Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191514 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Riski Ningtyas
"Seiring dengan perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), industri perbankan mikro pun mengalami perkembangan yang signifikan dengan banyaknya bank-bank besar yang terjun ke sektor ini. Salah satu bank milik pemerintah yang fokus pada pengembangan UMKM ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. Dengan proporsi target bisnis UMKM sebesar 80% dan Corporate sebesar 20% dan didukung dengan luasnya jaringan di seluruh Indonesia BRI menjadi market leader di sector ini.
Penilaian saham perlu dilakukan sebelum investor mengambil keputusan untuk membeli, mempertahankan atau menjual saham. Penilaian saham BRI ini menggunakan analisis fundamental dengan pendekatan topdown approach. Hasil dari analisis itu kemudian digunakan untuk perhitungan harga wajar saham dengan menggunakan metode Free Cash Flow to Equity (FCFE) dan Relative Valuation. Hasil dari perhitungan tersebut menunjukkan bahwa saham BRI berada dalam kondisi undervalued jika dibandingkan dengan harga pasar. Untuk itu investor disarankan untuk membeli saham BRI tersebut.

Along with the development of micro, small and medium enterprises (SMEs), micro-banking industry also significantly growth with the number of major banks who involved into this sector. One of the government-owned bank that focuses on SMEs is PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. With the proportion of SME business targets by 80% and 20% Corporate and supported by the extensive network throughout Indonesia BRI become market leader in this sector.
Stock valuation needs to be done before investors decide to buy, hold or sell stocks. BRI's valuation uses fundamental analysis approach with topdown approach. The results used for the calculation of fair prices of shares by using the Free Cash Flow to Equity (FCFE) and Relative Valuation. The results of these calculations indicate that the BRI?s stock is in undervalued compared to market prices. It is advisable for investors to buy shares of the BRI
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aries Apriansyah
"Pertumbuhan aset industri perbankan syariah selama sepuluh terakhir rata-rata diatas 40%. Pertumbuhan tinggi tentunya juga menggerus modal. Sementara di sisi lain, Bank Indonesia mensyaratkan tingkat modal minimum tertentu untuk menentukan tingkat kesehatan bank. Kondisi tersebut juga terjadi pada PT Bank Syariah Mandiri (BSM). Untuk dapat terus berekspansi di tengah industri yang tumbuh sangat pesat, BSM tidak mungkin hanya mengandalkan setoran modal dari pemiliknya yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Sehingga, rencana Initial Public Offering (IPO) pada tahun 2014 menjadi salah satu opsi. Valuasi harga saham BSM diperlukan untuk menentukan kisaran nilai wajar saham agar sesuai dengan kondisi dan proyeksi kinerja fundamental perusahaan di masa yang akan datang. Pada asumsi kondisi normal, pendekatan Dividen Discount Model menghasilkan nilai intrinsik per lembar saham BSM sebesar Rp45.009, pendeketan Free Cash Flow to Equity menghasilkan nilai intrinsik Rp234.103, pendekatan Relative Valuation menghasilkan nilai intrinsik Rp44.074, dan pendekatan Abnormal Earnings menghasilkan nilai intrinsik per lembar saham BSM sebesar Rp214.550. Harga saham tersebut masih terlalu besar, sehingga strategi stock split seratus-untuk-satu menjadi opsi ideal untuk menurunkan harga saham tanpa mengurangi nilai intrinsiknya.

