Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35885 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Satu diantara "Arah dan Sasaran Pengembangan Perusahaan PT. X"
adalah senantiasa mampu rnemenuhi komitmen biaya. Oleh karenanya folcus
program diarahkan kepada "Penguasaan kcmampuan menggunakan dan
menerapkan teknologi secara bertahap dan berkesinambungan, ldursusnya
bidang Cost Control". Berkenaan dengan ini maka dalam memenuhi
komitmen biaya tersebut terkandung suatu kemampuan untuk membandingkan
status biaya. Sehingga cara pengukuran status biaya merupakan faktor-faktor
penentu keberhasilan program.
Pengukuran status biaya terkait erat dengan kinerja progress dan durasi
penyelesaian setiap pekerjaan di segala tingkatan sistem produksi PT. X.
Untuk itu pada langkah awal dilakukan identiftkasi kerumitan aktititas
produksi dan scoping aktiiitas yang terdapat di dalam sub-fungsi sistem
produksi, sampai akhirnya diperoleh struktur masing-masing sub-sistem
tersebut. Struktur ini merupakan bentuk terakhir atas perkembangan struktur
awal yang berpijak pada Sistem dan Prosedur Operasi PT. X yang karena
tuntutan iklim bisnis mulai disesuaikan dengan kebutuhan. Analisa juga
dilakukan untuk mengenali arah perkembangan masing-masing sub-sistem
produksi yang cenderung menuju spesialisasi.
Langkah berikutnya adalah identifikasi substansi dasar subsistem di atas
tentang bagaimana merepresentasikan cara-earapengukuran status biaya dan
bentuk-bcntuk abstraksi informasi biaya yang dianutnya. Dari bentuk abstraksi
informasi sub~sistem tersebut hanya dikaji yang bersifat dominan dalam sistem
produlcsi secara keseluruhan. Kemudian dilakukan analisa sehingga diantara
sub-sistem yang dominan tersebut, yaitu dalam kedudukannya sebagai
komponen sistem, akankah mampu berperan memberikan tingkat integritas
yang memadai. Bcberapa altematif Model Abslraksi Infonnasi akan
dipertimbangkan pada lngkah ini,_ sdemikian rupa sehingga mampu
memperbaiki kondisi integritas oleh Model Abstraksi lnformasi sebelumnya
(Model Awal). Alternatif yang diketengahkan berprinsip pada integritas sistem
dalam konsensus status biaya ini dapat diperbaiki dengan pelcburan cara
abstraksi informasi biaya secara trans sub-sistem dan trans bagian (Model
Dasar Integral) dalam bentuk Kode Kontrol trans fungsional/sub-sistem"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
02 Day p-2
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Soemardiono
"Satu diantara "Arah dan Sasaran Pengembangan Perusahaan PT. X" adalah senantiasa mampu memenuhi komitmen biaya. Oleh karenanya fokus program diarahkan kepada "Penguasaan kemampuan menggunakan dan menerapkan teknologi secara bertahap dan berkesinambungan, khususnya bidang Cost Control. Berkenaan dengan itu maka dalam memenuhi komitmen biaya tersebut terkandung suatu kemampuan untuk membandingkan status biaya. Sehingga cara pengukuran status biaya merupakan faktor-faktor penentu keberhasilan program.
Pengukuran status biaya terkait erat dengan kinerja progress dan durasi penyelesaian setiap pekerjaan di segala tingkatan sistem produksi PT. X. Untuk itu pada langkah awal dilakukan identifikasi kerunutan aktifitas produksi dan scoping aktifitas yang terdapat di dalam sub-fungsi sistem produksi, sampai akhirnya diperoleh struktur masing-masing sub-sistem tersebut. Struktur ini merupakan bentuk terakhir atas perkembangan struktur awal yang berpijak pada Sistem dan Prosedur Operasi PT. X yang karena tuntutan iklim bisnis mulai disesuaikan dengan kebutuhan. Analisa juga dilakukan untuk mengenali arah perkembangan masing-masing sub-sistem produksi yang cenderung menuju spesialisasi.
