Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 193826 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Frisca Anindhita
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26447
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Ariani
"Demam akut yang disertai gejala mirip demam Dengue nyeri kepala, nyeri sendi, ruam, perdarahan perifer seperti mimisan, ptekie adalah gejala yang paling sering dikeluhkan oleh pasien. Gejala-gejala tersebut seringkali diakibatkan infeksi arbovirus yang sangat endemik di Indonesia sebagai negara tropis. Deteksi agen penyebab infeksi tersebut sangat diperlukan untuk penatalaksanaan yang tepat. Studi ini melakukan uji optimasi untuk deteksi molekuler virus penyebab demam mirip demam Dengue, meliputi DENV, ZIKV, WNV, JEV, YFV, CHIKV, dan Hantavirus menggunakan RT PCR. Primer pada studi ini dirancang menggunakan perangkat lunak online Primer-BLAST dari NCBI dan primer-primer tersebut memenuhi kriteria untuk reaksi RT PCR. Kontrol positif pada real time RT-PCR menggunakan DNA sintetik yang dirancang sesuai dengan amplicon target virus. DNA sintetik sepanjang 1.047 pasang basa dirancang untuk digunakan pada virus ZIKV, JEV, YFV, WNV, CHIKV, dan Hantavirus. Suhu penempelan optimum pada primer-primer adalah 600C kecuali primer flavivirus universal yaitu 560C. Limit deteksi primer JEV mencapai 4.355 salinan DNA setiap reaksi real time RT PCR. Tidak terdapat reaksi silang maupun positif palsu pada sampel RNA DENV serotipe 2 maupun pada sampel orang sehat yang digunakan pada studi ini. Sebagai kesimpulan, studi ini menghasilkan primer dan protokol real time RT-PCR yang berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut untuk digunakan dalam uji diagnostik pada sampel pasien demam akut menyerupai gejala demam Dengue.

Acute fever with Dengue like fever symptoms headache, rash, joint pain, perifer bleeding like ptechie, rinhorrhea is general symptoms that often being complained by patient. Usually the etiology agent of the symptoms are arbovirals which are endemic in Indonesia as a tropical country. In this case, molecular detection is very important to confirm the etiology of disease for prompt and adequate management. This study optimized viral molecular detection as an etiology agent for Dengue like fever symptoms using real time RT PCR. The viruses that were investigated were DENV, ZIKV, WNV, JEV, YFV, CHIKV, and Hantavirus. Primer were designed used Primer BLAST software from NCBI. Those primers fulfilled the good primer requirements and could be used in real time RT PCR reaction. Synthetic DNA with 1.047 base pairs was designed based on amplicon target to be used as control positive for ZIKV, JEV, YFV, WNV, CHIKV, and Hantavirus. The optimal annealing temperature for all primers were at 600C except for flavivirus universal primer was at 560C. The limit of detection of JEV primer was 4355 copies DNA per reaction. Cross reactivity between all primers with DENV serotype 2 RNA and healthy person sample were not found. This study still need RNA viruses as negative or positive control and clinical sample to determine the sensitivity and specificity. As a conclusion, this study provided primers and real time RT PCR protocol that potentially be further developed as diagnostic tools for patient with Dengue like fever symptoms. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Turnip, Oktaviani Naulita
"ABSTRAK
