Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190335 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Farida Nurlitasari
"Latar belakang: Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor untuk mencapai kualitas hidup yang optimal. Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang sering ditemukan pada lansia adalah kehilangan gigi. Pembuatan gigi tiruan diharapkan dapat memperbaiki keadaan kehilangan gigi, baik dari segi fungsi, estetik, psikologis dan sosial. Kebutuhan gigi tiruan tidak sama dengan permintaan gigi tiruan. Alat ukur kuesioner kebutuhan subjektif dan permintaan gigi tiruan diharapkan dapat mengukur kebutuhan subjektif dan permintaan gigi tiruan pada lansia.Faktor lokal dan sosiodemografi dapat mempengaruhi proses perubahan kebutuhan menjadi permintaan.
Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor yang berperan terhadap permintaan gigi tiruan pada lanjut usia.
Metode: Subjek penelitian terdiri dari 100 orang lansia yang berusia 60 tahun keatas. Subjek diminta menjawab kuesioner kebutuhan dan permintaan gigi tiruan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kemudian dilakukan pemeriksaan rongga mulut untuk memeriksa kehilangan gigi dan penggunaan gigi tiruan. Pada tahap pertama dilakukan uji validitas dan reabilitas kuesioner kebutuhan dan permintaan gigi tiruan, tahap kedua dilakukan uji potong lintang.
Hasil: Uji validitas dan reabilitas alat ukur ini menunjukkan hasil yang baik, sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur kebutuhan subjektif gigi tiruan dan permintaan gigi tiruan. Analisis data menggunakan uji Chi Square dan regresi logistik menunjukkan bahwa kebutuhan subjektif dan biaya perawatan mempunyai hubungan yang bermakna dengan permintaan gigi tiruan (p<0,05). Biaya perawatan merupakan faktor yang paling berperan terhadap permintaan gigi tiruan (OR = 3,55).
Kesimpulan: Alat ukur kebutuhan subjektif dan permintaan gigi tiruan valid dan reliabel. Faktor yang paling menghambat permintaan gigi tiruan adalah biaya perawatan.

Background: Oral health of the elderly is a part of optimal quality of life. Tooth loss is a common oral health problem in elderly. The objective of tooth replacement is the rehabilitation of function, esthetics, psychological and social. Need does not always lead to demand of the treatment. Perceived need and demand for denture questionnaire tools was expected to estimate perceived need and demand of denture in elderly. The process between need and demand closely related to local factors and socio demographic factors.
Objective: To analysis factor influenced the demand of the dentures in elderly.
Method: A survey was performed to 100 elderly. The subject was questioned with the perceived need and demand questionnaire tools and factors which influenced demand of the denture. Oral and dental examination was performed to examined tooth loss and denture worn. The survey was analysis in two steps, the first step was to investigated the validity and reliability of the questionnaire tools and the second step was a crosssectional design.
Result: The reliability and validity had good result. Analysis used Chi Square and logistic regression showed perceived need and cost were significantly associated with demand of the denture (p<0,5). Cost had the strongest association with the demand of the denture (OR=3,55).
Conclusion: The questionnaire tools is valid and reliable to measure the perceived need and demand of the denture in elderly. Cost had the highest impact as a barrier on the demand of the denture.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T31597
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Candrika Kusuma Pujnadati
"Latar belakang : Tingginya prevalensi karies dan penyakit periodontal merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang dapat menyebabkan kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat mengganggu keseimbangan sistem stomatognati dan menyebabkan perubahan struktural dan fungsional serta menyebabkan dampak negatif pada kualitas hidup. Untuk memperbaiki kondisi kehilangan gigi, klinisi dapat merekomendasikan perawatan prostodontik. Namun kebutuhan (need) terhadap perawatan prostodontik tidak selalu diikuti oleh permintaan (demand) gigi tiruan. Faktor lokal dan sosiodemografi dapat mempengaruhi proses perubahan kebutuhan (need) menjadi (permintaan) terhadap gigi tiruan.
Tujuan : Menganalisis hubungan antara kebutuhan dan permintaan gigi tiruan serta faktor-faktor yang berperan.
Metode : Subyek terdiri dari 129 orang dan diwawancarai oleh pewawancara yang telah dikalibrasi untuk menjawab pertanyaan kuesioner mengenai kebutuhan dan permintaan gigi tiruan. Kemudian dilakukan pemeriksaan rongga mulut untuk memeriksa kehilangan gigi dan penggunaan gigi tiruan. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik potong lintang dan analisis uji Chi-square.
