Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156130 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adhi Putra Alfian
"Kentang merupakan komoditas sayuran umumnya tergolong ke dalam komoditas yang tidak tahan Iama (perishable products), memiliki peranan yang cukup penting sebagai sumber nutrisi dalam makanan dan merupakan sumber vitamin dan mineral yang tidak tergantikan bahan makanan lainnya.
Permasalahan yang dihadapi pemasaran komoditas kentang adalah belum efisien dan transparannya sistem distribusi saat ini yang rnenyebabkan terdapatnya perbedaan cukup besar antara harga jual produsen dan harga eceran sehingga konsumen dirugikan.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis marjin pemasaran, faktor-faktor yang mempengaruhi biaya distribusi pada setiap tingkat saluran distribusi, dan memberikan masukan alternatif pemecahan kepada pihak-pihak terkait bagaimana meningkatkan kinerja pendistribusian komoditas kentang mulai dari beberapa sentra produksi utama seperti Brastagi, Pangalengan, dan Dieng sampai ke sentra pemasaran di DKI Jakarta.
Metode pelaksanaan yang digunakan adalah metode survey yang dilaksanakan dengan pengamatan di lapangan dan penelitian kepustakaan. Pengambilan sampel daerah digunakan metode purposive sampling. Untuk pengambilan sampel pedagang pengumpul, pedagang besar, dan pedagang pengecer dilakukan dengan metode snowball sampling.
Agar mendapatkan hasil analisis marjin pemasaran sesuai dengan tujuan penelitian maka dipergunakan pendekatan dengan menghitung perbedaan harga jual dan harga beli di setiap tingkat saluran. Sedangkan untuk analisis faktor-faktor yang mempengaruhi biaya distribusi digunakan pendekatan statistik dengan analisis regresi berganda.
Kesimpulan analisis marjin pemasaran diperoleh dari 3 sentra produksi memperlihatkan bahwa harga yang terbentuk pada berbagai saluran pemasaran kentang ke PIKJ, hanya pasokan dari Brastagi Iebih efisien dibanding dengan pasokan dari Pengalengan dan Dieng.
Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya distribusi pada pedagang besar antar kota (di 3 lokasi), pedagang grosir, dan pedagang pengecer menunjukkan bahwa kesemuanya berpengaruh nyata dan hanya pada tingkat pedagang pengumpul kecenderungannya tidak berpengaruh nyata terhadap kenaikan atau penurunan biaya distribusi. Kemudian dapat diindikasikan bahwa semakin jauh jarak tempuh dari sentra produksi ke sentra pemasaran akan menyebabkan cenderung tingginya biaya transaksi pada struktur rantai distribusi yang sama untuk ke tiga daerah pasokan. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This study was accomplished in order to determine marketing channel ,marketing margin,farmer's share,market structure,market conduct,and amrket performance that occur in chicken egg marketing of Sleman regency....."
JUEKBIE
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Satriyo Wibowo, 1964-
Jakarta: Elex Media komputindo, 1999
658.8 ARI b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Aslim Djohar
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini (1) mendiskripsikan saluran pernapasan kentang mulai dari petani produsen ke konsumen. (2) mendiskripsikan fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran. (3) menganalisis efisiensi pemasaran.
Penelitian ini merupakan studi kasus di Kecamatan Lembah Gunaand Kabupaten Solok Sumatera Barat. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah Multistage Sampling dan Snow Ball Sampling. Sampel keseluruhan berjumlah 53 orang petani kentang 3 orang pedagang pengumpul, 10 orang tengkulak dan 30 orang pedagang pengecer. Data-data yang dapat dianalisis dengan regresi linier berganda dan dibantu dengan analisis diskriptif yang disajikan dalam bentuk tabulasi, analisis integrasi pasar dan elastisitas transmisi harga.