Virus Dengue (DENV) dan virus Chikungunya (CHIKV) merupakan arbovirus yang menyebabkan infeksi di negara tropis dan subtropis. Penularan kedua virus ini diperantarai oleh vektor yang sama yaitu nyamuk Aedes aegypti. Baik infeksi DENV maupun CHIKV, akan memunculkan respon imun spesifik yang disebabkan oleh sekresi sitokin, kemokin, dan faktor pertumbuhan sebagai mediator inflamasi. Respon imun ini menimbulkan gejala klinis yang mirip hingga sulit dibedakan antara infeksi kedua virus ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis profil ekspresi sitokin antara infeksi DENV dan CHIKV dengan sistem galur sel A549 dan HepG2. Untuk mencapai tujuan tersebut, metode yang dilakukan yaitu dengan metode Fluorescence-Activated Cell Sorting (FACS) untuk menentukan tingkat infeksi tertinggi pada masing-masing galur sel dan Enzyme Linked Immunosorbent (ELISA) untuk analisis sitokin/kemokin. Hasil FACS menunjukkan tropisme DENV terhadap galur sel A549 dan CHIKV terhadap galur sel HepG2. Dari keempat sitokin dan kemokin yang diuji yakni IL-8, IL-4, IL-13, dan MCP-3, hasil signifikan ditunjukkan ekspresi IL-8 dan MCP-3. Profil ekspresi kemokin IL-8 lebih tinggi pada galur sel A549 dibandingkan HepG2 sedangkan profil ekspresi kemokin MCP-3 lebih tinggi pada galur sel HepG2 dibandingkan A549. Perbandingan profil ekspresi keduanya, lebih tinggi pada galur sel yang terinfeksi DENV (DENV-4) dibandingkan CHIKV. Penelitian ini membuktikan adanya perbedaan ekspresi sitokin/ kemokin pada galur sel A549 dan HepG2 terhadap infeksi DENV dan CHIKV.

ABSTRACT
Dengue Virus (DENV) and Chikungunya virus (CHIKV) are arboviruses infect human living in tropical and subtropical countries. These two viruses are transmitted by the same vector, Aedes aegypti mosquito. DENV and CHIKV infection induce unique immune response characterized by the secretion of cytokines, chemokines, and growth factors as inflammatory mediators. This immune response produces similar clinical symptoms, therefore it is difficult to distinguish between DENV and CHIKV infection. This study was aimed to compare the expression profiles of cytokine/chemokine expression in A549 and HepG2 cell lines infected with DENV and CHIKV. The study used Fluorescence Activated Cell Sorter (FACS) method to determine the infection rate in cell line and Enzyme Linked Immunosorbent (ELISA) for cytokine/chemokine analyses. The FACS results showed the tropism DENV in A549 cells and CHIKV in HepG2 cells. Among four cytokines and chemokines examined, i.e. IL-8, IL-4, IL-13, and MCP-3, significant different in expression was observed for IL-8 and MCP-3. The IL-8 expression was higher in A549 than HepG2 cells, whereas the profile of MCP-3 expression was higher in HepG2 than that in A549 cells. The IL-8 and MCP-3 expression was higher in cell lines infected with DENV (DENV-4) than CHIKV. This study demonstrated the differences of cytokine/chemokine expression in A549 and HepG2 cell lines infected with DENV and CHIKV.
"
2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paisal
"ABSTRAK
lnsiden penyakit dengue semakin meningkat dalam beberapa dekade terakhir.
WHO memperkirakan teijadi 50 juta infeksi dengue di seluruh dunia setiap
tahuu. Sekitar 500.000 orang dengan demam berdarah dengue (DBD)
membutuhkan perawatan di nmtah sakit, sebagian besar adalah anak-anak.
Sekitar 2,5% diantaranya mengalami kematian. Sampai saat ini belum ada terapi
spesifik untuk infeksi dengue. Pengobatan hanya bersifat simptomatik. Walaupun
demikian, pada kasus DBD dan DSS, perawatan dini dapat menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas. Di daerah endemis, gejala klinik sering tidak spesifik
dan menyulitkan klinisi uutuk membedakannya dengan penyakit demam lain.
