Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104330 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Naniek W. Priyomarsono
Jakarta: CAC Group, 2008
728.359 83 NAN r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Rasyadi Faza
"Pengembangan kawasan TOD di daerah Glodok sangat erat kaitannya dengan keberlangsungan perekonomian kecil-menengah yang berada di eksisting kawasan.Terlebih saat festival tahunan Cap Gomeh sedang berlangsung, daya tarik dari sektor makanan, fashion, kesenian dan kerajinan budaya khas chinese seakan menjadi primadona pilihan masayarakat. Dengan berfokus pada sektor fashion, usulan perancangan Neo Glodok Fashion Center yang mengangkat konsep hierarki, layering pada fashion, dan rekondisi pengalaman ruang dari gang serta persimpangan Glodok, diharapkan dapat menciptakan ruang komunal baru yang dapat meningkatkan nilai ekonomi untuk seluruh lapisan brand fashion,, memberikan edukasi fashion pada masyarakat sekitar, hingga dapat menjadi ikon baru pada kawasan TOD Neo Glodok yang representatif dan menarik dari segi arsitektural.

The development of the TOD area in the Glodok area is closely related to the sustainability of the small-medium economy in the existing area. Especially when the annual Cap Gomeh festival is taking place, the attractiveness of the food, fashion, arts and crafts sectors of typical Chinese culture seems to be the prima donna of the people's choice. By focusing on the fashion sector, the proposed Neo Glodok Fashion Center design which elevates the concept of hierarchy, layering of fashion, and reconditioning the spatial experience of alleys and Glodok intersections, is expected to create a new communal spaces that can increase economic value for all layers of the fashion brand, provide fashion education to the local community, so that it can become a new icon in the TOD Neo Glodok area which is representative and attractibe from an architectural point of view."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Brega Bernardhi Pamuji
"ABSTRAK
Arsitektur tidak hanya sebatas bangunan tinggi, perumahan, atau
infrastruktur. Efek psikologi, lingkungan, manusia, dan lain sebagainya juga dapat
dikategorikan atau berhubungan langsung dengan arsitektur. Sebagai arsitek kita
tidak hanya merancang sebuah ide atau design, tetapi diperlukan untuk berpikir
bagaimana efek tersebut terhadap sekitar, terutama perilaku manusia dalam
melakukan kejahatan. Karena itu penulisan ini akan membahas mengenai seperti
apakah pengaruh dari aspek arsitektur dan lingkungan yang rawan kejahatan yang
membuat perilaku manusia menjadi ingin melakukan kejahatan di tempat yang
rawan tersebut dibanding di tempat atau di lingkungan lain. Penulisan akan
menggabungkan analisis dari yang membedakan tempat-tempat rawan tersebut
dibanding tempat lainnya, selain itu analisis dan eksplorasi didasarkan pada
keadaan dan aspek arsitektur yang terletak di kota Jakarta, Indonesia.

ABSTRACT
Architecture is not only limited to high-rise buildings, housing, or perhaps
infrastructure. But the psychological effects, environmental, human, and so forth
can also be categorized or directly related to architecture. As architects we are not
only thinking of designing an idea or design, but it is also necessary to think how
such effects on the surroundings, especially human behavior in committing a
crime. Therefore, this paper will discuss what kind of influence on the aspects of
architecture and environments that are prone to be a place of crime and make
human behavior to be wanting to commit crimes in such places. Certainly, the
writing will combine the analysis of what distinguishes these vulnerable areas
from elsewhere. Besides the analysis and exploration is based on the
circumstances and aspects of architecture located in the city of Jakarta, Indonesia."
2016
S63216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Arum Kusumawardhani
"ABSTRAK
Arsitektur rumah Betawi sangat erat terkait dengan liyan. Hal ini jelas terlihat
bila membandingkan arsitektur Betawi hasil reka cipta dengan arsitektur rumah
Betawi Ora sebagai salah satu studi kasusnya. Temuan penelitian berupa adanya
bangunan blandongan sebagai ruang publik dan pangkeng pendaringan sebagai
ruang sakral pada rumah Betawi Ora yang tidak muncul pada arsitektur rumah
Betawi hasil rekacipta, mempertegas adanya keliyanan tersebut. Rumah yang
bagi masyarakat Betawi Ora merupakan bagian dari diri dan identitas mereka,
menjadi liyan di tengah representasi formal yang menutupi keberadaan mereka.