The Average of asset growth of Islamic banking industry during the last ten years is above 40%. High growth would also erode the capital. While on the other side, Bank Indonesia requires a certain minimum level of capital to determine the soundness of banks. This condition also occurs in PT Bank Syariah Mandiri (BSM). To be able to continue to expand in the rapidly growing industry, BSM may not rely solely on the payment of capital from its owners, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Thus, Initial Public Offering (IPO) plans in 2014 become one of the feasible options. Stock price valuation of BSM is needed to determine the fair value of the stock to fit the shape and projection of the company's fundamental performance in the future. On the assumption of normal conditions, Dividend Discount Model approach produces an BSM intrinsic value per share at Rp45.009, Free Cash Flow to Equity at Rp234.103, Relative Valuation approach at Rp44.074, and Abnormal Earnings approach produces an intrinsic value per share at Rp214.550. The stock prices produce by theese methods are still too large, thus stock split strategy at one hundred-for-one is an ideal option to lower the stock prices without reducing its intrinsic value."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Pramoda Wardhani
"Predikat yang diperoleh Indonesia sebagai negara layak investasi oleh Fitch dan Moody's, membuat para investor berlomba untuk menginvestasikan dananya di pasar saham Indonesia. Valuasi menjadi sangat penting dilakukan sebelum memutuskan untuk berinvestasi, agar investor mengetahui aspek fundamental dari saham yang dituju. Bank Danamon sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia yang sedang mengembangkan berbagai program konsumer dan usaha kecil dan menengah, membuat harga saham BDMN layak untuk dipertimbangkan oleh investor. Untuk itu dengan mengetahui nilai wajar dari saham tersebut, investor bisa mengambil langkah pintar untuk menjaga portofolio, mengambil keuntungan dan meminimalisasi risiko.
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada skenario normal dengan metode Free Cash Flow to Equity, harga saham BDMN Rp 6.055, sedangkan dengan Relative Valuation Rp 5.518 dan untuk metode Abnormal Earnings harga saham BDMN Rp 7.997. Harga-harga tersebut di bandingkan dengan harga pasar BDMN per tanggal 30 September 2012 yaitu Rp 6.100, sehingga dari kedua metode disimpulkan harga saham BDMN overvalued dan dengan metode abnormal earnings harga saham BDMN undervalued.

Predicate that gained by Indonesia as an investment worth by Fitch and Moody's, make a lot of investors raced to invest in Indonesia stock market. Valuation becomes very important before deciding to invest, so that investors know the fundamental aspects of the stock in question. Bank Danamon as one of the largest banks in Indonesia, which is developing a range of programs of consumer and small and medium enterprises, making stock prices of BDMN eligible for consideration by investors. For that to determine the fair value of shares, investors can take smart steps to keep their portfolio, take an advantage and minimize risk.
The results of the research that has been done by normal scenario using free cash flow to equity method, gave the intrinsic value of BDMN stock IDR 6,055, while calculation with relative valuation method IDR 5,518 and abnormal earnings method resulting amount of IDR 7,997. Those prices has been compared with market price of BDMN on September 30, 2012 amounts IDR 6,100, and it can be concluded that the stock price of BDMN with two different method is overvalued and with only abnormal earnings method is undervalued.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Freddy Iwan S.
"Investor yang ingin melakukan transaksi di pasar sekunder perlu juga memperhatikan saat-saat yang tepat untuk melakukan transaksi penjualan maupun pembelian saham. Banyak investor melakukan keputusan pembelian saham berdasarkan harga jual terakhir. Pembelian saham pada harga yang tinggi merupakan suatu keputusan yang sama buruknya dengan melakukan pembelian saham pada harga yang murah namun memiliki kecenderungan untuk terus turun secara bertahap. Oleh karena itu, investor perlu mengetahui nilai intrinsik dari suatu saham sebelum melakukan keputusan pembelian atau penj ualan saham untuk dapat mengambil keputusan yang tepat dalam investasi.
Permasalahan yang diangkat dalam karya akhir ini adalah melakukan analisis valuasi harga saham BM posisi 30 September 2003, 31 Desember 2003 dan 31 Maret 2004 dengan menggunakan model free cash flow to equity (FCFE) dan relative valuation.
Pendekatan yang digunakan daiam anatisis valuasi pada tulisan ini adalah free cash flow to equity dan relative valuation. Dengan menggunakan analisis valuasi, investor dapat menilai saham Bank Mandiri dan mengetahui nilai sebenamya (nilai intrinsik) sehingga dapat membandingkan apakah saham Bank Mandiri yang beredar yang dihargai terlalu tinggi (overpriced) atau terlalu rendah (underpriced).
