Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124473 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Endra Noorhuda
"Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah ada perbedaan tingkat ketrampilan sosial auditor internal dan subkomponennya. Penelitian menerapkan survei dengan teknik FIRO-B (Fundamental Interpersonal Relation Orientation-Behaviour) untuk menganalisis preferensi interaksi sosial auditor internal yang bekerja pada Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan. Responden survei ini adalah auditor internal sektor pemerintah berjumlah 77 orang yang terletak di Jalan Wahidin Raya Nomor 1 Indonesia.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan ekspektasi menjalin hubungan baik dengan auditee berdasarkan penugasan suportif dan independen, ekspektasi mensupervisi berdasarkan jenjang karir dan jenjang pendidikan, keinginan disupervisi berdasarkan pengalaman. Terdapat juga perbedaan yang signifikan marginal keinginan didekati auditee antara auditor dalam penugasan suportif dan independen, ekspektasi mensupervisi berdasarkan jam diklat dan jumlah sertifikasi, tingkat ketrampilan sosial auditor berdasarkan jenjang karir, dan tingkat kedekatan dengan auditee berdasarkan unit kerja. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan sosial semakin penting untuk keberhasilan kerja auditor internal.

The purpose of this study is to analyze whether there is any significant different in social skills of internal auditor and its subcomponent. Surveys were developed using FIRO-B (Fundamental Interpersonal Relation Orientation-Behaviour) technique with 77 internal auditor respondents working in Inspectorate General of Minister of Finance from public sector at Wahidin Raya Street Number 1 Indonesia.
The results of this study indicate that there are significant differences expected affection based on supportive and independent assignments, expected control based on career and levels of education, wanted control based on experience. There are also marginally significant difference wanted affection based on supportive and independent assignments, social skills preference based on career, total affection based on unit and expected control based on hours training and certification number. This study indicates that social interaction skills are of increasing importance to the working success of internal auditors.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sidqi Umar
"Independensi merupakan unsur paling penting yang membedakan profesi akuntan publik dengan profesi lainnya. Apabila independensi telah dilanggar, akuntan tersebut tidak layak untuk mengaudit perusahaan yang bersangkutan. Independensi akuntan publik merupakan dasar masyarakat pada percaya profesi akuntan publik dan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai mutu jasa audit. Independensi merupakan alasan utama yang menyebabkan perusahaan serta pihak ketiga (investor/calon kreditor dan pemerintah) memerlukan jasa akuntan publik. Apabila akuntan publik itu sendiri tidak mempertahankan independensinya, mereka secara tidak langsung telah meruntuhkan kredibilitas dan eksistensi profesi mereka.
Independensi auditor dapat ditinjau dan dievaluasi dari dua sisi, yakni: (1) Independensi dalam kenyataan (independence in fact) diwujudkan apabila pada kenyataannya auditor mampu mempertahankan sikap yang tidak memihak sepanjang pelaksanaan audit independensi ini bersumber pada kejujuran didalam diri auditor untuk mempertimbangkan semua fakta yang ada, dan membuat keputusan secara objective. (2) Independensi dalam penampilan (independence in appearance) adalah independensi ditinjau dari sudut pandang pihak lain yang mengetahui informasi bersangkutan dengan diri auditor, atau dengan kata lain hasil intepretasi pihak ketiga mengenai independensi ini. Apabila auditor telah bersikap independen dalarri kenyataan, tetapi pihak - pihak yang berkepentingan tidak yakin akan independensinya, maka sebagian besar audit yang dilakukannya menjadi sia - sia.
Penelitian ini juga membatasi penelitiannya pada beberapa faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik saja, baik secara kenyataan maupun dalarn penampilan, yaitu : (1) Ketaatan akan semua standar profesi, standar pemeriksaan dan kode etik yang ditetapkan IAI, (2) Hubungan kepemilikan dan hubungan kepentingan dengan klien, (3) Jasa-jasa non audit, (4) Besarnya fee yang diterima oleh KAP. Dalam menganalisa penelitian diguanakan metode statistik chi square untuk melihat apakah faktor-faktor yang mempengaruhi independensi seorang auditor akan mempangaruhi independensi para auditor yang bekerja di KAP X.
Dari analisa penelitian terlihat bahwa faktor ketaatan dan kepatuhan dalam menjalankan semua standar pemeriksaan dan kode Etik yang ditetapkan IA1 serta faktor hubungan kepemilikan dan kepentingan sangat mempengaruhi independensi auditor KAP X secara fakta dalam menjalankan tugas pemeriksaannya. Hubungan kepemilikan dan hubungan kepentingan kepentingan merupakan faktor yang sangat dominan mempengaruhi independen seorang auditor baik dilihat secara fakta maupun penampilan."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T20183
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Jayeng Ramadhanti
"Penelitian menganalisis pengaruh auditor relationship yang diukur dengan hubungan person-to-person, audit firm dan client firm dan rotasi audit terhadap kualitas audit yang diukur dengan abnormal working capital accrual. Hasil menunjukkan hubungan person-to-person berpengaruh singnifikan negatif terhadap abnormal working capital accrual. Mengartikan bahwa semakin lama hubungan antara person-to-person maka akan menurunkan abnormal working capital accrual dan meningkatkan kualitas audit. Variabel hubungan audit firm- client firm dan rotasi audit tidak berpengaruh terhadap abnormal working capital accrual. Sedangkan variabel ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, profitabilitas dan cash flow from operating berpengaruh terhadap abnormal working capital accrual.