Peminggiran terus menerus terhadap masyarakat Betawi sejak dari masa
kolonial Hindia Belanda hingga sekarang ini, ditengarai sebagai faktor utama
yang mempertegas keliyanan tersebut. Penghapusan kampung ? kampung
Betawi sedikit banyak memaksa masyarakat Betawi untuk mengubah pola hidup
dan keruangan mereka, menyesuaikan diri dengan kondisi yang baru, termasuk
juga pada cara mereka berarsitektur.
Keberadaan arsitektur rumah Betawi Ora yang belum diakui sebagai bagian dari
kekayaan khasanah arsitektur tradisi Betawi akan dijelaskan melalui pendekatan
historiografi arsitektural, terutama yang terkait dengan penyebab liyan serta
penyikapan orang Betawi terhadap arsitektur dan keruangan mereka sendiri.
Sebuah penelitian dengan menggunakan metode interpretasi menjadi dasar dari
tulisan ini, yang bertujuan untuk mengangkat kesejarahan dari masyarakat
kebanyakan melalui pendekatan ?history from below?.
Pendekatan teoritis terkait konsep liyan dan subaltern digunakan untuk
mengenali masyarakat Betawi yang sering kali dikatakan sebagai kelompok
marginal di ibu kota Jakarta. Keberadaan masyarakat Betawi dan
kebudayaannya, terutama yang terkait dengan arsitektur rumah dan ruang
keterbangunan mereka, akan diamati perubahan dan perkembangannya sejak
periode akhir pemerintahan kolonial Hindia Belanda hingga periode reformasi
sebagai upaya untuk memperjelas kesejarahan mereka dan liyan yang terkait
erat di dalamnya.

Abstract
Betawi house architecture is closely related to ?Otherness?. This is clearly seen when
comparing Betawi architecture formal representation with the architecture of Betawi
Ora house as a case study. The research findings of blandongan as a public space and
pangkeng pendaringan as sacred space at Betawi Ora house which does not appear on
the architecture of Betawi house formal representation, confirm the existence of
otherness. The house for Betawi Ora people is part of the self and their identity,
became ?Others? in the middle of a formal representation that covers their existence.
Continuous marginalization of the Betawi people since the colonial Dutch East Indies
until now, identified as the main factors that reinforce the otherness. Elimination of
the Betawi villages, forced the Betawi people to change their everyday life and
spatiality, to adjust to new conditions, including to their architecture
The existence of Betawi Ora house that has not been recognized as part of Betawi
architectural traditions will be explained through the historiography architectural
approaches, especially those related to the cause of the ?Otherness? and Betawi
people attitude towards their own architecture and spatial. A study using the
interpretive research method is the basis of this paper, which aims to raise the history
of the commoners through a 'history from below' strategy.
Theoretical approach and related concepts of Other and subaltern are used to
identify the Betawi people, often said to be a marginal group in the capital city of
Jakarta. The existence of the Betawi people and its culture, especially as related to
architecture and their built environment, will be observed the changes and
developments since the end of the period of the Dutch East Indies colonial rule until
the period of reforms in an effort to clarify their historical and ?Otherness? are
inextricably linked in it."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31810
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Dinas Kebudayaan Daerah Khusus Ibukota, 1991
R 720.9 RUM
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Hotma Linda Abigail
"Klenteng, sebagai suatu tempat ibadah tentunya mewakili kebudayaan masyarakat pendukungnya. Akan tetapi klenteng Da Bo Gong, klenteng yang menjadi bahan penelitian pada penulisan skripsi ini memiliki dua karakteristik kebudayaan di dalamnya. Pada klenteng ini terdapat makam Islam yang dianggap keramat oleh penduduk dan diziarahi baik oleh orang-_orang Cina maupun penduduk pribumi. Sebagai satu-satunya klenteng yang memiliki 'percampuran' seperti itu di Jakarta, menjadikan klenteng ini memiliki keunikan tersendiri untuk diteliti lebih lanjut.
