Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 227087 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eky Pramitha Dwi Putri
"PM2,5 adalah indikator penting untuk mengetahui risiko kesehatan yang disebabkan oleh polusi partikulat. Pajanan konsentrasi PM2,5 di udara dalam ruang telah banyak dikaitkan dengan kejadian penurunan fungsi paru. Oleh karena itu, program intervensi harus dimulai dari faktor lingkungan.
Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi PM2,5 di udara dalam ruang dengan penurunan fungsi paru pada orang dewasa. Studi potong lintang dilakukan di sekitar kawasan industri Pulo Gadung, Jakarta Timur.
Penelitian dilakukan dari bulan maret sampai mei 2012. Peneliti memilih secara acak 109 orang dewasa yang berusia 20-65 tahun dengan menggunakan metode statifikasi acak sampel. Hal ini dilakukan untuk menentukan kejadian penurunan fungsi paru dan hubungannya dengan konsentrasi PM2,5 di udara dalam ruang. Fungsi paru diperiksa dengan menggunakan spirometri tes untuk mendapatkan nilai VC, FCV, FEV1, dan FEV1/FCV. Konsentrasi PM2,5 di udara dalam ruang diukur dengan menggunakan alat dust track. Setelah itu, analisis dilakukan dengan menggunakan model regresi logistik untuk mendapatkan nilai OR dari konsentrasi PM2,5 di udara dalam ruang dengan penurunan fungsi paru pada orang dewasa. Selain itu, variabel karakteristik individu dan faktor lingkungan rumah juga dianalisis dengan kejadian penurunan fungsi paru. Prevalensi penurunan fungsi paru pada orang dewasa di sekitar kawasan industri Pulo Gadung sebesar 38,5%.
Hasil analisis menunjukkan hubungan yang signifikan antara konsentrasi PM2,5 di udara dalam ruang dengan penurunan fungsi paru pada orang dewasa (OR = 3,31; nilai p = 0,003). Faktor lain yang mempengaruhi penurunan fungsi paru pada orang dewasa adalah jenis kelamin laki-laki (OR = 2,84; nilai p = 0,025), durasi pajanan (OR = 3,56; nilai p = 0,002), merokok (OR = 2,60; nilai p = 0,040), ventilasi (OR = 3,35; nilai p = 0,026), dan kelembaban (OR = 3,12; nilai p = 0,016). Akhirnya, kesimpulan dari penelitian ini adalah konsentrasi PM2,5 di udara dalam ruang berhubungan signifikan dengan penurunan fungsi paru pada orang dewasa.
PM2,5 is an important indicator of risk to health from particulate pollution. Exposure to indoor air pollution of PM2,5 has been associated with an increase in lung function impairment. Consequently, the intervention program must be started from environmental factors.
The aim of the study was to better understand the association between indoor PM2.5 concentration and the decline of adult lung function. Cross sectional study was conducted at the surrounding of Pulo Gadung Industries, East Jakarta.
This study was extended from March to May 2012. Researcher has selected 109 adults from 20 to 65 years of age by the stratified random sample to determine the incidence of lung function impairment and its relationship to indoor air pollution due to PM2.5. Lung function was measured by spirometry test to get the value of VC, FCV, FEV1, and FEV1/FCV. Indoor PM2.5 concentration was obtained from measurement by dust track. The Odds Ratio (OR) for the effect of indoor PM2,5 concentration on lung function in adult was analyzed by logistic regression model. Besides that, individual variables and health housing variables were analyzed with the decline of adult lung function too. The prevalence of the decline of adult lung function in the surrounding of Pulo Gadung Industries was 38,5%.
The analysis showed significantly association between indoor PM2.5 concentration and the decline of adult lung function (OR = 3,31; p value = 0,003). Another factors that influenced the decline of adult lung function were the men gender (OR = 2,84; p value = 0,025), the duration of exposure (OR = 3,56; p value = 0,002 ), smoking (OR = 2,60; p value = 0,040), ventilation (OR = 3,35; p value = 0,026), and humidity (OR = 3,12; p value = 0,016). Finally, the conclusion of this study is indoor PM2,5 concentration was significantly associated with the decline of adult lung function.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhila Beladina
"PM2,5 merupakan salah satu indikator penilaian kualitas udara, yang telah dilaporkan sebagai penyebab dari berbagai gangguan kesehatan, salah satunya penurunan fungsi aru -; paru pada manusia. Industri marmer merupakan salah satu industri yang banyak menghasilkan PM2,5 sebagai limbah hasil produksinya. Oleh karena itu diperlukan intervensi kesehatan, khususnya kesehatan lingkungan kerja di industri marmer.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi PM2,5 di udara tempat industri marmer dengan kejadian penurunan fungsi paru pada pekerjanya. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari hingga Juni 2017, menggunakan studi potong lintang. Penelitian ini melibatkan seluruh pekerja industri marmer yang berjumlah 45 orang, dan 5 titik pengukuran kualitas udara di sentra industri marmer X sebagai sampel. Fungsi paru pekerja diukur menggunakan spirometri, sedangkan konsentrasi PM2,5 di udara diukur menggunakan HVAS.