The study analyzed the influence of auditor relationship measured by person-to- person relationship, firm audit and client firm and audit rotation on audit quality as measured by abnormal working capital accrual. The result shows that the person-to-person relationship has a significant negative effect on the abnormal working capital accrual. Understanding that the longer relationship between person-to-person will decrease abnormal working capital accrual and improve audit quality. The firm-client firm audit audit and audit rotation variables do not affect the abnormal working capital accrual. While variable size, growth, profitability and cash flow from operating are influence on abnormal working capital accrual."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Fadli Rizkianto
"ABSTRAK
Fokus dari penelitian ini adalah untuk menguji dampak identifikasi klien terhadap kualitas audit. Dalam riset ini, data diperoleh dengan menggunakan teknik sampel non-probability sampling dengan auditor yang bekerja di 10 besar; diluar 4 besar Kantor Akuntan Publik (KAP) di Indonesia sebagai sampelnya. Penelitian ini menunjukkan bahwa kenaikan pada citra klien akan meningkatkan identifikasi yang dilakukan auditor terhadap kliennya. Dalam riset ini menunjukkan persetujuan auditor yang bekerja di 10 besar; diluar 4 besar Kantor Akuntan Publik (KAP) terhadap perlakuan yang klien inginkan tidak meningkat dengan meningkatnya identifikasi klien diiringi dengan frekuensi tindak RAQ tidak meningkat dengan meningkatnya identifikasi klien audit. Selain itu riset ini menunjukkan bahwa identifikasi klien oleh auditor tidak meningkat dengan meningkatnya periode audit juga identifikasi klien oleh auditor tidak meningkat dengan semakin pentingnya klien. Dalam penelitian ini menunjukkan persetujuan auditor untuk perlakuan yang klien inginkan tidak menurun dengan meningkatnya identitas profesional dan frekuensi tindak RAQ tidak menurun dengan meningkatnya identitas profesional

ABSTRACT
The focus of this research is to test the effect of client identification to audit quality. Nonprobability sampling was used and the samples are auditors who work in Big 10, excluding Big 4 audit firms in Indonesia. This research shows that the increase in client image leads to an increase in client identification. Meanwhile the non-Big 4 but still in Big 10 auditors' acquiescence to client-preferred treatment does not increase with increasing client identification and the frequency of RAQ acts does not increase with increasing audit client identification. This research shows that The auditors' client identification does not increase with increasing auditor tenure, also auditors' client identification does not increase with increasing client importance. The auditors' acquiescence to client-preferred treatment does not decrease with increasing professional identity and the frequency of RAQ acts does not decrease with increasing professional identity.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S63886
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imbuh Salim
"Agency problem implies the need of an independent profession (external auditor) to assure agent (management) act on behalf of principle. Unfortunately we can't fully rely any longer on the profession because of financial reporting scandals. It means that board of commissioner has to more actively acts to oversight the corporate governance. This oversight tasks is almost impossible to be carried by the board it self, mainly concerned to its competence limitation, so the board need to form a committee that have competence and full commitment to 'make sure' the corporate always on the right track. The committee's main responsibilities are concerned with financial reporting, risk management and control, and corporate governance. Regulators require listed companies, banks and other financial service companies, and certain state owned companies to have an audit committee. However, whether the committees exist just to fulfill this requirement or fully act as arm length of the board to improve good corporate governance is still questioned."
2005
MUIN-XXXIV-11-Nov2005-50
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Meliana Purba
"Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris pengaruh identifikasi klien dan identifikasi profesional auditor terhadap kualitas audit. Sample yang digunakan pada penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada KAP Big 4 dan KAP Non Big 4 di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa client image merupakan pembentuk identifikasi klien oleh auditor. Sedangkan audit tenure dan client importance tidak terbukti berhubungan dengan identifikasi auditor-klien. Identifikasi klien terbukti menurunkan kualitas audit yang diukur dengan tindakan penurunan kualitas audit oleh auditor. Disisi lain identifikasi auditor-klien tidak terbukti menurunkan kualitas audit yang diukur dengan auditor’s client acquiescence. Identifikasi professional juga tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