Dengan demikian muncul pertanyaan penelitian apakah gambaran umum arsitektural yang biasa terdapat pada klenteng-klenteng terlihat juga dalam pembangunan klenteng ini. Hal tersebutlah yang merupakan permasalahan dalam penelitian ini. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini ialah memperbandingkan gambaran umum arsitektural yang biasa diterapkan di klenteng-klenteng dengan yang terlihat pada klenteng Da Bo Gong; menelusuri sejauh mana gambaran umum itu diterapkan pada klenteng Da Bo Gong, dan mengamati bagian-bagian bangunan klenteng yang masih menerapkan gambaran umum gaya arsitektur tersebut.
Langkah kerja pertama dari penelitian ini ialah dengan melakukan studi pustaka. Penulis mengumpulkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai arsitektur bangunan klenteng. Dan hasil penelitian tersebut terlihat beberapa kesamaan gaya arsitektur yang diterapkan pada klenteng-klenteng dan juga aturan umum geomansi yang kerap kali diterapkan pada klenteng. Penulis merangkum gambaran umum arsitektur klenteng dan aturan geomansi tersebut yang dijadikan pedoman untuk melihat apakah gambaran umum tersebut terlihat juga pada bangunan klenteng Da Bo Gong. Setelah itu dilakukan studi lapangan dengan mengamati langsung objek penelitian. Penelitian dibatasi hanya pada bangunan utama pemujaan dan ruang keramat, yaitu ruang dimana terdapat makam Islam tersebut. Pembatasan dilakukan dengan alasan karena pada masa-masa kemudian didirikan bangunan-bangunan tambahan yang tidak terlalu berhubungan dengan penelitian ini. Pada tahap ini dilakukan deskripsi mulai dari kaki, tubuh, dan atap. Setiap bagian tadi diamati bagaimana komponen arsitekturalnya, komponen ornamental, komponen ruang yang merupakan isi dari ruan atau bagian tersebut. Perekaman data dilakukan dengan pengukuran, penggambaran dan pengambilan foto. Setelah itu penulis menganalisa data dengan melakukan perbandingan. Hasil yang telah diperoleh melalui studi pustaka kemudian diperbandingkan dengan hasil yang diperoleh dari studi lapangan untuk melihat seberapa besar gambaran arsitektural klenteng dan geomansi yang diterapkan. Untuk memudahkan analisa, perbandingan dilakukan dengan menggunakan tabulasi yang pada akhirnya melihat persentase gambaran umum yang diterapkan dengan yang tidak.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S12000
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Januar Adhitama
"Rumah tradisional Betawi memiliki beberapa tipe yaitu tipe Gudang, Kebaya, Joglo, dan Panggung yang dipengaruhi oleh kedua aspek geografis dan budaya. Secara geografis, wilayah Jakarta dan sekitarnya memiliki iklim tropis lembap, perbedaan ketinggian daratan dan intensitas vegetasi. Secara budaya, terdapat persebaran kelompok Betawi Pesisir, Betawi Tengah/Kota, Betawi Pinggir, dan Betawi Ora/Udik di lokasi berbeda dengan variasi budaya. Masyarakat Betawi dipengaruh oleh budaya asing seperti Melayu, Cina, Arab, dan Eropa serta budaya lokal seperti etnis Sunda, Jawa, dan lainnya. Variasi geografis dan budaya tersebut menyebabkan rumah tradisional Betawi memiliki beberapa variasi bentuk atap, denah, kaki, dan bukaan yang berkaitan dengan pencahayaan alami.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan karakteristik bukaan, beserta pengaruh fisik dan non fisik pencahayaan alami terhadap kualitas ruang penghuni dari empat tipe rumah tradisional Betawi. Karakteristik bukaan tersebut meliputi aspek bentuk, luas, letak, warna, dan material. Pengaruh fisik pencahayaan alami meliputi aspek iluminasi, kontras, suhu, dan kelembaban. Sedangkan, pengaruh non fisik meliputi dari aspek privasi dan budaya. Studi kasus skripsi adalah rumah tradisional Betawi tipe Joglo di Setu Babakan, tipe Panggung di Marunda, tipe Kebaya di Condet, dan tipe Gudang di Matraman. Hasil dari skripsi ini adalah perbandingan karakteristik bukaan serta pengaruh pencahayaan alami pada keempat tipe rumah tradisional Betawi.