Dari hasil analisisi diperoleh baik dengan metode free cash flow to equity dan relative valuation , harga saham Bank Mandiri di market masih dibawah (undervalued) dari nilai intrinsiknya.
Berdasarkan analisis valuasi yang telah dilakukan, selama kondisi makro ekonomi, industri perbankan dan kinerja bank sama dengan asumsi kualitatif dan kuantitatif yang dipakai dalam tulisan ini, disarankan kepada investor untuk membeli saham Bank Mandiri."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Melanty Veronica
"ABSTRAK
Krisis yang sedang dialami perbankan Indonesia saat ini pada dasarnya disebabkan oleh lemahnya permodalan yang dimiliki. Hal ini menjadi ancaman serius terutama dalam menghadapi era pasar bebas dunia yang sudah semakin dekat. Mengantisipasi masalah ini, pemerintah Indonesia menghendaki agar perbankan nasional memperkuat permodalannya sendiri dengan salah satu jalan melakukan penawaran saham ke pasar modal. Pasar modal yang berkembang pesat beberapa tahun belakangan ini dapat digunakan sebagai alternatif untuk mendapatkan sumber dana yang besar: Di samping itu pasar modal juga dapat menjadi alternatif berinvestasi bagi masyarakat yang ingin memanfaatkan dananya karena dapat memberikan keuntungan.
Semakin besar keuntungan yang diharapkan oleh seorang investor, semakin tinggi pula resiko yang harus dihadapinya. Untuk itu diperlukan analisis yang matang sebelum investor mengambil keputusan membeli, menahan atau menjual suatu saham. Salah satu bentuk analisis yang dapat dilakukannya adalah analisis fundamental.
Analisis fundamental dengan metode top down approach dimulai dengan analisis perekonomian makro, analisis industri dimana perusahaan berada, dan analisis perusahaan. Termasuk ke dalam analisis ekonomi makro adalah analisis terhadap variabel-variabel perekonomian makro, seperti kebijakan moneter dan fiskal dari pemerintah, pertumbuhan ekonomi, inflasi tingkat suku bunga dan lain-lain. Sedangkan analisis industri dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis five forces (Porter, 1980), yaitu melihat kekuatankekuatan yang akan mengancam profitabilitas perusahaan. Sementara itu analisis perusahaan adalah melihat kondisi dan kinerja perusahaan di masa lalu dan sekarang untuk memperkirakan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Yang dilakukan dalam analisis perusahaan antara lain adalah analisis terhadap strategi perusahaan, laporan keuangan, dan penghitungan nilai intrinsik saham perusahaan dengan menggunakan model penilaianfree cash flow to equity.
Penulisan Karya Akhir ini menerapkan analisis fundamental pada sebuah perusahaan BUMN yang mepunyai rencana untuk melakukan go public di masa yang akan datang. Diharapkan dengan analisis ini dapat diketahui perkiraan nilai wajar sahamnya pada saat IPO dilaksanakan. Perusahaan yang dipilih adalah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) atau lebih dikenal dengan BRI yang berada di dalam sektor perbankan dan kepemilikannya masih 100% dimiliki pemerintah. Dalam program restrukturisasi perbankan yang sedang dilakukan pemerintah dengan bantuan IMF saat ini, BRI ditetapkan untuk berdiri sendiri tanpa diikutsertakan dalam proses merger bank-bank pemerintah lain, serta kegiatan bisnis BRI difokuskan kepada usaha kecil dan menengah.