Langkah berikutnya adalah identifikasi substansi dasar subsistem di atas tentang bagaimana merepresentasikan cara-cara pengukuran status biaya dan bentuk-bentuk abstraksi informasi biaya yang dianutnya. Dan bentuk abstraksi informasi sub-sistem tersebut hanya dikaji yang bersifat dominan dalam sistem produksi secara keseluruhan. Kemudian dilakukan analisa sehingga diantara sub-sistem yang dominan tersebut, yaitu dalam kedudukannya sebagai komponen sistem, akankah mampu berperan memberikan tingkat integritas yang memadai. Beberapa altematif Model Abstraksi Informasi akan dipertimbangkan pada langkah ini, sedemikian rupa sehingga mampu memperbaiki kondisi integritas oleh Model Abstraksi Informasi sebelumnya (Model Awal). Alternatif yang diketengahkan berprinsip pada integritas sistem dalam konsensus status biaya ini dapat diperbaiki dengan peleburan cara abstraksi informasi biaya secara trans sub-sistem dan trans bagian (Model Dasar Integral) dalam bentuk Kode Kontrol trans fungsionallsub-sistem.
Dari analisa di atas Model Abstraksi Informasi Integral memberikan respon yang lebih balk saat dilakukan analisa cost dan benefit (obyek benefit waktu dan konsekuensi biaya yang ditimbulkannya). Terakhir adalah peran Model Dasar Integral ditingkatkan melalui Manajemen Data dengan paket program "Microsoft Access, Relational Database.Management System for Windows versi 2.0" (Universitas Indonesia).

The ability to perform a commitment of costs in any time is one of the "Company direction and point development should PT X go." Therefore all the programs focused on engineering and technology's implementation by continuous improvement, especially in cost control disciplines. In the way of performing the cost commitment required the kind of cost status comparation. Related to the cost status comparation will agree that the cost status measurement is the key success factors. It is because if the cost status measurement performed in the different way will produce a confused interpretation.
The cost status measurement close related to progress performance and duration of each work completition in the all of PT X production system level. Thereafter the first step to be done is identifying on both of activity's sequence and activities scoping of each production subsystem. In identifying above mentioned should be produce the recent structure system based on the business environment requirement. By this identification will be performed analyze to get as well as to know the subsystem's specialty.
The next step identified the how each subsystem represents the measurement method of cost status and the own related abstracted information. Therefore the abstracted information should identify those similarities among other's subsystem will be-clear and distinct. Just the major of the way in which the subsystems represent information will be considering. After considering it, to be done integrity analyzes with one by one and discipline by discipline so the result is which one as the best overall integrity. As long as performing analyze above mentioned some abstracted information improvement should add in order to have an alternative of abstracted information model. The earlier condition of introducing the abstracted information called the "Model Awal" and the improved of abstracted information called the "Model Dasar Integral." The Model Dasar Integral employs the "Kode Kontrol" so it could be translate the one abstracted information to others.