Hasil : Terdapat hubungan antara kebutuhan dan permintaan gigi tiruan (p<0,05). Biaya perawatan merupakan faktor yang berperan terhadap permintaan gigi tiruan.
Kesimpulan : Terdapat hubungan antara kebutuhan (need) dan permintaan (demand) gigi tiruan dan terdapat hubungan antara permintaan (demand) gigi tiruan dan biaya perawatan. Selain itu, terdapat ketidaksesuaian antara jumlah kebutuhan terhadap gigi tiruan dengan jumlah kehilangan gigi dan terdapat ketidaksesuaian antara jumlah permintaan gigi tiruan dengan jumlah pemakai gigi tiruan.

Background : High prevalence of caries and periodontal disease was main oral health problem causing tooth loss. Tooth loss could interfere stomatognatic system balance and causing structural and functional changes and also had negative effect to quality of life. Clinician could recommended prosthodontic treatments to treat condition of tooth loss. Prosthodontic treatment need does not always followed by denture demand. Local factor and sociodemography could affect prosthodontic treatment need-demand process.
Purpose : To analyze association between need and demand for denture also its confounding factors.
Method : Subjects of this research were 129 person. They were interviewed by callibrated interviewers to answer questionnaire about denture need and demand. After the interviewed, subjects tooth loss and use of denture were examined intraorally. This research design was cross sectional and analyzed with Chi-square test.
Result : There was association between need and demand for denture (p<0,05). Treatment cost found as influencing faktor of denture demand.
Conclusion : There was an association between need and demand for denture and there was association between demand for denture and treatment cost. Beside that, there was inconsistence between need of denture number and tooth loss amount was found, also inconsistence found between demand of denture and number of denture wearer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Chandra Dwidjayanti
"Latar Belakang : Peningkatan populasi lansia berjalan seiring denganpeningkatan masalah kesehatan mulut terutama kehilangan gigi. Untuk memperbaiki kualitas hidup dan faktor resiko lain, perawatan prostodonsia dilakukan dengan tujuan merehabilitasi fungsi di dalam rongga mulut.
Tujuan : Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara permintaan (demand) gigi tiruan dan kualitas hidup pada lansia.
Metode : Subyek penelitian berjumlah 100 orang lansia.Dilakukan wawancara dengan kuesioner Permintaan (demand) Gigi Tiruan dan kuesioner Dampak Kesehatan Gigidan Mulut terhadap Kualitas Hidup, kemudian dilakukan pemeriksaan rongga mulut untuk melihat kehilangan gigi dan penggunaan gigi tiruan.Desain penelitian adalah potong lintang, dianalisis dengan uji Chi Squre dan uji Regresi Logistik.
Hasil : Terdapat hubungan antara permintaan (demand) gigi tiruan dan kualitas hidup lansia (p< 0,05), tetapi permintaan (demand) bukan merupakan faktor yang paling berpengaruhterhadap kualitas hidup (OR=0,355). Jumlah kehilangan gigi merupakan faktor yang paling mempengaruhi kualitas hidup (OR=4,218).
Kesimpulan :Tingkat kualitas hidup lansia tidak dipengaruhi oleh permintaan (demand) gigitiruan.

Background : Increased in elderly population was in conjunction with the increased of health problems particulary tooth loss. With the intention of improving quality of life and another risk factors, prosthodontics treatment was done to rehabilitate oral function.
Purpose : To analyze the relation between demand of the dentures and quality of life in elderly.
Method : 100 subject were questioned with 'Demand of the dentures' and 'Oral Health Impact Profile and Quality of Life' questionnaire. Intra oral examination was done to observed tooth loss and denture worn. The design of this study was crosssectional, the data was analyzed using Chi Square and Logistic Regression.
Result : Relationship was found between demand of the denture and quality of life (p<0,05), but demand was not the most influential factor (OR=0,355). The amount of tooth loss has the greatest effect in quality of life (OR=4,218).
