Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175582 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Henni Kusuma
"Laporan analisis praktek residensi ini menguraikan tentang pengalaman penulis selama satu tahun serta menganalisis peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, pendidik, manager, peneliti, dan inovator. Sebagai perawat spesialis dituntut untuk mampu memberikan asuhan keperawatan lanjut, melaksanakan fungsi konsultasi, serta melakukan penelitian dan inovasi. Pengalaman sebagai pemberi asuhan keperawatan dengan menerapkan teori keperawatan Self Care Deficit Orem pada 33 pasien dengan gangguan sistem perkemihan. Gangguan sistem perkemihan meliputi renal disease, obstruksi saluran kemih, glomerular disease, keganasan pada saluran perkemihan, dan kegawatan pada sistem perkemihan. Pengalaman sebagai peneliti, penulis telah melaksanakan praktek keperawatan berdasarkan pembuktian tentang program edukasi berbasis empowerment terhadap peningkatan efikasi diri pada pasien CKD predialisis. Peran sebagai inovator, penulis bersama kelompok telah membuat suatu kegiatan inovasi tentang penerapan upaya deteksi dini dan edukasi pada klien yang beresiko terkena CKD.
Kesimpulan : pasien dengan gangguan sistem perkemihan mengalami keterbatasan dalam kemampuan perawatan diri, sehingga dibutuhkan bantuan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri baik secara total, partial, ataupun supportif hingga pasien dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Hasil praktek spesialis ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan keperawatan, serta menjadi bahan rujukan bagi pendidikan keperawatan dan pengembangan ilmu keperawatan.

The specialist analysis report explained the one year of clinical experiences in performing some roles: care provider, educator, manager, reseacher, and innovator. Clinical nurse specialist must be able to provide advanced nursing care, conduct consultation function, and also conduct research and innovation. Role of care provider had performed by implementing nursing care through applying nursing theory of Orem?s Self Care Deficit Theory on 33 patients with renal disease, obstruction urinary tract, glomerular disease, carcinoma in urinary tract, and emergency of urinary system. Role of researcher had performed by applied evidence based nursing practice about education with empowerment to incrising self efficacy on patients with CKD predialysis. The role of innovator, was conducted by team which created an innovations about early detection and education on patients who had hight risk for CKD.
Overall, patients with urinary system disorder have limitation of self care. Therefore, they need assistance from nurse to fulfill their self care needs which consist of wholly, partially, or supportive educative assistance / compensatory until they are able to perform their need independently. It was suggested that the specialist nursing practice have to improve quality of nursing care and be reference for nursing education and nursing sciences.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frendy Wihono
"ABSTRAK
Komposisi batu saluran kemih dapat mempengaruhi pilihan dalam perawatan pasien. Nilai Hounsfield Unit (HU) dapat memprediksi komposisi batu, begitu juga dengan pH urin. Kami mengevaluasi kombinasi nilai HU dan pH urin dalam prediksi komposisi batu saluran kemih. Studi potong lintang terhadap 35 pasien urolitiasis dilakukan dari Januari hingga Desember 2018 di Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan. Data nilai HU, pH urin, dan hasil analisis batu dikumpulkan. Hasil analisis batu dikategorikan menjadi batu dengan komposisi utama asam urat dan kalsium. Analisis HU dan pH antara kedua kelompok tersebut menggunakan uji-t tidak berpasangan. Receiver Operating Characteristic (ROC) digunakan untuk menganalisis hubungan antara HU dan pH dengan komposisi batu. Dari 35 pasien, 14 memiliki batu dengan komposisi utama asam urat dan 21 batu dengan komposisi utama kalsium. Rata-rata HU dari batu dengan komposisi utama asam urat dan kalsium adalah masing-masing 445 (± 155,3) dan 943 (± 284,0), sedangkan pH rata-ratanya masing-masing adalah 5,3 (± 0,46) dan 6,5 (± 0,64). Ada perbedaan signifikan antara nilai HU dan pH dari kedua kelompok (p <0,0001 dan p <0,0001). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai HU dan pH urin dapat digunakan sebagai prediktor pembeda batu asam urat dari batu kalsium pada analisis batu.