Analisis bivariat menggunakan uji statistik chi-square, regresi logistik, dan regresi linear dilakukan untuk melihat hubungan antara faktor lingkungan dengan konsentrasi PM2,5 di udara, konsentrasi PM2,5 di udara dengan kejadian penurunan fungsi paru, serta hubungan antara karakteristik individu dengan kejadian penrunan fungsi paru. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan signifikan antara kelembaban dengan konsentrasi PM2,5 di udara nilai p = 0,013.
Hasil analisis juga menunjukkan hubungan signifikan antara konsentrasi PM2,5 di udara dengan penurunan fungsi paru pada pekerja nilai p = 0,004; OR = 7,56 . Karakteristik individu yang mempengaruhi penurunan fungsi paru pada pekerja antara lain adalah IMT nilai p = 0,011; OR = 6,909 dan masa kerja nilai p = 0,003; OR = 1,292.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah, terdapat hubungan yang signifikan antara konsentrasi PM2,5 di udara tempat industri marmer dengan kejadian penurunan fungsi paru pada pekerja di sentra industri marmer X, Kabupaten Tulungagung, tahun 2017.

PM2,5 is an air quality indicator, that have been reported as the cause of some health problems, including lung function decline. Marble industry is one of industries that produce PM2,5 as the waste of marble production. Therefore, health intervention, industrial environmental health in particular, is needed as preventive measures.
The objective of this study was to understand about the association between PM2,5 concentration in marble production room and lung function decline among the workers. This study was held on February to June of 2017, using cross sectional study This study involving all of the marble production workers, total of 45 person, and 5 point of air quality measurement in X marble industry as the samples. Lung function decline was measured by spirometry method, while the PM2,5 concentration was measured using High Volume Air Sampler.
Bivariate analysis using chi - square, logistic regression, and linear regression was done to know about the association between environmental factors and PM2,5 concentration, PM2,5 concentration and lung function decline, also between individual characteristics and lung function decline.
The study result showed significant association between humidity and PM2,5 concentration p value 0,013 . The result also showed significant association between PM2,5 concentration and lung function decline among the workers p value 0,004 OR 7,56 . Induvidual characteristics that affected the lung function decline among the workers is BMI p value 0,011 OR 6,909 and the work duration p value 0,003 OR 1,292.
The conclusion of this study is, PM2,5 concentration in marble production room is significantly associated with lung function decline among the workers in X marble production, Tulungagung, 2017.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68956
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marisa Harfiani
"PM2,5 merupakan indikator penting untuk mengetahui risiko kesehatan akibat partikulat. Pajanan PM2,5 di udara dalam ruang telah banyak dikaitkan dengan kejadian gangguan fungsi paru Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi PM2,5 di udara dalam ruang lingkungan kerja dengan gangguan fungsi paru pada pekerja pabrik katup baja X Kabupaten Serang Tahun 2016.
Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional untuk melihat berapa tinggi atau berapa banyak exposure dan juga outcome serta melihat hubungan antara besarnya exposure dan juga outcome. Penelitian ini dilakukan pada bulan mei sampai dengan juni 2016. Total sampel udara pada penelitian ini adalah sebanyak 7 titik yang mewakili keseluruhan area kerja dan total sampel pekerja pada penelitian ini adalah 60 pekerja. Konsentrasi PM2,5 diukur menggunakan alat Haz-Dust EPAM-5000 menggunakan bantuan operator balai HIPERKES Jakarta.