Berdasarkan analisis fundamental yang dilakukan dengan pendekatan FCFE model, diperoleh nilai intrinsik saham sebesar Rp.3.808,49 per saham yang dapat dijadikan patokan bagi investor apakah nantinya harga yang terjadi di pasar adalah harga yang undervalued atau overvalued. Sehingga dengan diketahuinya nilai wajar dari saham ini investor dapat memutuskan untuk membeli atau tidak membeli saham tersebut. Tetapi dengan berjalannya waktu yang selalu diikuti dengan adanya ketidakpastian, kesimpulan tersebut dapat berubah. Karena apabila terjadi perubahan kondisi yang tidak sesuai dengan proyeksi yang telah dibuat maka kesimpulan akhir yang diperolehpun dapat berubah."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edo Halintar
"Dalam melakukan penawaran umum perdana, hendaknya perusahaan menetapkan harga tidak jauh berbeda dengan nilai wajarnya. Hal ini guna memaksimalkan potensi dana yang dapat PT. BPD Jabar Banten (BJBR), sebuah perusahaan perbankan, melakukan penawaran dengan harga Rp. 600,- per lembar sahamnya Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah harga saham perdana yang ditawarkan apakah lebih tinggi atau lebih rendah dari harga wajarnya. Penulis melakukan valuasi dengan metode Free Cash Flow to Equity (FCFE) dengan two- stage model serta metode relative valuation dengan metode P/E ratio. Penelitian ini berkesimpulan bahwa harga saham perdana yang ditawarkan perseroan jauh lebih rendah dari nilai wajarya.

For Initial Public Offering, a company suppose to offering the initial price close to its intrinsic value. Ihe point is to rnaximae fund that can gathered jiom the market. PII BPD Jabar Banten: (BJBR), a local banking company, offered its initial price at Rp. 600,- per share. The purpose of this thesis is to evaluate whether the initial price is over or under its fair value. The author employed Free Cash F low to Equity (F CFE) valuation method with two-stage model and relative valuation method This thesis concluded the initial price is much lower than the fair value of the stock."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T31631
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Surya Pratama
"Krisis global memberikan penurunan pada pasar modal dan harga saham pada tahun 2008. Namun pada tahun 2009 harga saham kembali naik sampai melebihi sebelumnya. Oleh karena itu, valuasi merupakan suatu alat yang penting untuk dapat mengetahui nilai intrinsik suatu saham sehingga investor dapat mengambil keputusan dalam berinvestasi. PT. Bank Negara Indonesia, Tbk (Persero) dipilih karena merupakan perusahaan milik negara yang mempunyai fundamental kuat dalam industri perbankan.
Tesis ini menggunakan 2 metode yang berbeda yaitu metode Free Cash Flow to Equity dan metode Relative Valuation. Hasil dari perhitungan valuasi tersebut kemudian dibandingkan dengan harga saham BNI saat ini untuk mengetahui posisi saham BNI apakah overvalued atau undervalued.

Global crisis had caused a decrease in capital markets and stock prices in 2008. However, in 2009 the stock price rebound significantly. Therefore, valuation is an important tool to valuing the intrinsic value of a stock so that investors can make right investment decisions. PT. Bank Negara Indonesia, Tbk (Persero) was chosen because it is a state-owned company that has strong fundamentals in the banking industry.
This thesis uses two different methods defined as Free Cash Flow to Equity and Relative Valuation method. The results of the valuation are compared with the current market price of BNI to identify the stock position is overvalued or undervalued."
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T28109
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irlanda Zettira Kusuma
"Karya tulis ini membahas hasil valuasi untuk mendapatkan nilai intrinsik perusahaan. Metode valuasi yang digunakan dalam karya ini adalah metode Discounted Cash Flow Model (DCF) dengan pendekatan valuasi Free Cash Flow to Equity (FCFE) dan Relative Valuation. Untuk melakukan analisis fundamental ini dilakukan analisis makro ekonomi, analisis industri serta analisis perusahaan. Data hasil analisis tersebut, dibutuhkan untuk menetapkan asumsi pertumbuhan perusahaan dimasa akan datang, yang akan digunakan dalam menghitung FCFE. Relative Valuation menggunakan pendekatan P/E. Dengan melakukan analisis tersebut, diharapkan dapat diketahui nilai intrinsik MYOR untuk keputusan investasi. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa harga saham MYOR undervalue terhadap nilai intrinsiknya.

