Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165962 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohammad Rinaldi
"Penelitian ini menempatkan media massa sebagai ruang kontestasi. Untuk itu kemudian wacana yang tersaji adalah representasi dari kekuatan yang dominan. Penelitian ini ingin melihat bagaimana keterkaitan hegemoni ideologi demokrasiliberal Amerika terhadap pembentukan wacana war on terror di media massa tanah air. Penelitian ini dilakukan dengan paradigma kritis dan pendekatan kualitatif dengan menggunakan teori ekonomi politik kritis konstruktivis serta menggunakan strategi penelitian Analisis Wacana Kritis. Dengan Analisis Wacana Kritis penelitian kemudian dilakukan di tiga level yaitu pada level mikro yaitu teks dengan menganalisis teks berita, pada level meso yaitu praktik diskursus dengan data wawancara terhadap dua wartawan desk internasional, dan pada level makro yaitu praktik sosiokultural. Untuk memenuhi kriteria kualitas penelitian kritis dilakukan juga analisis historical situatedness. Hasil penelitian menunjukkan adanya keterkaitan antara hegemoni ideologi demokrasi-liberal Amerika Serikat yang dibangun oleh proses sejarah dengan wacana 'War On Terror' yang tersaji kepada publik dalam ruang-ruang media massa.

This research observed mass media as a contested terrain. In such context, the discourse represented through news in mass media was perceived as representing the dominant power. This research analyzed how US liberal-democracy ideology hegemony was taken part into the war on terror discourse propagation throughout Indonesian national mass media. This research applies critical paradigm and qualitative approach with constructivist critical political economy theory and critical discourse analysis strategy. Through conducting critical discourse analysis, this research focuses on three level of analyses: (1) at the micro level, by doing news text analysis, (2) at the meso level, by doing discourse analysis through administering interviews with two journalists in international desk, and (3) at the macro level, by doing socio-cultural practice analysis. To ensure the critical research quality, historical situatedness analysis was undertaken, as well. The result of this research revealed that there is a relation between the US democracy-liberal ideology hegemony that is continuously constructed through historical process with the 'War On Terror' discourse disseminated to the public and represented in mass media."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jauza Alayya
"Peristiwa terorisme memiliki nilai berita dan tidak mungkin dilewatkan oleh media. Pemberitaan terorisme dalam pandangan kritis tidaklah bebas nilai melainkan dipengaruhi banyak hal termasuk kepentingan dan ideologi media. Peran media dalam pemberitaan terorisme tidak hanya menyampaikan dan menyediakan informasi, melainkan mengkonstruksi realitas melalui wacana media yang menghasilkan wacana publik. Penelitian ini berupaya untuk menggambarkan wacana terorisme oleh media Jawa Pos pada peristiwa terorisme tahun 2018, sekaligus berupaya untuk menjelaskan faktor apa saja yang berpengaruh dalam pembentukan wacana. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode analisis wacana kritis milik Fairclough yakni melalui tahapan analisis teks, analisis praktik diskursif, sampai dengan analisis sosial budaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pemberitaan terorisme tahun 2018, 1) Surat kabar Jawa Pos memiliki ketertarikan khusus terhadap isu terorisme, 2) Pro pemerintah, yakni fokus pada menyoroti tindakan sekaligus keberhasilan pemerintah dalam menangani aksi terorisme, yang secara tidak langsung merupakan upaya Jawa Pos untuk mengkonstruksi realitas tertentu yakni mengarahkan agar publik mempercayai bahwa pemerintah telah melakukan banyak hal dan aksi terorisme ditangani dengan baik oleh pemerintah, 3) Pemberitaannya dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor individu, rutinitas media, organisasi media, ekstra media, dan ideologi media. Ideologi media tercatat sebagai faktor yang memegang peranan paling penting pada terciptanya wacana pro pemerintah melalui pemberitaan yang disajikan, dan 4) Pemberitaan terorisme versi Jawa Pos telah dijalankan dengan memegang prinsip jurnalisme positif sekaligus melakukan upaya counter-terrorism.

