Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181337 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Viana Villamanda Jatnika
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S26557
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gian Komalasari
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26526
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Budiyanto Nagawidjaja
"RSUD Pasar Rebo Jakarta merupakan Rumah Sakit Unit Swadana Daerah Kelas B Non Pendidikan yang memiliki Pelayanan Medik. Salah satu Pelayanan Medik yang ada di RSUD Pasar Rebo Jakarta adalah Instalasi Kamar Operasi. Berdasarkan Gambaran Keuangan Pelayanan Medik pada Semester I Tahun Anggaran 1999/2000 (April-September) didapatkan Pendapatan Instalasi Kamar Operasi sebesar Rp 548.964.000. Sedangkan Pengeluaran Instalasi Kamar Operasi sebesar Rp 649.148.000. Dengan demikian, Kontribusi Keuangan Instalasi Kamar Operasi rendah mencapai (Rp 100.184.000) atau (3,90%) dari Total Sisa Hasil Usaha seluruh Pelayanan Medik.
Kamar Operasi merupakan salah satu Unit Pelayanan Medik yang seharusnya memberikan Kontribusi Keuangan yang baik sebagai Revenue Center. Dengan demikian, didapatkan masalah penelitian yaitu Rendahnya Kontribusi Keuangan di Instalasi Kamar Operasi. RSUD Pasar Rebo Jakarta pada Semester I Tahun Anggaran 1999/2000.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai faktor yang berhubungan dengan Rendahnya Kontribusi Keuangan Instalasi Kamar operasi di RSUD Pasar Rebo Jakarta tahun 1999/2000. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara mendalam dan data sekunder dengan menelaah data yang ada.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor Rendahnya Kontribusi Keuangan Instalasi Kamar Operasi berhubungan dengan Utilisasi Kamar Operasi yang rendah, Tarif yang tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan, Piutang Pasien operasi yang besar dan Pembiayaan yang Iebih besar daripada pendapatan Kamar Operasi. Selain itu berhubungan dengan Jenis Pembayaran Pasien, Jenis Pemilihan Kelas, Jenis Operasi, Golongan Operasi dan Kebijakan di Instalasi Kamar Operasi RSUD Pasar Rebo Jakarta.
Disimpulkan bahwa untuk meningkatkan Kontribusi Keuangan Instalasi Kamar Operasi perlu adanya Kebijakan dari Manajemen Rumah Sakit dan Kegiatan Operasional untuk menanggulangi hal yang berhubungan dengan Rendahnya Kontribusi Keuangan.
Saran yang diusulkan adalah perlu adanya Kebijakan mengenai Jenis Pembayaran Pasien, Penggolongan Operasi dan Piutang yang dapat dijadikan pedoman. Selain itu disarankan untuk meningkatkan Manajemen Kamar Operasi, memberlakukan Tarif operasi yang sesuai dengan biaya yang dikeluarkan, membentuk team untuk menangani masalah Piutang dan memperbaiki Sistem Farmasi di Kamar Operasi. Yang semuanya diharapkan dapat meningkatkan Kontribusi Keuangan Instalasi Kamar Operasi di RSUD Pasar Rebo Jakarta.
Daftar bacaan : 32 (1971-1999).

Factor Analysis in Case of Low Financial Contribution from Operation Room Unit in RSUD Pasar Rebo Jakarta Year 1999/2000RSUD Pasar Rebo Jakarta is declared as a self-funding, B-class as well as non educational hospital which offers various type of medical services. One of the medical services in this hospital is the Operation Room Unit (ORU). Based on-the Financial Description for April - September 1999/2000, this unit has contributed of Rp.548.964.000,-. Unfortunately, this Operational Room Unit (ORU) has spend Rp.649.148.000,-. This number causes a negative contribution for about Rp.100.184.000,- or 3,90 percent of the Medical Services Income.
The Operation Room has been expected to become hospital revenue center. But this research has found the significant problem which is the low of financial contribution of the unit in the year of 1999/2000.
Using description analytical research with qualitative appraisal, this research aims to have the description of factors causes the low of financial contribution. Primary data is provided by deep interview and secondary data is provided by analyzing an available data.
