Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146110 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fatimah
"ABSTRAK
Emas (Au) merupakan logam transisi yang telah banyak dikembangkan sebagai
agen terapi dan diagnosis kanker. Au valensi +3 memiliki aktivitas toksik
terhadap sel kanker dan valensi 0 dapat digunakan untuk deteksi kanker. Au
valensi +3 dan 0 diformulasikan menjadi bentuk nanopartikel dengan pembawa
dendrimer Poliamidoamin (PAMAM) generasi 4. Nanopartikel Au0 dan Au3+
dalam dendrimer PAMAM G4 dikarakterisasi meliputi spektrum serapan, ukuran
partikel, pH serta sitotoksisitasnya secara in vitro terhadap sel kanker payudara
MCF-7 menggunakan metode MTS. Spektrum nanopartikel Au?dendrimer
PAMAM G4 sebelum dan setelah penyimpanan selama 6 minggu memberikan
serapan yang sama. Nanopartikel Au?dendrimer PAMAM G4 yang dihasilkan
berukuran 2-30 nm. Nilai IC50 nanopartikel Au?dendrimer PAMAM G4 valensi
+3 dan 0 serta dendrimer PAMAM G4 berturut-turut adalah 73,79, 131,86 dan
114,82 μM menunjukkan bahwa nanopartikel Au3+-dendrimer PAMAM bersifat
sitotoksik sedangkan nanopartikel Au0?dendrimer PAMAM G4 dan dendrimer
PAMAM G4 tidak bersifat sitotoksik terhadap sel MCF-7. Dendrimer PAMAM
G4 merupakan sistem pembawa nanopartikel dengan toksisitas yang sangat
rendah, nanopartikel Au3+-dendrimer PAMAM G4 berpotensi sebagai agen
antikanker dan nanopartikel Au0?dendrimer PAMAM G4 bersifat nonsitotoksik
sehingga dapat dikembangkan untuk diagnosis kanker.

ABSTRACT
Gold (Au) is a metal transition element which has been widely used as therapeutic
and cancer diagnostic agent. Au3+ cation is known having toxic activity against
cancer cells, while Au0 element can be used as cancer diagnostic agent. Au3+ and
Au0 nanoparticles were prepared using Polyamidoamine (PAMAM) dendrimer
generation 4. Au3+ and Au0 were characterized by UV-Vis spectra, particle size,
pH and its cytotoxicity were analyzed against MCF-7 breast cancer cells by MTS
assay. The UV-Vis spectra of Au?PAMAM dendrimer G4 before and after 6
months storage had similarity absorbances. The sizes for Au-PAMAM dendrimer
G4 nanoparticles measured by TEM and DLS methods were 2-30 nm. For its
cytotoxicity assay, the IC50 value of Au3+-PAMAM dendrimer G4, Au0-PAMAM
dendrimer G4, and PAMAM dendrimer G4 were 73.79; 131.86 and 114.82 μM,
which showed that Au3+?PAMAM dendrimer G4 was toxic while Au0?PAMAM
dendrimer G4 and PAMAM dendrimer G4 were nontoxic in MCF-7 cells.
PAMAM dendrimer G4 is a low toxicity nanoparticles template, Au3+-PAMAM
dendrimer G4 can be potential anticancer agent and Au0?PAMAM dendrimer G4
is nontoxic that can be used for cancer detection.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43844
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dara Andini Putri
"ABSTRAK

Kurkumin merupakan senyawa polifenol hidrofobik yang diperoleh dari rimpang Curcuma longa yang telah terbukti mampu menyebabkan apoptosis sel kanker payudara MCF-7. Namun, kurkumin memiliki biodistribusi yang buruk dan bersifat tidak aman bagi jaringan normal lainnya bila tidak dihantarkan secara spesifik menuju sel target. Penggunaan pembawa berukuran nano dapat membantu penghantaran kurkumin menuju sel target secara spesifik. Nanopartikel kurkumin diformulasikan menggunakan dendrimer Poliamidoamin (PAMAM) generasi 4 dengan rasio molar (2:1). Nanopartikel kurkumin-dendrimer PAMAM G4 dimurnikan dengan sentrifugasi-ultrafiltrasi dan dikarakterisasi secara spektroskopi inframerah, spektrofotometri UV-Vis, TEM, dan PSA. Efek sitotoksisitas nanopartikel kurkumin-dendrimer PAMAM G4 dianalisis secara in vitro terhadap sel kanker payudara MCF-7 menggunakan metode MTT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nanopartikel kurkumin-dendrimer PAMAM G4 telah terbentuk dengan rentang ukuran 27,1-115,9 nm dan persentase efisiensi penjerapan sebesar 87,38%. Uji sitotoksisitas menunjukkan bahwa tidak ada sel MCF-7 yang hidup pada nanopartikel kurkumin-dendrimer PAMAM G4, kontrol positif doksorubisin, dan kontrol negatif. Hal ini menunjukkan bahwa nanopartikel kurkumin-dendrimer PAMAM G4 masih harus diliofilisasi sebelum uji sitotoksisitas.