ABSTRACT
Urinary stone composition may affect the treatment of choice for patients. Hounsfield Unit (HU) and urinary pH may help predict the composition of urinary stones. We evaluated HU and urinary pH combination in the prediction of urinary stone composition. A cross-sectional study on 35 urolithiasis patients were performed from January to December 2018 in Haji Adam Malik Hospital, Medan. Data on HU, urinary pH, and stone analysis results were collected. Stone analysis results were categorized into predominantly uric acid and calcium. We analyzed HU and pH between the two groups using independent T-test. Receiver operating characteristic (ROC) were used to analyze the relationship between HU and pH and the stone composition. Among 35 patients, 14 stones were predominantly uric acid and 21 stones were predominantly calcium. The mean HU of the predominantly uric acid and calcium were 445 (±155.3) and 943 (±284.0) respectively, while the mean pH was 5.3 (± 0.46) and 6.5 (± 0.64). There is a statistically
significant difference of HU and pH between the two groups (p<0.0001 and p<0.0001). Our study results showed that HU and urinary pH can be used as predictors to differentiate uric acid stones from calcium stones in stone analysis."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Retno Sulistyaningsih
"Analisis praktik residensi keperawatan ini menguraikan pengalaman penulis dalam mendalami kemampuan klinik keperawatan kekhususan sistem perkemihan selama satu tahun. Fokus kegiatan meliputi penerapan teori Self Care pada 35 asuhan keperawatan pasien dengan gangguan sistem perkemihan, pelaksanaan intervensi keperawatan berbasis bukti ilmiah yaitu penerapan training efikasi diri dalam meningkatkan kepatuhan terhadap intake cairan pada pasien dengan penyakit ginjal kronik dan proyek inovasi berupa deteksi dini dan edukasi pada pasien yang beresiko tinggi terkena penyakit ginjal kronik. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa training efikasi diri dapat meningkatkan kepatuhan terhadap intake cairan dan responden yang terlibat dalam kegiatan deteksi dini dan edukasi meningkat pengetahuan dan sikap tentang pencegahan penyakit ginjal kronik.

Analysis of nursing practice residency outlines explore the ability of the author's experience in clinical nursing specialty urinal system for one year. The focus of activities include the application of the theory of Self Care in 35 nursing care of patients with urinary system disorders, the implementation of nursing interventions based on scientific evidence that the application of training efficacy in improving adherence to fluid intake in patients with chronic kidney disease and innovation projects in the form of early detection and education to patients at high risk of chronic kidney disease. The results obtained indicate that self-efficacy training may improve adherence to fluid intake and respondents involved in early detection and education activities to increase knowledge and attitudes about the prevention of chronic kidney disease."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Elyas
"Pasien di ruang intensif selain mengalami masalah biologis juga mengalami masalah psikologis seperti kecemasan. Kecemasan yang tidak terkontrol dapat mempengaruhi hemodinamik serta mengganggu proses perawatan. Terapi non-farmakologis dapat menjadi pilihan untuk mengatasi kecemasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intervensi keperawatan KoMoYas terhadap tingkat kecemasan pasien pasca operasi di ruang intensif. Penelitian ini menggunakan quasy experimental study. Metode sampling dengan consecutive sampling sebanyak 29 responden kelompok intervensi dan 29 responden kelompok kontrol. Hasil penelitian dengan uji Wilcoxon menunjukkan adanya penurunan tingkat kecemasan pre dan post-test baik pada kelompok intervensi maupun pada kelompok kontrol dengan nilai p-value 0.000 (< 0.05). Penurunan nilai kecemasan terjadi lebih banyak pada responden kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol, ditandai dengan selisih nilai mean (pre dan post) pada kelompok intervensi sebesar 1.31 dan pada kelompok kontrol selisih nilai mean (pre dan post) sebesar 0.45. Uji Mann Whitney dilakukan dengan hasil p value=0.000 (< 0.05), sehingga disimpulkan terdapat perbedaan rerata kecemasan pre-test dan post-test antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Intervensi KoMoYas dikombinasikan dengan terapi non farmakologis lainnya dapat dengan signifikan menurunkan tingkat kecemasan