The research shows the factors resulted in low of financial contribution has significant correlated with the low of utilization of the Operation Room, liability of operation patient and the cost of pharmacy and employee's salary. In addition patient payment,. decision of room class, type of operation, operation class and policy has contributed to the low of financial contribution.
This research suggested that to increase the financial contribution, the hospital is recommended to have policy which is used to overcome the problem causing the low of financial contribution.
It is also suggested to reevaluate the policy of the patient payment, operation classification, and standardized liability. In addition, the RSUD Pasar Reba Jakarta should consider to manage operation room better than it is today, to evaluate current price of the services, and build the team to handle the liability and pharmacy system in room operation. This recommendation will help the management of the hospital to increase the financial contribution in RSUD Pasar Rebo Jakarta.
Bibliographies : 32 (1971-1999)"
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T5057
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Nuryanti
"RSUD Pasar Rebo bezmula hanya sebagai Rumah Sakit Rakyat pada tahun 1945, yang dikenal sebagai Pos PBK. PMI. Dalam perkembangannya mmah sakit ini menjadi rumah sakit khusus TBC pam sampai akhimya berkembang menjadi rumah sakit swadana pada tahun 1996. Perkembangan terakhir memmjukan adanya persiapan yang dilakukan oleh rumah sakit ini menuju organisasi yang lebih dinamis dan mandiri lagi yaitu bentuk organisasi BUMD yang diharapkan dapat lebih menjawab tantangan di masa depan.
PKS adalah salah satu instalasi produksi di RSUD Pasar Rebo, pertama kali diselenggarakan pada tahun 1993 dengan hanya melayani 4 klinik yaitu klinik paru, umum, gigi dan mulut dan klinik Perloembangan terakhir tahun 2002 berkembang menjadi 16 pelayanan klinik spesialis dan subspesialis yang berapm. Pada awalnya PKS diselenggarakan untuk Iebih meningkatkan layanan kepada masyarakat sekaligus mendapatkan tambahan penghasilan untuk karyawaxmya dengan cara lebih mendayagunakan fasilitas yang idle pada sore hari. Didalam perkembangan organisasi yang lebih mandid dan target pasar menengah-atas yang tidak memerlukan subsidi maka diharapkan pula diperoleh dana tambahan untuk subsidi silang dan menjadi sumber pendapatan tambahan rumah sakit dari aktivitas penyelenggarasm PKS ini.
Tujuan penelitian ini xmtuk melihat tingkat kinerja keuangan penyelenggaraan Instalasi PKS dengan melihat tingkat kemampuan pengernbalian biaya Instalasi PKS melalui pendapatan yang diperoleh dari pelayanan kepada pasiennya dan memdapatkan gambaran umum mengenai pemanfaatan neraca surplusnya.
Penelitian merupakan penelitian kualitatif-deskriptif dengan melakukan analisis biaya terhadap penyelenggaraan PKS dan dilakukan dengan metoda cross sectional. Analisis tingkat pengembalian biaya dilakukan melalui anaiisis biaya yang dilakukan dengan metode activity based costing untuk melihat aktivitas dan besarnya biaya aktivitas tersebut, Selanjutnya identitikasi sumber pendapatan untuk mendapatkan jumlah pendapatan yang diperoleh dari aktivitas PKS. Perbandingan antara pendapatan dan biaya dari masing-masing poliklinik merupakan informasi tingkat kemampuan pengembalian biayanya (cost recovery rate=CRR). CRR di atas 100% berarti instalasi atau cost object telah mampu membiayai seluruh biaya yang menjadi bebannya melalui pendapatannya, sedangkan CRR di bawah 100% artinya cost object belum mampu membiyai seiuruh biaya yang menjadi bebannya atau masih mendapat subsidi. Surplus merupakan selisih antara pendapatan dan biaya cost object tersebut.
Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa hanya 4 klinik dari 16 pelayamin klinik yang telah mencapai CRR di atas 100%, yaitu Klinik Anal; Bedah, Gigi dan Klinik Kebidanan Selain itu hasil penelitian ini tidak menemukan kebijakan khusus mengenai pemanfaalan dana neraca surplus dari penyelenggaraan PKS ini.
Saran dari penelitian ini adalah melakukan pembenahan dan perbaikan terhadap pencatatan di pengelola anggaran, aturan mengisi fonnulir srruk pembqyaran PKS kenaikan tarif, cost containment, peningkatan mum produk dan promosi mengenai produk PKS.

In 1945 Pasar Rebo District General Hospital known as "hospital for the people", part of P3K Indonesia Red Cross division. The hospital was established as a TBC hospital and then converted to an autonomous (swadana) hospital since 1996. At the moment, the hospital is being prepared to be converted as a more dynamic and autonomous institution (BUMD) to respond any challenge in the future.
One of production unit in Pasar Robo District General Hospital is Private Outpatient Department (PKS) established in 1993, which only provided four clinics: pulmonary clinic, general clinic, dental clinic and nutrition clinic. In 2001 number of clinics were 16 specialist and sub-specialist services. In the begirming Private Outpatient Department was set up to extend service for the public and to increase income for employees by utilizing idle facilities alter fomial oiiice hours, As a more self-suflicient institution and the clinics is expecting to catch up the middle-up socio economic market provides cross-subsidy.
The aim of the study was to analyze financial performance of Private' Outpatient Department or its cost recovery rate and to obtain information about on how to use its surplus.
The research is a descriptive-qualitative study using cost analysis on Private Outpatient Department services with cross-sectional design. Cost analysis was conducted by using activity based costing method. Total revenue from Private Outpatient Department was also identiiied. If cost recovery rate (CRR) more than l00%, meaning that the department potential to recover its costs and vice versa. Surplus was obtained by subtracting total cost from total revenue. It was concluded that only 4 (four) out of 16 (sixteen) clinics reached CRR more than 100% i.e. Pediatric, Surgery, Dental and Obstetric/gynecology clinics. And there was no panicular policy on using its surplus.
It is recommended to Pasar Rebo District General Hospital to improve thc recording system on its expenses, to [ill in the billing sheet properly, to adjust the tariff to apply cost containment program, to improve product quality and product promotion.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T5067
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Husni
"ABSTRAK
Perencanaan persediaan obat-obatan di Instalasi Gawat Darurat merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan dengan menggunakan cara-cara yang tepat, tujuan dari bagian logistik obat-obatan Instalasi Gawat Darurat adalah mengadakan persediaan perbekalan Farmasi dan menjaganya sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh para pemakainya dengan biaya yang seefisien mungkin.
Dengan adanya perencanaan diharapkan dapat dihasilkan suatu jumlah dan jenis persediaan perbekalan Farmasi yang ada di Instalasi Gawat Darurat, dalam hal ini khusus untuk obat-obatan dan bahan habis pakai. Persediaan obat-obatan dan bahan habis pakai dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok berdasarkan nilai investasi dengan memakai analisis ABC, yaitu Kelompok A dengan nilai investasi tinggi, Kelompok B dengan nilai investasi sedang dan Kelompok C dengan nilai investasi rendah. Pengelompokkan ini merupakan salah satu cara untuk mengendalikan persediaan, dengan demikian dapat diketahui jenis obat yang mana yang perlu diperhatikan oleh karena memerlukan investasi yang tinggi.
Selain itu akan ditentukan pula nilai indeks kritis setiap obat, untuk tujuan membuat skala prioritas pada sistem persediaan yang akan dilakukan.
Pentingnya penentuan nilai indeks kritis dari suatu jenis obat oleh karena tidak semua obat yang nilai investasinya tinggi dengan otomatis mempunyai nilai kritis yang tinggi pula, begitu pula sebaliknya. Indeks kritis ini dapat diketahui melalui pendapat dari para dokter yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat yang memakai obat tersebut dalam rangka pelayanan terhadap pasien. Dengan adanya indeks kritis ini, terdapat pengelompokkan baru, yaitu kelompok A dengan indeks kritis tinggi, kelompok B dengan indeks kritis sedang dan kelompok C dengan indeks kritis rendah.