Pengukuran fungsi paru pekerja dilakukan menggunakan spirometri chest-graph HI-101. Analisis data dilukan dengan menggunakan uji kai kuadrat untuk melihat hubungan konsentrasi PM2,5 di udara dalam ruang lingkungan kerja dengan gangguan fungsi paru pada pekerja. Prevalensi gangguan fungsi paru pada pekerja pabrik katup baja X adalah sebesar 53.3%.
Hasil analisis menunjukan tidak adanya hubungan yang signifikan antara konsentrasi PM2,5 di udara dalam ruang lingkungan kerja dengan gangguan fungsi paru pada pekerja (OR = 2,8; p-value = 0.121).

PM2,5 is an important indicator to analyze the health risk related to particulate exposure. Many research has been done to know the association between PM2,5 indoor exposure and the decrease of lung function especially in working area.
This research is aim to know the association between PM2,5 in indoor working area concentration and the impairment of lung function of valve manufacturing workers in Serang, Banten Province, Year 2016. This research is using cross sectional study to see how high the exposure and the outcome and to know the association between the exposure and the outcome. This research starts from May to June 2016. The PM2,5 concentration was taken from total 7 working area in X valve manufacturing with the total 60 workers to examine the lung function.
PM2,5 concentration measures using Haz-Dust EPAM 5000 and the workers lung function is examine using Spirometry type chest-graph HI-101. The data was analyzing using chi-square to know the association between PM2,5 concentration and the worker's lung function impairment. The lung function impairment prevalence of workers in steel valve manufacturing is 53.3%.
The analysis results shows there is no significance association between PM2,5 concentration in indoor working area and the lung function impairment of workers of steel valve manufacturing (OR = 2,8; pvalue = 0.121).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64593
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harun Sunarso
"Studi ini mencoba mengkaji pola-pola interaksi sosial dalam komuniti di permukiman kumuh sebagai tempat tinggal dan usaha pendatang di sekitar kawasan industri, dengan fokus studi pada motivasi penduduk dalam menetap di permukiman, pengelompokan yang terjadi. Adaptasi pendatang di permukiman baru serta peluang dan kendala yang menghambat keserasian sosial dalam menunjang ketahanan lingkungan.
Penelitian ini dilakukan di kelurahan Rawa Terate Kecamatan Cakung Kotamadya Jakarta Timur pada bulan Nopember 1997 hingga Januari 1996. Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan menggunakan pendekatan Disktiptif. Pemilihan sampel dilakukan secara acak sebanyak 100 responden dan 10 informan atau tokoh masyarakat yang dianggap mempunyai pengetahuan yang mendalam mengenai masalah yang relevan dengan penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara berstruktur dan wawancara mendalam, pengamatan terlibat dan pengamatan biasa, serta Studi Pustaka.
Data yang terkumpul di Edit, Code, Tabulasi dan dianalisa dengan bentuk distribusi frekuensi dan tabel silang berdasarkan perhitungan proporsi persentase dan pengukuran Skala Bogardus. Hasil penelitian didapat bahwa motivasi utama penduduk menetap di permukiman kumuh sebagian besar karena masalah ekonomi dan merasa aman, dan sebagian kecil karena panggilan kerja dan keluarga. Pengelompokan tempat tinggal dengan alasan untuk menghemat biaya sewa rumah, menghemat biaya ke tempat kerja, satu profesi/pekerjaan dan bisa menitipkan uang ke kampung. Dalam adaptasi di permukiman, umumnya mengikuti kegiatan sosial yang terwujud, yaitu Kerja Bakti, Pengajian, olah raga, Karang Taruna, Arisan, Siskamling dan PKK. Namun ada yang tidak mengikuti kegiatan sosial formal tersebut karena kesibukan dan kelelahan kerja sehari-hari, sehingga fungsi rumah / tempat tinggal hanyalah untuk beristirahat. Kesertaan penduduk dalam kegiatan sosial ini sangat dipengaruhi oleh lama tinggal di permukiman, status kependudukan, tingkat penghasilan dan pendidikan. Peluang untuk memperkuat keserasian sosial adalah kegiatan non formal yang tercipta di permukiman sedang yang menjadi kendala dalam keserasian sosial adalah konflik yang terjadi dan kejadian yang bersifat negatif.