Conclusion :The level of quality of life was not affected by demand of the denture.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T40822
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arrad Ibrahim Rambey
"Latar Belakang: Edentulisme memerlukan perawatan berupa pembuatan gigi tiruan untuk memerbaiki kualitas hidup pasien. Pembuatan gigi tiruan dengan kualitas yang baik diperlukan untuk menghindari ketidaknyamanan yang dirasakan pasien saat harus beradaptasi dengan gigi tiruan baru. Beberapa studi mengenai penilaian kualitas gigi tiruan sudah banyak dilakukan di negara lain, namun belum ada studi yang dilakukan di Indonesia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan instrumen untuk mengukur kualitas gigi tiruan lengkap yang valid dan reliabel. Metode: Penelitian dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah studi kualitatif untuk pengembangan instrumen yang menggunakan metode adaptasi lintas budaya, focus group discussion dengan para pakar, dan kemudian dilakukan uji validitas muka pada 10 orang responden dengan metode interview. Tahap kedua adalah uji kuantitatif dengan total 40 subjek untuk dilakukan analisis statistik berupa uji Kappa, test-retest, Kuder-Ricahrdson 20, dan uji korelasi antara PDA-Id dengan PFGT. Hasil: Dari uji kualitatif, didapatkan instrumen final yang telah teruji atas validitas konten dan validitas muka. Hasil uji inter-rater Kappa 0,828 menunjukkan kesepahaman yang hampir sempurna. Hasil uji intra-rater test-retest (0,564; P>0,05; ICC 0,889) menunjukkan stabilitas instrumen yang sangat baik. Hasil uji konsistensi internal dengan Kuder-Richardson 20 (1,08; KR>1) menunjukkan konsistensi internal yang baik. Hasil uji korelasi antara PFGT dengan PDA-Id (0,044; P<0,05) menunjukkan terdapat korelasi positif. Kesimpulan: Instrumen PFGT dinilai dapat digunakan sebagai alat ukur kualitas fungsional dari sebuah gigi tiruan yang dapat memisahkan antara gigi tiruan dengan kualitas baik dan tidak baik.

Background: Edentulism requires treatment in the form of making dentures to improve the patient's quality of life. Making good quality dentures is necessary to avoid the discomfort felt by patients when they have to adapt to new dentures. Several studies regarding the assessment of the quality of dentures have been carried out in many other countries, but no studies have been conducted in Indonesia. Objective: This study aims to obtain a valid and reliable instrument to measure the quality of complete dentures. Methods: The study was conducted in two stages. The first stage was a qualitative study for the development of instruments using cross-cultural adaptation methods, focus group discussions with experts, and then conducting face validity tests on 10 respondents using the interview method. The second stage was a quantitative test with a total of 40 subjects for statistical analysis in the form of a Kappa test, test-retest, Kuder-Ricahrdson 20, and a correlation test between PDA-Id and PFGT. Results: From the qualitative test, there is a final instrument that has been tested for content validation and face validation. The inter-rater Kappa test result of 0.828 shows an almost perfect agreement. The results of the intra-rater test-retest (0.564; P>0.05; ICC 0.889) showed very good stability of the instrument. The results of the internal consistency test with Kuder-Richardson 20 (1.08; KR>1) showed good internal consistency. The results of the correlation test between PFGT and PDA-Id (0.044; P<0.05) showed a positive correlation. Conclusion: The PFGT instrument is considered to be used as a tool to measure the functional quality of a denture that can distinguish between dentures with good and bad quality."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syahrial
"Latar belakang: Tingkat pengetahuan kesehatan gigi mulut dan status gigi tiruan merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia. Namun, belum ada alat ukur tingkat pengetahuan kesehatan gigi mulut di Indonesia.
Tujuan: Mendapatkan alat ukur tingkat pengetahuan kesehatan gigi mulut, menganalisis hubungan tingkat pengetahuan kesehatan gigi mulut dan status gigi tiruan terhadap kualitas hidup lansia.
Metode: Cross-sectional pada 101 lansia. Pencatatan data dan pemeriksaan intraoral. Wawancara pengisian kuesioner tingkat pengetahuan kesehatan gigi mulut dan kualitas hidup lansia.
Hasil: Uji validitas dan reliabilitas menunjukkan hasil yang baik. Jenis kelamin (p=0.000), tingkat ekonomi (p=0.004), letak geografis (p=0.000), dan OHI-S (p=0.013) memiliki hubungan bermakna terhadap tingkat pengetahuan kesehatan gigi mulut. Tingkat ekonomi (p=0.006) dan OHI-S (p=0.001) memiliki hubungan bermakna terhadap kualitas hidup. Hanya 24 subyek yang menggunakan gigi tiruan.