ABSTRACT

Curcumin, a hydrophobic polyphenol compound derived from the rhizome of Curcuma longa, proven to cause apoptosis in MCF-7 human breast cancer cell lines. However, curcumin has poor distribution and safety issue towards normal tissues if it’s not delivered specifically to targeted cell. Using nanocarriers could help curcumin to achieve cell-specific targeting. Curcumin nanoparticles were prepared using Polyamidoamine (PAMAM) dendrimer generation 4 with molar ratio (2:1). Curcumin-PAMAM G4 dendrimer nanoparticles were purified by centrifugal-ultrafiltration and characterized by infrared spectroscopy, UV-Vis spectrophotometry, TEM, and PSA. The citotoxity of curcumin-PAMAM G4 dendrimer nanoparticles in MCF-7 human breast cancer cell lines were analyzed by MTT assay. Curcumin-PAMAM G4 dendrimer nanoparticles were succesfully formed with range of size particle 27,1-115,9 nm and percentage of entrapment efficiency 87,38%. None of MCF-7 human breast cancer cell lines was alive in curcumin-PAMAM G4 dendrimer nanoparticles, doxorubicin (as positive control), and negative control. The result suggests that curcumin-PAMAM G4 dendrimer nanoparticles need to be lyophilized before cytotoxicity assay.

"
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S57678
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yurika Lanimarta
"Kurkumin merupakan komponen bahan alam yang berasal dari kunyit dan memiliki aktivitas antioksidan, antiinflamasi, dan antitumor. Akan tetapi, kurkumin memiliki kelarutan yang buruk dalam air dan bioavaibilitas yang rendah. Untuk meningkatkan bioavaibilitasnya, kurkumin dibuat kedalam bentuk nanopartikel menggunakan Dendrimer PAMAM G-4 dengan berbagai perbandingan molar ditiap formula, yaitu formula I dengan perrbandingan molar kurkumin : dendrimer PAMAM G4 (1 : 0,2), formula II (1 : 0,02), dan formula III ( 1: 0,002). Tujuan dari penelitian ini adalah membuat dan mengkarakterisasi nanopartikel kurkumin-dendrimer PAMAM G4 dan melakukan uji penetrasi nanopartikel dalam sediaan gel. Formula 1 (1 : 0,2) memiliki ukuran partikel 10.91 ± 3,02 nm dengan efisiensi penjerapan 100 % merupakan formula dengan karakteristik paling baik. Formula 1 kemudian diformulasikan ke dalam sediaan gel menggunakan Karbopol 940 1%. Uji penetrasi in vitro dengan alat sel difusi Franz menggunakan membrane abdomen kulit tikus dari gel nanopartikel kurkumin dibandingkan dengan gel kurkumin. Gel nanopartikel kurkumin menunjukkan presentase penetrasi kurkumin lebih besar dari gel kurkumin. Gel nanopartikel memiliki jumlah kumulatif kurkumin terpenetrasi sebesar 19,58 ± 1,44 μg/cm2 dan presentase kumuliatif terpenetrasi sebesear 57,26 ± 4,22 %.