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa penduduk permukiman kumuh di sekitar kawasan industri Pulo Gadung ,ini relatif heterogen dan pola interaksi yang berlangsung bersifat simbiotik konflik terbuka dan tertutup, dan masing-masing menjaga jarak serta terdapat peluang untuk memperkuat keserasian sosial melalui kegiatan non formal sehingga akan memperkuat solidaritas sesama yang akhirnya akan memperkuat ketahanan lingkungan. Namun sangat lemah / rawan bagi katahanan wilayah mengingat penduduknya relatif rendah pondidikannya dan miskin dalam bidang ekonominya, sehingga mudah digerakkan untuk tujuan yang bersifat negatif."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T7079
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
" Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui factor risiko Konsentrasi SO2 dan PM2,5 terhadap penurunan kapasitas fungsi paru penduduk sekitar KIMA. Jenis penelitian ini adalah Observasional dengan menggunakan pendekatan Studi kasus kelola. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 15 orang yang bermukim dengan radius 100-250 dan sebanyak 16 orang yang bermukin dengan radius 300-500 m dari PT. KIMA. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan uji Odd Rasio. Hasil penelitian diperoleh bahwa umur merupakan faktor risiko terhadap penurunan kapasitas fungsi paru dengan (OR=38), IMT bukan faktor risiko terhadap penurunan kapasitas fungsi paru (OR=0,16), lama tingal faktor risiko terhadap penurunan kapasitas fungsi paru (OR=1,37), Rokok merupakan faktor risiko terhadap penurunan kapasitas fungsi paru (OR=14,25), konsentrasi PM2,5 dan SO2 merupakan risiko terhadap penurunan kapasitas fungsi paru (OR=5,83 dan OR=1,62). Jadi penurunan fungsi paru pada penduduk yang bermukim dengan radius kurang dari 300 meter dari Kawasan Industri Makassar mempunyai risiko lebih besar dibandingkan dengan yang tinggal lebih dari 300 meter. Kepada masyarakat yang tinggal dengan radius kurang dari 300 meter agar memperbaiki ventilasi rumahnya, dengan memasang filter mat agar udara yang mengandung debu atau partikel yang masuk ke dalam rumah bisa tersaring.
"
540 LTR 4:2 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Woro Riyadina
"Kecelakaan kerja khususnya kecelakaan di industri masih tinggi yaitu rata-rata 17 orang meninggal tiap hari kerja. Faktor manusia memegang peran penting timbulnya kecelakaan kerja. Tujuan penelitian ini adalah menentukan jenis kecelakaan dan cedera yang dialami oleh pekerja serta faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja di kawasan industri Pulogadung. Jenis penelitian ini adalah operasional riset (riset terapan) dengan rancangan penelitian Cross-Sectional. Responden adalah 950 orang pekerja industri yang berusia 15 - 55 tahun yang bekerja pada 7 perusahaan di wilayah kawasan industri Pulo Gadung. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dengan kuesioner. Pekerja industri yang pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 29,9% dengan cedera sendi-pinggul-tungkaiatas (40,2%), kepala (24,8%) dan pergelangan tangan (14,3%). Luka akibat kerja adalah luka terbuka (37,2%), lecet (29,6%) dan cedera mata (14,8%). Kecelakaan kerja sering terjadi pada jenis industri baja (11,2%) yaitu mata kemasukan benda (gram) (10%), industri spare part (8,2%) yaitu tertusuk (6,1%) dan industri garmen (3,7%) yaitu tertusuk (43,1%). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja pada pekerja industri adalah pekerja laki-laki dengan OR 3,25 (95% CI 2,29-4,62), aktifitas kerja sedang OR 2,08 (95% CI 1,48-2,92), status distres OR 1,36 (95% CI 1,03-1,80), keluhan nyeri OR 1,50 (95%CI 1,13-1,98), dan pemakaian APD OR 1,50 (95% CI 1,13-1,98). Untuk faktor risiko fisik tempat kerja yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja meliputi kebisingan OR 2,24 (95% CI 1,66 - 3,03), ruangan terlalu panas OR 2,19 (95%CI 1,63 - 2,93), ruang pengap OR 2,32 (95%CI 1,57-3,41), bau menyengat OR 2,01 (95%CI 1,42-2,85), ruang berdebu OR 1,87 (95%CI 1,41-2,48) dan ruang berasap OR 2,40 (95%CI 1,77-3,25).

