Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174391 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Glifanny Ramadani
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kinerja pembakaran biobriket
berbahan campuran biomassa bagase tebu dan batubara subbituminous dengan variasi
komposisi biomassa 100%, 75% dan 50%. Kecepatan superfisial aliran udara juga
divariasikan sebesar 0,2 ; 0,3 dan 0,4 m/s. Hasil penelitian menunjukkan waktu ignisi
tercepat (0,49 menit) dicapai pada pembakaran briket komposisi 75% Biomassa
dengan kecepatan superfisial 0,4 m/s; emisi CO rata-rata terendah (161 ppm) pada
pembakaran briket berkomposisi 50% biomassa pada 0,4 m/s dan efisiensi termal
terbesar (0,376%) pada pembakaran briket dengan komposisi 50% biomassa.

ABSTRACT
This research aimed to studying the performance of biobriquettes combustion
made from mixture of bagasse sugar cane and subbituminouss coal, with varying of
biomass content of 100%,75% and 50%. The superficial velocity of air flow in the
stove has also varied at 0,2 ; 0,3 and 0,4 m/s. The results showed the fastest of
ignition time (0,49 minutes) was achieved by burning briquettes containing 75%
operated at superficial velocity 0,4 m/s; the lowest averange CO emissions (161
ppm) by burning briquettes containing 50% biomass at 0,4 m/s and the largest
thermal efficiency (0,376%) by burning briquettes containing 50% biomass.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43818
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agustina Rahayu
"Pencampuran biomassa dengan batubara dewasa ini dianggap menjadi solusi bagi lamanya waktu penyalaan batubara dan besarnya emisi CO yang dihasilkan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kinerja dari pencampuran batubara dan biomassa tandan kosong kelapa sawit pada pembakaran di dalam kompor dilihat dari waktu penyalaan briket pemasakan, emisi CO yang dihasilkan, dan efisiensi termal pembakaran. Komposisi biomassa divariasikan pada 50%, 75%, dan 100% biomassa serta kecepatan superfisial 0,29 m/s, 0,42 m/s, dan 0,54 m/s.
Hasil penelitian menunjukkan baik waktu penyalaan maupun emisi CO dipengaruhi oleh komposisi biobriket dan kecepatan forced. Waktu penyalaan tersingkat dialami oleh pembakaran biobriket dengan komposisi 100% biomassa pada kecepatan 0,42 m/s (0,5 menit). Sedangkan, emisi CO terendah didapat dari pembakaran biobriket dengan komposisi 100% biomassa dengan kecepatan 0,54 m/s (rata-rata 312,81 ppm). Serta efisiensi termal tertinggi dicapai oleh pembakaran biobriket pada komposisi 50% biomassa, (1,27%). Perhitungan entalpi pembakaran membuktikan bahwa pembakaran biobriket di semua komposisi pada kecepatan superfisial 0,54 m/s terjadi pembakaran yang lebih sempurna sehingga menghasilkan emisi CO terendah dan entalpi pembakaran tertinggi.

Nowadays, mixture of biomass and coal has been considered to solve the problem of long ignition delay and high CO emissions in coal combustion. This research aims to study combustion performance in mixture of empty palm bunches and coal concerning of its ignition delay, CO emissions, and thermal efficiency. The content of biomass in biobriquettes was varied at 50%; 75%; and 100% biomass content; and superficial air velocity at 0.29 m/s; 0.42 m/s; and 0.54 m/s.