Betawi traditional house has several types such as Gudang, Kebaya, Joglo, and Panggung that influenced by both geographical and cultural aspects. Geographically, Jakarta and its surroundings has tropical humid climate, different heights of land and intensities of vegetation. Culturally, there are Betawi Pesisir, Betawi Tengah/Kota, Betawi Pinggir, and Betawi Ora/Udik groups spread in different locations with various cultures. Betawi people are influenced by foreign cultures such as Malay, Chinese, Arabian, and European, along with the local cultures such as Sundanese, Javanese, and others. Those geographical and cultural variences caused Betawi traditional house have some varieties in roof forms, floor plans, foot, and openings that are related to day lighting.
This undergraduate thesis aims to find out the similarities and differences of the openings characteristics, along with the physical and non physical influences of day lighting on dweller spatial quality of four types of Betawi traditional house. These opening characteristics are shape, wide, location, color, and material. The physical influences of day lighting consist of illumination, contrast, temperature, and humidity aspects. The non-physical influences consist of privacy and cultural aspects. The case studies of this undergraduate thesis are Betawi traditional house of Joglo type in Setu Babakan, Panggung type in Marunda, Kebaya type in Condet, and Gudang type in Matraman. The results of this undergraduate thesis are the comparison of the opening characteristics along with the influences of day lighting on four types of Betawi traditional house.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66329
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Sophia
"Tanpa disadari, sungai telah menjadi salah satu bagian penting bagi kelangsungan hidup umat manusia. Dalam dunia arsitektur, sungai memiliki peranan yang berbeda-beda di setiap kota yang berbeda-beda juga juga lokasinya. Hal ini mempengaruhi tampilan serta wujud fisik sungai yang berbeda-beda. Pada abad ke-17, Kota Jakarta yang sekarang kita kenal sebagai Ibu Kota Negara RI, mengawali kebesarannya di kawasan Jakarta Kota Lama, dengan menjadi pusat perhatian dunia perdagangan intemasional. Kawasan ini dahulu lebih dikenal dengan sebutan Kota Batavia. Kota Batavia terbentuk seiring dengan keberadaan dan perkembangan Kali Besar serta kanal-kanal di dalamnya. Kanal-kanal yang ada di Kota Batavia memiliki banyak peranan bagi pembentukan dan perkembangan Kota Batavia, yang pada periode 1619-1799 merupakan kota kolonisasi Bangsa Belanda di bawah Pemerintahan VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie). Mengenai penyebab yang mempengaruhi keberadaan Kali Besar dan kanal-kanal di dalam Kota Batavia, ada beberapa pendapat yang membahas konsep ide pembentukannya. Yang pertama adalah bahwa Kota Batavia dibangun VOC semata-mata agar sama dengan Kota Amsterdam di Belanda, sebagai usaha VOC menciptakan nuansa "e;nostalgia of homeland"e; bagi bangsa Belanda yang tinggal di Kota Batavia. Pendapat lain mengatakan bahwa Kota Batavia dibangun dengan mengikuti kaidah pola kota ideal untuk sebuah kota kolonial yang berlaku di Eropa. Dan pendapat yang terakhir adalah bahwa Kota Batavia merupakan kota hasil peleburan antara kota di Eropa dengan kota tradisional di Indonesia. Untuk membantu menelusuri pola pembentukan dan perkembangan Kota Batavia, dalam tulisan ini dilakukan tinjauan historis yang berhubungan dengan teori kolonialisme. Melalui tinjauan ini akan dilakukan studi banding antara Kota Batavia dengan Kota Amsterdam di Belanda, Kota Batavia dengan kota kolonial pada umumnya, Kota Batavia dengan kota kuno di Eropa serta Kota Batavia dengan kota tradisional di Jawa. Analisis lebih lanjut akan memaparkan perkembangan Kota Batavia sehubungan dengan pengaruh serta peran strategis Kali Besar serta kanal-kanal di dalam perkembangan Kota Batavia, khususnya dari sisi politik, sosial-budaya dan ekonomi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S48600
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Airen Meleagrina Regia