This paper discusses the results of the valuation for the company's intrinsic value. Valuation method used in this work is the Discounted Cash Flow Model (DCF) valuation approach to Free Cash Flow to Equity (FCFE) and Relative Valuation. To perform this fundamental analysis of macro-economic analysis, industry analysis and company analysis. The data analysis results are needed to establish the company's future growth assumptions will come, which will be used in calculating FCFE. Relative Valuation approach P / E. By doing this analysis, is expected to know the intrinsic value MYOR for investment decisions.From the results of this research note that the stock price is undervalued against its intrinsic value MYOR."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S45183
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferly Aninditya
"Industri telekomunikasi adalah industri yang dinamis dikarenakan perkembangan teknologi telekomunikasi yang begitu cepat. Pelayanan selular bergerak di Indonesia, pada saat ini sedang beralih dari fokus pada layanan suara dan pesan singkat menuju layanan data. Dengan semakin banyaknya perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi, persaingan menjadi semakin ketat. Namun demikian, hanya ada tiga pemain utama yaitu PT. Telkomsel Tbk., PT. Indosat Tbk., dan PT. XL Axiata Tbk (XL). XL merupakan perusahaan telekomunikasi di Indonesia dengan pertumbuhan yang paling cepat. Kinerja perusahaan sejak diakuisisi oleh grup Axiata pada tahun 2009 selalu meningkat. XL optimis akan menjadi perusahaan telekomunikasi terdepan dalam kurun lima tahun ke depan. Untuk itu manajemen berusaha menarik minat investor untuk melakukan investasi di XL. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah nilai investasi yang ditawarkan sesuai dengan nilai perusahaan. Pada penelitian ini, dilakukan valuasi saham PT. XL Axiata Tbk. menggunakan Free Cash Flow to Equity Model, Abnormal Earnings Model dan Relative Valuation Model.Pada setiap model yang digunakan, masing-masing dibagi dalam tiga skenario, yaitu skenario normal, skenario pesimis dan skenario optimis.

Telecomunication industry is dinamic because it fastest growth in technology. In Indonesia, the mobile sellular services is on the step to change from focus on voice and short messege services to data services. With so many competitor in telecommunication industry, the competition become very high. Indeed, only three main company that dominate market. The three company are PT Telkomsel Tbk, PT Indosat Tbk, and PT XL Axiata Tbk (XL). XL is the fastest growth company in Indonesia telecommunication industry. The company performance raised every year since it acquisition by Axiata group in 2009. Management optimistic that the company will become the first telecommunication company in Indonesia by five years. To achieve this goal, the management try to atract the investor interest to investing their funds in XL. The question is, wether the value of the investment offered was in line with the return. This study shows the valuation of PT XL Axiata Tbk shares value by using Free Cash Flow to Equity Model, Abnormal Earnings Model and Relative Valuation Model. In each valuation model consists of three scenarios, normal scenario, pessimistic scenario, and optimistic scenario."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T34734
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Priyatno Hendroyuwono
"Krisis ekonomi yang telah dialami perbankan Indonesia pada dasarnya disebabkan oleh lemahnya permodalan yang dimiliki. Hal ini menjadi ancaman serius terutama dalam menghadapi era pasar bebas dunia yang sudah semakin dekat. Mengantisipasi masalah ini, pemerintah Indonesia menghendaki agar perbankan nasional memperkuat permodalannya sendiri dengan salah salu jalan melakukan penawaran saham ke pasar modal. Pasar modal yang berkembang pesat beberapa tahun belakangan ini dapat digunakan sebagai alternatif untuk mendapatkan sumber dana yang besar. Di samping itu pasar modal juga dapat menjadi alternatif berinvestasi bagi masyarakat yang ingin memanfaatkan dananya karena dapat memberikan keuntungan. Semakin besar keuntungan yang diharapkan oleh seorang investor, semakin tinggi pula resiko yang harus dihadapinya. Untuk itu diperlukan analisis yang matang sebelum investor mengambil keputusan membeli, menahan atau menjual suatu saham. Salah satu bentuk analisis yang dapat dilakukannya adalah analisis fundamental.
