective and psychomotor competencies of cadres in communicating safe complementary feeding to caregivers of children 6-24 months of age. This study consisted of 2 phases. Phase 1 was the formative phase during which training materials such as trainer's handbook, participant's handbook, workbook, booklet, take-home brochure, posters and videos were developed using Kemp's model intructional design. Phase 2 was the intervention phase using training material developed in phase 1. The non-equivalent pre-post test control group design was used in the second phase of the study. The study was conducted in Bekasi municipality; with sample of 70 cadres in the intervention and 68 cadres in the comparison groups. The intervention group received a 3-day training, while the comparison group received a half day seminar. The developed training model using the Kemp's elements as the instructional design was proven to be effective in improving the competencies of the cadres in communicating safe complementary feeding to caregivers."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000
613.33 IND m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Sagung Indriani Oka
"Suatu intervensi edukasi bagi kader Posyandu di kotamadya Bekasi yang diberikan dua tahun lalu terbukti meningkatkan kemampuan komunikasi kader tentang Pemberian Makan Pendamping ASI yang aman. Karena itu sangat menarik untuk mengetahui pengetahuan dan praktek pengasuh pada pemberian makan bayi dan anak usia 0-23 bulan di daerah tersebut. i. Penelitian potong lintang telah dilakukan di dua kelurahan di kotamadya Bekasi. Data mengenai pengetahuan dan praktek pemberian makan bayi dan anak dikumpulkan dari 636 pengasuh dan anak usia 0-23 bulan. Penelitian ini menemukan di Bekasi terdapat 76.9% pengasuh yang memiliki pengetahuan yang benar dan 32% memiliki praktik pemberian makan bayi dan anak yang baik. Level pendidikan ayah, ibu dan pengasuh non-ibu, serta status pekerjaan ibu terbukti berhubungan dengan pengetahuan pengasuh yang benar. Faktor yang berpengaruh terhadap praktik pemberian makan bayi dan anak pada pengasuh adalah pengetahuan pengasuh dan usia anak. Informasi mengenai pemberian makan bayi dan anak sebaiknya diberikan secara teratur dan terus menerus serta tidak hanya membidik pengasuh tapi juga anggota keluarga lainnya. Pelatihan kepada kader Posyandu juga sebaiknya disesuaikan dengan rekomendasi WHO yang terbaru.

The implementation of IYCF key actions and intervention in Indonesia was categorized in a poor situation. It is interesting to assess the knowledge and practices of caregivers on infant and young child feeding (IYCF) to children age 0-23 months in Bekasi municipality which couple years ago their posyandu cadres received education intervention and showed improvement on communication about safe complementary feeding competencies. A cross-sectional survey was conducted in in selected areas/villages of Bekasi. Information on IYCF knowledge and practices were collected from 636 children age 0-23 months and caregivers. It was found that 76.9% caregivers had good IYCF knowledge and 32% had appropriate practices. Fathers, mothers, Non-Maternal Caregivers? education level and also employment status were associated with good knowledge. Message delivery on the IYCF recommendation should be given regularly, frequently and targeted not only to caregivers but also other influencing family member. There is also a need to ensure the cadres receive comprehensive training of the latest WHO recommendation."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rustam S.
"Tesis ini bertujuan mengevaluasi proses pelaksanaan kegiatan Program Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI ). Jenis penelitian ini dengan menggunakan penelitian evaluasi. Tehnik pengambilan sampel untuk informan dengan menggunakan tehnik purposive Sampling. Lokasi penelitian di Puskesmas Konda kabupaten Konawe Selatan Propinsi Sulawesi Tenggara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari aspek input mengenai buku petunjuk pelaksanaan program pemberian MP-ASI Kecamatan Konda pada belum tersosialisasikan dengan baik,sarana dan prasarana belum tersedia, minimnya dana yang disediakan oleh pemerintah. Dari aspek proses penyimpanan, pengangkutan, pendistribusian, dan pemberian ke sasaran belum dilaksanakan sesuai yang ada dalam buku petunjuk.

This thesis aims to evaluate the implementation1 of program activities Complementary Feeding Mother's Milk (MP-ASI). This type of research using evaluation research. Sampling techniques to informants by using purposive sampling techniques. Research sites in the district health center Konawe Konda South Sulawesi Province.