Hasil penelitian menunjukkan ada 3 saluran pemasaran yang dominan (I) saluran pendek dari produsen -4 pengecer -4konsumen (21%) saluran menengah dari produsen --4 tengkulak --4 pedagang pengumpul --4 pengecer konsumen (19%) (2) Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan pedagang adalah: Pembelian, penjualan, pengangkutan, permodalan. Standarisasi hanya dilakukan oleh tengkulak dan pedagang pengumpul, penyampaian informasi pasar hanya dilakukan oleh pedagang pengumpul.. Ternyata pemasaran belum efisien, sesuai dengan hasil analisis bahwa :
a. Distribusi margin belum merata antar lembaga pemasaran
b. Koefisien kerelasi integrasi pasar adalah 0,62 yang berarti bahwa keadaan pasar bukan dalam persaingan sempurna, koefisien korelasi < 1 berarti pasar pada persaingan sempurna (Zulkifli.A, 1982 h.169)
c. Koefisien elastisitas transmisi harga sebesar 0,672 ( 1) yang berarti bahwa bentuk pasar tidak bersaing sempurna. Koefisien elastisitas transmisi harga > 1 pasar tidak dalam persaingan sempurna (Zulkiffi A., 1982 h.169)
Berdasarkan hasil analisis perlu adanya penyampaian informasi. pasar yang cepat dan tepat kepada produsen dan konsumen. Perlu juga dipikirkan untuk membangun tempat penyimpanan yang memenuhi standar serta industri pengolahan untuk dapat menampung kelebihan produksi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumunon, C. Ivan L.
"Tinggi-rendahnya output dapat mempengaruhi biaya dan oleh karenanya prinsip skala ekonomis usaha dan biaya rata-rata berperanan dalam menentukan harga jual produk, Ada beberapa motivasi yang sesungguhnya dapat memperjelas betapa pentingnya analisa biaya bagi peningkatan persaingan yang sehat dari Industri Alumunium Ekstrusi dimana Akan membawa dampak semakin kompetitifnya harga jual.
Secara umum para ekstruder menjual produk Alumunium Ekstrusi (Profile) melakukan keputusan yang panting mengenai penetapan harga, bauran produk, dan proses teknologi atas dasar informasi dan kajian biaya.
Dengan melakukan analisa biaya perusahaan dan biaya produksi diharapkan dapat dicapai stabilitas yang kontinyu atas peningkatan laba dan reduksi biaya yang sebagai bagian dari realisasi rencana perusahaan secara keseluruhan.
PT. YKK Alumico Indonesia sebagai perusahaan yang bergerak dibidang Alumunium Ekstrusi, berusaha mempertahankan tingkat produksi yang optimal dan effisiensi yang terlihat dari realisasi produksi dan biaya produksi yang kompetitif. Beberapa parameter yang dipakai oleh penulis adalah 'Yield Ratio' produksi yang dicapai sangat tinggi dengan alokasi 'burden rate' sangat kecil. Dan Indeks Produktifitas Parsial yang cenderung meningkat, sehingga dari data tersebut menunjukkan perusahaan berupaya mengendalikan tingkat produksi secara efisien yang dapat dilihat dari kinerja unit-unit produksi.
Walaupun dari hasil analisa penulis terjadi penurunan dari segi kinerja unit-unit produksi pada tahun 1992, akan tetapi dengan keunggulan diferensiasi produknya perusahaan memberlakukan strategi harga yang terlihat melakukan praktek 'transfer pricing' untuk penjualan ekspor.
Akan tetapi dengan marjin yang relatif tinggi untuk penjualan domestik perusahaan mampu mempertahankan tingkat laba usaha, marjin yang besar tersebut dimungkinkan oleh sebab besarnya nilai penjualan dari penjualan non Aluminum akan tetapi bila tidak dapat di organisasi dengan baik akan berpotensi sebagai 'Cost-Centre'."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
T3964
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Wulandari Azhuri
"Dalam penelitian ini, landasan wanita membuat keputusan pembelian dipilih oleh penulis sebagai variabel dari penelitian yang mengangkat tema mengenai marketing to women. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menentukan keputusan pembelian laptop pada wanita karier ditinjau dari perspektif marketing to women dalam pembuatan keputusan pembelian produk laptop. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode survei yang menggunakan teknik non-probability sampling dengan jenis judgemental sampling terhadap sampel populasi yang merupakan wanita karier yang bekerja di kawasan perkantoran Sentral Senayan sebanyak 150 responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari beberapa dimensi yang terdapat dalam variabel penelitian, faktor-faktor yang menentukan keputusan pembelian laptop pada wanita karier lebih condong terdorong oleh dimensi fokus strategi daripada dimensi-dimensi lainnya, dikarenakan semua indikator pada dimensi tersebut masuk dalam range tinggi. Meskipun semua indikator dalam dimensi fokus strategi masuk dalam range tinggi, namun nilai indikator tertinggi ditempati oleh indikator sebelum memutuskan untuk membeli laptop, terlebih dahulu memperbandingkan dengan beberapa merek lainnya yang terdapat pada dimensi kunci komunikasi.