Analisis fundamental dengan metode top down approach dimulai dengan analisis perekonomian makro, analisis industri dimana perusahaan berada dan analisis perusahaan. Termasuk ke dalam analisis ekonomi makro adalah analisis terhadap variabel-variabel perekonomian makro, seperti kebijakan moneter dan fiskal dari pemerintah, pertumbuhan ekonomi, inflasi, tingkat suku bunga dan lain-lain. Sedangkan analisis industri dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis five forces (Porter), yaitu melihat kekuatan-kekuatan yang akan mengancam profitabilitas perusahaan. Sementara itu analisis perusahaan adalah melihat kondisi dan kinerja perusahaan di masa lalu dan sekarang untuk memperkirakan prospek perusahaan di masa yang akan datang, Yang dilakukan dalam analisis perusahaan antara lain adalah analisis terhadap strategi perusahaan, laporan keuangan, dan penghitungan nilai wajar atau intrinsik saham perusahaan dengan menggunakan model penilaian free cashflow to equiry dan P/E multiple.
Penulisan Karya Akhir ini menerapkan analisis fundamental pada sebuah perusahaan Negara atau BUMN yang telah melakukan go public tanggal 14 Juli 2003. Diharapkan dengan analisis ini dapat diketahui perkiraan nilai wajar sahamnya pada saat IPO dilaksanakan dan selama tahun 2004. Perusahaan yang dipilih PT. Bank Mandiri (Persero).
Analisis fundamental yang terdiri dari analisis terhadap ekonomi makro, diketahui kondisi perekonomian Indonesia menunjukkan masih terus berlangsungnya. Proses pemulihan ekonomi, dengan terjadinya peningkatan aktifitas ekonomi meskipun masih terus dibayangi oleh tekanan inflasi dan melemahnya nilai tukar rupiah. Dan krisis industri, diketahui kondisi industri perbankan mulai menunjukkan perbaikan walaupun kondisinya secara umum masih belum pulih. Perkembangan tersebut tercermin pada peningkatan penghimpunan dana, profitabilitas, membaiknya kualitas kredit serta peningkatan jumlah bank yang telah memenuhi ketentuan minimum Capital Adequacy Ratio (CAR). Disamping itu, fungsi intermediasi bank yang sempat terganggu selama berlangsungnya krisis telah menunjukkan pemulihan, yang tercermin dari adanya ekspansi kredit walaupun masih dalam skala kecil.
Bank Mandiri terus meningkatkan kualitas pelayanan terhadap nasabahnya, disamping terus menciptakan keunggulan baru dibanding pesaingnya. Bahkan Bank Mandiri sedang mempersiapkan diri dalam menghadapi era baru dalam bisnis perbankan yaitu telepon banking dan internet banking yang didukung dengan penggunaan teknologi canggih. Kecanggihan teknologi inilah yang membedakan Bank Mandiri dalam pelayanan menjadi lebih maju dari bank lain di Indonesia. Strategi Bank Mandiri mempertahankan dan meningkatkan bisnis corporate banking, meningkatkan pangsa pasar untuk nasabah komersial dan consumer, memperkuat pengelolaan risiko, meningkatkan penggunaan teknologi dan meningkatkan kinerja keuangan.
Berdasarkan analisis fundamental yang dilakukan dengan pendekatan FCFE model dan P/E multipie, diperoleh nilai intrinsik saham sebesar Rp.1.618 per saham dan Rp.1.996,62, yang dapat dijadikan penimbangan bagi investor apakah nantinya harga yang terjadi di pasar adalah harga yang undervalued atau Overvaluead. Sehingga dengan diketahuinya nilai wajar dari saham ini investor dapat mempertimbangkan memutuskan untuk membeli atau tidak membeli saham tersebut. Tetapi dengan berjalannya waktu yang selalu diikuti dengan adanya ketidakpastian, kesimpulan tersebut dapat berubah. Apabila terjadi perubahan kondisi yang tidak sesuai dengan proyeksi yang telah dibuat maka kesimpulan akhir yang diperolehpun dapat berubah."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13583
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>