n addition to experiencing biological problems, patients in the intensive care unit also experience psychological problems such as anxiety. Uncontrolled anxiety can affect hemodynamics and interfere with the treatment process. Non-pharmacological therapy can be an option for dealing with anxiety. This study aims to determine the effect of KoMoYas nursing interventions on the anxiety level of postoperative patients in the intensive care unit. This research uses a quasy experimental study. The sampling method with consecutive sampling consisted of 29 respondents in the intervention group and 29 respondents in the control group. The results of the study with the Wilcoxon test showed a decrease in pre- and post-test anxiety levels in both the intervention group and the control group with a p-value of 0.000 (<0.05). The decrease in anxiety scores occurred more in respondents in the intervention group than in the control group, marked by a difference in the mean value (pre and post) in the intervention group of 1.31 and in the control group the difference in mean value (pre and post) was 0.45. The Mann Whitney test was carried out with a p value = 0.000 (<0.05), so it was concluded that there was a difference in the mean pre-test and post-test anxiety between the intervention group and the control group. KoMoYas intervention combined with other non-pharmacological therapies can significantly reduce anxiety levels."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jovan Erlando Purwadi
"Fenomena ancaman inflasi global yang terjadi pada tahun 2022 berpotensi menimbulkan dampak gangguan kecemasan. Gejala kecemasan dapat menimbulkan gangguan tidur. Penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi apakah trait mindfulness memoderasi hubungan antara kecemasan dan kualitas tidur. Partisipan dalam penelitian ini adalah pekerja dewasa muda (usia 18-41 tahun) yang bekerja di wilayah Jabodetabek. Terdapat total 198 partisipan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah State-Trait Anxiety Inventory (STAI), Pittsburgh's Sleep Quality Index (PSQI), dan Mindful Attention and Awareness Scale (MAAS). Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan multiple moderated regression. Hasil penelitian ini tidak menemukan efek moderasi dari trait mindfulness terhadap hubungan antara kecemasan dan kualitas tidur.

The phenomenon of global inflation that occurs in 2022 has the potential to induce anxiety. This research was conducted to explore whether the mindfulness trait moderates the relationship between anxiety and sleep quality. The participants in this study were young adults (18-41 years old) who worked in the Greater Jakarta area. There were a total of 198 participants (109 women and 89 men). The instruments used in this study were the State-Trait Anxiety Inventory (STAI), Pittsburgh's Sleep Quality Index (PSQI), and the Mindful Attention and Awareness Scale (MAAS). The analysis technique used is descriptive analysis and multiple moderated regression. The results of this study found didn’t found any moderating effect of trait mindfulness on the relationship between anxiety and sleep quality."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Rosfiati
"Dealing with coronary angiography diagnostic procedures and the possibility of being intervene with PCI, SAP patients are often anxious, feel uncomfortable due to stress. Anxiety and discomfort are physiological and psychological response, which can be noticed on the change in blood pressure status, pulse, respiration and body temperature. This research was conducted with the main objective to identify the effect of back-rub on the level of patient?s anxiety and comfort before coronary angiography procedure.
Design used in this research was an equivalent pretest-posttest with control group quasi experiment. Research was conducted using a probability simple random sampling; with 30 respondents participated. A questionnaire was used for data collecting of anxiety level with 0-10 scale, digital sphygmomanometer was used for measuring blood pressure and number of pulse, and digital battery powered thermometer was used for measuring body temperature.