Occupational Accident and Injury on Industrial Workers in Jakarta Pulo Gadung Industrial Estate. Occupational accidents are stil high. There were 17 workers death each workday. Human factor is main caused risk factor of occupational accident. The objective of study to determine type of accidents and injuries related with accident at workplace in Pulogadung Industrial Estare. The study was operational research with cross sectional design. The study conducted 950 industrial workers at seven companies in 2006. Respondents were industrial workers who were worked in Jakarta Pulogadung industrial estate. Data collected based on interview with questionnaire and analyzed with statistic analysis. Result showed that industrial workers have ever been accident at workplace 29.9% with injury on hinge-hip-upper leg (40.2%), head (24,8%) and hand ankle (14.3%). Type of injuries were excoriasi (37.2%), superficial (29.6%) and an eyes injury (14.8%). Occupational accident often occurence on steel industry (11.2%) with an eyes injury (10%), spare part industry (8.2%) with pierced (6.1%) andi garment industries (3.7%) with pierced (43.1%). Occupational aacident correlated with male workers OR 3.25 (95% CI 2.29-4.62), moderate level of activity OR 2.08 (95% CI 1.48-2.92), distres OR 1.36 (95% CI 1.03-1.80), painful OR 1.50 (95%CI 1.13-1.98), and using safety tools OR 1.50 (95% CI 1.13-1.98). Physical condition correlated with occupational accident such as noisy OR 2.24 (95% CI 1.66-3.03), heat OR 2.19 (95%CI 1.63-2.93), close OR 2.32 (95%CI 1.57-3.41), extreme scent OR 2.01 (95%CI 1.42-2.85), dusty OR 1.87 (95%CI 1.41-2.48) and smoky OR 2.40 (95%CI 1.77-3.25)."
Depok: Balitbangkes Departemen Kesehatan RI, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Indriati Fatonah
"Industri sepatu di Indonesia berperan penting pada perekonomian masyarakat berpenghasilan rendah. Dalam proses produksinya, industri sepatu menggunakan lem mengandung pelarut organik berbahaya seperti benzena. Penelitian ini dilakukan untuk memperkirakan risiko kesehatan akibat pajanan benzena dan manejemen risiko yang harus dilakukan. Tempat penelitian adalah bengkel sepatu "X" di kawasan Perkampungan Industri Kecil Pulogadung, Jakarta Timur. Pengukuran konsentrasi benzena di udara dalam empat bagian proses produksi sepatu, yaitu bagian sol, upper, open, finishing, dan satu ruang administrasi, pengukuran karakteristik antropometri terhadap dua puluh enam pekerja, yang meliputi berat badan, lama pajanan, frekuensi dan durasi pajanan, serta analisis biomarker trans,trans-muconic acid (t,t-MA) dalam urin telah dilakukan. Risiko kesehatan non karsinogenik dinyatakan dengan Risk Qoutient (RQ) yang didapatkan dengan membagi rata-rata asupan harian non kanker sepanjang hayat dengan konsentrasi referen (RfC), sementara risiko karsinogenik dinyatakan dengan Excess Cancer Risk (ECR) yang didapatkan dari perkalian antara asupan harian kanker sepanjang hayat dengan cancer clope factor (CSF) benzena.
Didapatkan bahwa konsentrasi rata-rata benzena pada bagian sol, upper, open, finishing, dan administrasi secara berurutan adalah 0,058 mg/m3, 0,008 mg/m3, 0,045 mg/m3, 0,076 mg/m3, 0,085 mg/m3, and 0,014 mg/m3. Dengan konsentrasi benzena demikian dan karakteristik antropometri serta laju asupan sepanjang hayat bagi para pekerja bengkel "X" didapatkan bahwa bagian sol, upper dan administrasi tidak terindikasi adanya risiko kesehatan non karsinogenik terhadap para pekerja (RQ 1), tetapi pada bagian open dan finishing, risiko kesehatan non karsinogenik telah terindikasi (RQ > 1). Pada perkiraan risiko karsinogenik semua pekerja memiliki ECR melebihi batas yang diperbolehkan (ECR > 1 x 10-4) yang berkisar antara 1,09 x 10-4 hingga 18 x 10-4. Analisa konsentrasi biomarker t,t-MA dalam urin menunjukkan bahwa konsentrasi t,t-MA dalam urin adalah 4.795 hingga 68.062 µg/g kreatinin atau lebih tinggi 9,6 hingga 136 kali dibanding batas konsentrasi referen. Manajemen risiko terhadap risiko kanker merekomendasikan batas aman konsentrasi benzena adalah 0,01 mg/m3.