Untuk itu diperlukan uji laboratorium yang akurat untuk membantu menegakkan
diagnosis dini infeksi dengue. Deteksi protein NS 1 virus dengue telah
dikembangkan sebagai alat diagnostik dini infeksi dengue. Pemeriksaan ini dapat
memberikan hasil lebih dini, akurat, dan dengan cara yang lebih murah. Pada
penelitian ini dikembangkan lagi anti-NS I pada kelinci berlabel HRP yang pada
akhimya akan digunakan untuk mendeteksi protein NS I pada serum pasien
terinfeksi dengue. Antibodi basil pelabelan dapat mendeteksi protein NS I pada
pemeriksaan dot blot dengan tingkat pengenceran I: 1600. Tetapi, basil pelabelan
tidak dapat digunakan untuk mendeteksi protein NS I menggunakan pemeriksaan
ELISA.

ABSTRACT
Dengue incidence have been increased in recent decades. WHO estimates 50
million dengue infection every years around the world. About 500.000 people
with dengue hemorrhagic fever need hospital care, especially children. About
2,5% among them died. Specific therapy to dengue virus infection is not
available. The available therapy is only for symptomatic. Although, in DHF and
DSS cases, early symptomatic therapy will reduce morbidity and mortality rate.
In endemic area, clinical symptoms of ion are not specific and difficult to
differentiate with others febrile illness. Therefore, laboratory assays are needed to
help accurately diagnose dengue infection at early stage. Detection of dengue
virus NSJ protein bas been need as a diagnostic tool to diagnose early dengue
infection. The assay can provide early and accurate result with less expensive
cost. In this study, we developed IgG anti-NS labeled with HRP. The antibody
can detect NSI protein in dilution 1:1600 on dot blot assay. But, the antibody
cannot be used to dereet NSI protein with direct ELISA method."
2010
T32825
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fairuzia Zahira
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (DENV) yang ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk betina. DBD cenderung memiliki siklus musiman, dimana puncak transmisinya di saat dan setelah musim hujan. Faktor iklim yang paling berpengaruh terhadap kasus DBD adalah curah hujan, suhu, dan kelembapan. Berdasarkan data dari Kemenkes (2021), masih terjadi penurunan dan peningkatan jumlah penderita DBD pada tahun 2016-2020. Oleh karena itu, diperlukan adanya pencegahan untuk mengendalikan jumlah kasus DBD. Prediksi jumlah insiden DBD dengan menggunakan deep learning dapat menjadi alternatif dalam pengendalian kasus DBD. Penelitian ini menggunakan data insiden DBD dan data iklim yang terdiri dari data temperatur rata-rata, kelembapan rata-rata, dan curah hujan di DKI Jakarta. Data yang digunakan merupakan data yang tercatat dari tahun 2008-2023. Prediksi insiden DBD dilakukan pada 5 wilayah di DKI Jakarta, yaitu Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Jakarta Utara. Untuk mencapai tujuan penelitian, penelitian ini menggunakan metode Long Short-Term Memory (LSTM). LSTM merupakan merupakan arsitektur recurrent network yang mampu mengingat informasi dalam jangka waktu yang lama. Hasil analisis menunjukkan bahwa LSTM dapat diimplementasikan untuk memprediksi insiden DBD di DKI Jakarta dimana wilayah Jakarta Pusat memiliki hasil terbaik dengan nilai MAE sebesar 6,021466 dan nilai RMSE sebesar 9,062668.

Dengue Hemorrhagic fever (DHF) is a disease caused by the dengue virus (DENV), which is transmitted to humans through the bite of female mosquitoes. Dengue tends to have a seasonal cycle, with transmission peaks during and after the rainy season. The climatic factors that have the most influence on dengue cases are rainfall, temperature, and humidity. Based on data from the Ministry of Health (2021), there are still changes in the number of dengue patients in 2016-2020. Therefore, prevention is needed to control the number of dengue cases. Predicting the number of dengue incidents using deep learning can be an alternative in controlling dengue cases. This study uses dengue incidence data and climate data consisting of average temperature, average humidity, and rainfall in DKI Jakarta. Data used is data recorded from 2008 - 2023. The prediction of dengue incidence was carried out in 5 regions in DKI Jakarta, namely West Jakarta, Central Jakarta, South Jakarta, East Jakarta, and North Jakarta. To achieve the research objectives, this study uses the Long Short-Term Memory (LSTM) method. LSTM is a recurrent network architecture that is able to remember information over a long period of time. The analysis results show that LSTM can be implemented to predict dengue incidents in DKI Jakarta, where Central Jakarta region has the best results with an MAE value of 6,021466 and an RMSE value of 9,062668.