The result showed that both ignition delay and CO emissions were influenced by biomass composition and superficial air velocity. The shortest ignition delay occured at combustion involving biobriquettes 100% biomass content with superficial air velocity at 0.42 m/s (0.5 minutes). The lowest CO emissions was obtained by burning biobriquettes 100% biomass content with 0.54 m/s superfisial air velocity (average 312.81 ppm). The highest thermal efficiency was reached by burning of biobriquettes with 50% biomass content (1.27%). Combustion enthalpy calculation showed that compared to those at low air velocity 0.54 m/s had higher enthalpy and produced lowest CO emission at all combustion runs.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42894
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Ers Harry Yunash Tanto
"Batubara masih menjadi primadona sebagai sumber energi alternatif selain minyak bumi. Hal ini disebabkan batubara tidak mahal dan mudah didapatkan, khususnya di Indonesia. Saat ini telah mulai dikembangkan kompor briket batubara yang diharapkan dapat digunakan untuk keperluan rumah tangga. Namun, masih ditemukan masalah dalam kompor briket batubara, di antaranya waktu nyala yang lama.
Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi waktu penyalaan dari briket pemasakan pada kompor dengan melibatkan komponen biomassa pada promotor. Hal ini dilakukan karena biomassa memiliki kandungan volatile matter yang lebih tinggi dan porositas yang lebih besar dibanding batubara.
Pada penelitian ini dilakukan beberapa variasi, yaitu variasi bahan pada briket promotor (batubara, batubara-kayu karet, batubara-serabut kelapa), komposisi biomassa pada briket promotor (0%; 50%; 100%), dan bentuk promotor (briket dan pellet).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa briket promotor batubara yang dicampur dengan komponen biomassa kayu karet memerlukan waktu penyalaan lebih cepat, yaitu sebesar 6.33 menit dibanding waktu nyala batubara, selama 7 menit. Semakin banyak kandungan kayu karet pada briket promotor, semakin cepat waktu penyalaan yang dibutuhkan. Dengan briket berbahan 100% kayu karet, waktu penyalaan dapat dikurangi dari 7 menit menjadi 3.67 menit. Selain itu, pellet biomassa merupakan promotor yang paling cepat waktu penyalaannya, yaitu selama 1.67 menit, daripada semua jenis promotor.

Coal still becomes as one of considered alternative energy sources besides crude oil. It is due to the low economical value and high availability of coal, especially in Indonesia. Recently, coal briquette stove has been developed that hopefully can be used for household needs. However, there are problems found in utilizing the coal briquette stove, which are long ignition time.
The purpose of this research is to reduce the ignition time required by cooking briquette in the stove by involving biomass component in promoter. It is because it refers to volatile matter and porosity in a coal.
In this research, there are some variations conducted, which are the variation of raw material promoter briquette (coal; coal-rubber wood; coalcoconut fiber); the composition of biomass in promoter briquette (0%; 50%, 100%), and the variation of promoter type (briquette and pellet).
The research shows that rubber wood briquette needs faster ignition time for about 6.33 minutes than that of coal, which are 7 minutes. Higher content of rubber wood in promoter briquette could reduce the ignition time up to 3.67 minutes. Besides, pellet is found as promoter that requires fastest ignition time among all promoters, which is 1.67 minutes.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S51885
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Dwi Sari
"Penggunaan kompor briket batubara dapat mengurangi penggunaan bahan baker minyak yang semakin mahal dan semakin sedikit. Namun banyak kendala dalam penggunaan kompor briket batubara yaitu dalam hal waktu penyalaan (ignition time). Permasalahan penyalaan briket selama ini adalah kurangnya pasokan oksigen untuk proses pembakaran awal briket. Pada awal penyalaan penetrasi oksigen eksternal ke dalam briket terhambat oleh adanya laminer boundary layer. Setelah itu briket mengalami proses devolatilisasi yaitu pelepasan zat-zat volatile melalui pori-pori ke permukaan batubara dan membentuk awan volatile matter yang menyebabkan penetrasi oksigen eksternal terhalangi. Perpindahan panas radiasi dan konveksi juga menjadi lambat dikarenakan