Kesimpulan: Diperoleh alat ukur tingkat pengetahuan kesehatan gigi mulut yang valid dan reliabel. Di pedesaan tingkat pengetahuan kesehatan gigi mulut dan permintaan gigi tiruan yang rendah dibandingkan dengan di perkotaan. Faktor yang paling mempengaruhi kualitas hidup lansia adalah OHI-S dan tingkat ekonomi.

Background: The level of knowledge of oral health and dental denture status is a factor that affects the quality of life of the elderly. However, there is no measuring instrument level of knowledge of oral health that have been estabelished in Indonesia.
Objective: Obtaining measuring instruments of oral health knowledge, analyzing the correlation between oral health knowledge, denture status on quality of life of the elderly.
Methods: Cross-sectional study in 101 elderly. Data recording and intraoral examination. Interview questionnaire for oral health knowledge and quality of life of the elderly.
Results: Validity and reliability showed good results. Gender (p=0.000), economic level (p=0.004), geographic factor (p= 0.000), and OHI-S (p=0.013) statistically siqnificant to the level of knowledge of oral health. Economic level (p=0.006) and OHI-S (p=0.001) statistically significant to quality of life. Only 24 subjects wear denture.
Conclusion: Obtained level measuring instruments dental oral health knowledge valid and reliable. In rural areas have a level of knowledge of oral and dental health of denture demand lower than in urban areas. The factors that most affect the quality of life of the elderly is OHI-S and economic levels.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariyanti Rezeki
"Tujuan: Mendapatkan alat ukur kepuasan pasien terhadap gigi tiruan lengkap yaitu Patient's Denture Assessment PDA versi Indonesia yang valid dan reliabel serta menganalisis hubungan antara kepuasan pasien terhadap gigi tiruan lengkap dengan kemampuan mastikasi, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman serta lama pemakaian gigi tiruan lengkap.
Metode: 101 subjek 50 laki-laki dan 51 perempuan berusia 45 tahun keatas, berpartisipasi dalam uji validasi dan reliabilitas kuesioner PDA bahasa Indonesia. Uji statistik Chi-Square dan regresi logistik digunakan untuk menganalisis hubungan antara kepuasan pasien terhadap gigi tiruan lengkap dengan kemampuan mastikasi, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman serta lama pemakaian gigi tiruan lengkap.
Hasil: Hasil uji validasi dan reliabilitas kuesioner PDA menunjukkan, Cronbach's Alpha pada skor keseluruhan kuesioner PDA 0,708, uji validitas konvergen menunjukkan korelasi antara kepuasan pasien dan kemampuan mastikasi dengan uji spearman p=0,001 r=0,633. Hubungan bermakna secara statistik ditemukan antara kepuasan pasien terhadap gigi tiruan lengkap dengan kemampuan mastikasi p=0,000.
Kesimpulan: Kuesioner PDA-ID dapat digunakan untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap perawatan gigi tiruan lengkap. Kemampuan mastikasi dan lama pemakaian gigi tiruan.

Objectives: The purpose of this study is to develop a valid and reliable Patient's Denture Assessment PDA Questionnaire in Indonesian version and to analyze the relationship between patient's satisfaction to their complete denture with masticatory performances, age, sex, education level, denture experience and the duration of their recent complete denture.
Methods: Total of 101 subjects 50 men, 51 women aged 45 years and older was participated in this study. Univariate, bivariate and multivariate test are done in this study, to do validity and reliability tests and also to analyze relationship between patient's satisfaction towards their complete denture with masticatory performances, age, sex, education level, denture experiences and the duration of current complete denture.
Results: Validation and reliability test shows Cronbach's Alpha in summary score PDA 0,708, convergent validity shows correlation between the masticatory performances with patient's satisfaction p 0,001 r 0,633. Statistically, a significant correlation P.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Melly Lorianti
"Penggunaari desain sirkumferensial pada kasus kehilangan gigi 8765/5678 sering menimbulkan gaya ungkit yang menyebabkan gerak gigi penjangkaran ke distal, dan kemudian diikuti oleh goyangnya gigj tersebut. Masalah ini terjadi karena dukungan gigi tiruan terdiri dari dua jenis jaringan, yaitu jaringan keras berupa gigi dengan jaringan periodontalnya, dan jaring lunak yaitu mukosa yang menutupi daerah tak bergigj, dengan derajat kekenyalan yang berbeda.