The purpose of this study is to prove empirically the influence of client identification and professional identification by the auditor on audit quality. The sample used in this study is the auditor working on Big KAP 4 and KAP Non Big 4 in Indonesia. The results of this study indicate that the client image is a form of client identification by the auditor. While tenure and client importance audits are not proven to be related to auditor-client identification. Client identification has been shown to decrease audit quality as measured by reduced audit quality acts by auditors. On the other hand, auditor-client identification is not proven to decrease audit quality as measured by the auditor's client acquiescence. Professional identification also has no effect on audit quality.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjut Dhila Rehan
"ABSTRAK
Ketika memasuki masa dewasa muda, manusia ada pada tahap intimacy dan memulai untuk membangun suatu hubungan romantis. Salah satu upaya untuk mempertahankan hubungan romantis tersebut bisa dengan melakukan pengorbanan. Pengorbanan yang dilakukan seseorang dilandasi dengan dua motif, motif approach dan motif avoidance. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara komitmen dan motif berkorban dan juga melihat peran extraversion sebagai moderator. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 985 dewasa muda yang sedang menjalin hubungan berpacaran. Partisipan diminta mengisi kuesioner yang terdiri dari alat ukur komitmen, motif berkorban dan extraversion. Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa terdapat hubungan antara komitmen dan motif berkorban baik motif approach (p>0.000), maupun motif avoidance (p>0.001). Hasil lainnya juga ditemukan bahwa extraversion tidak berperan sebagai moderator pada hubungan komitmen dan motif berkorban. Dengan demikian, hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa individu yang memiliki tingkat komitmen yang tinggi akan lebih cenderung untuk melakukan pengorbanan baik dilandasi dengan motif approach maupun motif avoidance tidak bergantung dari tingkat extraversion.

ABSTRACT
In young adulthood, individuals are at the intimacy stage and begin to build a romantic relationship. To maintain a romantic relationship, it can be by making sacrifices. Individual sacrifices are based on two motives, approach motives and avoidance motives. This research was conducted to see the relationship between commitment and motives of sacrifice and also see the role of extraversion as a moderator. The participants in this study amounted to 985 young adults who were dating. Participants were asked to complete a questionnaire consisting of commitment, motives of sacrifice and extraversion measures. Based on the results of the analysis, it was found that there was a relationship between commitment and motives of sacrifice in both approach motives (p> 0.000), and avoidance motives (p> 0.001). Other findings also show that extraversion does not act as a moderator in the relationship of commitment and motives of sacrifice. Thus, the results of this study indicate that individuals who have a high level of commitment will be more likely to make sacrifices based on either the approach motives or avoidance motives and not dependent on individuals extraversion level."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prawestri Bayu Utari Krisnamurthi
"Dalam hubungan romantis berpacaran, individu menginginkan kebahagiaan dan kepuasan dalam menjalani hubungannya tersebut. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan individu dalam hubungan romantis, diantaranya tekanan dari luar yang menimbulkan stres sehingga berdampak negatif terhadap kepuasan hubungan. Sikap yang ditunjukan antar pasangan dalam menghadapi stres menjadi salah satu faktor yang mendorong kelanggengan hubungan romantis, dimana kedua pasangan terlibat dalam proses self-disclosure dan adanya respon yang sesuai diberikan oleh lawan bicara, disebut juga perceived partner responsiveness (PPR). Penelitian kuantitatif ini bertujuan untuk menguji efek PPR sebagai moderator antara self-disclosure dan kepuasan hubungan romantis. Sebanyak 441 dewasa muda (18-30 tahun) berpartisipasi dalam penelitian ini. Self-disclosure diukur menggunakan Self-disclosure Scale (Wheeless & Grotz, 1976); PPR diukur dengan Perceived Partner Responsiveness Scale (Reis & Shaver, 1988) dan kepuasan hubungan diukur dengan Relationship Assessment Scale (Hendrick, 1988). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) aspek amount factor dan honesty-accuracy factor pada proses self-disclosure dapat memprediksi kepuasan hubungan secara signifikan; (2) aspek understanding dan validating pada PPR tidak signifikan memoderatori hubungan antara honesty-accuracy factor dalam proses selfdisclosure; dan (3) aspek understanding dalam PPR signifikan memoderatori hubungan antara amount factor pada proses self-disclosure dan kepuasan hubungan. Dapat disimpulakan dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa yang memandang pasangannya secara akurat menangkap kebutuhan (understanding) dari informasi yang diungkapkan cukup banyak dan mendalam (amount factor), maka akan memiliki tingkat kepuasan hubungan yang lebih tinggi.