The last analyze performed by cost and benefit factors between Model Awal and Model Dasar Integral. The best reason in costing and the best contribution in benefit will improve whether Model Dasar Integral could accept as solution in this case. In order to make up performance of what the Model Dasar Integral could support the cost control system, the computerize data management should be consider. In this time those related data will be manage in "Microsoft Access, Relational Database Management System for Windows version 2.0" (Universitas Indonesia).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
02/Day/p-3
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Bima Saskuandra
"Memasuki abad 21 ini dan di masa mendatang, tantangan-tantangan bisnis yang dihadapi akan semakin kompleks, seperti pasar yang semakin kompetitif, inflasi, resesi, perubahan teknologi, dan sebagainya. Salah satu strategi perusahaan dalam menghadapi tantangan-tantangan bisnis tersebut adalah pada kontrol dan penggunaan sumber daya perusahaan yang balk di mana para eksekutif sangat memperhatikan bagaimana aktifitas perusahaan dilaksanakan. Pengendalian terhadap suatu kegiatan tertentu yang dilakukan perusahaan, atau dikenal juga dengan manajemen proyek merupakan ha! penting bagi perusahaan. Secara umum manajemen proyek adalah perencanaan, penjadwalan dan pengendalian dari aktifitas-aktifitas proyek untuk mencapai tujuan kinerja tertentu, biaya dan waktu, untuk lingkup kerja yang ditentukan. Ketika mengerjakan sebuah proyek baru, tentunya perusahaan menginginkan keberhasiian dalam mencapai tujuan-tujuannya sehingga diperlukan sistem peringatan dini yang mampu memberikan peringatan akan adanya masalah dalam biaya dan waktu. Salah satu metode yang dapat memenuhi kebutuhan itu adalah metode earned value. Di bulan Juli 1998, penerapan metode earned value dituangkan dalam sebuah standar, yaitu ANSIIEIA-748 Guide. Penelitian ini ditujukan untuk menjawab apakah metode earned value tersebut dapat memberikan peringatan dini bagi manajemen proyek jika terdapat masalah dalam pelaksanaan pekerjaan. Melalui indikator-indikator seperti BCWS (Budgeted Cost for Work Scheduled), BCWP (Budgeted Cost for Work Performed), ACWP (Actual Cost for Work Performed), CPI (Cost Performance Index), SPI (Schedule Performance Index) dan EAC (Estimate at Completion), metode ini diaplikasikan pada sebuah proyek milik PT Linuwih Tecnoservices. Selama periode proyek tersebut, indikator-indikator ini digunakan dalam mengukur kinerja proyek serta memprediksikan kinerja proyek di masa berikutnya. Nilai indikator-indikator ini juga digunakan oleh manajemen proyek untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam proses kerja dari waktu ke waktu hingga proyek berakhir. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada. Tahapan penelitian yang digunakan adalah studi literatur dan studi lapangan. Studi lapangan digunakan untuk mengumpulkan data primer yang didapat melalui observasi periodik terhadap indikator-indikator earned value. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa indikator -indikator metode earned value dapat membantu manajemen proyek dalam memberikan peringatan dini akan adanya satu masalah dalam pelaksanaan pekerjaan, hal ini dapat dilihat dari nilai CPI dan EAC dari proyek D2 Junction -- Equipment Installation yang dari awal pelaksanaan telah mengindikasikan akan terjadi over budget.

The analysis of project progress prognoses through earned value method in the project performance control process: a study of cost control model development project progress, project performance control, earned value method, business environment, competitive, inflation, recessions, technology change, company strategy, corporation management, planning, scheduling, controlling, project management, BCWS (Budgeted Cost for Work Scheduled}, BCWP (Budgeted Cost for Work Performed), ACWP (Actual Cost for Work Performed), CPI (Cost Performance Index), SPI (Schedule Performance Index), EAC (Estimate at Completion), PT Linuwih Tecnoservices Step in to the 21st century, the business environment become more complex, such as the market that get more competitive, inflation, recessions, technology change, etc. One of companies strategies in facing those business challenges is through better control and use of company resources where the executives manage carefully how the activities of the company has been executed. The control over specific activity, which is known as project management approach, is important to the company operation. In general, project management is the planning, scheduling, and controlling the activities of the project to achieve specific performance, cost and time for a given scope of work. When running a new project, the company wants to be successful in achieving the goals where it needs an alerting system that is able to give warning for deviations in cost and time. One of the methods that could be used is earned value method. In July 1998, the application of earned value is written in a standard, called