Disimpulkan bahwa risiko kesehatan non karsinogenik hanya terjadi pada sebagian pekerja di bagian open dan finishing, sementara pada perkiraan risiko kesehatan karsinogenik seluruh pekerja telah melebihi batas yang diperbolehkan.

In Indonesia, footware industry has been contributing to the economy of lowincome community. Footware industry uses extensively adhesive glue containing hazardous organic solvent such as benzene. To estimate health risks from exposure to benzene and formulate management options, an environmental health risk assesment has been conducted in a shoes industry at Center of Small Industry (PIK) in Pulogadung, East Jakarta. Benzene concentrations were measured in indoor air af four processing room (sol, upper, open, finishing) and office room, twenty six workers were subjected to anthropometric measurement for body weight, contact rate survey for exposure time, frequency, and duration, and biomarkers analysis for urin trans, transmuconic acid (t,t-MA). Non Carcinogenic health risk is expressed as Risk Qoutient (RQ) and estimated by dividing average of lifetime daily non cancer intake by benzene reference concentration (RfC), while carcinogenic risk exppressed as Excess Cancer Risk (ECR) calculated by multiplying lifetime daily cancer intake by benzene cancer slope factor (CSF).
It was found that the mean concentration of benzene in sol, upper, open, finishing room and office room are 0.058 mg/m3, 0.008 mg/m3, 0.045 mg/m3, 0.076 mg/m3, 0.085 mg/m3, and 0.014 mg/m3, respectively. Exposing to these benzene concentration with current anthropometric and contact rate characteristics, RQ 1 was found in sol, upper and office room, whereas RQ > 1 was found in open and finishing room. On the other hand, all workers have ECR > 1 x 10-4, ranging from 1.09 x 10-4 to 18. 10-4. Meanwhile, urin t,t-MA concentration ranges from 4,795 to 68,062 µg/g creatinine, or 9.6 to 136 folds higher than the reference value of 500 µg/g creatinine. Management options for ECR > 1 x 10-4 suggests that safe concentration of benzene is 0.01 mg/m3, while the existing national threshold value is 32 mg/m3.
It is concluded while non carcinogenic risks are only suffered by workers in open and finishing unit, carcinogenic risks for all workers are unacceptable.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T30559
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Roosdilan Kurdi
"ABSTRAK
Industrialisasi dari tahun ke tahun semakin meningkat proses ini menuju pertumbuhan ekonomi dan struktur industri yang kuat.
Keterlibatan manusia khususnya tenaga kerja dalam proses pembangunan semakin meningkat, agar supaya tenaga kerja menjadi sehat dan produktif, maka peranan kesehatan kerja dan keselamatan kerja semakin menjadi penting.
Dalam hal ini pula perlu diterapkan peraturan-peraturan yang telah ada sesuai dengan petunjuk dan maksud dari peraturan itu.
Pada saat ini banyak timbul masalah-masalah dalam kesehatan kerja yang datangnya dari pihak majikan, buruh tenaga kerja) itu sendiri.
Dalam penelitian ini akan dilakukan dari dekat, yaitu, sampai sejauh mana sudah dilaksanakan peraturan-peraturan atau perundang-undangan kesehatan kerja yang telah dilaksanakan dan masalah apa saja yang menghambat dalam pelaksanaannya.
Dalam penelitian itu diambil sebanyak sepuluh buah perusahaan industri yang ada di Kawasan Pulo Gadung itu, hampir 80% sudah melaksanakan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan kerja, keselamatan kerja dan kecelakaan kerja.
Hasil dari pengamatan bahwa diperusahaan industri itu sudah hampir 85% sudah mempunyai tenaga dokter umum dan tenaga perawat.
Hasil pengamatan, apabila terjadi suatu kecelakaan ringan dapat ditangani oleh petugas kesehatan perusahaan itu sendiri kecuali yang agak berat baru di bawa ke Rumah Sakit Umum yang ada di wilayah itu atau Rumah Sakit tertentu yang sudah rutin sebagai langganan. Dan untuk program preventif teknis, yakni terhadap ancaman lingkungan kerja, itu dilakukan pemeriksaan oleh Kanwil Hiperkes setempat, tidak oleh pengusaha yang bersangkutan inipun dilakukan sebagian besar atas permintaan atau atas dasar keluhan pada karyawan.
Dalam pengamatan, bahwa pada umumnya ancaman lingkungan kerja berupa debu adalah paling utama, dan urutan kedua kebisingan dan ketiga panas.