tidak adanya suplai oksigen dari dalam briket batubara, sehingga untuk mengatasi masalah ini digunakan briket promotor yang mengandung oksidator etil asetat sebanyak 15% dari massa total briket. Untuk menghasilkan hasil yang optimum dari segi waktu penyalaan maka kompor briket batubara dirancang sedemikian rupa yang dilengkapi dengan blower, briket bawah sebagai briket pemasakan dan briket atas yang mengandung oksidator sebagai promotor penyalaan. Dengan rancangan kompor briket yang dilengkapi dengan blower di bagian bawah maka akan terjadi aliran udara secara forced updraft sehingga menjamin kecukupan penyediaan udara untuk pembakaran. Saat ini modifikasi metode konvensional dilakukan dengan menciptakan turbulensi pada aliran udara pembakaran yang dialirkan ke arah briket. Tujuannya adalah untuk membuat aliran turbulen pada boundary layer yang biasanya terbentuk pada permukaan briket. Pengontrolan turbulensi pada pembakaran batubara umumnya dilakukan dengan mengalirkan udara menggunakan blower ke arah briket. Hal ini dilakukan untuk memecah awan volatile di permukaan batubara dan mempenetrasikan udara sekunder tersebut masuk ke dalam briket. Penggunaan variasi kecepatan superfisial udara pembakaran pada penelitian ini yaitu sebesar 1,9 - 0,6 m/s, sehingga akan diketahui laju alir yang optimum untuk mendapatkan pembakaran yang sempurna dan diperoleh waktu penyalaan yang singkat. Pada penelitian ini juga akan dilakukan variasi tinggi chimney dengan menggunakan laju alir yang optimum yang diperoleh dari variasi kecepatan superficial udara pembakaran.

Usage of coal briquette stove can lessen fuel consumption of oil that is increasingly expensive and increasingly a few. But many constraints in usage of coal briquette stove that is in the case of ignition time. Ignition time problems of briquette until now is lack of supply oxygen to process initial combustion of briquette. In the early of ignition of penetration of oxygen eksternal into briquette pursued by existence of laminer boundary layer. Then briquette experiences devolatilisation process that is release of volatile matters through pore to surface of coal and forms volatile cloud matter causing penetration of oxygen eksternal is hindered. Radiation heat transfer and convection also becomes is slow because of inexistence of oxygen supply from within coal briquette, so that to overcome this problem applied promotor briquette containing oksidator ethyl acetate counted 15% from briquette total mass. To yield optimum result from the angle of ignition time hence coal briquette stove is designed in such a manner equiped with blower, briquette under as cooking briquette and briquette to containing oksidator as promotor. With briquette stove planning equiped with blower in underside hence there will be air current in forced updraft causing guarantees supply sufficiency of air for combustion. Now modification of conventional method is done by creating turbulent at combustion air current poured into by direction of briquette. The purpose is to make turbulent flow at boundary layer usually formed at briquette surface. Controller turbulent at coal firing generally is done by flowing air to apply blower towards briquette. This thing done to break volatile cloud on the surface of coal and penetration of the secondary air comes into briquette. Usage various speed of combustion air superficially at this research that is 1,9 - 0,6 m/s, so that will be known optimum rate of flow to get perfect combustion and obtained brief ignition time. At this research also will be done various height chimney by using optimum rate of flow obtained from various speed of combustion air superficially."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49613
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Suminar
"Penggunaan briket batubara pada saat ini dapat mengurangi penggunaan bahan bakar minyak yang harganya semakin mahal dan keberadaannya semakin berkurang. Penggunaan briket batubara banyak dipakai di industri kecil maupun menengah, yaitu sebagai pemanas di peternakan ayam, untuk pemasakan di usaha katering, warung makan, untuk pengeringan tembakau, batu bata, karet, dan lain-lain. Pemakaiannya mencapai sekitar 1 juta ton di tahun 2006 dan diperkirakan akan terus meningkat di tahun-tahun yang akan datang. Tetapi masih ditemui kendala dalam penggunaan batubara untuk kompor briket batubara yaitu dari segi kepraktisan seperti waktu penyalaan.