ANSI/EIA-748 Guide. This research is intended to answer how the earned value method could give an early warning to the project management if there is a deviation from planning in implementing the work. Through the earned value indicators such as BCWS (Budgeted Cost for Work Scheduled}, BCWP (Budgeted Cost for Work Performed), ACWP (Actual Cost for Work Performed), CPI (Cost Performance Index), SPI (Schedule Performance Index) and EAC (Estimate at Completion), this method is applied in D2 Junction project, owned by PT Linuwih Tecnoservices. During the project life cycle, those indicators has been using in measuring the project performance and predicting the performance for the next period. The value of this indicators is also used by the project team to improve the performance in work process from time to time till the project ends. The research method that is used is descriptive that is intended to gather the information regarding the status of an existing symptom. The research phase uses literature and field study. Field study has been used for getting the primary data that result of a periodic observation from earned value indicators. The result of this research concludes that earned value indicators could help the project team in providing an early warning of deviations from planning, these could be seen in the value of CPI and EAC of this project that from the beginning of the project has been indicating an over budget."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14230
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Reza Rahmansyah
"Kinerja pabrik pengolahan gas alam berperan penting untuk menjaga agar dapat mencukupi permintaan gas Indonesia yang meningkat dari tahun ke tahun. Gangguan dalam proses pada pabrik-pabrik tersebut tidak bisa dihindarkan, terutama pada pabrik yang sudah lama beroperasi, proses dalam unit pengolahan gas pun bersifat dinamik. Oleh karena itu, proses tersebut perlu dikendalikan agar berjalan pada kondisi operasi yang optimum. Salah satu solusinya adalah dengan melakukan penyetelan ulang atau re-tuning pengendali pabrik. Dalam studi ini, penyetelan ulang pengendali Proportional Integral (PI) sebuah unit CO2 removal dilakukan berbasis model linear dan sistem multi input multi output (MIMO) menggunakan metode penyetelan Open Loop Ziegler Nichols (ZN), Closed Loop Tyreus Luyben (TL) dan Fine Tuning. Pengecekan pemasangan variabel pada pengendali juga dilakukan dengan menggunakan analisis Relative Gain Array (RGA). Ditinjau dari nilai Integral Square Error (ISE), pengendali dengan setelan fine tuning memberikan pengendalian yang lebih baik dibandingkan pengendali dengan setelan Open Loop Ziegler Nichols dan Closed Loop Tyreus Luben, dengan ISE untuk pengendali PIC 1101, FIC 1102 dan FIC 1103 sebesar 0.3122, 0.2028 dan 0.01944 untuk uji coba set-point dan 0.03681, 0.1116 dan 0.3009 untuk uji coba disturbance. Berdasarkan analisis RGA, pemasangan Controlled Variable (CV) dan Manipulated Variable MV yang di lapangan sudah tepat, yakni CV1-MV1, CV2-MV2 dan CV3-MV3.

Indonesian domestic natural gas demand has been increasing since the last couple of years, thus maintaining natural gas production is vital to fulfill the country’s ever so demanding industrial and energy needs. Optimization is key in maintaining production in natural gas processing plants, especially the performance of its operating units. A solution for optimization is the retuning of process controllers of existing plants to better handle process disturbance. This research studies the retuning of a CO2 Removal plant using linear modelling with Ziegler Nichols (ZN), Tyreus Luben (TL) and Fine-Tuning method. Analysis of controller pairing is also done in this study using the Relative Gain Array (RGA) method. The performance of the controller will be evaluated using the Integral Square Error (ISE) value during set-point and disturbance testing. The study has shown that ZN and TL tuning method are not capable of stabilizing the process of a multiple input multiple output system. Fine Tuning method resulted in the best performance with an ISE value of 0.3122, 0.2028 dan 0.01944 on set-point testing, and 0.03681, 0.1116 dan 0.3009 on disturbance testing for controllers PIC 1101,FIC 1102, and FIC 1103.RGA Analysis have shown that the plant controller has been paired correctly based on the recommended pairing, which is CV1-MV1, CV2-MV2 and CV3-MV3"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nitya Pawitra Sari
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dan memperbaharui skala Desirability of Control (DOC) yang sebelumnya telah dikembangkan oleh Burger and Cooper (1979). Skala baru ini diberi nama Desirability for Control (DFC). Hubungan antara Desirability for Control (DFC) dan Grade Point Average (GPA), jenis kelamin, Locus of Control (Rotter, 1966) akan diuji dalam penelitian ini. Sejumlah partisipan yang terdiri dari mahasiswa University of Queensland yang terdaftar pada mata kuliah Measurement in Psychology (PSYC3020) (N = 217) terlibat di dalam penelitian ini.