"
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gustiani
"Infeksi virus dengue merupakan masalah serius dengan angka kejadian yang terus meningkat setiap tahun dan hampir separuh populasi dunia beresiko terinfeksi. Infeksi sekunder virus dengue seringkali dihubungkan dengan tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkan. Oleh karenanya sangat penting untuk dapat membedakan infeksi primer dan sekunder virus dengue. Uji Hi merupakan uji serologi yang direkomendasikan oleh badan kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) untuk membedakan tipe infeksi tersebur. Namun selain secara teknis rnempunyai banyak kekurangan, uji ini juga seringkali kurang tepat dalam mengklasifikasikan antara infeksi primer dengan sekunder. Studi ini dilakukan untuk mengevaluasi performa uji HI dalam membedakan infeksi primer dan sekunder yaitu dengan membandingkan uji tersebut dengan PRNT. Penelitian ini juga mengeva1uasi performa ELISA lgG sebagai kandidat metode altematif. Dari 19 kasus infeksi primer berdasarkan PRNT, semua kasus (100%) juga ditetapkan sebagai infeksi primer dengan Hi dan ELISA lgG. Namun dari 73 kasus infeksi sekunder. hasil HI yang bersesuaian dengan PRNT hanya 31 5% sementara EUSA lgG sebanyak 98,6%. Dapat dikatakan HI merniliki performa yang baik dalam menentukan infeksi primer tetapi kurang baik pada infeksi sekunder. AnalisB; statistik juga memperkuat perbedaan performa uji HI dan ELISA tersebut dengan nilai p=O (p1280. Tipe infeksi pada titer H1 antara 160-640 tidak dapat didefinisikan.

Dengue infections have become a global concern since its increasing incidence with almost half of world's population at risk. Secondary or multiple dengue virus infection is often implicated in the severity of the diseases. Therefore, discriminating dengue infection between primary versus secondary is very important. World Health Organization recommends hem-agglutination inhibition (HI) assay as the reference test to distinguish the infection. But besides its technical drawbacks, HI interpretations often misclassified between primary and secondary. In this study, we try to evaluate HI performance by comparing the assay with Plaque Reduction Neutralization Test (PRNT). We also evaluate enzyme linked immunosorbent assay (ELISA) lgG perfonnance as suggested alternative method. Of 19 primary infection cases determined by PRNT, all of them (100"/o) also defined as primary infection by both HI and ELISA lgG. From 72 of secondary infection cases, only 31.5 % of HI result that had agreement with PRNT, meanwhile ELISA lgG 98.6%. In this case, we found that HI is good in determination of primary but poor in secondary infection. Statistical analysis revealed that HI and ELISA IgG performance is significantly different with p O (p"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32370
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Punjung Wicaksono
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26524
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Windraseptamadya Asrah
"Demam dengue adalah salah satu jenis demam yang umum terdapat pada negara beriklim tropis. Demam ini disebabkan oleh virus dengue (DENV) yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus yang umumnya bereproduksi di iklim tropis serta dapat berubah menjadi demam berdarah dengue (DBD) apabila penderita tidak dirawat dengan tepat yang dapat berakibat fatal. DENV melakukan replikasi di dalam retikulum endoplasma dari sel manusia dengan bantuan enzim ?-Glucosidase yang dapat diinhibisi dengan menggunakan senyawa berbasis iminosakarida yang mengakibatkan DENV mengalami misfold dan terdegradasi. Ligan standar dan modifikasi telah dilakukan studi ADMET dan RO5 sebelum dilakukan docking dengan protein. Ligan modifikasi tersebut adalah senyawa organoboron yang berbasis terhadap 1-deoxynojirimycin yang meningkatkan energi ikatan bebas pada kompleks protein-ligan yang terbentuk jika dibandingkan dengan senyawa yang tidak termodifikasi. Dari sepuluh ligan modifikasi, ligan nomor dua dan tiga memiliki interaksi terbaik dengan ?-Glucosidase I dan II secara berturut-turut dengan sebesar -8,622 kkal/mol dan -8,858 kkal/mol secara berturut-turut.