Research finding showed that before back-rub a difference is found in anxiety level (p value 0.048). After back-rub differences are found in anxiety level (p value 0.002, comfort level (p value 0.0001), diastole BP (0.016), pulse (p value 0.0001), respiration (p value 0.005) and temperature (p value 0.052). Before back-rub, no differences are found in comfort level, systole BP, pulse, respiration and temperature and after back-rub no differences in systole BP between intervened and controlled group.
Based on the findings, it can be concluded that back-rub can be applied to reduce patient?s psychological stress (anxiety) and increase comfort before coronary angiography procedure. A recommendation is directed to the management of the ward to apply back-rub as a part of SOP of Angio Procedure.

Menghadapi tindakan diagnostik coronary angiography dan kemungkinan di intervensi lanjut dengan PCI, pasien APS sering cemas, merasa tidak nyaman karena stress. Cemas dan tidak nyaman sebagai respon fisiologis dan psikologis tubuh, terlihat juga pada perubahan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh back-rub terhadap tingkat kecemasan dan kenyamanan serta dampaknya pada TD, nadi, respirasi dan suhu sebelum tindakan coronary angiography.
Desain penelitian ini adalah equivalent pretestposttest with control group quasi experiment. Pemilihan sampel dengan probability simple random sampling, didapat 30 responden. Data kecemasan dan kenyamanan dikumpulkan menggunakan kuesioner berskala 0-10, pengukuran tekanan darah dan jumlah denyut nadi menggunakan tensimeter digital dan suhu menggunakan termometer digital dengan batere.
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan tingkat kecemasan (p value 0.048) sebelum back-rub. Sesudah backrub perbedaan pada tingkat kecemasan (p value 0.002), tingkat kenyamanan ( p value 0,0001), tekanan darah diastole(p value 0,016), nadi (p value 0.0001), respirasi (p value 0,005) dan suhu (p value 0,052). Tidak ada perbedaan sebelum back-rub pada tingkat kenyamanan, tekanan darah systole, nadi, respirasi, suhu dan sesudah back-rub pada tekanan darah systole antara kelompok intervensi dan kontrol.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka back-rub dapat digunakan untuk mengurangi stress psikologis (kecemasan) dan meningkatkan kenyamanan pasien sebelum tindakan coronary angiography. Rekomendasi ditujukan kepada manajemen ruangan untuk mengaplikasikan back-rub sebagai bagian dari SPO Angiography.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T38255
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardaya Suriatmaja
"Psikosis adalah salah satu gangguan psikopatologi yang kompleks, sehingga cocok untuk dianalisis menggunakan analisis jaringan agar tidak kehilangan kompleksitasnya. Analisis jaringan cross-sectional antara pengalaman psikotik, mood, dan kesepian menunjukkan bahwa ketiga variabel ini saling berkaitan namun tidak diketahui pola hubungan antar waktunya. Tujuan penelitian ini adalah memetakan bagaimana hubungan hari ke hari antara pengalaman psikotik terhadap mood dan kesepian. Pengukuran dilakukan dengan metode experience sampling dimana 72 partisipan yang berusia 18 tahun ke atas mengisi survei daring satu kali sehari dalam tujuh hari. Analisis jaringan intra-individu satu waktu, temporal, dan keseluruhan inter-individu dalam seminggu dilakukan. Pengalaman psikotik tidak memprediksi mood (b = -0,124, SE = 0,109, p = .256) dan kesepian (b = 0,006, SE = 0,051, p = .903), serta dirinya kembali (b = 0,091, SE = 0,072, p = .208). Jaringan intra-individu dalam satu hari menunjukkan hubungan antara pengalaman psikotik dengan kesepian dan depresi, tetapi tidak antara kesepian dan mood. Jaringan temporal menunjukkan ketiga variabel tidak saling memprediksi, namun kesepian konsisten memprediksi dirinya kembali. Hubungan antara pengalaman psikotik, mood, dan kesepian tidak ditemukan dalam kerangka waktu hari ke hari, antara mereka tidak berhubungan sebab-akibat atau berhubungan sebab-akibat tetapi dalam kurun waktu jam seperti ditunjukkan oleh hasil jaringan intra-individu dalam satu hari.