The results showed that from the aspect of user input regarding the implementation of a program of MP-ASI Konda district in principle have not been socialized properly, infrastructure is not yet available, the lack of funding provided by the government. From the aspect of the storage, transportation, distribution, and administration to targets have not been implemented according to the user.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T30723
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Duma Octavia Fransisca
"Pendahuluan. Anak perawakan pendek mempengaruhi sekitar sepertiga dari anak-anak balita di negara berkembang dan berhubungan dengan kesehatan dan pembangunan yang buruk. Golden 2009 mengusulkan bahwa anak perawakan pendek mungkin perlu MP-ASI densitas gizi lebih tinggi dibandingkan dengan anak normal untuk mengejar pertumbuhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh MP-ASI densitas standard SND-CF dan lebih tinggi HND-CF yang dikembangkan dari Rekomendasi MP-ASI dioptimalkan dan makanan fortifikasi pada pertumbuhan anak perawakan pendek berusia 12-23 bulan dibandingkan dengan kontrol.
Metodologi. Sebuah percobaan terkontrol berbasis masyarakat, acak-ganda-buta, dilakukan di antara anak perawakan pendek berusia 12-23 mo. Penelitian ini terdiri dari dua tahap: Tahap I untuk mengembangkan Rekomedasi MPASI dioptimalisasi menggunakan pendekatan program linear LP dan merumuskan tingkat densitas gizi yang berbeda dari MP-ASI. Tahap II, intervensi 6 bulan dengan 3 kelompok intervensi a HND-CF menerima Rekomendasi MP-ASI dioptimalisasi dan biskuit fortifikasi lebih tinggi, b SND-CF menerima Rekomendasi MP-ASI dioptimalisasi dan biskuit fortifikasi standar dan c ND-CF menerima Rekomendasi MP-ASI dioptimalisasi dan biskuit tidak difortifikasi/kontrol. Panjang badan dan berat badan diukur setiap bulan. Konsumsi biskuit dicatat pada kunjungan mingguan.
Hasil. Survei pola makan menunjukkan bahwa niasin diidentifikasi sebagai zat gizi masalah sebagian dan tujuh nutrisi tidak bisa mencapai 65 kebutuhan diet. Ada peningkatan proporsi anak yang memenuhi frekuensi konsumsi makanan padat gizi mingguan yang direkomendasi oleh Rekomendasi MP-ASI, seperti makanan fortifikasi, buah semua kelompok, hati ayam SND-CF dan HND-CF dan ikan teri ND-CF. Energi, protein, vit B1, intake B6 meningkat pada semua kelompok. Kelompok HND-CF cenderung memiliki episode yang lebih tinggi dan durasi diare dan demam. Studi ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada pertambahan panjang dan LAZ antara kelompok intervensi setelah disesuaikan untuk faktor perancu. Dibandingkan dengan ND-CF, ukuran efek pada pertambahan panjang -0,39 dan -0,39 untuk HND-CF dan SND-CF, masing-masing. Tidak ada pertambahan yang nyata pada berat badan, WAZ dan WHZ antara kelompok intervensi antara HND-CF dibandingkan dengan SND-CF dan kontrol. Tapi ada tren bahwa SND-CF memiliki pertambahan WAZ lebih besar. Dalam semua kelompok ada 8,5 ND-CF, 8,7 SND-CF dan 11,1 HND-CF anak perawakan pendek menjadi normal setelah intervensi 6-mo.
Kesimpulan dan Rekomendasi. Data kami menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata dari MP-ASI densitas lebih tinggi pada pertumbuhan anak perawakan pendek dibandingkan dengan SND-CF dan ND-CF. Studi lebih lanjut harus menyelidiki efek MP-ASI dioptimalisasi dengan kecukupan gizi dirancang pada Estimated Average Requiement EAR dibandingkan dengan Rekomendasi MP-ASI dioptimalisasi dengan makanan fortifikasi. Program fortifikasi harus dirancang setelah mengidentifikasi kesenjangan zat gizi antara kebutuhan dan asupan gizi dioptimalkan.