Dengue fever is a type of fever that is commonly found in tropical countries. It is caused by dengue virus (DENV) that transmitted by Aedes aegypti or Aedes albopictus mosquitos that mostly reproduces in tropical climates, that can develop into more severe and fatal disease called dengue hemorrhagic fever. DENV can replicate inside endoplasmic reticulum of human cells with the help of ?-Glucosidase enzymes, which can be inhibited using iminosaccharide based drug, that could lead to DENV degradation due to misfolded protein. Standard and modified ligand underwent ADMET and RO5 analysis before being prepared alongside with protein to be docked. The modified ligand is an organoboron compound based on 1-deoxynojirimycin that increases binding free energy on formed ligand-protein complex compared to non-modified compound. From ten modified ligands, ligand number two and three had the best interaction with ?-Glucosidase I and II respectively with of -8.622 kcal/mol and -8.858 kcal/mol respectively."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Arif Amien
"Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditularkan oteh nyamuk Aedes Aegypti merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sering menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian pada banyak orang. Vaksin dan obat untuk mencegah penyakit DBD belum ada, Cara tepat untuk memberantas nyamuk Aedes Aegypti adalah dengan memberantas jentik di tempat berkembang biaknya. Selama ini ada kecenderungan bahwa masyarakat hanya mengharapkah bantuan dan menuntut pemerintah untuk melakukan pemberantasan penyakit DBD di lingkungan pemukiman mereka. Selain itu masih ada anggapan pada masyarakat bahwa kesehatan merupakan tanggung jawab pemerintah. Padahal Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan pentingnya partisipasi masyarakat datam pembangunan kesehatan, namun sampai saat ini penyakit-penyakit menular yang berbasiskan kesehatan Iingkungan cenderung semakin tinggi, sehingga dapat diasumsikan partisipasi masyarakat di bidang kesehatan masih rendah.
Atas dasar hal itulah penelitian ini dilakukan, dengan tujuan ingin mengetahui faktor-faktor atau variabel apa raja yang mempengaruhi partisipasi masyarakat, dan faktor apa yang paling dominan. Dalam beberapa literatur diungkapkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi seseorang, yaitu usia, lama menetap, pendidikan, pekerjaan, penghasilan (Angell, 1958; Ross & Lappin, 1967; Oscar Lewis, 1973; Andersen, 1995), intensitas informasi (Tjokroamidjojo, 1974; Depari, 1978) dan pengetahuan (Ross, 1970; Bambergers & Shams, 1989). Ketujuh faktor tersebut berhubungan secara positif terhadap partisipasi, artinya semakin tinggi faktor-faktor pengaruh tersebut, maka akan semakin tinggi pula partisipasi seseorang.
Pengumpulan data dilakukan melalui survai dengan teknik wawancara berstruktur, sampel penelitian adalah para ibu (istri) yang ditarik secara sistematis berdasarkan kerangka sampel yang telah dibuat sebelumnya, sedangkan analisis data menggunakan perhitungan regresi berganda logistik, dimaksudkan untuk memprediksi besamya peluang (probabilita) pengaruh ketujuh faktor diatas terhadap partisipasi.