Untuk mencegah hal ini, perlu diperhatikan agar tekanan yang disalurkan ke gigi penjangkaran sekecil mungkin,
sehingga tidak dapat rnerusak gigi penjangkaran.
Cengkeram dengan desain sirkumferensial dapat dibuat
dari logam cor keseluruhannya, atau dapat dikombinasi dengan kawat di bagian lengan bukal.
Dalam penelitian ini ingin diketahui cengkeraman mana
dan dua cengkeram tersebut yang rnenyebabkan gerak distal gigi penjangkaran yang lebih kecil. Untuk itu dilakukan penelitian laboratorik mengenai pengaruh cengkeram kombinasi dan cengkeram cor sirkumferensial terhadap gerak distal gigi penjangkaran.
penelitian dilakukan dengan mengukur gerak distal gigi penjangkaran dengan dial gauge, bila beban seberat 2,5 kg dijatuhkan pada sadel di regio molar pertama, pada gigi tiruan sebagian lepas ekstensi distal yang memakai cengkeram kombinasi dan cengkeram cor sirkumferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cengkeram kombinasi menyebabkan gerak fistal gigi penjangkaran yang lebih kecil dibandingkan dengan cengkeram cor sirkumferensial
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1989
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enamela Denta
"Pada kasus gigi tiruan penuh, salah satu faktor yang mempengaruhi prognosis perawatan adalah retensi dan stabilitas. Faktor anatomis yang mempengaruhi retensi dan stabilisasi gigi tiruan penuh rahang bawah adalah kedalaman ruang retromylohyoid. Kedalaman ruang retromylohyoid dapat diasumsikan sebagai ketinggian tulang alveolar bagian posterior rahang bawah. Berkurangnya ketinggian tulang alveolar berkaitan dengan resorpsi tulang alveolar yang dapat dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin. Penelitian ini menggunakan 70 kartu rekam medik pasien gigi tiruan penuh rahang bawah yang datang ke klinik Prostodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia periode Januari 2005-Juni 2007 yang memenuhi kriteria penelitian. Analisis univariat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi variabel usia, jenis kelamin, dan kedalaman ruang retromylohyoid. Analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square dan uji Kolmogorov-Smirnov untuk melihat hubungan antara usia dan kedalaman ruang retromylohyoid serta perbedaan kedalaman ruang retromylohyoid antara kelompok perempuan dan laki-laki. Nilai p yang diperoleh adalah 0,334 dan 1,000 (p> 0,05). Kesimpulan: (1) Kondisi yang paling banyak ditemukan pada pasien GTP rahang bawah adalah ruang retromylohyoid dalam. (2) Kondisi ruang retromylohyoid dangkal lebih banyak ditemukan pada kelompok perempuan dibandingkan laki-laki. (2) Tidak terdapat hubungan antara usia dan kedalaman ruang retromylohyoid. (3) Tidak terdapat perbedaan kedalaman ruang retromylohyoid antara kelompok perempuan dan lakilaki.