Pengelompokkan secara analisis nilai indeks kritis ABC lebih tepat untuk Rumah Sakit dari pada menggunakan analisis ABC biasa khsususnya untuk mengendalikan obat-obatan dan bahan habis pakai di Instalasi Gawat Darurat.
Dalam analisis indeks kritis ABC telah dimasukkan faktor kritis suatu obat yang berkaitan dengan pelayanan pada pasien, yang tertinggi diperuntukkan bagi upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit.
Dari analisis indeks kritis ABC didapatkan hasil bahwa kelompok A yang memerlukan investasi paling tinggi (69,26% dari seluruh biaya) terdiri 21 item obat (13,12%), kelompok B menelan biaya 29,64% terdiri dari 120 item obat dan kelompok C hanya membutuhkan 1,10% biaya investasi 10,10% dari seluruh biaya. Dalam pengendalian persediaan selain menggunakan analisis ABC dan analisis indeks kritis ABC juga digunakan metode kuantitatif : EOQIROP (Reorder Point I Economic Order Quantity) untuk mengetahui berapa banyak barang dipesan dan kapan barang harus dipesan dengan pengelompokkan ini perencanaan persediaan obat selanjutnya dapat lebih tepat dan lebih efesiens, serta diharapkan dapat mengurangi peristiwa kehabisan persediaan.

ABSTRACT
Controlling the Inventory of Medical Supplies in Emergency Room, RSUD Pasar Rebo, East JakartaEfficient in cost of procurement of Medical Supplies and their inventory control, is the objective of Logistic Department in Emergency Room. This study was conducted to organize the logistic more efficient.
The stocks of medicines and disposable goods were classified in 3 groups, based on its investment value using ABC analysis. Group A, was the high investment value, group B was the medium investment value and group C was the low investment value. This grouping were used to determine which medical supplies needed most attention.
Subsequently, the control index value of each medical supplies was also determined.
This was important because not all medical supplies which were high investment value, were also have high critical index value and vice versa. The Critical Index Value were attained by asking doctors in ER, who used that medicine. Using the Critical Index Value, medical supplies were classification into group A, B, and C.
Classification based on the Critical Index Value was more suitable for Hospital that using ABC analysis, especially for controlling medicines and disposable goods in ER, because Critical factor of medicines which is related to patient's service, was included in this analysis.
The Study found that group A need highest investment (69,26 % from whole cost) and is consist of 21 items (13,12 %), group B cost 29,64% and is consist of 120 items, and group C only cost 1,10% of cost investment and 10,10% whole consist of 19 items.
To further control the logistic of medical supplies, the economic order quantity method was used. This was necessary to obtain how many goods should be ordered and when they should be reordered.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Sutyowati Permatasari
"RSUD Pasar Rebo menyandang status sebagai rumah sakit swadana sejak akhir tahun 1992 dan pada awal tahun 2005 ini akan bergeser menjadi BUMD. Keputusan Presiden No 40 tahun 2001 mengenai kelembagaan RS BUMD, maka pengelolaan RS akan mengarah kepada operasional pelayanan secara mandiri dan otonom. Dengan keluarnya Kepres tersebut, maka RSUD Pasar Rebo sedang berbenah diri untuk mempersiapkan status BUMD. Bulan Juli 2004 ini RSUD Pasar Rebo juga sedang mempersiapkan diri mendapatkan sertifikasi ISO 9001, 2000. Oleh karena itu RS terus melakukan peningkatan mutu layanan dan kinerja RSnya. Dalam mewujudkan pelayanan jasa rumah sakit yang berkualitas diperlukan sistem manajemen yang Iebih baik dan menggunakan indikator kinerja yang jelas. Indikator kinerja keperawatan adalah salah satu indikator yang penting dalam mengukur keberhasilan suatu rumah sakit. Indikator kinerja keperawatan ini diperlukan untuk melakukan penilaian kinerja. Selama ini RSUD Pasar Rebo belum memiliki penilaian kinerja. IGD adalah pinta gerbang RS dan memerlukan kinerja keperawatan yang baik karena kasus-kasus yang ditangani adalah kasus yang menyangkut kegawatdaruratan yang membutuhkan respon time yang cepat agar kematian dapat dihindari. Instalasi Gawat darurat RSUD Pasar Rebo juga memiliki jumlah kunjungan yang cukup tinggi dibanding Instalasi Gawat Darurat RS sejenis.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan mengidentifikasi bersama-sama staf keperawatan indikator kunci kinerja keperawatan untuk jabatan perawat pelaksana dan Kepala Ruangan. Untuk pengambilan data primer dilakukan FGD dan wawancara dengan perawat pelaksana dan kepala ruangan IGD RSUD Pasar Rebo. Data sekunder diambil dari telaah dokumen. Penelitian ini merupakan studi awal dari pengembangan indikator kunci kerja keperawatan. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan indikator kunci kinerja keperawatan.