Introduction. Stunting affects about one third of children underfive in developing countries and is associated with poor health and development. Golden 2009 proposed that stunted children may need higher nutrient density diets as compared to normal children to catch up their growth. The purpose of this study is to investigate the effect of Standard SND CF and higher HND CF nutrient density complementary food diets developed from optimized complementary feeding recommendation CFR and fortified foods. on growth of stunted children aged 12 23 month compare to control.
Methodology. A community based, double blind randomized, controlled trial was conducted among stunted children aged 12 23 mo. This study consisted of two phases Phase I to develop optimized CFR using linear programming LP approach and to formulate different nutrient density level of CF. Phase II, 6 month intervention with 3 intervention groups a HND CF received optimized CFR and higher fortified biscuit, b SND CF received optimized CFR and standard fortified biscuit and c ND CF received optimized CFR and unfortified biscuit control. Body length and weight were measured every month. Biscuit consumption was recorded on weekly visit.
Results. Dietary survey shows that niacin was identified as partial problem nutrient and seven nutrients could not achieve 65 dietary requirements. There were improvement on proportion of children meeting the recommended weekly frequency of promoted nutrient dense foods such as fortified foods, fruits all groups, chicken liver SND CF and HND CF groups and anchovy ND CF group. Energy, protein, vit B1, B6 intakes increased in all groups. HND CF group tend to have higher episode and duration of diarrhea and fever. Findings show there were no significant differences on length gain and LAZ gain between intervention groups after adjusting for covariates. Compared to ND CF, effect size on length gain were 0.39 and 0.39 for HND CF and SND CF, respectively. There was no significant weight gain, WAZ gain and WHZ between intervention groups between the HND CF as compared to SND CF and control. But there is a trend that SND CF has better WAZ gain. In all groups there were 8.5 ND CF, 8.7 SND CF and 11.1 HND stunted children became non stunted normal after 6 mo intervention.
Conclusion and Recommendation. Our data shows that there is no significant difference of higher nutrient density CF on the growth of stunted children as compared to SND CF and ND CF. Further study should investigate the effect of optimized CFR with nutrient adequacies designed at Estimated Average Requirement level in comparison to optimized CFR with fortified food. Fortification program should be designed after identifying nutrient gaps between the requirements and optimized intakes.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Tasya Ayuputri
"Makanan Pedamping Air Susu Ibu (MP-ASI) merupakan hal penting untuk diberikan pada bayi usia 6 bulan demi tercapainya tumbuh -kembang yang optimal. Pemberian MP-ASI yang tidak tepat waktu sesuai dengan usia bayi menjadi ixmpath al bahwa Ibu telah gagal memberikan ASI eksklusif. Hal tersebut dapat dipengaruhi karena kurangnya informasi yang Ibu dapatkan mengenai risiko dari pemberian MP-ASI dini. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI (MPASI) dini dengan ketepatan waktu dalam pemberian MP-ASI di Desa Karangraharja, Cikarang Utara. Metode yang digunakan ialah cross sectional dengan ixmpath consecutive sampling. Penelitian ini melibatkan 107 responden Ibu sebagai sampel. Kuesioner yang digunakan mengukur tingkat pengetahuan tentang MP-ASI dini dan ketepatan waktu dalam pemberian MP-ASI. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas Ibu memiliki pengetahuan yang baik mengenai MP-ASI dini (60,7%) dan memberikan MP-ASI tepat waktu pada (71%). Hasil uji chi square didapatkan adanya hubungan tingkat pengetahuan Ibu tentang MP-ASI dini dengan ketepatan waktu dalam pemberian MP-ASI di Desa Karangraharja (pValue <0,05). Hasil penelitian ini merekomendasikan untuk tetap meningkatkan pelayanan keperawatan dan kesehatan di berbagai wilayah.