Curcumin is a natural compound found in turmeric and possesses antioxidant, anti-inflammatory and anti-tumor ability. But Curcumin is poorly soluable in water and has lower bioavaibility. In other to improve the bioavaibility of curcumin, Curcumin formed into nanoparticle used dendrimer PAMAM G4 in various molar rasio, which is formula I with molar ratio (1 : 0,2) of curcumin : dendrimer PAMAM G4, formula II (1:0,02), and formula III (1 : 0,002). The aim of this study is to prepare and to characterize nanoparticle curcumin-dendrimer PAMAM G4 and to know skin permeation of curcumin. Formula 1 showed the best characteristic with particle size 10.91 ± 3,02 nm and 100% entrapment efficiency. Formula 1 then formulated into a gel dosage form with Carbopol 940 1%. In vitro penetration study of Nanoparticle curcumin gel compared with curcumin gel was determined with Franz diffusion cell using rat abdominal membrane. Nanoparticle curcumin gel showed greater permeation of curcumin through rat skin as compared to curcumin. Nanoparticle curcumin gel had its cumulative total 19,58 ± 1,44 μg/cm2 and its cumulative percentage 57,26 ± 4,22 %."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S43353
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zhuisa Martiara Sari
"ABSTRAK
Emas (Au) merupakan salah satu logam transisi yang dapat dimanfaatkan
sebagai agen terapi, khususnya agen antikanker. Dendrimer merupakan
makromolekul yang banyak digunakan sebagai pembawa nanopartikel.
Nanopartikel emas dibuat dengan pembawa dendrimer Poliamidoamin (PAMAM)
generasi 4 (G4) pada berbagai rasio mol Au : dendrimer. Penelitian ini bertujuan
membuat nanopartikel emas dengan dendrimer PAMAM G4 (nanogold-PAMAM
G4) pada rasio mol Au : dendrimer (1 : 0,7), (1 : 0,07) dan (1 : 0,007). Nanogold-
PAMAM G4 dipisahkan dengan metode ultrasentrifugasi dengan kecepatan
50.000 rpm selama 45 menit pada suhu 4ºC. Karakterisasi fisikokimia nanogold-
PAMAM G4 dilakukan menggunakan TEM, PSA, FTIR, Spektrofotometer UVVis
dan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Hasil penelitian menunjukkan
ukuran partikel nanogold-PAMAM G4 berada pada rentang 1,83 ± 0,58 - 24,53 ±
13,30 nm. Hasil karakterisasi nanogold-PAMAM G4 menunjukkan partikel
cenderung stabil (indeks polidispersitas = 0,457 dan 0,422) dan efisiensi
penjerapan dendrimer PAMAM G4 antara 51,44% - 94,15%. Nanogold-PAMAM
G4 (1 : 0,07) memberikan hasil yang paling optimal dengan efisiensi penjerapan =
94,15%.

ABSTRACT
Gold (Au) is one of transition metals that can be used as therapeutic agents,
especially anticancer agents. Dendrimer is one of the macromolecul that usually used
as nanoparticle carrier. Gold nanoparticles with dendrimer Polyamidoamine
(PAMAM) G4 carrier are made at different molar ratio of Au: Dendrimer. The aims
of the research are made a preparation of gold nanoparticles with dendrimer
PAMAM G4 (nanogold-PAMAM G4) on the molar ratio Au: dendrimer (1: 0,7), (1:
0,07) and (1: 0,007). Purification of nanogold-PAMAM G4 using ultrasentrifuge
method in 50.000 rpm during 45 minutes with temperature 4ºC. Physicochemical
characterization of nanogold-PAMAM G4 performed using TEM, PSA, FTIR, UVVis
Spectrophotometer and Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). The
results show that the particle size of nanogold-PAMAM G4 between 1,83 ± 0,58 -
24,53 ± 13,30 nm. The results of the characterization nanogold-PAMAM G4 show
stable particles (polydispersity index = 0.457 and 0.422) and entrapment efficiency
dendrimer PAMAM G4 of 51,44% - 94,15%. Nanogold-PAMAM G4 (1: 0,07) give
the most optimal result with entrapment efficiency = 94.15%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43349
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zhuisa Martiara Sari