In a romantic relationship, individuals want happiness and satisfaction in their relationship. There are several factors that affect the level of individual satisfaction in relationships, such as external pressure that cause stress which negatively impacts relationship satisfaction. The attitude that is shown between partners in dealing with stress is one of the factors that encourages the romantic relationships satisfaction, where both couples are involved in self-disclosure process and they receive responses given by their partner are in accordance with their expectations, also called perceived partner responsiveness (PPR). This quantitative study aims to examine the effect of PPR as a moderator between self-disclosure and romantic relationship satisfaction. A total of 441 young people (18-30 years) in this study. Self-disclosure is measured using the Selfdisclosure Scale (Wheeless & Grotz, 1976); PPR is measured by the Perceived Partner Responsiveness Scale (Reis & Shaver, 1988) and relationship satisfaction is measured by the Relationship Assessment Scale (Hendrick, 1988). The results showed that (1) amount factor and honesty-accuracy factor of self-disclosure significantly predicted relationship satisfaction; (2) the understanding and validation aspects of PPR do not significantly moderate the relationship between honesty-accuracy factor of self-disclosure; and (3) the understanding aspect in PPR significantly moderates the relationship between amount factor of self-disclosure process and relationship satisfaction. This study shows that individuals who perceive their partners as accurately capture their needs (understanding) of the deep and private information about themselves (the number factor), will have a higher level of relationship satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Laurencia
"Skripsi ini menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas audit internal dari perspektif auditan. Data diperoleh melalui kuesioner kepada auditor internal pada Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan dan auditan di lingkungan Kementerian Keuangan untuk penugasan audit dan reviu laporan keuangan. Berdasarkan analisis regresi berganda diperoleh kesimpulan bahwa komunikasi antara auditor dan auditan berpengaruh positif terhadap efektivitas audit internal yang disebabkan karena persepsi auditan terhadap manfaat audit lebih tinggi jika auditor menanggapi feedback auditan serta dapat menjaga hubungan profesional yang baik selama proses audit berlangsung. Sementara itu, empat variabel lainnya yaitu kompetensi auditor internal, independensi auditor internal, dukungan manajemen auditan atas audit internal, dan pemanfaatan software manajemen audit CCH TeamMate tidak berpengaruh terhadap efektivitas audit internal. Tidak berpengaruhnya pemanfaatan software manajemen audit CCH TeamMate terhadap efektivitas audit internal disebabkan kurangnya pemahaman auditor mengenai manfaat dari CCH TeamMate sehingga CCH TeamMate lebih dianggap sebagai beban untuk mencapai target indikator kinerja dan belum maksimal dimanfaatkan sebagai alat bantu audit."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S58028
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firnasyifa
"Kurangnya keterampilan sosial merupakan inti utama hambatan yang dialami anak dengan sindroma asperger. Anak dengan sindroma asperger memiliki hambatan untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain yang berakibat mereka tidak mampu memprediksi tingkah laku orang lain. Social StoriesTM merupakan salah satu strategi untuk membantu anak dengan sindorma asperger untuk dapat memahami dan bereaksi lebih tepat terhadap suatu situasi sosial. Melalui Social StoriesTM, anak dengan sindroma asperger dibantu untuk memahami perspektif orang lain, situasi sosial, dan bagaimana mereka harus bereaksi terhadap situasi sosial yang spesifik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas program intervensi Social StoriesTM dalam meningkatkan keterampilan sosial area eye contact dan joining in pada seorang anak dengan sindroma asperger usia 8 tahun. Hasil penelitian menujukkan bahwa penerapan Social StoriesTM efektif meningkatkan keterampilan sosial area eye contact dan joining in pada diri partisipan.

The lack of social skills is the core deficit of children with Asperger’s Syndrome. Those children have deficit to understand the thought and feeling of others that impact the inability to predict the behavior of others. Social StoriesTM is one of the strategies for helping children with Asperger’s syndrome to understand and respond a social situation appropriately. By using Social StoriesTM, children with Asperger’s syndrome can be helped to understand other’s perspectives, social situations, and how they should respond to a specific social situation.
The aim of this study is to determine the effectiveness of Social StoriesTM intervention programs to improve social skills in eye contact and joining in area for an 8-yearold child with Asperger’s Syndrome. The results showed that the Social StoriesTM intervention was effective to improve the social skills in eye contact and joining in area.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35162
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>