Hasil dari penelitian ini adalah teridentifikasinya 14 indikator kunci kinerja keperawatan untuk jabatan perawat pelaksana yang terdiri dari 6 indikator hasil (Lag Indicator) dan 8 indikator proses (Lead Indicator). Sedangkan untuk jabatan Kepala Ruangan IGD RSUD Pasar Rebo teridentifikasi 25 indikator kunci kinerja keperawatan yang terdiri dari 14 indikator hasil (Lag Indicator) dan 11 indikator proses (Lead Indicator).
Indikator kunci kinerja keperawatan diharapkan dapat dikembangkan menjadi Indikator Kunci Rumah Sakit dan juga dikembangkan menjadi satu instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja. Tapi perlu dilakukan penelitian lebih mendalam untuk mengembangkan indikator kunci kinerja keperawatan.

RSUD Pasar Rebo held status as swadana hospital since the end of year 1992 and at the beginning of year 2005 will be BUMD. KepPres No 40 year 2001 talking about BUMD Hospital, and therefore the management of hospital will direct the operational of hospital into autonom management. This July 2004, RSUD Pasar Rebo is preparing to get ISO 9001, 2000 certificate. Therefore the management keep trying to increase the quality of care and performance_ To have good quality of health care, it's needed a better management system dan have clear performance indicator. Performance indicator of nursing is one of important performance indicator to measure the success of the hospital. This performance indicator of nursing is needed to measure performance, RSUD Pasar Rebo doesn't have performance of nursing measurement. The emergency unit is the front door of a hospital and it needs good performance of nursing because the cases that are handled are emergency cases that need quick response time so that the death can be minimized. The emergency unit of RSUD Pasar Rebo have a higher visit than the emergency unit from another hospital that is similar.
This study uses qualitative method to identify key performance indicator of nursing for associate nurse and the head of nurse together with the emergency unit nurses. To get primary information the researcher uses focus group discussion and interview with the nurses in emergency unit. This study is only a preliminary study of developing key performance indicator of nursing. It's needed another study to develop good key performance indicator of nursing.
The result of this study is identification of 14 key performance indicators for associate nurse which consist of 6 lag indicators and 8 lead indicators. And for the head nurse we identify 25 key performance indicators consist of 14 lag indicators and 11 lead indicators.
We hope that this key performance indicator of nursing can be developed into key performance indicator for hospital. These indicators also can be developed to measure performance. But it's needed a further study to develop key performance indicator of nursing.
References : 43 (1976 - 2004)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13158
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Arofani
"Skripsi ini membahas peran sistem informasi dalam mengoordinasikan unit-unit untuk pelayanan rawat inap di RSUD Pasar Rebo tahun 2009. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam dan observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem informasi terkomputerisasi memudahkan pertukaran informasi antarunit. Permasalahan yang ditemukan adalah kurangnya jumlah karyawan, kesulitan menggunakan komputer ketika jaringan sedang sibuk, kurangnya jumlah dan kualitas printer di beberapa unit (seperti kasir dan admission) serta kesulitan mendapatkan data yang dikarenakan perawat dan dokter masih mengisi data klinis pasien secara manual dan mengambil hasil pemeriksaan.