In this research, women?s buying decision making was chosen as variabel based on ?Marketing to Women? concept. This research aimed to find out factors which affect women in deciding to buy laptops. The approach of this research is quantitative by survey as a methodology that utilize a technic of non-probability sampling with a type of judgemental sampling towards population sample which are career women who are working in the area of Sentral Senayan office of 150 respondents.
The result of this research show that from all dimensions of the variables contained in the research, the factors determining the decision of purchasing laptop on career women is driven more by focus strategies dimension than other dimensions, because all the indicators on this dimension are included in the high range. Although all indicators in the dimension of the focus strategies are included in the high range, but the highest indicator value is occupied by the indicator where women tend to compare between some brands before deciding to buy a laptop, which exist in the dimensions of communication keys.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2011
S1039
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Classica Harsya Nawastha
"Industri fashion merupakan industri yang perkembangannya selalu meningkat dan Indonesia berkontribusi terbesar kesembilan di dunia. Perkembangan industri fashion dalam negeri didukung dengan adanya kampanye untuk mencintai produk lokal. Fashion brand lokal memanfaatkan media sosial sebagai wadah untuk berkomunikasi dengan pelanggannya untuk menciptakan customer engagement. Sehingga penting untuk mengetahui faktor yang mendorong customer engagement seperti advice seeking, self-image expression dan fashion involvement. Selain itu, customer engagement juga berpengaruh akan terbentuknya brand intimacy. Penelitian ini membangun customer engagement sebagai second-order construct yang didalamnya terdapat consumption, contribution, dan creation. Survei dilakukan secara online dengan 262 responden yang kemudian diolah datanya menggunakan pemodelan Partial Least Squares - Structural Equation Modeling (PLS-SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa factor yang mempengaruhi customer engagement adalah advice seeking, self-image expression, dan fashion involvement, customer engagement memiliki pengaruh terhadap brand intimacy dan diketahui pula bahwa perbedaan generasi tidak mempengaruhi hasil secara signifikan.

Fashion industry is an industry whose development is always increasing and Indonesia contributes the ninth largest in the world. The development of the domestic fashion industry is supported by a campaign to love local products. Local fashion brands use social media as a platform to communicate with their customers to create customer engagement. So it is important to know the factors that drive customer engagement such as advice seeking, self-image expression and fashion involvement. In addition, customer engagement also affects the formation of brand intimacy. This study builds customer engagement as a second-order construct in which there is consumption, contribution, and creation. The survey was conducted online with 262 respondents and the data was analyzed using Partial Least Squares - Structural Equation Modeling (PLS-SEM) modeling. The results showed that the factors that influence customer engagement are advice seeking, self-image expression, and fashion involvement, customer engagement has an influence on brand intimacy and it is also known that generational differences do not significantly affect results."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bambang Sudarto
"ABSTRAK
Deregulasi di bidang moneter dan perbankan, khususnya
sejak Paket Oktober 1988 yang pada dasarnya menghilangkan entry
barriers industri perbankan, membuat kalangan usahawan
berlomba-lomba memasuki industri ini.
Dalam kurun waktu kurang dari 2 (dua) tahun, ratusan
cabang baru perbankan telah dibuka di seluruh Indonesia dan
jumlah itu akan terus membengkak.