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh waktu penyalaan briket batubara yang singkat, salah satunya dengan cara menambahkan oksidator ke dalam briket promotor. Oksidator yang digunakan dalam penelitian ini adalah etil asetat 15 %. Selain itu juga dilakukan variasi bentuk dan loading dari briket promotor, dimana keduanya dapat mempengaruhi stabilitas nyala api yang dihasilkan dan melalui teknik bluff body panas hasil penyalaan akan dipindahkan ke briket untuk pemasakan yang nantinya akan mempercepat penyalaan briket pemasakan. Kompor briket yang digunakan dilengkapi dengan blower. Posisi peletakan briket dalam kompor yaitu bagian bawah mengandung briket untuk pemasakan yang dibuat sebagaimana briket yang sekarang ada di pasaran, sedangkan bagian atas mengandung briket promotor berbentuk bola dan bola dengan dimples yang berfungsi sebagai briket promotor penyalaan. Penyalaan awal dilakukan oleh briket promoter penyalaan yang disulut dengan pembakar alkohol, sedang panas hasil penyalaan yang temperaturnya cukup tinggi melalui teknik bluff body dipindahkan ke briket untuk pemasakan.
Hasil penelitian menunjukkan dengan penambahan oksidator etil asetat 15 % ke dalam briket promotor, waktu penyalaan briket dalam kompor menjadi semakin cepat. Semakin besar loading briket promotor dalam kompor, maka waktu penyalaannya akan semakin cepat pula (tloading 100% : 18 menit > tloading 75% : 22 menit > tloading 50% : 23 menit > tloading 25% : 25 menit), hal tersebut disebabkan semakin banyak loading briket promotor dalam kompor maka transfer panas yang terjadi akan semakin besar, selain itu bentuk bola dengan dimples memiliki waktu penyalaan lebih cepat daripada bentuk bola (tdimples : 11 menit > tbola : 18 menit), hal tersebut terjadi karena bentuk bola dengan dimples memiliki resirkulasi udara yang lebih optimal daripada bentuk bola.

Usage of coal briquette can lessen fuel consumption of oil prices. Coal briquettes used in middle scale and small scale, for heating in poultry, for cooking in restautants, for rubber drying, for tobacco drainage and others. The usage reaches around 1 million tons in year 2006 and is estimated to continuously increase, still meet some constraints, one of which is a long ignition time.
This research is aimed to obtain brief ignition time by introducing ignitionpromoting briquette (which later called promotor). The promotor is manufactured by blending an oxidator, i.e, eathyl acetat into the coal particles. The content of the oxidator is 15% by weight. Two parameters are to be investigated,i.e, loading and shape of promotor. Two shapes of promotor are of spherical and dimpled-spherical. The shape influences the turbulence and resirculation around the briquette material, while loading influences the rate of heat transfer from promotor to cooking briquettes. Briquette stove is equipped with a blower. There are two groups of briquettes mounted in stove, i.e, promotor laid on the upper layer and cooking briquettes laid beneath the promotor. Ignition is initiated by igniting promotor in an alcohol flame. After 5 minutes, the promotor is moved into the briquette stove. By switching blower on in the stove, the heat transfer occurs from the promotor to cooking briquettes.
The results of research show that the addition off the promotor reduce the ignition time, the more loading of promotor in stove the faster is the ignition time with the order of ignition time as follows tloading 100% : 18 minutes > tloading 75% : 22 minutes > tloading 50% : 23 minutes > tloading 25% : 25 minutes, this occurs because more loading promotor briquettes enhances the heat transfer between the promotor and cooking briquettes. The introduction of dimpled-promotor instead of spherical promotor reduced the ignition time by 7 minutes ( tspherical with dimples : 11 minutes > tspherical : 18 minutes), this occurs due to the formation of more small recirculation of the surface of dimpled promotor which increases heat transfer.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49615
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Putri M.
"Batubara memiliki potensi untuk dikembangkan, mengingat ketersediaan yang melimpah dan potensi yang besar. Briket batubara digunakan pada industri kecil dan menengah. Tingkat pemakaian yang tinggi dan harga yang kompetitif menjadi pertimbangan pemilihan briket batubara sebagai bentuk komersialisasi batubara. Tetapi masih ditemukan kendala dalam penyalaan awal briket pemasakan seperti waktu dan suhu nyala.