"Emas (Au) merupakan salah satu logam transisi yang dapat dimanfaatkan sebagai agen terapi, khususnya agen antikanker. Dendrimer merupakan makromolekul yang banyak digunakan sebagai pembawa nanopartikel. Nanopartikel emas dibuat dengan pembawa dendrimer Poliamidoamin (PAMAM) generasi 4 (G4) pada berbagai rasio mol Au : dendrimer. Penelitian ini bertujuan membuat nanopartikel emas dengan dendrimer PAMAM G4 (nanogold-PAMAM G4) pada rasio mol Au : dendrimer (1 : 0,7), (1 : 0,07) dan (1 : 0,007). Nanogold- PAMAM G4 dipisahkan dengan metode ultrasentrifugasi dengan kecepatan 50.000 rpm selama 45 menit pada suhu 4ºC. Karakterisasi fisikokimia nanogold- PAMAM G4 dilakukan menggunakan TEM, PSA, FTIR, Spektrofotometer UVVis dan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Hasil penelitian menunjukkan ukuran partikel nanogold-PAMAM G4 berada pada rentang 1,83 ± 0,58 - 24,53 ± 13,30 nm. Hasil karakterisasi nanogold-PAMAM G4 menunjukkan partikel cenderung stabil (indeks polidispersitas = 0,457 dan 0,422) dan efisiensi penjerapan dendrimer PAMAM G4 antara 51,44% - 94,15%. Nanogold-PAMAM G4 (1 : 0,07) memberikan hasil yang paling optimal dengan efisiensi penjerapan = 94,15%.

Gold (Au) is one of transition metals that can be used as therapeutic agents, especially anticancer agents. Dendrimer is one of the macromolecul that usually used as nanoparticle carrier. Gold nanoparticles with dendrimer Polyamidoamine (PAMAM) G4 carrier are made at different molar ratio of Au: Dendrimer. The aims of the research are made a preparation of gold nanoparticles with dendrimer PAMAM G4 (nanogold-PAMAM G4) on the molar ratio Au: dendrimer (1: 0,7), (1: 0,07) and (1: 0,007). Purification of nanogold-PAMAM G4 using ultrasentrifuge method in 50.000 rpm during 45 minutes with temperature 4ºC. Physicochemical characterization of nanogold-PAMAM G4 performed using TEM, PSA, FTIR, UVVis Spectrophotometer and Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). The results show that the particle size of nanogold-PAMAM G4 between 1,83 ± 0,58 - 24,53 ± 13,30 nm. The results of the characterization nanogold-PAMAM G4 show stable particles (polydispersity index = 0.457 and 0.422) and entrapment efficiency dendrimer PAMAM G4 of 51,44% - 94,15%. Nanogold-PAMAM G4 (1: 0,07) give the most optimal result with entrapment efficiency = 94.15%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43349
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aldianov Masadi Putera
"Kurkumin, senyawa polifenol hidrofobik dari rimpang kunyit (Curcuma longa) memiliki aktivitas farmakologi yang luas. Bioavailabilitas kurkumin yang rendah menyebabkan pemanfaatannya masih belum maksimal. Dendrimer Poliamidoamin Generasi 4 (PAMAM G4) yang merupakan polimer unik bercabang, berukuran nanometer, monodisper, dan mampu menjerap molekul asing ke dalamnya dapat dimanfaatkan sebagai pembawa nanopartikel kurkumin untuk meningkatkan kestabilannya. Pada penelitian ini akan dibuat nanopartikel kurkumin menggunakan Polimer Dendrimer PAMAM G4 sebagai pembawanya dengan rasio Kurkumin : Dendrimer (50:25)μM dan diuji kestabilanya dalam lingkungan in vitro. Nanopartikel-Kurkumin-Dendrimer PAMAM G4 (NP-KD) dimurnikan menggunakan sentrifugasi ultrafiltrasi dan dikarakterisasi menggunakan TEM, PSA, Zetasizer, dan FTIR. Kestabilan dan efisiensi penjerapan ditetapkan secara spektrofotometri UV-Vis. Stabilitas Nanopartikel Kurkumin-Dendrimer PAMAM G4 secara in vitro dilakukan pengamatan setiap hari selama 10 hari dengan menggunakan alat Spektrofotometer UV-Vis. Hasil penelitian menunjukan bahwa NP-KD memiliki bentuk sferis dengan diameter partikel 53,9±65,55 nm, indeks polidispersitas 0,468±0,04, potensial zeta -68,505±1,845 mV. Hasil uji stabilitas NP-KD secara in vitro selama 10 hari menunjukan bahwa NP-KD stabil di dalam dapar pH 3,0 ; kurang stabil dalam Aquabides; Dapar pH 7,4; Dapar pH 11,0; NaCl 0,35%; NaCl 0,5%; NaCl 0,9%; dan tidak stabil dalam Sistein 1%; dan Bovin Serum Albumin (BSA) 2%. Hasil pengukuran NP-KD dalam dapar pH 3,0 setelah uji stabilitas menunjukan diameter partikel yang tetap stabil pada 45,97±13,08 nm dan memiliki nilai indeks polidispersitas 0,364±0,03. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa NP-KD stabil pada pH asam.