Terrorist events have news value and cannot be ignored by the media. Reporting on terrorism in a critical view is not value-free but is influenced by many things including media interests and ideology. The role of the media in reporting on terrorism is not only conveying and providing information, but also constructing reality, namely through media discourse to produce public discourse. This study attempts to describe the terrorist discourse carried out by the Jawa Pos during the 2018 terrorism incident, while at the same time trying to describe the factors that influence the formation of this discourse. The research was conducted using the Fairclough critical discourse analysis method, namely through the stages of text analysis, analysis of discursive practices, to socio-cultural analysis. The results of the study show that in reporting on terrorism in 2018, 1) Jawa Pos has special interest in the issue of terrorism, 2) Jawa Pos is pro-government, focus on highlighting the actions and success of the government in dealing with acts of terrorism, which is indirectly an attempt by Jawa Pos to constructing a certain reality, namely directing the public to believe that the government has done many things and terrorism issue are well handled by the government, 3) Terrorism news are influenced by several factors, namely individual factors, media routines, media organizations, extra media, and media ideology. Media ideology is recorded as the factor that plays the most important role in the creation of pro-government discourse through the news it presents, and 4) The Jawa Pos version of terrorism reporting is also carried out by upholding the principles of positive journalism and counter-terrorism."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadhoni
"Seiring dengan perkembangan dunia modern dan pertumbuhan yang pesat dari media informasi, isu mengenai teror dan terorisme semakin terasa dekat dikarenakan paparan yang terus disajikan oleh media. Media sosial, dimana penggunanya seringkali mendapatkan kebebasan berpendapat dengan memanfaatkan fitur anonimitas, seringkali disalahgunakan untuk menyebarkan berita palsu ataupun ancaman mengenai isu teror dan terorisme. Hal seperti itu memaksa pemerintah untuk melakukan pengawasan dan pengendalian untuk mencegah adanya serangan yang mungkin ditimbulkan akibat informasi yang keluar tersebut. Menggunakan beberapa contoh kasus ancaman bom dan beberapa kasus mengenai isu teror dan terorisme, tulisan ini menganalisis dengan teori panopticism mengenai bagaimana bentuk pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah, khususnya pemerintah negara Amerika Serikat, untuk mengawasi warga negara mereka dan mencegah terjadinya bencana yang mungkin berakibat dari pesan-pesan tersebut.

Along with the development of the modern world and the rapid growth of the media, the issues regarding terror and terrorism is seemingly getting closer because of the exposure that continues to be presented by the medias. Social media, where users often get the freedom of speech granted by the anonymity in the virtual space, is often misused to spread false news or threats regarding the issue of terror and terrorism. Such matters compel the government to exercise oversight and control to prevent possible attacks from the outgoing information that is available to them. Using several examples of bomb threats and some cases of terror and terrorism issues, this paper analyzes with the theory of panopticism on how government oversight, especially the United States government, oversees their citizens and prevents the occurrence of disasters that may come from those messages."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ecep Suwardaniyasa
"Penelitian ini ingin menganalisis migrasi atau pergeseran gerakan pelaku teror di Indonesia mulai dari perencanaan, propaganda, perekrutan, pendanaan, konsolidasi dan pelatihan, dari cara-cara konvensional ke cara-cara digital dengan memanfaatkan media baru (new media). Pertanyaan penelitian yang ingin dijawab dalam riset ini adalah bagaimana pengalaman, teknik dan metode yang digunakan para pelaku teror, serta migrasi gerakan terorisme itu sendiri, dari cara- cara konvensional ke penggunaan media baru (new media)/konvergen. Permasalahan penelitian ini dibedah dengan menggunakan teori media dan media baru, teori radikalisme, teori social movement, konsep terorisme, konsep globalisasi dan konsep migrasi. Penelitian ini menggunakan beberapa model analisis, yaitu pendekatan fenomenologi, studi kasus, dan analisis teks. Dalam pendekatan fenomenologi, kuesioner digunakan untuk mengeksplorasi pengalaman individu yang terlibat dalam gerakan terorisme. Dalam studi