Temuan penelitian menunjukkan hanya dua dari tujuh variabel yang signifikan, yaitu variabel pekerjaan dan intensitas informasi. Para ibu yang bekerja pada sektor formal berpeluang untuk berpartisipasi 4,1 kali dibandingkan para ibu yang bekerja pada sektor non formal, sedangkan para ibu yang intensitas informasinya banyak berpeluang untuk berpartisipasi 1,4 kali dibandingkan para ibu yang intensitas informasinya sedikit. Rekomendasi yang diusulkan adalah peningkatan pemahaman masyarakat melalui program peningkatan kualitas materi informasi, program penyediaan sarana informasi yang memadai, serta program penyusunan metode penyampaian informasi sesuai kelompok sasaran.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T591
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Clarisa Rumora Abigail
"Latar Belakang: Kebocoran plasma merupakan salah satu penanda dari derajat keparahan penyakit infeksi virus dengue (DENV). Kadar fibrinogen mengalami perubahan seiring dengan terjadinya kebocoran plasma. Tujuan: Mengetahui hubungan kadar fibrinogen pada pasien infeksi DENV dengan derajat keparahan penyakit.
Metode: Peneliti menggunakan desain studi kohort dari data sekunder komunitas di Jakarta pada tahun 2010. Jumlah sampel penelitian adalah 43 orang dengan total 38 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Kadar fibrinogen yang digunakan yaitu data pada demam hari ketiga dan keempat dari total tujuh hari ke tiga pemeriksaan, karena merupakan perkiraan hari terjadinya kebocoran plasma. Derajat keparahan penyakit infeksi DENV ditentukan berdasarkan klasifikasi WHO 1997 dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD). Hasil pemeriksaan kadar fibrinogen pada demam hari ketiga dan keempat dianalisis menggunakan Uji T Independen.
Hasil: Hasil pemeriksaan demam hari ketiga menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna pada kelompok DD dan DBD (p=0,993), namun rata-rata kadar fibrinogen kelompok DBD (253,8 mg/dL) lebih rendah dibandingkan kelompok DD (253,9 mg/dL). Hasil pemeriksaan kadar fibrinogen demam hari keempat juga menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna pada kelompok DD dan DBD (p=0,437), namun rata-rata kadar fibrinogen DBD (218,7 mg/dL) lebih rendah dibandingkan DD (235,4 mg/dL).
Kesimpulan: Kadar fibrinogen DBD lebih rendah dibandingkan DD namun tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna sehingga tidak terdapat hubungan antara kadar fibrinogen dengan derajat keparahan penyakit pada pasien infeksi DENV.

Background: Plasma leakage is one of the degree of severity disease determinants in patients with dengue virus (DENV) infection. Fibrinogen levels changes due to plasma leakage in DENV infection. Objective: Investigate the association of fibrinogen level and the degree of severity disease in patients with DENV infection in Jakarta, Indonesia. Methods: Author used a cohort study from secondary data on community in Jakarta at the year of 2010. The total sample is 43 persons, of whom 38 persons met the inclusion criteria. Next, author chose the third and fourth days of a total of seven days fever examination of fibrinogen levels because these days are the estimated days of plasma leakage. The severity of DENV infection is determined based on the 1997 WHO Classification which is divided into two group namely Dengue Fever (DF) and Dengue Haemorrhagic Fever (DHF). The results of examination of fibrinogen levels on the third and fourth day of fever were analyzed using the Independent T Test Results: The results in the third day of fever were no significant difference in the DD and DHF groups (p = 0.993), but the fibrinogen levels in the DHF group (253.8 mg/dL) were lower than those in the DF group (253.9 mg/dL). The results of the examination of fibrinogen levels on the fourth day of fever were also analyzed using the Independent T Test, the results were no significant difference in the DF and DHF groups (p = 0.437), but DHF fibrinogen levels (218.7 mg / dL) were lower than DF (235.4 mg / dL). Conclusion: Fibrinogen levels in DHF were lower than DF but did not show a significant difference so there was no association between fibrinogen levels with the severity of the disease in patients with DENV infection.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>