Psychosis is a complex psychopathological disorder which makes it suitable to be analyzed in its complexity using network analysis. Cross-sectional network between psychotic experiences, depression, and loneliness shows that they are interrelated, but its temporal relationship remains unknown. The purpose of this study is to examine daily temporal relationships between psychotic experiences, mood and loneliness. Measurements were conducted with an experience sampling method, 72 participants aged 18 years and over completed an online survey once a day for seven days. Network analysis was conducted to create contemporaneous, temporal, and between-subject networks. Psychotic experiences did not predict mood (b = -0.124, SE = 0.109, p = .256) and loneliness (b = 0.006, SE = 0.051, p = .903), as well as itself (b = 0.091, SE = 0.072, p = .208). The contemporaneous network showed that intra-individually within one day psychotic experiences were related with loneliness and depression, but not between loneliness and mood. The temporal network showed that they did not predict each other but loneliness consistently predicted itself. The temporal interrelationship between psychotic experiences, mood, and loneliness was not found indicating that they may not be causally interrelated or that the causal relationship may occur in terms of hours and not days."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Okky Fuadillah
"Pendahuluan: Pandemi COVID-19 memberikan dampak terhadap kesehatan mental pada tenaga kesehatan. Gangguan kecemasan merupakan fokus penting pada studi ini. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa vaksinasi berhubungan dengan penurunan gangguan kecemasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi kecemasan dan perubahan kecemasan pasca vaksinasi Covid-19 pada Pekerja RS X Balikpapan. Metode: Penelitian ini follow-up study menggunakan metode cross-sectional pada pekerja RS X Balikpapan, pengambilan data dilakukan pada bulan Juni-Desember 2021 dengan hasil GAD-7 sebagai data primer serta data sekunder dari rumah sakit dan penelitian sebelumnya. Kami menilai perubahan kecemasan dan faktor risiko setelah vaksinasi menggunakan uji Chi-square dan Fisher's Exact. Hasil: Dari kuesioner GAD-7 170 pekerja, kami menemukan tidak memiliki gangguan kecemasan: 89,4%, gangguan kecemasan sedang: 1,8%, dan gangguan kecemasan ringan: 8,8%. Dari 26 orang dengan perubahan nilai GAD-7, pekerja dengan penurunan tingkat kecemasan 16 orang (61,5%) dan tingkat kecemasan meningkat 10 orang (38,5%). Sedangkan yang tidak mengalami perubahan tingkat kecemasan 144 orang (84,7%). Shiftwork memiliki signifikansi secara statistik menurunkan tingkat kecemasan dibandingkan non-shift dengan p-value (0,002). Kesimpulan: Wanita, usia kurang dari 36 tahun, lajang, tingkat pendidikan rendah, petugas kesehatan, dikarantina, bekerja kurang dari 12 tahun, bekerja dalam shift, bekerja di zona kuning-merah dan penyintas covid memberikan penurunan gangguan kecemasan yang lebih besar. Sementara kerja shift menjadi faktor risiko yang dikaitkan dengan penurunan gangguan kecemasan.