Curcumin, a hydrophobic polyphenol compound derived from the rhizome of turmeric (Curcuma longa) has a wide pharmacological activities. Low bioavailability of curcumin caused the under-developed utilization. Polyamidoamine Generation 4 (PAMAM G4) dendrimer is unique branched polymer , nano-sized, monodisperse, and has ability to entrap guest molecules so it can be used as ideal carrier systems to improve stability of curcumin nanoparticles. In this study, will be prepared and studies in vitro of curcumin nanoparticles with dendrimer PAMAM G4 as a carrier with ratio curcumin : dendrimer (50:25)μM. Nanocurcumin were purified by ultrafiltration centrifugation method and characterizated by TEM, PSA, Zetasizer and FTIR. The result showed that the spherical nanocurcumin have a particle size of 53,9±65,55 nm, polydisperisty index 0,468±0,04, and zeta potential -68,505±1,845 mV. Stability test result of nanocurcumin in 10 days showed that nanocurcumin were stable in buffer solution pH 3,0, almost stable in Aquabidest; buffer solution 7,4 and 11,0 ; NaCl solution 0,35%; 0,5% and 0,9% and unstable in cystein solution 1% and Bovin Serum Albumin (BSA) 2%. Particle measurement results after in vitro studies of nanocurcumin in buffer solution pH 3,0 after stability showed the particle was stable in 45,97±13,08 nm and polydispersity index was 0,364±0,03. Thus, these result nanocurcumin stable in acid solution."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S56092
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Octa Perdana
"Kurkumin, senyawa polifenol hidrofobik dari rimpang kunyit (Curcuma longa) memiliki aktivitas farmakologi yang luas. Bioavailabilitas kurkumin yang rendah menyebabkan pemanfaatannya masih belum maksimal. Pembuatan nanopartikel kurkumin (nanokurkumin) dapat memperbaiki bioavailabilitas kurkumin, namun kestabilan sistem nanopartikel kurkumin saat ini menjadi masalah dalam pengembangannya. Dendrimer PAMAM G4 yang merupakan polimer unik bercabang, berukuran nanometer, monodisper, dan mampu menjerap molekul asing ke dalamnya dapat dimanfaatkan sebagai pembawa nanopartikel kurkumin untuk meningkatkan kestabilannya. Pada penelitian ini nanopartikel kurkumin-dendrimer PAMAM G4 dibuat dengan variasi rasio molar, yaitu (1:0,2), (1:0,02), dan (1:0,002), kemudian dipurifikasi menggunakan ultrasentrifugasi. Nanopartikel kurkumin-dendrimer PAMAM G4 dikarakterisasi menggunakan TEM, PSA, Zetasizer, dan FTIR. Kandungan obat dan efisiensi penjerapan ditetapkan secara spektrofotometri UV-Vis. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa nanopartikel kurkumin-dendrimer PAMAM G4 berukuran antara 9 ? 61 nm dengan efisiensi penjerapan mencapai 77 - 100 %. Hasil ini memperlihatkan bahwa nanopartikel kurkumin dengan pembawa dendrimer PAMAM G4 telah berhasil dibuat dengan rasio molar (1:0,02) yang memberikan hasil optimum.