Complementary foods are important things to be given to babies aged 6 months in order to achieve optimal growth and development. The provision of complementary foods that is not timely according to the baby’s age is an indicator that the mother has failed to give exclusive breastfeeding. This can be influenced due to the lack of information that mothers get about the risks of giving early complementary foods. The aim of this study was to determine the relation between the mother’s level of knowledge about complementary feeding and the timeliness of giving complementary foods in Karangraharja Village, North Cikarang. The method used is cross sectional with consecutive sampling technique. This study involved 107 mothers as samples. The questionnaire used to measure the level of knowledge about early complementary feeding and timeliness in giving complementary foods. The results showed that the majority of mothers had good knowledge of early complementary foods with a percentage of 60.7% and gave complementary foods on time to their babies with a percentage of 71%. The conclusion obtained that there is relation between the mother’s level of knowledge about early CF with timeliness in giving complementary feeding in Karangraharja Village (pValue <0,05). The results of this study recommend to continue to improve nursing and health services in various regions"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brilliant Putri Kusuma Astuti
"MPASI merupakan sumber nutrisi utama bagi balita, khususnya bayi yang berusia 6-24 bulan. Pemberian MPASI yang tepat memiliki peran krusial dalam mempertahankan status nutrisi anak. Namun, masih banyak ibu yang belum mengetahui tentang tata cara pemberian MPASI yang tepat. Pengetahuan ibu mengenai pemberian MPASI dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah faktor sosiodemografi. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini akan dianalisis hubungan antara faktor sosiodemografi dengan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu tentang MPASI.
Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan data primer yang diperoleh melalui kuesioner dan data sekunder dari penelitian utama berjudul ?Longitudinal study on the effect of multiple micro-nutrient supplementation on haemoglobin level of 8 to 22 month old Indonesian children.?
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 86 subjek (64,7%) memiliki tingkat pengetahuan tentang MPASI yang baik, 71 subjek (53,4%) memiliki sikap pemberian MPASI yang positif, dan 68 subjek (51,1%) memiliki perilaku pemberian MPASI yang kurang baik. Karakteristik ibu berdasarkan sebaran sosiodemografi adalah sebagai berikut: 58 subjek (43,6%) berusia di atas 30 tahun; 81 subjek (60,9%) memiliki tingkat pendidikan menengah; 117 subjek (88%) tidak bekerja/Ibu Rumah Tangga (IRT); 88 subjek (66,2%) memiliki status ekonomi di atas garis kemiskinan; dan 99 subjek (73,4%) memiliki bentuk keluarga inti.
Dari uji hipotesis Chi-square, diperoleh bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang MPASI (p=0,02). Namun, tidak ditemukan hubungan yang bermakna secara statistika antara faktor sosiodemografi lainnya dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu tentang MPASI.

Complementary feeding is the main nutrients supply for kids, especially in children aged 6 to 24 months. Correct provision of complementary feeding has crucial role in maintaining child nutritional status. However, there are lots of mothers with inadequate knowledge about complementary feeding. Mother's knowledge regarding complementary feeding is affected by various factors, such as sosiodemographic factors. Therefore, this study was determined to analyze the association between sociodemographic factors and the level of mother's knowledge, attitude, and behaviour regarding complementary feeding.
This study is a cross-sectional study, using primary data from questionnaire and secondary data from a primary research entitled ?Longitudinal study on the effect of multiple micro-nutrient supplementation on haemoglobin level of 8 to 22 month old Indonesian children.?
This study shows that 86 subjects (64,7%) had good knowledge about complementary feeding, 71 subjects (53,4%) had positive attitude regarding complementary feeding, and 68 subjects (51,1%) had mediocre behaviour regarding complementary feeding. Characteristics of subjects by sociodemographic factors were as follows: 58 subjects (43,6%) aged above 30 years old; 81 subjects (60,9%) had intermediate level of education; 117 subjects (88%) were housewifes; 88 subjects (66,2%) had economical status below poverty line; dan 99 subjetcs (73,4%) were classified as nuclear family.