Background: The COVID-19 pandemic has affected the mental health of healthcare workers. Anxiety disorders are a significant concern in this field of study. Previous studies have shown that vaccination is associated with a reduction in anxiety disorders. This study aims to investigate the prevalence of anxiety disorders and the associated changes among healthcare workers in Hospital X Balikpapan following COVID-19 vaccination. Methods: This research used a cross-sectional method conducted on Balikpapan Hospital X workers. Data collection from June-December 2021, using GAD-7 questionnaire scores as primary data and hospital data, and previous research as secondary data. We assessed the changes in anxiety and its related factors after vaccination using Chi-square and Fisher’s Exact test. Results: From 170 workers’ GAD-7 questionnaire, we found those who do not have anxiety disorders: 89.4%, moderate anxiety disorders: 1.8%, and mild anxiety disorders 8.8%, in X Hospital workers. Of 26 people who were experiencing changes in GAD-7, decreasing anxiety levels were 16 people (61.5%) and increasing anxiety levels in 10 people (38.5%). Of those who did not experience changes in anxiety were 144 people (84.7%). Shiftwork statistical significance in reducing anxiety compared to non-shift with a p-value (0.002). Conclusion: Women, aged less than 36 years, single, lower educational level, health workers, being quarantined, working less than 12 years, working in shifts, working in the yellow-red zone and covid survivors gave a greater decrease in anxiety disorders, while shiftwork being risk factor that was associated with decreased anxiety disorders."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dadan Bardah
"Perawat yang berjuang melawan Covid-19 umumnya berada dibawah tekanan sehingga rentan mengalami kecemasan dan stress. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap efikasi diri perawat dalam merawat pasien Covid-10. Oleh karena itu perlu adanya dukungan dari perawat manajer dan teman sejawat untuk mengatasi hal tersebut. Tujuan dari penelitian adalah mengidentifikasi pengaruh dukungan perawat manajer dan teman sejawat terhadap efikasi diri perawat dalam merawat pasien Covid-19 di rumah sakit. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel sebanyak 167 perawat yang berasal dari tiga rumah sakit rujukan Covid-19 di wilayah Cirebon diambil dengan teknik accidental sampling. Data diambil menggunakan kuesioner yang dimodifikasi dari kuesioner supervisor support scale, peer caring measurement, dan self efficacy in patient centeredness. Data dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square dan uji regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukan tidak ada pengaruh yang signifikan antara dukungan perawat manajer terhadap efikasi diri perawat dalam merawat pasien Covid-19 di rumah sakit (p = 0.229) dan ada pengaruh yang signifikan antara dukungan teman sejawat terhadap efikasi diri perawat dalam merawat pasien Covid-19 di rumah sakit dengan nilai p < 0.001. Variabel yang paling berpengaruh terhadap efikasi diri perawat adalah dukungan teman sejawat dan jenis kelamin dengan kekuatan hubungan sebesar 3.207 dan 2.229. Rekomendasi dari penelitian ini adalah perawat manajer dan teman sejawat diharapkan lebih menunjukan sikap empati terhadap perawat yang bertugas merawat pasien Covid-19. Perawat manajer juga perlu menjalankan perannya sebagai seorang pemimpin, seperti peran interpersonal, informasional, dan desisional selama masa pandemi. Dukungan dari teman sejawat perlu ditingkatkan dan dilaksanakan secara nyata seperti saling berbagi cerita dan mendengarkan keluhan masing-masing, saling memberikan saran, serta memberikan dukungan secara emosional

Nurses who are struggling with Covid-19 are generally under pressure so they are risk to anxiety and stress. This certainly affects the self efficacy of nurses in treating Covid-19 patients. Therefore, they need nurse managers and peers supports to address this. The purpose of the study was to identify the influence of nurse manager and peer support on the self efficacy of nurses in treating Covid-19 patients in hospitals. The design of this study used quantitative descriptive with cross-sectional approach. A total of 167 nurses from three Covid-19 referral hospitals in Cirebon were taken with accidental sampling techniques. Data retrieval using modified questionnaires from supervisor support scale questionnaires, peer caring measurement, and self efficacy in patient centeredness. The data was analyzed using Chi Square test and multiple logistic regression test. The results showed that there was no significant influence between the nurse manager