Curcumin, a hydrophobic polyphenol compound derived from the rhizome of turmeric (Curcuma longa) has a wide pharmacological activities. Low bioavailability of curcumin caused the under-developed utilization. Preparation of curcumin nanoparticles (nanocurcumin) can improve the bioavailability, however stability of curcumin nanoparticles become a problem to develop it. PAMAM G4 dendrimer is unique branched polymer , nano-sized, monodisperse, and has ability to entrap guest molecules so it can be used as ideal carrier systems to improve stability of curcumin nanoparticles . In this study, curcumin-PAMAM G4 dendrimer nanoparticle were prepared with various molar ratio, they are (1:0.2), (1:0.02), and (1:0.002) and then purified by ultracentrifugation. Curcumin-PAMAM G4 dendrimer nanoparticle were characterizated by TEM, PSA, Zetasizer, and FTIR. Drug loading and entrapment efficiency was determined by UV-Vis spectrophotometer. The result of characterizations showed that size of curcumin-PAMAM G4 dendrimer nanoparticle average 9-61 nm and the entrapment efficiency was around 77 ? 100 %. Thus, these results demonstrated curcumin nanoparticle have been successfully prepared and molar ratio (1:0.02) showed an optimum result."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42519
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lowilius Wiyono
"Pendahuluan. Kanker payudara merupakan jenis kanker terbanyak ke-3 di dunia dan menjadi kanker yang paling sering menyerang wanita. Terapi farmakologis kanker payudara saat ini masih sangat minim dan dibutuhkan temuan baru untuk menjadi alternatif dalam terapi kanker payudara. Tanaman temu kunci (Kaempferia pandurata) adalah tanaman endemis di Asia yang diketahui memiliki berbagai aktivitas biologis, salah satunya sebagai antikanker dengan komponen bioaktif terbesarnya, yaitu pinostrobin. Hal ini mendorong peneliti untuk menguji aktivitas antikanker pinostrobin beserta sediaan nanopartikelnya terhadap sel kanker payudara.
Hasil. Uji TEM dan UV-Vis pada nanopartikel pinostrobin menunjukkan ukuran nanopartikel dibawah 200 nm dengan nilai yield sebesar 99,43% sehingga kualitas nanopartikel pinostrobin cukup ideal untuk digunakan sebagai obat. Uji MTT menunjukkan isolat pinostrobin dan sediaan nanopartikelnya memiliki aktivitas antikanker yang baik. Hasil uji sediaan nanopartikel menunjukkan aktivitas antikanker yang lebih baik dibandingkan dengan isolatnya, sementara kedua sediaan menunjukkan aktivitas antikanker yang lebih baik pada sel MDAMB-231 dibandingkan sel MCF-7. Seluruh hasil uji memperlihatkan aktivitas antikanker yang cukup baik dengan nilai IC50 < 100 μg/mL.
Kesimpulan. Sediaan nanopartikel pinostrobin berhasil dibuat dengan ukuran dan nilai yield yang baik. Aktivitas antikanker nanopartikel pinostrobin lebih baik dibandingkan isolat pinostrobin, sementara aktivitas antikanker pada sel MDAMB-231 lebih baik dibanding MCF-7 pada kedua sediaan. Pinostrobin dan sediaan nanopartikelnya dapat digunakan sebagai obat yang potensial terhadap kanker payudaraPendahuluan. Kanker payudara merupakan jenis kanker terbanyak ke-3 di dunia dan menjadi kanker yang paling sering menyerang wanita. Terapi farmakologis kanker payudara saat ini masih sangat minim dan dibutuhkan temuan baru untuk menjadi alternatif dalam terapi kanker payudara. Tanaman temu kunci (Kaempferia pandurata) adalah tanaman endemis di Asia yang diketahui memiliki berbagai aktivitas biologis, salah satunya sebagai antikanker dengan komponen bioaktif terbesarnya, yaitu pinostrobin. Hal ini mendorong peneliti untuk menguji aktivitas antikanker pinostrobin beserta sediaan nanopartikelnya terhadap sel kanker payudara.

Introduction. Breast cancer has become a major issue across the world, being the 3rd most common cancer in the world and the most common cancer on women. Pharmacological therapies of breast cancer are still minimal, therefore, a need for new alternative drug for breast cancer is needed. Kaempferia pandurata is an endemic plant in Asia which is known for its biological activity, of which is anticancer activity with its most abundant bioactive compound, pinostrobin. This research is conducted to analyze the anticancer activity of pinostrobin and its nanoparticle to breast cancer cell.