kasus, memfokuskan pada beberapa kasus teror di Indonesia yang dilakukan melalui cara-cara konvensional hingga bermigrasi melalui media baru/kovergen. Sedangkan dalam analisis teks, peneliti memeriksa berbagai teks yang tersebar di berbagai media mainstream dan platform sosial media, untuk memahami dan memetakan bagaimana keenam aspek gerakan teror tadi; perencanaan, propaganda, perekrutan, pendanaan, konsolidasi, hingga pelatihan dilakukan. Selain itu, semua hasil wawancara dan riset dari narasumber para pelaku teror, penulis ekstrak melalui analisis sofware deedose. Tujuannya untuk memetakan pola migrasi secara nyata dari model konvensional (cara-cara lama) ke model digital (cara-cara baru) dengan memanfaatkan media baru. Temuan penelitian menunjukkan bahwa keenam aspek gerakan teroris berubah dari cara lama ke cara baru, mulai dari perencanaan, propaganda, perekrutan, pendanaan, konsolidasi dan pelatihan melalui Google, YouTube, dan internet archive yang mereka produksi dan kemudian diviralkan melalui sosial media. Riset ini merekomendasikan pihak berwajib untuk memahami trend penggunaan media baru oleh para pelaku teror dan memperkuat deteksi dini aparat untuk menanggulanginya, serta meningkatkan literasi digital masyarakat agar mampu memilah informasi yang benar agar terhindar dari propaganda terorisme.

This research aims to analyze the migration or shift in the movement of terror perpetrators in Indonesia starting from planning, propaganda, recruitment, funding, consolidation and training, from conventional methods to digital methods by utilizing new media. The research questions to be answered in this research are the experiences, techniques and methods used by terror perpetrators, as well as the migration of the terrorist movement itself from conventional methods to the use of new/convergent media. This research problem is dissected using media and new media theory, radicalism theory, social movement theory, the concept of terrorism, the concept of globalization and the concept of migration. This research uses several analytical models, namely phenomenological approaches, case studies, and text analysis. In the phenomenological approach, questionnaires are used to explore the experiences of individuals involved in terrorist movements. In the case study, it focuses on several terror cases in Indonesia which were carried out through conventional methods and migrated through new/convergent media. Meanwhile, in text analysis, researchers examined various texts spread across various mainstream media and social media platforms, to understand and map the six aspects of the terrorist movement; planning, propaganda, recruitment, funding, consolidation and training were carried out. Apart from that, the author extracted all the results of interviews and research from sources from terror perpetrators through deedose software analysis. The aim is to map real migration patterns from conventional models (old ways) to digital models (new ways) by utilizing new media. Research findings show that the six aspects of the terrorist movement changed from the old way to the new way, starting from planning, propaganda, recruitment, funding, consolidation and training through Google, YouTube and internet archives which they produced and then made viral through social media. This research recommends that the authorities understand the trend in the use of new media by terror perpetrators and strengthen early detection by authorities to deal with it, as well as increasing the digital literacy of the public so they are able to sort out the correct information to avoid terrorism propaganda."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik Global Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Buanawista Fajar Gafawidj
"Penelitian ini mencoba melihat pembingkaian teroris jika ditinjau dari aspek komprehensif dan proporsionalitas berita di harian Kompas dan Media Indonesia. Aspek komprehensif dilihat melalui pemilihan nara sumber, dan aspek proporsional berita dilihat dari penggunaan gaya bahasa dalam suatu teks berita. Pemilihan nara sumber dan gaya bahasa dari suatu media diasumsikan oleh penulis memiliki keterkaitan dengan kebijakan media. Pendekatan yang digunakan adaiah kualitatif dengan paradigma konstruktivis, dan metode analisis teks dilakukan dengan analisis semiotika sosial dari Halliday. Peneliti menemukan adanya kaitan antara kebijakan media dengan penyajian aspek komprehensif dan proporsionalitas berita dalam pemberitaan teroris, yang dilihat dari pemilihan nara sumber dan penggunaan gaya bahasa. Hal ini sesuai dengan Teori Konstruksi Realitas Sosial yang menyebutkan bahwa media membentuk realitas tangan kedua tentang teroris.