support on the self-efficacy of nurses in treating Covid-19 patients in hospitals (p = 0.229) and there was a significant influence between peer support to the self-efficacy of nurses in treating Covid-19 patients in hospitals with a value of p < 0.001. The most influential variable for nurse self-efficacy was peers support and gender with relationship strengths of 3,207 and 2,229. The recommendations of this study are The nurse managers and peers are expected to show more empathy towards nurses in charge of treating Covid-19 patients. The manager nurse also needs to perform her role as a leader, such as interpersonal, informational, and desisional roles during the pandemic. Peer support needs to be improved and implemented in real terms such as sharing stories and listening to each other's complaints, giving advice to each other, and providing emotional support."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Sukandar
"Masalah psikologis yang terbanyak dirasakan oleh perawat saat pandemi Covid-19 adalah ansietas. Ansietas yang dialami oleh perawat dampak dari pandemi Covid-19 yaitu ansietas ringan, ansietas sedang, dan ansietas berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi tarik napas dalam, hipnosis lima jari dan Progressive Muscle Relaxation (PMR) terhadap penurunan kecemasan perawat pada masa pandemi Covid-19 di RSUD Leuwiliang Kabupaten Bogor. Desain penelitian ini menggunakan quasi eksperimental pre test-post test with control group. Sampel penelitian 64 responden perawat, 32 orang responden sebagai kelompok intervensi yang mendapatkan terapi tarik napas dalam, hipnosis lima jari, dan Progressive Muscle Relaxation (PMR) dan 32 orang responden kelompok kontrol yang mendapatkan terapi tarik napas dalam dan hipnosis lima jari. Kriteria inklusi yaitu perawat pelaksana, bersedia menjadi responden dan menandatangani surat persetujuan, tidak sedang cutiatau libur, skor ansietas ≥ 14. Alat ukur yang digunakan kuisioner HRS-A. Analisis data menggunakan uji T. Hasil penelitian ditemukan adanya penurunan kecemasan perawat yang mendapatkan terapi tarik napas dalam, hipnosis lima jari, dan Progressive Muscle Relaxation (PMR) lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang mendapatkan terapi tarik napas dalam dan hipnosis lima jari (p value < 0,05). Terapi tarik napas dalam, hipnosis lima jari, dan Progressive Muscle Relaxation (PMR) direkomendasikan untuk terapi keperawatan dalam mengatasi ansietas baik pada pasien atau perawat, dan dapat dijadikan sebagai evidence based dalam membandingkan keefektifan sebagai terapi yang dapat diberikan pada klien ansietas

The most psychological problem felt by nurses during the Covid-19 pandemic was anxiety. The anxiety experienced by nurses as a result of the Covid-19 pandemic is mild anxiety, moderate anxiety, and severe anxiety. This study aims to determine the effect of giving deep breathing therapy, five finger hypnosis and Progressive Muscle Relaxation (PMR) on reducing nurse anxiety during the Covid-19 pandemic at Leuwiliang Hospital, Bogor Regency. The design of this study used a quasi-experimental pre-test-post-test with control group. The research sample was 64 nurse respondents, 32 respondents as an intervention group who received deep breathing therapy, five finger hypnosis, and Progressive Muscle Relaxation (PMR) and 32 control group respondents who received deep breathing therapy and five finger hypnosis. The inclusion criteria were implementing nurses, willing to be respondents and signing a letter of agreement, not on leave or vacation, anxiety score 14. The measuring instrument used was the HRS-A questionnaire. Data analysis using T test. The results of the study found that the decrease in anxiety of nurses who received deep breathing therapy, five-finger hypnosis, and Progressive Muscle Relaxation (PMR) was greater than the group who received deep-breathing therapy and five-finger hypnosis (p value <0.05). Deep breathing therapy, five finger hypnosis, and Progressive Muscle Relaxation (PMR) are recommended for nursing therapy in overcoming anxiety in both patients and nurses, and can be used as evidence based in comparing the effectiveness of therapy that can be given to anxiety clients. The results of the study found that the decrease in anxiety of nurses who received deep breathing therapy, five-finger hypnosis, and Progressive Muscle Relaxation (PMR) was greater than the group who received deep-breathing therapy and five-finger hypnosis (p value <0.05). Deep breathing therapy, five finger hypnosis, and Progressive Muscle Relaxation (PMR) are recommended for nursing therapy in overcoming anxiety."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>