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh waktu penyalaan yang singkat, dengan mengoptimisasi luas dimples pada permukaan briket promotor dan briket pemasakan lapisan atas. Dimples dapat meningkatkan turbulensi, dan perpindahan panas konveksi dari briket promotor ke briket pemasakan di bawahnya karena adanya resirkulasi fluida, yang akan menurunkan ignition time. Luas dimples yang digunakan adalah 20%, 40%, dan 60%. Penelitian ini juga memvariasikan loading pada briket promotor untuk memperoleh sensitifitas efek loading terhadap waktu penyalaan. Loading yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100%, 50%, dan 25%.
Briket yang digunakan dalam penelitian ini adalah briket bentuk bola dengan dimples untuk briket promotor dan briket pemasakan lapisan atas, dan briket bentuk bantal pada lapisan bawah. Udara dialirkan secara forced draft dengan menggunakan blower. Penyalaan awal dilakukan dengan penyalaan briket promotor menggunakan pembakar spiritus hingga terbentuk bara api, waktu penyalaan diukur dari peletakan briket promotor hingga terjadi bara pada briket pemasakan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa briket promotor dengan luas dimples 20% dan briket pemasakan dengan luas dimples sebesar 40%, memiliki waktu nyala optimum sebesar 6 menit. Semakin besar loading briket promotor, semakin cepat waktu penyalaan. tignition loading 100% : 5.067 menit < tignition loading 50% : 7.333 menit < tignition 25% : 41.4667 menit. Hal ini terjadi karena semakin besar loading dalam promotor, semakin cepat transfer panas yang terjadi.

Coal has potensial to be developed, because of big potential and resources. Coal briquettes has ben used in small and medium scale industry. High usage dan competitive price are the considerations to use coal briquette as one of alternative energy, still meeting some constraints, as ignition time and temperature of combustion.
This research is aimed to obtain optimum ignition time, one of the method is optimizing dimples at promoting and cooking briquettes and vary loading of promoting btiquettes to gain lessen ignition time. Dimples have the ability to increase turbulence and heat transfer convection from promoting briquette to cooking briquette below it, because of recirculating fluid, which decrease ignition time. Dimples area used are 20%, 40%, and 60%. Loading of promoting briquettes used to obtain sensitivity effect of loading to igniton time. Loading used in the research are 100%, 50%, and 25%.
Briquette used in the research are dimpled - spherical and oval. Blower used to create forced draft inside stove. Ignition time starts when promoting briquettes are ignited using alcohol flame until flame occurs in the stove. Promoting briquettes are put on the top of the stove, and cooking briquettes are put below it.
The result of the research show that use of 40% dimples area in cooking and 20% dimples area in promoting briquettes reduce ignition time as fast as 6 minute. More loading added to the promotor, more faster the ignition time, in order as follows : tignition loading 100% : 5.067 minute < tignition loading 50% : 7.333 minute < tignition 25% : 41.4667 minute. This occurs due to more loading promoting briquettes enhance the heat transfer between promoting and cooking briquettes.
"
2008
S49662
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Iis Sumarni
"Penggunaan kompor briket batubara saat ini memiliki kelemahan diantaranya emisi CO yang tinggi, lamanya waktu penyalaan, dan ketidakpraktisan dalam pemadaman. Permasalahan pertama membutuhkan penanganan khusus karena emisi CO yang mencapai lebih dari 100 ppm tidak sehat bagi pengguna kompor briket batubara apabila terpapar dalam waktu yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan emisi CO yang rendah dengan menggunakan hood. Hood yang berada di atas kompor briket bersama dengan blower pada bagian bawah kompor akan menciptakan vortex dibawah hood dan memperpanjang waktu tinggal sehingga dapat membentuk CO2 dari sisa CO pada flue gas. Parameter yang divariasikan adalah kecepatan superfisial udara, kedalaman chimney dan diameter lubang hood. Kecepatan superfisial yang divariasikan adalah 0.6, 1.2 and 1.8 m/sec, jenis hood yang digunakan adalah open hood dan blind hood dengan diameter lubang 6 cm, dan kedalaman chimney yang digunakan adalah 15 cm. Penelitian ini memberikan kesimpulan pada kedalaman chimney optimum 15 cm dan kompor dengan blind hood lebih baik dalam menghasilkan emisi CO yang rendah.