Through Chi-Square test: there was significant association between mother's education and the knowlegde about complementary feeding (p=0,02). On the other hand, there were no significant association between any other sociodemographic factors and the level of mother's knowledge, attitude, and behaviour regarding complementary feeding.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Andriani
"Malnutrisi sejak pembuahan hingga usia 2 tahun dapat menimbulkan gangguan otak, yang memengaruhi kemampuan kognitif, kesehatan fisik dan produktivitas anak di masa depan. Pada bayi malnutrisi umumnya disebabkan kesalahan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI). Peran Dokter terutama dokter spesialis anak untuk memberikan edukasi kepada ibu mengenai praktik pemberian MPASI yang benar sangat diperlukan. Perlu modul edukasi yang dapat digunakan untuk memberikan konseling kepada ibu.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian mixed method dengan model eksploratori sekuensial yang terdiri atas tiga tahap penelitian. Tahap pertama studi kualitatif untuk penyusunan modul ABC-MPASI, diikuti dengan studi kuantitatif tahap I dan II. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2019–Juli 2021. Studi kualitatif penyusunan modul dilakukan dengan studi pustaka dan telaah pakar I, II dan III. Telaah pakar I menggunakan metode Delphi 2 putaran, wawancara mendalam, dilanjutkan dengan telaah pakar II menggunakan metode diskusi grup. Telaah pakar III dilakukan dengan metode wawancara mendalam dengan ahli dan target audiens. Dari studi kualitatif dihasilkan modul ABC-MPASI-Press dan ABC-MPASI- Vid. Selanjutnya modul yang dihasilkan diujicobakan dalam penelitian tahap I. Penelitian tahap I dilakukan dengan desain Randomized Control Trial, terdiri atas 3 kelompok subjek penelitian. Digunakan metode cluster sampling untuk membandingkan efektivitas modul yang dihasilkan (modul ABC-MPASI-Vid dan ABC-MPASI-Press) dibandingkan dengan kontrol (hanya mendapatkan buklet KIA). Penelitian tahap II menggunakan desain one group eksperimental pre dan post untuk menilai efektivitas modul ABC-MPASI-Vid dalam meningkatkan pengetahuan dan perilaku ibu, asupan makan bayi dan pertumbuhan bayi.
Didapatkan hasil modul ABC-MPASI-Vid dan ABC-MPASI-Press dapat meningkatkan pengetahuan ibu mengenai praktik MPASI lebih baik dibandingkan buklet KIA, namun modul ABC-MPASI-Vid lebih efektif dalam meningkatkan perilaku ibu. Intervensi dengan modul ABC-MPASI-Vid tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu. Peningkatan pengetahuan dan perilaku ibu meningkatkan asupan makan bayi berdasarkan perbaikan parameter Minimum Di- etary Diversity (MDD), Minimum Meal Frequency (MMF) dan Minimum Acceptable Diet (MAD) serta perbaikan asupan kalori, protein dan lemak pada kunjungan akhir pasca edukasi. Peningkatan antropometri secara bermakna dilihat dari tren pertumbuhan bayi dengan menilai weight increment dan length increment bayi pasca edukasi selama 3 bulan pemantauan.
Disimpulkan intervensi dengan modul ABC-MPASI-Vid dan ABC-MPASI-Press dapat meningkatkan pemahaman materi MPASI dan pengetahuan ibu mengenai praktek MPASI yang benar. Modul ABC-MPASI-Vid lebih efektif dalam meningkatkan perilaku ibu dalam praktek pemberian MPASI yang benar dan dapat digunakan oleh ibu dengan berbagai latar belakang tingkat pendidikan. Intervensi dengan modul ABC-MPASI-Vid dapat meningkatkan asupan MPASI bayi dari segi jumlah asupan protein dan energi, perbaikan komposisi asupan MPASI terutama pemberian lemak dan zat besi, dan peningkatan persentase bayi yang memenuhi krite- rian MDD, MMF dan MAD. Bayi yang diasuh oleh ibu yang mendapatkan intervensi edukasi dengan modul ABC-MPASI-Vid memiliki perubahan bermakna tren pertumbuhan normal yang dinilai dengan weight increment dan length increment (nilai p = 0,015) dan penurunan bayi dengan nilai WI dan LI abnormal sebesar 22,9% pada periode sebelum intervensi ke periode setelah intervensi.

Malnutrition occurring during the critical period of children's growth may contribute to disturbances in the brain, affecting their future cognitive abilities, physical health, and productivity; and is generally caused by errors in complementary feeding practice. The role of physicians, especially pediatricians, is to provide education to mothers regarding the correct complementary feeding practice to overcome this problem. This research assessed the need for a practical educational module for complementary feeding practice to provide counseling to mothers from various backgrounds.