Pengembangan skala Desirability for Control (DFC) terdiri dari 10 butir pertanyaan dengan 5 poin skala likert yang dimulai dari 1 (sangat setuju) sampai dengan 5 (sangat tidak setuju). Reliabilitas pengukuran yang baru diukur oleh cronbach’s alpha dan mempunyai tingkat reliabilitas yang moderat (α = .64).
Berdasarkan hasil penelitian,ditemukan bahwa tidak ada korelasi yang signifikan antara skala Desirability for Control (DFC) dan GPA, jenis kelamin, dan Locus of Control (Rotter, 1966). Oleh karena itu, hasil dari penelitian ini tidak mendukung hipotesis yang telah dibuat. Untuk penelitian di masa depan, dianjurkan agar setiap item harus melalui test-retest untuk meningkatkan validas dan reliabilitas butir pertanyaan.

The aim of this study is to evaluate and renewing the Desirability of Control (DOC) scale which was developed by Burger and Cooper (1979). The new scale is named as Desirability for Control (DFC). The relationship between Desirability for Control (DFC) and Grade Point Average (GPA), gender, Locus of Control scale (Rotter, 1966) is being examined in this study. The participants of this study were the University of Queensland students who are enrolled in PSYC3020 (N = 217).
The newly develop Desirability for Control consists of 10 items with 5 points Likert-type scale ranging from 1 (strongly agree) to 5 (strongly disagree). The reliability of the new measure was measured by the cronbach’s alpha and it had a moderate level of reliability (α = .64).
The results of the study found that there were no relationships between Desirability for Control (DFC) and GPA, gender and Locus of Control (Rotter, 1966). Therefore, this study does not support the current hypothesis. For future research the new items should go through a test-retest to increase the validity and reliability of the items.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Anom Tejo Pratomo
"Penelitian ini merancang sebuah sistem yang mampu mengontrol sebuah robot artikulasi dengan lima derajat kebebasan dari jarak jauh melalui media internet yang berbasiskan aplikasi web. Dalam penelitian ini digunakan sebuah komputer yang bertindak sebagai server yang dilengkapi dengan dua buah web camera untuk memantau kondisi dan pergerakan robot dan juga sebuah mikrokontroler pengontrol robot sebagai pemroses dan pengontrol masukan untuk menggerakkan robot. Melalui sebuah web browser pada komputer yang bertindak sebagai client, sistem pada komputer server diakses oleh pengguna dan menampilkan sebuah interface yang dirancang sebagai panel kontrol robot. Melalui interface ini pengguna dapat memberi masukan berupa perintah untuk menggerakkan robot yang dapat diberikan dalam dua pilihan mode basis kontrol, yaitu cursor-based/inverse kinematics dan manual/forward kinematics. Berdasarkan hasil pengujian, sistem mampu menanggapi perintah yang diberikan kemudian memroses dan mengeksekusinya dalam bentuk pergerakan robot sesuai dengan mode dan perintah dari masukan yang diberikan.

This research is aimed to design and develop a system capable of remotely controlling a five-degree-of-freedom articulated robot through internet platform on a web based application. The research was built with single computer act as a server coupled with a pair of web camera to monitor the status and movement of the robot and also coupled with a robot-controller microcontroller as a processor and controller of inputs to move the robot. Through the web browser on user's computer acting as client, the system is accessed by the user and displays an interface designed to be a robot's control panel. Through this interface, user can input command to move the robot which can be given in two different control modes, cursor-based/inverse kinematics and manual/forward kinematics. Based on the result of the experiment, system is able to respond the command then processes and executes it in form of robot movement based on control mode and command of the given input."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50804
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reggi Prasetyo Kurniawan
"ABSTRAK
Teknologi proses fabrikasi dan manufaktur terus berkembang dari zaman ke zaman. Penggunaan robot sebagai media untuk membantu dalam melakukan penyatuan suatu produk menjadi tantangan di masa ini. Robot las menjadi pilihan bagi banyak perusahaan otomotif dalam membantu dalam proses pembuatan produk kendaraannya. Dalam penelitian ini akan dilakukan pengembangan untuk membuat robot las tipe gantry robot sebagai salah satu pendekatan untuk mempelajari robot yang telah ada di industri produksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan sistem awal penggunaan robot las yang berfokus pada pengaruh kecepatan dari pergerakan 2 dimensi robot pada sumbu X dan sumbu Y terhadap kemampuan repeatability dan accuracy robot. Robot akan menggunakan mikrokontroller sebagai alat pengontrol pergerakan pada tiap axis yang dimiliki robot. Pengujian robot ini akan dilakukan dengan metode pengukuran menggunakan CMM (Coordinate Measurement Machine) dengan nilai error sebesar 0,02 mm. Pengukuran dilakukan dengan 5 karateristik kecepatan yang ditempuh robot sepanjang 125 mm. Berdasarkan hasil pengujian didapati bahwa kemampuan sumbu X dan sumbu Y pada robot dalam mengulangi setiap pergerakan(repeatability) dengan hasil terbaik pada kecepatan 2,5 mm/s sebesar 0,1 mm. Besaran penyimpangan terkecil sebesar 0,19 mm terjadi pada kecepatan 2,5 mm/s. Kemampuan repeatability dan accuracy robot membuktikan robot dapat bekerja dengan baik.