Saran dari penulis adalah menambah dan memperbaiki infrastruktur sistem informasi rawat inap (dari segi software dan hardware), merencanakan pengembangan sistem informasi untuk perawat, evaluasi terhadap penggunaan aplikasi sistem informasi, serta melakukan perhitungan kebutuhan jumlah karyawan dan memenuhi kebutuhan tersebut.

The focus of this thesis is the role of information system in coordinating the units for inpatient department service at Pasar Rebo District General Hospital in 2009. This research is a qualitative research with indepth interview and observation method.
Result of research shows that computerized information systems facilitates the information exchange among units. Problems that were found are the lack of number of employees; difficulties in using computer at busy hours; the lack of quantity and quality of the printer in some units (such as cashier and admission); difficulties of getting data that is because the nurses and doctors are still giving the patients? clinical data manually; nurses are still taking the results of the laboratory and radiology examination manually.
Author's suggestions are adding and improving inpatient information systems infrastructure (in terms of software and hardware), planning information system development for nurses, evaluating the use of information systems applications, calculating the number of employee needs then meet those needs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pical, Femmy Imelia
"Populasi lanjut usia di Indonesia semakin meningkat. Kenaikan hipertensi sejalan dengan pertambahan usia. Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler. Sekitar 50% kejadian kardiovaskuler di sebabkan oleh hipertensi. lansia merupakan kelompok rentan terhadap hipertensi. Prevalensi hipertensi pada lansia di Indonesia cukup tinggi diperkirakan sekitar 20-30%. Di puskesmas kecamatan Pasar Rebo hipertensi menempati urutan pertama dari 10 penyakit terbanyak yang diderita oleh lansia selama tahun 2009-2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan determinan hipertensi di posyandu lansia. Desain penelitiannya adalah cross sectional melalui obsevasi data sekunder hasil pemeriksaan kesehatan di 10 posyandu lansia pada bulan Desember 2010, berjumlah 270 responden. Hasil penelitian didapatkan prevalensi hipertensi sebesar 48,9%. Kejadian hipertensi cukup tinggi pada lansia yang tinggal di wilayah kelurahan Pekayon yaitu sebesar 55,4%, berumur 70 tahun ke atas yaitu sebesar 65,4%, berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 67,5%, mengalami kegemukan (58,8%), ada gangguan mental/emosional (58,5%), serta mengidap penyakit diabetes Mellitus (68,8%).
Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara umur, jenis kelamin, dan kegemukan terhadap kejadian hipertensi (p=≤0,05). Sedangkan pada variabel gangguan emosional dan riwayat penyakit DM tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik. Upaya pengontrolan berat badan lansi perlu dilakukan untuk menurunkan kejadian hipertensi.

The population of elderly in Indonesia was increased. As known, hypertesion would be increased by age. Hypertension is a major risk factor for cardiovascular disease. About 50% of cardiovascular disease caused by hypertion. Elderly is very potential to become hypertension. Prevalence hypertension of elderly in indonesian estimated about 20-30%. In health center of Pasar Rebo distric, hypertion was number one of ten most disease suffered by elderly during 2009-2010. There is an urgent need to gather information about prevalence and various blood pressure risk factors in elderly health care.
This study using cross sectional methodology by observation secondary data of elderly health status from 10 elderly health care in Pasar Rebo district, Desember 2010. The purpose of this study was to investigate prevalence and determinants of hypertension in elderly care. The total of responden was 270 elderly.
The result of this study showed that prevalence hypertion is about 48,9%. Hypertension was high in the elderly who live in Pekayon (57%), in the age group more than 70 years old (65,4%), male sex that is about 67.5%, with overweight (58, 8%), with mental /emotional disorder (58.5%), and with diabetes mellitus (68.8%). Statistical test results also showed that there is significant relationship between age, gender, and overweigth with hypertension. While the variable of mental/emotional disorder and history of DM disease has no significant relationship. Controling of body mass index for elderly is recommended to decrease hypertension.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>