Walaupun perekonomian Indonesia secara umum berkembang
relatif pesat, namun pertumbuhan industri perbankan membuat
situasi benar-benar menjadi buyers' market.
Dalam kondisi demikian, kalangan perbankan mudah sekali
diadu domba oleh para nasabah dalam seal suku bunga, apalagi
manajemen Bank pada umumnya sangat menekankan pada target
pertumbuhan yang pesat dari aktiva, sumber dana dan keuntungan
tanpa memberikan arah yang jelas tentang cara mencapainya.
Akibatnya setiap cabang sebuah Bank cenderung secara
membabi-buta menerima semua nasabah tanpa pandang bulu, bahkan
kalau perlu segera bersedia menderita kerugian. Akibatnya
keahlian pelayanan para personalia perbankan menjadi minimal.
Menghadapi situasi demikian, Bank Umum Nasional cabang
Warung Buncit, sebagai kasus dari studi ini, ternyata juga
cenderung mengikuti arus. Apalagi Bank Umum Nasional hanya
mengenal sistim pool rate berupa RPKP I RPKC dan prime rate
yang pada dasarnya tidak mungkin diterapkan untuk setiap dan
semua cabang mengingat masing-masing cabang memiliki
karakteristik cost dan revenue sendiri.
Dalam upaya menanggulangi masalah-masalah tersebut di
atas, diusulkan setiap cabang Bank Umum Nasional menghitung
Cost of Funds dan Prime Rate-nya sendiri-sendiri dengan
menggunakan metoda Historical Average Cost yang relatif mudah
dan murah digunakan.
Analisa Cost of Funds dan Prime Rate masing-masing
cabang ternyata merupakan alat yang ampuh untuk menyusun
strategi dalam upaya menanggulangi masalah yang muncul.
Dengan alat ini setiap cabang mampu menganalisa kelemahan dan
kekuatannya sendiri sehingga relatif dapat lebih mampu
mengendalikan bidang-bidang yang rawan melalui berbagai cara.
Sebagai contoh, Bank Umum Nasional cabang Warung
Buncit terbukti lemah dalam bidang pengembangan volume usaha
(loan) dan pengendalian Overhead Cost, tetapi kuat dalam hal
pengendalian kredit macet, pendanaan maupun Pendapatan Lain-
Lain.
Walaupun demikian, metoda Historical Average Cost dan
data yang dipakai memang mengandung beberapa kelemahan. Sebab
itu setiap cabang seyogyanya memahami kelemahan-kelemahan itu
dan tidak memakai basil perhitungan Cost of Funds dan Revenue
secara 'mati'.
Misalnya, prime rate pada bulan n sebesar 20,0% per
tahun, tetapi trend suku bunga secara umum sedang melambung.
Untuk itu suku bunga pinjaman harus ditentukan relatif agak
tinggi, katakanlah 24,0% per tahun.
Dengan menggunakan alat yang sama untuk tahun 1989,
dalam hal revenue Bank Umum Nasional cabang Warung Buncit
dianjurkan untuk meningkatkan volume usaha terutama ke arah
target pasar KPR I KKB dan perusahaan-perusahaan kecil
menengah dengn tetap memprioritaskan kualitas kredit. Pricingnya
disarankan berkisar 2,0% - 2,5% di atas prime rate.
Peningkatan volume usaha juga dapat dilakukan dengan
cara antar cabang Bank Umum Nasional saling memperkenalkan para
nasabahnya.
Dalam hal cost, manajemen harus selalu
mengkomunikasikannya dengan para karyawan agar setiap karyawan
perusahaan mempunyai kultur 'sadar biaya'.
Dalam hal sumber daya manusia, dianjurkan untuk
merekrut team pemasaran dengan kualifikasi yang relatif
sederhana mengingat target market-nya, mengurangi 'middle
manager' sebanyak-banyaknya dan menerapkan semacam 'matrix
organization' khususnya bagi personalia dari Bagian Customer
Service dan Kasir untuk dimanfaatkan secara optimal. "
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Buchari Alma
Bandung: Alfabeta, 2007
658.8 Alm m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>