ABSTRACT
The Development of technology in fabrication and manufacture system is increased nowadays. The used of robot as a mediator to assembly any kind of product become a new challenge in this era. Welding robots become a choice for some otomotive industry to produce their vehicle product. This research will make an artificial welder robot with type of gantry robot as training robot for learn more deep about industrial robot. The purpose of this paper is to delevoped a starting system of welding robot that focus in 2 dimensional movements from X axis and Y axis. This robot will be controlled by microcontroller as a tool to control robot?s movement. The robot will be tested with measurement method by CMM (Coordinates Measurement Machine) that have an error about 0,02 mm. The measurement method will contain about 5 charateristic of speed that make robot moves for a constant distance about 125 mm. Based on the result from the test, X and Y axis can make a movement with best repeatability about 0,1mm by using velocity 2,5 mm/s. The smallest standard deviation is reached about 0,19 mm by using velocity 2,5 mm/s . Based on this result, Robot has a good performance in repeatability and accuracy, this proved that robot can work kindly."
2016
S63242
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhandyka Jili Prasanto
"Kenyamanan dalam berkendara telah menjadi tuntutan utama dari para pengemudi kendaraan, terutama apabila perjalanan yang ditempuh cukup jauh. Dalam perjalanan jauh, pengemudi kendaraan harus selalu dalam keadaan konsentrasi penuh. Padahal, konsentrasi manusia akan semakin berkurang apabila manusia mulai merasa lelah. Dengan tingkat kenyamanan berkendara yang baik, rasa lelah ini tidak akan cepat terasa oleh pengemudi. Dengan situasi berkendara yang nyaman, angka kecelakanan di jalan raya tentunya akan berkurang.
Hal inilah yang mendasari ide dibuatnya sebuah sistem yang disebut Automatic Cruise Control. Fungsi utama dari sebuah Automatic Cruise Control adalah untuk menggantikan sejenak tugas dari seorang pengemudi kendaraan, sehingga pengemudi merasa lebih nyaman dalam berkendara. Selain faktor kenyamanan, sistem Automatic Cruise Control juga memberikan keuntungan lainnya, seperti konsumsi bahan bakar yang lebih irit.
Hal utama yang harus diperhatikan dalam pembuatan sebuah sistem Automatic Cruise Control adalah faktor keselamatan dalam penggunaaan sistem tersebut. Oleh karena itu, dalam penelitian kali ini akan dibuat sebuah prototipe system kontrol untuk suatu sistem Automatic Cruise Control yang telah dirancang agar memiliki tingkat keamanan yang bagus. Sistem kontrol ini diharapkan dapat mengidentifikasi setiap input dan output dari sebuah sistem Automatic Cruise Control, terutama yang berkaitan dengan faktor keselamatan dalam berkendara. Sistem kontrol ini menggunakan mikrokontroler sebagai prosessor utamanya.