"Masyarakat etnis Tionghoa merupakan salah satu masyarakat etnis terbesar di Indonesia. Msyarakat etnis Tionghoa membangun sebuah pemukiman yang berada di Jakarta, yaitu kawasan Glodok. Kawasan Glodok selain dikenal sebagai pemukiman masyarakat etnis Tionghoa, kawasan ini juga dikenal sebagai pusat perdagangan terbesar di Jakarta. Dengan keberagaman kebudayaan di masyarakat etnis Tionghoa mempengaruhi kepada pembentukan pola persebaran pemukiman masyarakat etnis Tionghoa di kawasan Glodok. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa persebaran pemukiman masyarakat etnis Tionghoa dan faktor-faktor yang mempengaruhi bentang budaya masyarakat etnis Tionghoa di kawasan Glodok, Jakarta. Metode yang digunakan adalah menganalisis temuan secara kualitatif dengan melakukan wawancara dengan macam tokoh masyarakat dan pejabat publik di kawasan Glodok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola persebaran permukiman etnis Tionghoa di kawasan Glodok memiliki ciri yaitu persebaran dengan bentuk rumah toko (Ruko) dan pesebaran masyarakat etnis Tionghoa di kawasan Glodok saat ini adalah menyebar dan mengikuti jalan dan pusat perdagangan. Sementara faktor-faktor yang mempengaruhi bentang budaya di kawasan Glodok adalah mata pencaharian, kesenian, bahasa, religi dan adat.

The Chinese ethnic community is one of the largest ethnic communities in Indonesia Indonesia. The Chinese ethnic community built a settlement in Jakarta, namely in Glodok. The purpose of This study is to analyze the distribution of settlements of the Chinese ethnic community and the factors that influence the cultural landscape of the ethnic Chinese community in Glodok, Jakarta. To analyze the findings qualitatively, the method is used by conducting interviews with various community leaders and public officials in the Glodok region. The results showed that the distribution pattern of ethnic Chinese settlements in Glodok that has a characteristic of a residence in the form of a shophouse the distribution of the Chinese ethnic community in the Glodok area is spreading and following the trade center. While the factors that influence the cultural landscape in the Glodok area are livelihood, arts, languages, religion and custom."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Gabrielle Febriansyah
"Masyarakat Cina dipercaya telah melakukan migrasi sejak abad ke-1 Masehi ke seluruh penjuru dunia, tak terkecuali Pulau Jawa. Kedatangan para imigran Cina ke Nusantara menyebabkan terbentuknya suatu kebudayaan baru dalam masyarakat, antara kelompok etnis Cina dengan penduduk lokal. Di Batavia, para imigran Cina yang kebanyakan menghuni perkampungan kawasan Tangerang, kemudian membentuk komunitas yang dikenal dengan nama “Cina Benteng”. Komunitas ini merupakan hasil akulturasi melalui perkawinan antara para imigran etnis Cina dengan penduduk lokal dari etnis Betawi. Salah satu yang menjadi penanda khas masyarakat Cina Benteng adalah Rumah Kawin, sebuah tempat pernikahan yang terus dilestarikan hingga saat ini. Dengan objek penelitian yaitu Rumah Kawin Melati, penelitian ini akan menggunakan metode studi lapangan dan wawancara terhadap beberapa responden keturunan etnis Cina di kawasan Tangerang untuk mengetahui tanggapan mereka terkait eksistensi dari Rumah Kawin.

The Chinese community is believed to have migrated since the 1st century AD to all corners of the world, including Java. The arrival of Chinese immigrants to the Nusantara led to the formation of a new culture in society, between the Chinese ethnic group and the local population. In Batavia, Chinese immigrants who mostly lived in the Tangerang area then formed a community known as "Benteng Chinese". This community is the result of acculturation through marriage between ethnic Chinese immigrants and local residents of the Betawi ethnicity. One of the distinctive markers of the Benteng Chinese community is the Rumah Kawin, a wedding venue that has been preserved to this day. With the object of research, namely Rumah Kawin Melati, this research will use the method of field study and interviews with several respondents of Chinese ethnic descent in the Tangerang area to find out their responses regarding the existence of Rumah Kawin."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>