Anatomic factor that influences the retention and stability of the mandibular denture is the depth of retromylohyoid space. The depth of retromylohyoid space can be assumed as the height of alveolar ridge in posterior region of the mandible. The decrease of the height of alveolar ridge caused by alveolar ridge resorption that is influenced by age and sex. This test used 70 medical records of mandibular complete denture patients who came to Prosthodontic Clinic of Dental Hospital Faculty of Dentistry University of Indonesia within January 2005 - June 2007 period that fulfilled the criteria. Univariate statistical analysis is presented in the frequency distribution of age, sex, and the depth of retromylohyoid space. Bivariate statistical analysis using Chi-Square test and Two Sample Kolmogorov-Smirnov Test was done to analyze the relationship between age and the height of retromylohyoid space, also the difference of the depth of retromylohyoid space in female and male. The result showed that significance values are 0,334 and 1,000 (p > 0,005). It was concluded that (1) A deep retromylohyoid space is the most condition occurred between the patients (2) A shallow retromylohyoid space is occured more in female than male. (3) There is no relationship between age and the depth of retromylohyoid space. (4) There is no difference of the depth of retromylohyoid space in female and male."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Nurhidayanti
"Keberhasilan perawatan gigi tiruan penuh dipengaruhi oleh retensi dan stabilitas. Retensi merupakan kemampuan gigi tiruan untuk tahan terhadap gaya gravitasi, sifat adhesi makanan, dan gaya-gaya yang berhubungan dengan pembukaan rahang, sedangkan stabilitas adalah kemampuan gigi tiruan untuk tetap stabil atau tetap pada posisinya saat digunakan. Salah satu faktor yang berperan dalam retensi dan stabilitas adalah ketinggian perlekatan dasar mulut. Perlekatan dasar mulut perlu diperhatikan karena hubungannya terhadap puncak alveolar sangat penting pada pasien yang akan memperoleh perawatan gigi tiruan penuh rahang bawah. Penelitian ini menggunakan 71 kartu status milik Klinik Departemen Prostodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedikteran Gigi Universitas Indonesia yang memenuhi kriteria penelitian. Analisis statistik secara univariat berupa distribusi frekuensi dari variabel jenis kelamin, usia, ketinggian pelekatan dasar mulut dan analisis bivariat dengan uji kolmogorov-smirnov. Nilai p yang didapat dari hasil penelitian > 0,05. Kesimpulan : (1) Perlekatan dasar mulut normal adalah yang paling banyak ditemukan baik pada pasien perempuan maupun lakilaki. (2) Tidak terdapat hubungan antara pertambahan usia dengan ketinggian perlekatan dasar mulut. (3) Tidak terdapat perbedaan ketinggian perlekatan dasar mulut yang signifikan antara pasien perempuan dan laki-laki.

The success of prosthodontic treatment is influenced by retention and stability. Retention is quality inherent in the denture which resist the force of gravity, the adhesiveness of foods, and the forces associated with the opening of the jaws, and stability is denture`s ability of being firm, steady and constant in position when forces is applied to it. One important factors in retention and stability is the height of mouth floor. The mouth floor needs to be concerned because its relationship to alveolar ridge which is very important to a patient who will get mandibular complete denture treatment. As the sample test, seventy one medical records of the Prosthodontic Clinic in Dental Hospital Faculty of Dentistry University of Indonesia which qualify the criteria were used. Univariat statistical analysis is in the form of frequency distribution from the variables of sex, age, height of mouth floor and bivariat analysis with kolmogorov-smirnov test. The result showed (p>0, 05). It was concluded that (1) Normal height of mouth floor is the most common occurrence in male and female. (2) There was no relationship between age and the height of mouth floor. (3) There was no difference between the height of mouth floor in male and female."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Suryandari
"Pada kasus gigi tiruan penuh, salah satu faktor yang mempengaruhi prognosis perawatan adalah retensi dan stabilitas. Dalam hal retensi dan stabilitas gigi tiruan penuh rahang bawah, posisi lidah memiliki peranan penting. Walaupun seseorang memiliki posisi lidah normal sejak lahir, namun kondisi itu dapat berubah dan menghasilkan posisi lidah abnormal (retracted tongue). Penyebab perubahan posisi lidah ini dapat dikaitkan dengan ketinggian dasar mulut. Sehingga diasumsikan bahwa posisi lidah mungkin berkaitan dengan resorpsi tulang alveolar. Resorpsi tersebut dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin. Penelitian ini menggunakan 75 kartu rekam medik pasien gigi tiruan penuh rahang bawah yang datang ke klinik Prostodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia periode Januari 2005-Juni 2007 yang memenuhi kriteria penelitian. Dengan pendekatan deskriptif, analisis univariat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi variabel usia, jenis kelamin, dan posisi lidah menurut klasifikasi Wright. Sedangkan dengan pendekatan analitik, digunakan analisis bivariat dengan Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test untuk melihat hubungan antara usia dan posisi lidah menurut klasifikasi Wright serta untuk mengetahui perbedaan posisi lidah menurut klasifikasi Wright antara kelompok perempuan dan laki-laki. Nilai p yang diperoleh adalah 1,000 (p>0,05). Kesimpulan: (1) Posisi lidah kelas I merupakan posisi lidah yang paling banyak ditemukan dan yang paling jarang adalah posisi lidah kelas III. (2) Tidak terdapat hubungan antara usia dan posisi lidah menurut klasifikasi Wright. (3) Tidak terdapat perbedaan posisi lidah menurut klasifikasi Wright antara kelompok perempuan dan laki-laki."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>