Nowadays, comfortable in driving become driver's main demand, especially when they are travelling in long distance. In a long distance travel, driver has to maintain their concentration to avoid an accident. But in fact, concentration will decrease significantly when we getting tired. With a comfortable driving, driver can maintain their concentration which finally leads in decreasing the probability of an accident to happen.
Based on this phenomenon, there are many manufacturer that produce a system called Automatic Cruise Control. The aiming of using this device is replacing drivers job for a moment by controlling throttle position, make car run in a constant velocity, so driver can relax and feel more comfortable. Besides that, there are another advantages that we can get from an automatic cruise control, such as decreasing the use of gasoline in a car, etc.
The main factor that must be observed carefully in this system is the safety factor. Safety factor become so important because it is related directly to the people?s life. In this research, we develop prototype of a control system for automatic cruise control which has a good safety factor. This control system must be able to identify all input and output of an automatic cruise control system, mainly input and output that related to safety factor. This control system uses microcontroller as its main processor.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S37313
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rickson Mauricio
"Proses dehidrasi gas merupakan salah satu proses yang umum dijumpai pada industri pengolahan gas. Unit dehidrasi gas ini tentu diharapkan dapat beroperasi pada kondisi produksi yang optimum sehingga dapat menghasilkan produk sales gas yang memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Namun, adanya kandungan hidrokarbon dan uap air pada sales gas akan menyebabkan pembentukan hidrat yang bersifat korosif pada saluran pipa. Untuk mencegah hal tersebut, gas alam yang berasal dari reservoar perlu dikeringkan terlebih dahulu sebelum dijual sebagai sales gas. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem pengendalian proses pada bagian-bagian yang penting pada unit dehidrasi gas agar kestabilan dan keselamatan proses produksi dapat terjaga. Sistem tersebut dirancang untuk menjaga keamanan operasi dan memastikan proses berjalan dengan optimal untuk mendapatkan kualitas produk sales gas yang baik. Selama ini pengendalian hanya dilakukan menggunakan pengendali Proporsional-Integral, akan tetapi belum optimal sehingga perlu digunakan pengendali Multivariabel MPC Model Predictive Control. Penyetelan pengendali menggunakan metode Non-Adaptif DMC dan fine tuning kemudian hasil penyetelan dengan metode yang lebih baik akan dibandingkan dengan pengendali PI. Evaluasi kineja pengendalian dilihat berdasarkan seberapa cepat respon pengendali dalam mengatasi perubahan set point dan menangani adanya gangguan serta berdasarkan nilai ISE Integral Square Error. Sebagai hasilnya, metode fine tuning lebih baik digunakan dengan konstanta penyetelan P Prediction Horizon, M Model Horizon, dan T Sampling Time yang optimum adalah 14, 5, dan 3, dengan nilai ISE pada perubahan set point pada pengendalian tekanan dan temperatur sebesar 55 dan 51, atau perbaikan kinerja pengendalian sebesar 11.29 dan 16.39 dibandingkan dengan kinerja pengendali PI.

Gas dehydration process is one of the most common processes in gas processing industry. To produce sales gas that could benefit both parties, an optimum operation condition have to be obtained. However, the presence of hydrocarbon and water vapor on sales gas will lead to the formation of hydrates that are corrosive to the pipeline. Natural gas originating from the reservoir needs to be drained first before being sold as a sales gas to prevent the formation of hydrates. Therefore, a process controlling system is required in the critical parts of gas dehydration unit in order to maintain the stability and safety of the production process. This system is designed to maintain the security of operations and ensure the process runs optimally to get good quality sales gas. Current control system are mostly using Proportional Integral controller, but MPC Model Predictive Control controller is more preferable to optimize the process control. Adjustment of the controller were done using the DMC Non Adaptive method and fine tuning. The best tunning result from those two methods then will be compared with the PI controller. Evaluation of control performance is based on how fast controller could overcoming set point changes, handling disturbance and ISE Integral Square Error value. As a result, fine tuning methods are better used with P Prediction Horizon , M Model Horizon , and T Sampling Time optimization constants of 14, 5, and 3, with ISE values for set point changes in pressure control and temperatures are 55 and 51, or improvement in control performance by 11.29 and 16.39 compared to PI controller performance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>