Dalam pengamatan bahwa, secara komperhensif bentuk pelayanan kerja adalah meliputi bentuk kuratif preventif serta perlindungan tenaga kerja sudah dilaksanakan terpadu.
Dalam pengamatan pelayanan preventif medis meliputi pemeriksaan calon karyawan, pemeriksaan berkala, imunisasi, pendidikan kesehatan dan lain-lain baru bisa dilaksanakan oleh 6 perusahaan itupun dalam keadaan sangat sederhana sekali (mungkin karena biayanya yang agak minim).
Dalam pengamatan bahwa imunisasi pada umumnya dilakukan oleh 10 perusahaan itu, terutama jenis vaksinasi kholera, sedangkan kegiatan pencegahan lainnya melalui pendidikan kesehatan hanya dilakukan oleh 5 perusahaan, dengan menggunakan ceramah atau spanduk.
Dalam pengalaman dan kekurangan dari pihak perusahaan bahwa sudah pernah diadakan latihan penataran hygine perusahaan dan kesehatan kerja terhadap para dokter perusahaan para medis, sesuai dengan kebutuhan dan pengembangan tenaga kesehatan dan keselamatan kerja didasarkan pada prospek jumlah tenaga kerja yang ada pada perusahaan industri itu.

ABSTRACT
Industrialization is increasing from year to year; this process proceeds to strong economical growth and industrial structure.
The involvement of man especially labor force in the development process is increasing in order the labor force becomes healthy and productive, so the role of occupational health and occupational safety becomes more important.
Also in this matter we need apply the existing regulations according to the directive and the aim of those regulations. At this time many problems appear in the occupational health, which come from the employer's side or from the employees or the labor force themselves.
In this research we will carry out from near as how far the regulations or the legislation have been executed and what kind of problems hamper the execution.
In our approach as many as ten industrial enterprises in the Pulo Gadung Industrial Estate nearly 80% have carried out the regulation of the Legislation in the field of occupational health, occupational safety and occupational accident.
The result of the survey that in the industrial enterprise already nearly 85% have public doctors and nurses.
The result of the survey shows that when it happens a light accident the health officers in charge of the enterprise themselves can overcome it, except in case of more serious accident the patient has to be taken to Public Hospital in that region or to a certain Hospital which is already routine as customer.
And for technical preventive program, i.e. against occupational environment threat, the inspection is done by the local Kanwil Hiperkes, not by the entrepreneur concerned, mostly it is done on the request or based on the complaint of the employees.
In the survey in general shows that occupational environment threat conspicuously consists of dust, and on the second place noise and heat.
In the survey that comprehensively the form of occupational service envelops preventive curative form and the protection of the labor force has been carried out solidly.
In the survey the medical preventive service envelops the examination of would-be employee, periodical examination, immunization, health education etcetera can be just executed by 6 enterprises that is to say in a very in a very simple way (probably its cost is rather small).
In the survey that immunization in general is done by 10 enterprises, especially cholera vaccination, while activities on other prevention through health education have been only done by 5 enterprises, using lectures or banners.
In the experience and shortcoming of the enterprise "side that training on enterprise" hygiene and occupational health have been given to enterprise doctors and nurses according to the need and development of the health staff and occupational safety based on the prospect of the number of the labor force owned by that industrial enterprise.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Utami Basra
"Pencemaran udara yang berasal dari sektor transportasi, industri, dan aktivitas domestik menjadi masalah bagi kesehatan masyarakat di Indonesia. Pengolahan semen banyak melepaskan partikulat di udara, ditambah dengan kegiatan transportasi untuk distribusinya. Menurut data yang diperoleh dari laporan tahunan Puskesmas Klapanunggal dari tahun 2016-2018, penyakit gangguan pernapasan terbanyak berada di desa sekitar industri semen.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan konsentrasi PM2,5 di dalam rumah dengan gangguan fungsi paru pada ibu rumah tangga di sekitar industri semen, Kecamatan Klapanunggal. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional yang dilaksanakan pada Bulan April-Mei 2018. Jumlah sampel sebanyak 97 orang ibu rumah tangga usia 20-55 tahun. Pengukuran konsentrasi PM2,5 dilakukan dengan menggunakan alat Haz-Dust EPAM 5000 dan pengukuran fungsi paru dilakukan dengan uji spirometri menggunakan alat spirometer.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata konsentrasi PM2,5 di udara rumah adalah 70,51 g/m3. Semua sampel mengalami gangguan fungsi paru restriktif dan 8,2 diantaranya mengalami gangguan fungsi paru obstruktif. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara konsentrasi PM2,5 dengan gangguan fungsi paru restriktif pada ibu rumah tangga di Kecamatan Klapanunggal dengan nilai p=0,199. Perlu dilakukan monitoring dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai cara menjaga kualitas udara rumah sekaligus bekerja sama dengan perguruan tinggi atau lembaga kesehatan lingkungan daerah setempat serta mengupayakan pemeriksaan fungsi paru secara berkala bagi masyarakat.

