Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97860 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wasistini Baitoningsih
"Pada bulan Maret 1996 dilakukan penelitian tentang jenis-jenis Pelecypoda (Mollusca) yang berada di rataan terumbu Pulau Penjaliran Barat. Penelitian dilakukan karena belum ada data tentang jenis-jenis Pelecypoda di rataan terumbu Pulau Penjaliran Barat, sedangkan beberapa Pelecypoda ada yang bernilai ekonomis atau dilindungi. Penelitian bersifat eksploratif-deskriptif dan pengambilan sampel dilakukan secara purposif (purposive sampling). Stasiun penelitian ditetapkan sebanyak 5 lokasi, yaitu di selatan (2 lokasi); timur; barat; dan utara. Tiap stasiun dibagi menjadi substasiun-substasiun pengambilan sampel dengan jarak antara 20 m, berdasarkan tipe dasarannya. Pelecypoda yang didapat sebanyak 28 jenis, yang mewakili 20 marga dari 13 suku, 6 bangsa, dan 2 anak kelas. Gafrarium merupakan marga yang memiliki jumlah jenis terbanyak. Pelecypoda yang bernilai ekonomis adalah Perna viridis (Linnaeus, 1758), Atrina vexillum (Born, 1778), Hippopus hippopus (Linnaeus, 1758), Tridacna crocea Lamarck (1819), dan T. maxima (Roding, 1798). Ketiga Pelecypoda yang disebut terakhir termasuk ke dalam biota laut yang dilindungi. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aloysia Murn Shintosari
"ABSTRAK
Untuk mengetahui jenis-jenis Gastropoda di rataan terumbu Pulau Penjaliran Barat, Teluk Jakarta, telah dilakukan inventarisasi dengan cara purposif (purposive sampling) di 32 substasiun (@ 1 m xl m) dan di sepanjang pantai utara pulau (koleksi bebas) pada tanggal 2--9 Maret 1996 dan 31 Juli - 3 Agustus 1996. Dari penelitian tersebut diperoleh 45 jenis Gastropoda yang mewakili 2 anak kelas, 4 bangsa, 19 suku, dan 27 marga. Semua spesimen yang diperoleh dapat ditentukan jenisnya berdasarkan morfologi cangkang, kecuali 2 spesimen yang masih muda. Dari 45 jenis Gastropoda yang diperoleh, hanya 4 jenis (8,89%) yang bernilai komersial, yaitu Haliotis varia, Trochus niloticus, Lambis lambis, dan Pleuroploca trapezium."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Katarina Siena
"Telah dilakukan penelitian inventarisasi jenis-jenis teripang di rataan
terumbu Pulau Penjaliran Barat, Teluk Jakarta, pada bulan Maret 1996.
Penelitian dilakukan karena belum ada data mengenai jenis-jenis teripang di
rataan terumbu Pulau Penjaliran Barat, padahal teripang memiliki nilai
ekonomis dan ekologis yang penting. Sifat penelitian kualitatif-deskriptif,
pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposif {purposive sampling) di
13 substasiun yang masing-masing luasnya ±100 m^. Teripang yang
diperoleh dalam penelitian ini 13 jenis, yaitu: Bohadschia graeffei, B.
marmorata, Holothuria {Acanthotrapeza) coluber, H. (Halodeima) atra, H.