The utilisation of coal briquette stove undergoes some constraints such as high CO emission, long ignition time, and unpractical extinguishment. The first constraint requires urgent treatment because high emission which reaches more than 100 ppm for long exposure is not healthy for the coal briquette stove users. This experiment aimed to produce low CO emissions by using the hood. Hood in the briquette stove with a blower at the bottom of the stove will create a vortex beneath the hood and extend the residence time to form CO2 from from the remaining CO in the flue gas. On this research, the values of superficial velocity and chimney depth were varied. The superficial velocity is varied at 0.6, 1.2 and 1.8 m/sec, and using blind hood and open hood, while the chimney depth 15 cm from the top of the stove. The research gives conclusions that the optimum chimney depth is 15 cm and the stove with blind hood is preferable to produce low CO emission."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51816
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yesay Setiawan
"Indonesia memiliki cadangan batubara yang sangat besar, sekitar 6,759 juta ton. Kebanyakan berada di daerah Sumatera Utara (39,64%), Kalimantan Timur (30,65%) dan Kalimantan Selatan (27,64%). Semakin berkurangnya sumber energi minyak bumi, membuat orang mencari sumber - sumber alternatif yang lain, diantaranya adalah batubara, khususnya batubara yang diproduksi menjadi briket batubara. Penggunaannya diperkirakan meningkat menjadi dua kali lipat pada tahun 2010, menunjukan prospek pemanfaatan briket batubara semakin besar. Briket batubara banyak digunakan pada perternakan ayam sebagai pemanas (65%), rumah tangga dan warung makan untuk pemasakan (12%), pengeringan tembakau dan karet (7%), untuk pembakaran bata, genting dan kapur (8%) dan lain ? lain (8%). Salah satu kendala yang timbul saat pembakaran briket batubara ialah tingginya emisi Karbonmonoksida (CO) yang dihasilkan yaitu sekitar 100 - 700 ppm, masih sangat jauh diatas nilai ambang batas yang telah ditentukan yaitu sebesar 25 ppm. Pada kadar CO tertentu, paparan gas ini dalam jangka waktu tertentu dapat menimbulkan efek negatif pada kesehatan manusia, bahkan dapat menyebabkan koma dan kematian. Suatu metode perbaikan atau modifikasi kompor briket batubara yaitu menggunakan metode downjet dan updraft diterapkan guna mengurangi kadar CO yang dihasilkan. Untuk memaksimalkan konversi CO menjadi CO2 adalah dengan menciptakan resirkulasi fluida didaerah chimmey (zona diatas permukaan briket batubara), yaitu dengan menggunakan metode downjet didaerah chimmey. Adanya resirkulasi atau vortex, memungkinkan fluida hasil pembakaran tertahan lebih lama dalam aliran resirkulasi sehingga memperlama waktu tinggal (resident time) di daerah chimmey untuk kontak dengan oksigen dari downjet. Sehingga semakin banyak gas CO dan hidrokarbon bereaksi dengan O2 membentuk gas CO2. Aliran updraft digunakan agar suplay oksigen untuk proses pembakaran briket batubara terpenuhi. Data yang diambil adalah temperature pembakaran, emisi CO, kecepatan aliran downjet dan updraft percobaan yang dilakukan dengan memvariasikan kecepatan downjet 0,335 m/s , 0,423 m/s dan 0,490 m/s dengan kecepatan updraft selama percobaan tetap yaitu sebesar 0,7 m/s. pada percobaan ini kondisi optimal yang dapat mencapai konsentrasi CO terendah adalah kecepatan downjet 0,423 m/s (55 Hz) dan kecepatan updraft 0,7 m/s pada ketinggian chimney 20 cm. Penurunan konsentrasi CO sampai 659 ppm