Method. The rhizome of Kaempferia pandurata is dried and extracted using maseration with n-Hexane solvent. The extract then isolated using the recristalization method in methanol solvent to produce pinostrobin crystal. Pinostrobin is manufactured into nanoparticle using chitosan and sodium alginate polymer, which then analyzed using TEM and UV-Vis test. The pinostrobin and its nanoparticle counterpart is tested in MTT assay to show its inhibitory activity. The test is expressed with inhibition percentage and IC50 value.
Results. TEM and UV-Vis test to nanoparticle of pinostrobin showed the nanoparticle’s dimension of <200 nm with yield of 99.43%, an ideal quality as a drug delivery carrier. MTT assay showed good anticancer activity from both pinostrobin and its nanoparticle. Better activity is shown by MDAMB-231 cell line, while nanoparticle of pinostrobin showed better IC50 value. The test showed good anticancer activity with IC50 value of <100 μg/mL.
Conclusion. Nanoparticle of pinostrobin has been manufactured with decent yield and dimension. Better anticancer activity is shown in pinostrobin nanoparticle while anticancer activity of MDAMB-231 cell is superior than MCF-7 cell for both samples. Pinostrobin can be considered as potential drug for breast cancer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shadira Anindieta Irdianto
"Indonesia merupakan negara biodiversitas tinggi yang memiliki 7.000 dari 30.000 jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat tradisional. Salah satunya tanaman bajakah tampala (Spatholobus littoralis Hassk.) yang mengandung berbagai senyawa antioksidan sehingga diperkirakan dapat mengakibatkan kematian pada sel kanker. Beberapa studi menunjukkan bahwa ekstrak bajakah tampala dapat mengakibatkan apoptosis pada sel T47D kanker payudara selama 24 jam. Namun, penelitian terkait uji sitotoksisitas ekstrak bajakah tampala terhadap sel kanker payudara MCF-7 belum ditemukan sehingga penelitian ini perlu dilakukan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menemukan konsentrasi optimal ekstrak bajakah tampala yang dapat menghambat 50% proliferasi sel. serta mengetahui efek sitotoksisitas ekstrak bajakah tampala. Metode penelitian ini menggunakan sel MCF-7 dan batang bajakah tampala yang diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan etanol 96%. Selanjutnya, dilakukan uji MTT dan flow cytometry. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol bajakah tampala memiliki nilai IC50 sebesar 104 ppm dan menghasilkan efek sitotoksisitas yang dapat menyebabkan apoptosis pada sel MCF-7. Maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak bajakah tampala dengan pelarut etanol 96% tergolong dalam kelompok senyawa yang bersifat kurang aktif sebagai antikanker.

Indonesia is a high biodiversity country with 7,000 of 30,000 plant species that can be used as traditional medicine. One of them is the bajakah tampala plant (Spatholobus littoralis Hassk.) which contains various antioxidant compounds that are assumed can cure cancer. Further studies revealed that bajakah tampala extract can induce apoptosis in T47D breast cancer cell lines. However, studies related to the cytotoxicity test of bajakah tampala extract on MCF-7 breast cancer cells have not been discovered. Hence, it is necessary to analyze the cytotoxicity effect of bajakah tampala extract on MCF-7 breast cancer cells. This study aimed to find the optimal concentration of bajakah tampala extracts that can inhibit 50% of cell proliferation and to know the cytotoxicity effect of bajakah tampala extract. This research used MCF-7 breast cancer cell lines and bajakah tampala stems. The stems were extracted by maceration method using 96% ethanol. These research methods are viability tests with MTT reagents and anti-cancer activity tests using flow cytometry. The results showed that the ethanol extract of bajakah tampala has an IC50 value of 104 ppm and can induce an apoptosis effect in MCF-7 cells. This study concludes that the anti-cancer activity of bajakah tampala extract is weak against MCF-7 breast cancer cell lines."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Maulida Dewi