{Halodeima) edulis, H. {Mertensiothuria) fuscocinerea, H. {Mertensiothuria)
leucospilota, H. {Thymiosycia) arenicola, H. {Thymiosycia) impatiens,
Stichopus chloronotus, S. variegatus, Opheodesoma grisea, dan Synapta
maculata. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan dua hal utama, yaitu (1)
setiap jenis teripang memiliki spikula dengan bentuk yang khas sebagai
penunjuk jenis; dan (2) tidak lagi didapati teripang bernilai ekonomis sedang
dan mahal di rataan terumbu Pulau Penjaliran Barat, Teluk Jakarta."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Riani Widiarti
"Epibenthic dinoflagellates on macroalgae at penjaliran barat island's reef flat,Jakarta bay : epibenthic dinoflagellates,besides playing an important role as primary producent in the food cycle, may also cause harmfull effect to human health. Presently nearly no data is available on the epibenthic dinoflgellates in Indonesian waters. To obtain data of the epibenthic dinoflagellates,an inventory was made at penjaliran barat islan reef flat on March 2-9 1996.Results show the presence of 7 species belonging to 3 major group.Prorocentroid.Dinophysoid, and Gonyaulacoid of wich 4 species are potentially toxic.Sargassum spp and Padina spp are 2 genera of macroalgae where most of the epibenthic dinoflagellates were found"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
SAIN-7-1-2002-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Riani Widiarti
"Suatu penelitian mengenai Dinoflageflata epibentik pada makroalga telah
dilakukan di rataan terumbu Pulau Penjaliran Barat, Teluk Jakarta, pa&a bulan
Maret 1996. Penelitian mi bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis
Dinoflagellata epibentik pada makroalga. Penelitian dilakukan karena masih
sedikitnya penelitian mengenai jenis-jenis Dinoflagellata tersebut di Kepulauan
Seribu, bahkan di Indonesia, padahal Dinoflageltata epibentik memiliki peranan
penting dalam masalah penkanan clan kesehatan manusia. Sifat penelitian
kualitatif-desknptif, sedangkan pengambilan sampel ditakukan dengan cara
purposif (purposive sampling) di stasiun Selatan, Barat, Timur, clan Utara pulau
tersebut. Dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, (1) Dinoflagellata
epibentik yang diperoleh dalam penelitian mi berjumlah 7 jenis yang mewakili 3
kelompok besar Prorocentroid, Dinophysoid, clan Gonyaulacoid; (2) identifikasi
Dinoflagellata dapat dilakukan melalui bentuk (karakter morfologi) clan ukuran
sel; clan (3) pemilihan substrat makroalga bagi Dinoflagellata epibentik, selain
tergantung dad sifat makroalga itu sendin, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
ekologi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasman
"ABSTRAK
Untuk mengetahui sebaran Mollusca hutan bakau pantai utara Pulau Penjaliran Barat, Kepulauan Seribu, telah dilakukan suatu penelitian pada tanggal 29-31 Juli 1996. Pengumpulan sampel dakukan dalam kuadrat (025 m2) yang diletakkan secara sistematis di setiap 5 meter sepanjang transek. Sebanyak 5 transek masing-masing ditarik tegak lurus garis pantai dari tempat pohon bakau terluar sampai dengan batas darat hutan bakau. Dari 24 jenis Mollusca yang ditemukan, dapat dibags dalam tiga kelompok, yaitu: kelompok Mollusca ash (25,0%), Kelompok Mohlusca fakultatif (8,3%), dan kelompok Mollusca pengunjung (66,7%). Kelompok Mohlusca ash memiliki pola sebaran mengelompok dan acak di bagian tengah sampai bagian belakang hutan, sedangkan kelompok Mollusca fakultatif dan kelompok Mollusca pengunjung memiliki pola sebaran mengelompok dan acak di bagian depan sampai bagian tengah hutan. Kehadiran Mohlusca di hutan bakau lebih dipengaruhi oleh keadaan fisik substrat habitat hutan daripada oleh faktor-faktor hingkungan lain, seperti salinitas, pH, dan suhu. Habitat hutan bakau yang sebagian besar merupakan hamparan pecahan karang mati, memungkinkan jenis-jenis Mollusca pengunjung mendominasi hutan bakau pantai utara Pulau Penjahiran Barat."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Muhaimin
"Gunung Payung, Taman Nasional Ujung Kulon, merupakan kawasan yang masih memiliki hutan hujan tropis yang tersisa di dataran rendah P. Jawa. Sejumlah penelitian telah dilakukan di Gunung Payung, namun belum ada satupun penelitian yang membahas secara khusus mengenai jenis - jenis tumbuhan paku dan likofit. Tujuan penelitian kali ini adalah menginventarisasi dan mengidentifikasi jenis - jenis tumbuhan paku dan likofit yang terdapat di Gunung Payung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode jelajah bebas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gunung Payung memiliki 55 jenis tumbuhan paku dan empat jenis likofit. Dari 59 jenis yang diperoleh, terdapat 29 jenis tumbuhan paku dan 3 jenis likofit merupakan rekaman baru untuk Taman Nasional Ujung Kulon. Satu jenis tumbuhan paku dipertimbangkan sebagai rekaman baru untuk Pulau Jawa, yaitu Asplenium phyllitidis.

Mt Payung, Ujung Kulon National Park (UKNP), is a location where tropical forest of Java’s lowland remain exist. Previously, botanical exploration has been conducted in this area, but none of them focus on ferns and lycophytes.Research aimed to inventroy and identify ferns and lycophytes found in Mt Payung. Specimens collected from several accessible location in Mt Payung.