This study was carried out from February 2019–July 2021, utilizing a mixed-methods design and a sequential exploratory model consisting of three research stages. The first research stage is a qualitative study for the preparation of the complementary feeding practice module, followed by two quantitative studies. The qualitative study was carried out using a literature study, preliminary research, and three experts panels; with the latter applying the 2-round Delphi method, focus group discussion, and in-depth interviews with experts and the target audience. From the qualitative study, a booklet (ABC-MPASI-Press) and video (ABC-MPASI- Vid) modules were formulated, which were further studied during phase I of the quantitative research using a randomized control trial design with 3 intervention groups. This study aimed to determine the effectiveness of the formulated modules in comparison with the control group (only receiving the Maternal and Child Health (MCH) booklet. Phase II of the quantitative research utilized a one group experimental pre-post-test design to assess the effectiveness of the education modules in increasing mothers’ knowledge and behavior, and in turn, infants’ feeding intake and growth.
Both the ABC-MPASI-Vid and ABC-MPASI-Press modules resulted in a higher increase of mothers’ knowledge in complementary feeding practice compared to the MCH booklet, with the video module being more effective in improving mothers’ behavior. This increase of knowledge and behavior in mothers, in turn, increased their infants’ food intake, as shown by the improvements of the Minimum Dietary Diversity (MDD) and Minimum Acceptable Diet (MAD) parameters, as well as improvements in calorie, protein, fat and iron intakes during their final visit. A significant increase in weight increment (WI) and length increment (LI) was found after intervention.
It was concluded that the intervention with the ABC-MPASI-Vid and ABC-MPASI-Press mod- ules could improve mother's understanding of the complementary feeding material and mother's knowledge regarding the correct complementary feeding practice. The ABC-MPASI-Vid mod- ule is more effective in improving the behavior of mothers in correct complementary feeding practice and can be used by mothers with various educational backgrounds. Interventions with the ABC-MPASI-Vid module can increase complementary food intakes in terms of the amount of protein and energy intake, improve the composition of complementary foods, especially fat and iron intakes, and increase the percentage of infants who meet the criteria for MDD and MAD. Babies raised by mothers who received educational intervention with the ABC-MPASI- Vid module had a significant change in the normal growth trend, as assessed by weight incre- ment and length increment (p value = 0.015), with a decrease in infants with abnormal W1 and L1 values of 22.9% after the intervention.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lazuardi Gayu Ilhami, author
"Stunting masih menjadi salah satu masalah gizi balita di Indonesia. Sebanyak 37,2 balita pada tahun 2013 memiliki tinggi badan yang kurang. Terdapat banyak faktor yang membuat balita memiliki tinggi badan yang kurang, di antaranya adalah praktik pemberian makanan pendamping ASI MP-ASI yang belum dilakukan dengan baik dan benar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu terkait MP-ASI dengan tinggi badan balita. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross-sectional. Subyek penelitian dipilih sebanyak 100 orang dari warga Kampung Melayu, Jakarta Timur dengan teknik consecutive sampling. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai MP-ASI dan alat ukur tinggi badan balita.
Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa terdapat 35,0 balita stunting dan 25,0 ibu yang memiliki pengetahuan mengenai MP-ASI yang kurang. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu mengenai MP-ASI dengan tinggi badan balita p=0,021 dengan nilai prevalence ratio sebesar 2 IK95 1,21 sampai 3,31 . Pengetahuan ibu yang adekuat mengenai MP-ASI berimplikasi pada praktik pemberian MP-ASI yang baik dan benar yang menyebabkan perbaikan gizi balita dan berujung pada penurunan risiko terjadinya stunting.

Stunting is still one of the nutritional problems among toddlers in Indonesia. Up to 37.2 toddlers in 2013 were stunted. There are many factors that lead infants having shorter body length, one of these is the practice of weaning among the mothers that is not appropriate.
This research is aimed to analyze the association between the knowledge of the complementary food and its feeding practice among the mothers and the toddler rsquo s body length. This is an analytic observational study that uses cross sectional design. There are 100 respondents who are chosen from the Kampung Melayu civilians in Jakarta using the consecutive method of sampling. Data are collected by using a questionnaire and a simple stature meter.