Indonesia has large reserves of coal, i.e. 6,759 million tons. Most of the reserves are in di South Sumatra (39.64%), East Kalimantan (30.65%) and South Kalimantan (27.64%). Briquettes produced in 2006 were 1,054,000 tons (Setiawan, 1996). Statistical data of 2005 published by Ministry of Energy and Mineral resources shows that most of them is used for heating in poultry industry (65%), for cooking in households and small restaurants (12%), for drying tobacco leaves and rubber (7%), and for manufactures of bricks and combustion of limestone (8%) (DESM, 2005). Their use is predicted to increase twice in 2010 (DESM, 2005). Current coal briquette stoves have high CO emission, which could reach 100 to 700 ppm and can have adverse health effects to human. This range of CO emission value is well above the threshold value of CO emission (25 ppm) stipulated by Minister of Manpower and Transmigration Indonesia. A method used to maximise the conversion of CO and hydrocarbons to CO2 is by introducing a downjet in the chimney (a zone above the briquette bed). The downjet impacts on the coal face and its momentum is reduced as a result of the impact. The impact causes the jet to flow back upwards. This flow and flow from gas produced by combustion initiated from the upper layers of the briquette bed, which may contain CO and unburned hydrocarbons, are entrained into the downjet. The impact, backflow and entrainment occur repeatedly so that a vortex is created in the chimney. Hypothesis of the research is the existence of the vortex retains the combustion gas for some time in the vortex so that the gas has longer residence time to contact with oxygen which subsequently lowers the contents of CO and hydrocarbons. which allows more conversion of CO and hydrocarbons to CO2 and is expected to reduce the emission of CO and hydrocarbons in the flue gas. Data that is taken on this experiment is temperature, CO consentration in ppm and velocity of downjet. This experiment undergoes with variation of velocity of downjet at 0,335 m/s, 0,423 m/s and 0,490 m/s with the velocity of updraft during experimental is fix 0,7 m/s. The optimal condition for this experimental achieved when consentration of CO gas had the lowest values is at velocity of downjet 0,423 m/s (55 Hz) and velocity of updraft 0,7 m/s at height of chimney 20 cm. When the concentration of CO emission is 659 ppm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49726
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sapur Muhammad Nasir
"Penelitian ini membahas mengenai pengurangan emisi CO yang dihasilkan dari pembakaran pada kompor briket batubara. Metode yang digunakan adalah dengan penggunaan hood. Jenis hood yang digunakan adalah hood 6 cm dan hood 8 cm, dimana hood ini dapat membentuk resirkulasi di dalam ruang chimney kompor briket batubara. Resirkulasi ini dapat membuat waktu tinggal gas hasil pembakaran di dalam kompor akan semakin lama, sehingga dapat memaksimalkan konversi CO menjadi CO2.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa emisi CO yang dihasilkan oleh hood 6 cm nilainya lebih rendah dibandingkan dengan nilai emisi CO yang dihasilkan oleh hood 8 cm. Penggunaan hood 6 cm, tinggi chimney 15 cm dan kecepatan forced draft 0,5 m/s menghasilkan emisi CO rata-rata terendah yaitu 10,11 ppm.

The focus of this research is to minimize the CO emission in a coal briquette stove, by creating a recirculation zone in the chimney region of coal briquette stove. This can be constituted by installing a hood on the top of the coal briquette stove. Two sizes of hood have been used i.e 6 and 8 cm hole diameter of hood. The recilculation allows the flue gas to have longer residence time in the chimney region thus enabling CO to convert into CO2.