Fifty five species of ferns and four species of lycophytes has been recorded during this research. Twenty nine ferns and three lycophytes considered as new record for UKNP. Asplenium phyllitidis has been found during the research and considered as new record of ferns in Java.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S53588
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fuji Pratiwi
"Telah dilakukan inventarisasi jenis Holothuroidea di Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS) Jakarta dan dilakukan juga pengamatan pola pemisahan senyawa ekstrak kasar dari marga-marga Holothuroidea yang diperoleh menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT). Koleksi Holothuroidea dilakukan dengan cara snorkeling di rataan terumbu dan identifikasi dilakukan berdasarkan ciri morfologi serta spikula. Pengamatan spikula dilakukan dengan melarutkan dinding tubuh sampel dan tentakel dalam natrium hipoklorit komersial. Sampel Holothuroidea diekstrak menggunakan metanol, dipekatkan di rotary evaporator lalu dikeringkan dalam oven. Pengamatan pola pemisahan senyawa Holothuroidea dilakukan setelah ekstrak dielusi pada KLT dengan eluen n-heksan:etilasetat (95:5).
Hasil KLT disinari UV dan disemprot anesaldehid. Hasil penelitian diperoleh 15 jenis Holothuroidea dan beberapa jenis diantaranya baru pertama kali tercatat (new record) di TNKpS Jakarta yaitu Holothuria (Acanthotrapeza) pyxis, Stichopus quadrifasciatus, dan Synaptula reticulata. Pola pemisahan senyawa ekstrak kasar Holothuroidea dengan KLT pun dapat digunakan untuk membedakan marga. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perbedaan pola pemisahan senyawa dari ekstrak kasar Holothuroidea mempertegas taksonomi Holothuroidea yang dilakukan melalui identifikasi berdasarkan karakter morfologi dan spikula.

Inventory of Holothuroidea in Kepulauan Seribu National Park, Jakarta and separation pattern of their extracts using TLC have been conducted. Holothuroidea were collected by snorkeling along reef flat. Identification based on morphological characters and spicules observation. Spicules were observed by disolving body wall and tentacle of Holothuroidea in comercial natrium hypochloride. Samples were extracted with methanol, concentrated in rotary evaporator and dried in oven. Extracts separation pattern were observed after the extracts chromatographed on TLC plate eluted with n-hexane: ethilacetate (95:5). Separation pattern of their extracts detected under UV light and sprayed with anesaldehyde.
The inventory result showed that there were some new record species among 15 identified species in Kepulauan Seribu National Park, Jakarta, they were Holothuria (Acanthotrapeza) pyxis, Stichopus quadrifasciatus, and Synaptula reticulata. TLC result showed that extracts separation pattern were able to distinguish Holothuroidea genus. The conclusion of the result is that the extract separation pattern affirms taxonomy of Holothuroidea which previously based on morphology and spicules indentification.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1205
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anargha
"Pola sebaran dan perilaku bintang laut intertidal di Teluk Gilimanuk dan Pantai Cekik diteliti dari September 2012 hingga Januari 2013. Pola sebaran dipetakan dengan menggunakan GPS, dan dikuantifikasikan dengan menggunakan kuadrat 1 m2, yang diletakkan pada total 12 transek untuk masing-masing lokasi. Perilaku diamati dengan menandakan 10 individu Protoreaster nodosus secara manual dan mengukur titik perpindahan selama tiga hari. Pemetaan dan analisis nilai dispersi dengan menggunakan Indeks dispersi Morisita terstandarisasi menghasilkan pola sebaran mengelompok untuk Protoreaster nodosus dan Archaster typicus, dan pola sebaran acak untuk Echinaster luzonicus, Linckia laevigata dan Linckia multifora. Sebaran mengelompok tersebut dapat disebabkan oleh batasan habitat, sebaran makanan dan atraksi intraspesifik, sedangkan sebaran acak menandakan sifat acak atau seragam pada pakan dan karakter habitat. Studi perilaku memperlihatkan bahwa P. nodosus bergerak secara direksional, dan dapat berpengaruh pada pola sebarannya di lokasi.

Distribution pattern and behavior of intertidal asteroids in Gilimanuk Bay and Cekik Beach were investigated from September 2012 to January 2013. Distribution patterns for most species were mapped by using GPS, and quantified by using 1 m2 quadrats, which were deployed on total 12 transects in the intertidal zone at each location. Behavior was observed by using manual tagging on ten individuals of Protoreaster nodosus and measuring points of diplacement throughout a period of three days. Mapping and dispersion analysis using Morisita‟s standardized index of dispersion yielded clumped dispersion for Protoreaster nodosus and Archaster typicus, and random dispersion for Echinaster luzonicus, Linckia laevigata and Linckia multifora. Clumped dispersion in some species might be influenced by habitat boundaries, food dispersion or intraspecific attraction, while random dispersion suggests randomness or uniformity in food distribution and habitat character. Behavioral studies showed that P. nodosus moves in a highly directional manner, and might carry further implications to its clumped dispersion at location. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>