The result is that there are 35.0 stunted toddlers and 25.0 of the mothers are having an inadequate knowledge about complementary food and its feeding practice. There is a significant association between mother rsquo s knowledge of complementary food and toddler rsquo s body length p 0.021 with the value of prevalence ratio is 2 CI95 1.21 up to 3.31 . Adequte knowledge of complementary food and its feeding practice will leads to the better nutritional status of the toddlers and eventually decrease the risk of stunting.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hertin Rindawati
"ABSTRAK
Nama : Hertin RindawatiProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Hubungan Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu MPASI dengan Kejadian Stunting pada Bayi di WilayahKerja Puskesmas Katapang Kabupaten Bandung Tahun2017Stunting balita pendek memiliki efek terhadap masa depan anak sepertiberkurangnya tingkat kognitif anak, hambatan dalam peningkatan tinggi badan,kelebihan berat badan atau obesitas di kemudian hari, dan mengurangi hasilkehadiran sekolah sehingga menyebabkan berkurangnya produktifitas pada masadewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan dalamhubungan pemberian MPASI dengan kejadian stunting pada bayi berusia 12 bulandari Januari-April 2017 di wilayah kerja Puskesmas Katapang KabupatenBandung tahun 2017. Rancangan penelitian ini menggunakan desain case controlpada 28 kasus dan 56 kontrol. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2017. Datadianalisis dengan uji regresi logistik sederhana untuk melihat hubungan antarvariabel dan uji regresi logistik ganda model prediksi untuk menemukan faktordominan dalam hubungan pemberian MPASI dengan kejadian stunting pada bayi.Hasil penelitian menunjukkan faktor dominan dalam hubungan pemberian MPASIdengan kejadian stunting pada bayi adalah berat lahir bayi p=0,022 OR=5,177dan 95 CI=1,27-21,098 , diare p=0,027 OR=5,226 dan 95 CI=1,206-22,652 ,dan pemberian MPASI p=0,034 OR=3,884 dan 95 CI=1,106-13,649 . Faktordominan dari ketiga variabel tersebut yaitu variabel diare. Variabel diare memilikihubungan paling kuat dengan kejadian stunting pada bayi. Perlu adanya langkahlangkahdalam pencegahan stunting pada bayi dengan cara konseling pemberianasupan gizi optimal pada ibu hamil agar terhindar dari risiko kelahiran BBLR,pencegahan diare berulang pada bayi dan pemberian MPASI yang benar terutamaperbaikan asupan protein pada bayi.Kata Kunci : stunting, berat lahir, diare, pemberian MPASI

ABSTRACT
Name Hertin RindawatiStudy Program Public Health SciencesTitle The Relation of Complementary Feeding with Stunting inInfants at the Territory Work of Katapang Health CenterBandung Regency 2017Stunting has an effect on the child 39 s future such as reduced child 39 s cognitive level,obstacles in height increase, overweight or obesity later in life, and reduced schoolattendance resulting in reduced productivity in adulthood. This study aims todetermine the dominant factor in the relationship of gi with stunting in infantsaged 12 months from January to April 2017 in the work area of the KatapangHealth Center Bandung Regency in 2017. The design of this study used casecontrol design on 28 cases and 56 controls. This study was conducted in May2017. The data were analyzed by simple logistic regression test to see therelationship between variables and multiple logistic regression test predictionmodel to find the dominant factor in the relationship of complementary feedingwith stunting in infants. The results showed that the dominant factor in theassociation of complementary feeding with the incidence of stunting in infantswas birth weight p 0,022 OR 5,177 and 95 CI 1,27 21,098 , diarrhea p 0,027 OR 5,226 and 95 CI 1,206 22,652 , and giving of complementaryfeeding p 0,034 OR 3,884 and 95 CI 1,106 13,649 . The dominantfactors of these three variables are diarrhea which have the strongest relationshipwith the incidence of stunting in infants. Preventing stunting in infants bycounseling the optimal intake of nutrients in pregnant women to avoid the risk oflow birth weight, prevention of recurrent diarrhea in infants and provision ofappropriate complementary feeding, especially the improvement of protein intakein infants are needed.Keywords stunting, birth weight, diarrhea, complementary feeding"
2017
T48359
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>