Air pollution from the transportation, industrial and domestic activities are problems for public health in Indonesia. Cement processing releases many particulates in the air, even with transport activities for its distribution. According to data obtained from the annual report of Klapanunggal Puskesmas from 2016 2018, most respiratory diseases are in the villages around the cement industry.
This study aims to analyze the correlation of PM2.5 concentration in household with impaired lung function among housewife around cement industry area, Klapanunggal sub district. This study used a cross sectional study conducted in April May 2018. The sample size is 97 housewives aged 20 55 years. Measurement of PM2.5 concentration was done by using Haz Dust EPAM 5000 and pulmonary function measurement was done by spirometry test using spirometer tool.
The results showed that the average concentration of PM2.5 in the house air was 70.51 g m3. All samples had impaired restrictive lung function and 8.2 of them had impaired obstructive lung function. The result of bivariate analysis showed that there was no significant correlation between PM2.5 concentration with restrictive lung function disorder in housewife in Kecamatan Klapanunggal with p value 0,199. Monitoring and counseling needs to be done to the public about how to maintain the quality of house air as well as working with local universities or environmental health agencies and seek fo regular lung function checks for the community.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49806
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Lenggo Putri
"ABSTRAK
Gangguan fungsi paru merupakan penyakit tidak menular yang diperkirakan menjadi penyebab ketiga kematian di dunia pada Tahun 2030. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan panjanan partikulat (PM2,5) terhadap gangguan fungsi paru pada ibu rumah tangga di sekitar kawasan pabrik semen Desa Citeuruep, Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 100 orang ibu rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 57 orang ibu rumah tangga memiliki gangguan fungsi paru, 55% berumur lebih dari 40 tahun, 58% memiliki status gizi tidak normal, 59% memiliki ventilasi rumah tidak memenuhi syarat, 70% anggota keluarga merupakan perokok aktif, 67% menetap dirumah dengan jarak dari pabrik semen memiliki risko akan paparan debu, 100% Kelembaban rumah ibu rumah tangga tidak memenuhi syarat. Ibu rumah tangga yang terpajanan partikulat (PM2,5) tidak memenuhi syarat sebanyak 56,4% mengalami gangguan fungsi paru. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa semua varibel yang diteliti pada penelitian ini tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap gangguan fungsi paru pada ibu rumah tangga. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah melakukan sosialisasi kepada ibu rumah tangga untuk melakukan pola hidup bersih dan sehat. Selain itu, pihak puskesmas dapat melakukan penyuluhan terkait rumah sehat, pola konsumsi gizi seimbang serta inspeksi snaitasi rumah secara berkala.

ABSTRACT
Lung function disorders is a non-commucibale disease which is estimated to be the third leading cause of death in the world in 2030. This research aims to analyze the relationship of particulate exposure (PM2,5) with lung function disorders in housewife around the cement factory area in Citeureup, Bogor Regency. The study uses a cross-sectional study design. The number of samples in this study were 1000 housewives. The result showed that 57 housewives had lung function disorders, 55% were over 40 years old, 58% had abnormal nutritional status, 59% had inadequate home ventilation, 70% of family members were active smokers, 67% settled at home with a distance from the semen factory has a risk of dust exposure, 100% humidity housewife does not qualify. Housewives who were exposed to particulate matter (PM2,5) did not meet the requirements as many as 56,4% experienced lung function disorders .Statistical result showed that all variables in this research did not have a significant relationship to lung function disorders in housewives. Prevention efforts that can be done is to socialize to housewives to do a clean and healthy lifestyle. In addition, the Puskesmas Citeureup can conduct counseling related to healthy homes, balanced nutrition consumption patterns and periodic home sanitation inspections."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>