"Nanopartikel perak (AgNP) telah banyak dilaporkan memiliki aktivitas terhadap bakteri. Aktivitas antibakteri nanopartikel perak tersebut dipengaruhi oleh ukuran, bentuk, dan muatan permukaan partikel. Penambahan penstabil dapat meningkatkan dan mempertahankan karakteristik tersebut, secara tidak langsung mempengaruhi aktivitas antibakteri dari nanopartikel perak. Dendrimer PAMAM merupakan makromolekul yang dapat digunakan sebagai penstabil dalam pembuatan nanopartikel perak. Disisi lain, PVA menjadi salah satu polimer yang telah banyak dikaji dan terbukti dapat menstabilkan nanopartikel perak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan pengaruh penggunaan bahan penstabil yaitu dendrimer PAMAM G4 dengan PVA terhadap karakteristik nanopartikel perak dan aktivitas antibakterinya. AgNP disintesis dengan metode reduksi kimia larutan perak nitrat menggunakan natrium borohidrida sebagai reduktor. AgNP dikarakterisasi menggunakan spektrofotometri UV-Vis, Particle Size Analyzer (PSA), dan Transmission Electron Microscopy (TEM). AgNP terstabilisasi dendrimer PAMAM G4 dan PVA juga dilakukan pengujian terkait kemampuannya sebagai agen antibakteri terhadap bakteri E. coli dan S. aureus menggunakan teknik mikrodilusi. Berdasarkan waktu penyimpanan 0, 14, dan 28 hari, AgNP-PAMAM G4 menunjukkan hasil karakteristik fisikokimia yang paling baik dengan memiliki bentuk morfologi yang sferis, partikelnya berukuran antara 8,78 – 12,25 nm, spektrum serapan UV terjadi pada panjang gelombang 403-403,5 nm, indeks polidispersitas bernilai 0,167 – 0,185, serta zeta potensial berada pada rentang +14,65 - +29,3 mV. Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa AgNP-PAMAM G4 memiliki nilai IC50 terendah yaitu berkisar antara 6,989 – 13,28 μg/mL dibandingkan dengan AgNP (49,09 – 79,99 μg/mL) dan AgNP-PVA (12,89 – 28,89 μg/mL). Berdasarkan hasil tersebut, AgNP-PAMAM G4 memiliki aktivitas antibakteri yang lebih kuat dibandingkan AgNP tanpa penstabil dan AgNP-PVA.

Silver nanoparticles (AgNP) have been widely reported to have activity against bacteria. The antibacterial activity of silver nanoparticles is influenced by the size, shape, and surface charge of the particles. The addition of stabilizer can improve and maintain these characteristics, indirectly affect the antibacterial activity of silver nanoparticles. Dendrimer PAMAM is a macromolecule that can be used as a stabilizer in the synthesis of silver nanoparticles. On the other hand, PVA is one of the polymers that has been widely studied and proved to stabilize silver nanoparticles. This study aims to determine and compare the effect of using a stabilizer, dendrimer PAMAM G4 with PVA on the characteristics of silver nanoparticles and their antibacterial activity. AgNP was synthesized by chemical reduction method of silver nitrate solution using sodium borohydride as a reducing agent. AgNPs were characterized using UV-Vis spectrophotometry, Particle Size Analyzer (PSA), and Transmission Electron Microscopy (TEM). AgNP stabilized by dendrimer PAMAM G4 and PVA were also tested for their ability as antibacterial agents against E. coli and S. aureus bacteria using microdilution technique. Based on storage time 0, 14, and 28 days, AgNP-PAMAM G4 showed the best physicochemical characteristics by having a spherical morphology, the particle size was between 8.78 – 12.25 nm, the UV absorption spectrum occurred at a wavelength of 403-403.5 nm, the polydispersity index was 0.167 – 0.185, and the zeta potential was in the range of +14.65 - +29,3 mV. The results of the antibacterial activity test showed that AgNP-PAMAM G4 had the lowest IC50 value, which ranged from 6.989 – 13.28 μg/mL compared to AgNP (49.09 – 79.99 μg/mL) and AgNP-PVA (12.89 – 28,89 μg/mL). Based on these results, AgNP-PAMAM G4 has stronger antibacterial activity than AgNP without stabilizer and AgNP-PVA."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>