The result shows that hood of 6 cm hole diameter has lower CO emission compared to that produced by hood of 8 cm. The lowest CO emission was achieved by having a hood with hole diameter of 6 cm, chimney height of 15 cm and forced draft velocity 0,5 m/s. The minimum average CO emission was 10,11 ppm.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52263
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Bregas Dwi Hatmojo
"ABSTRAK
Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah dan tersebar di seluruh kepulauan. Pemanfaatan potensi sumber daya alam tersebut belum sepenuhnya diperankan dan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti memasak di sektor rumah tangga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi potensi dari serasah daun sebagai sumber energi domestik yang digunakan sebagai bahan bakar alternatif. Secara khusus, konfigurasi penelitian skala laboratorium dilakukan dengan menggunakan serasah daun spesies Artocarpus champaden, L., Nephelium lappaceum, L., dan Mangifera indica, L. Di Indonesia spesies ini dikenal sebagai pohon Cempedak, pohon Rambutan, dan pohon Mangga yang menghasilkan gugur daun sepanjang tahun. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat dalam menangani serasah adalah mengumpulkan dari halaman atau atap pekarangan rumah kemudian dibakar untuk mengurangi jumlah serasah sebagai pengotor. Penelitian eksperimental dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu pembuatan briket dari serasah daun yang ditambahkan dengan minyak kanola dan pasta tepung jagung sebagai material pengikat dan bertujuan untuk meningkatkan kandungan energi ketika dilakukan proses pembakaran yang diproduksi secara manual dengan sedikit bantuan alat mekanis. Analsis termal termasuk nilai kalor, proksimat dan ultimat dilakukan dengan metode dan peralatan standar. Penelitian menggunakan kompor biomassa dengan volume ruang bakar sekitar 660 cm3. Sebuah kipas elektrik dipasang ke kompor untuk mengalirkan udara. Metode Water Boiling Test dilakukan untuk mengukur karakteristik pembakaran dan efisiensi kompor. Ditemukan bahwa briket (100 gram) dari semua jenis daun yang diuji dapat merebus air 1000 ml dalam waktu 7 menit. Secara umum, kinerja pembakaran sampel briket dapat dikaitkan dengan analisis proksimat dan ultimat, sehingga dengan membandingkan kinerja menggunakan Water Boiling Test menunjukkan bahwa perbedaan kinerja menggunakan berbagai jenis serasah daun tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Penelitian ini menunjukkan bahwa serasah daun memiliki potensi sebagai sumber energi yang dapat diandalkan untuk memasak di rumah tangga di daerah pedesaan.

ABSTRACT
Indonesia has abundant natural resources spread throughout the islands. The utilization of these natural potentials has not been fully played and developed to meet daily needs such as for cooking. The purpose of this study is to explore the potential of leaf litter as a domestic source of energy for cooking. In particular, a set of laboratory scaled experiment was conducted by using leaf litter of the species Artocarpus champaden, L., Nephelium lappaceum, L., and Mangifera indica, L. In Indonesia these species are known as Cempedak, Rambutan, and Mangga trees which produce fallen leaf throughout the years. A way of reducing the leaf litter problems by local people is by collecting it from the garden and roof, then burn it to reduce the volume. The experimental work was carried out through some steps. The leaf litter was transformed to biomass briquettes fuel in order to increase energy content for combustion by adding Canola Oil and Starch as a binder. The briquettes were produced manually with minimum mechanical works. Thermal analysis, including calorific value, proximate and ultimate analysis, was performed by standard method and equipment. The experiment was carried out by using a biomass stove with a fuel chamber volume of approximately 660 cm3. A fan was attached to the stove to supply an updraft forced vortex flow of air. Water Boiling Test method was performed to measure the burning characteristic and stove efficiency. It was found that the briquettes (100 grams) from all leaf type tested can boil the water of 1000 ml within 7 minutes. In general, the burning performance of the briquettes were related to proximate and ultimate analysis of the samples. Nevertheless, by comparing the performance using Water Boiling Test suggested that the discrepancies of the performance using different types of leaf litter were not significant. This work showed that leaf litter has the potential as a reliable energy source for cooking in household at rural areas."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>