This study tried to see the framing of terrorist viewed from the aspect of a comprehensive and proportionality news in Kompas and Media Indonesia. Comprehensive aspect viewed by the news-resource selection, and the proportional aspect of news viewed from the use of language style in a news text. News- resource selection and style of a language assumed by the authors has a relationship with the media policy. This study used qualitative approach and constructivist paradigm, and methods of social semiotic by Halliday. AuAor found a connection between the media policy and the presentation of a comprehensive and proportionality in the terrorist news, viewed from the news-resource selection and the use of language style. This is in accordance with the theory of Social Construction of Reality which mentions that the media build the second hand reality about terrorists."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S5187
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ikhsan Fadli
"Peristiwa Bom Casabalanca 2003 telah menandai babak baru bagi perkembangan Islam di Maroko. Citra Maroko sebagai negara Islam yang toleran dan moderat menjadi dipertanyakan, karena kehadiran ancaman dari kelompok fundamentalisme Islam tersebut. Menyikapi hal itu, Maroko melalui Raja Mohammad VI memutuskan untuk mereformasi wacana keagamaan di Maroko. Reformasi keagamaan yang dicanangkan pada tahun 2004 itu dilaksanakan dengan menanamkan identitas Islam Maroko yang berlandaskan pada mahzab fikih Maliki, teologi Asyariah, dan sufisme Islam. Sufisme Islam dalam hal ini menjadi fondasi utama dalam Islam Maroko dan menjadi wacana keIslaman yang gencar dipromosikan. Sufisme Islam dipandang memiliki nilai-nilai toleran, kedamaian, dan kasih sayang yang dapat menjadi penawar atas kehadiran ide-ide fundamentalisme Islam yang menganggu citra Maroko sebagai negara Islam yang toleran dan moderat. Untuk itu, tulisan ini melakukan analisis wacana terhadap promosi sufisme Islam dalam reformasi keagamaan Maroko, dilihat dari sejarah perkembangan keIslaman di Maroko serta konstruksi identitas nasional yang dilakukan oleh negara. Dengan menggunakan metode analisis wacana, tulisan ini bertujuan untuk melihat bagaimana sufisme Islam diperkenalkan oleh negara melalui konstruksi self dan other dalam identitas Islamnya untuk menangkal wacana fundamentalisme Islam di Maroko.

The Casabalanca Bombing incident 2003 marked a new chapter for the development of Islam in Morocco. The image of Morocco as a tolerant and moderate Islamic country is being questioned because of the threat posed by this Islamic fundamentalist group. In response to this, Morocco through King Mohammad VI decided to reform religious discourse in Morocco. The religious reforms launched in 2004 were implemented by instilling a Moroccan Islamic identity based on the Maliki jurisprudence school, Asyariah theology and Islamic Sufism. In this case, Islamic Sufism has become the main foundation in Moroccan Islam and has become an Islamic discourse that has been intensively promoted. Islamic Sufism is seen as having values of tolerance, peace, and compassion which can be an antidote to the presence of Islamic fundamentalism ideas that disturb the image of Morocco as a tolerant and moderate Islamic state. For this reason, this paper analyzes discourse on the promotion of Islamic Sufism in Moroccan religious reform, seen from the history of Islamic development in Morocco and the construction of a national identity carried out by the state. By using the method of discourse analysis, this paper aims to see how Islamic sufism is introduced by the state through the construction of self and other in its Islamic identity to counteract the discourse of Islamic fundamentalism in Morocco."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fauzi
"Tulisan ini membahas bagiaman peran media massa dalam melakukan perlawanan terhadap terorisme dengan menggunakan analisa framing terhadap media massa lokal Antaranews.com sebagai kantor berita resmi negara. Didasari oleh perkembangan orientasi kelompok-kelompok teroris yang menggunakan media massa sebagai alat untuk mencapai tujuannya yakni menyebarkan rasa takut dan kebutuhan media massa akan berita-berita terorisme yang dianggap memiliki nilai berita tinggi, penulis berusaha membuktikan bahwa media memiliki peran ganda yaitu untuk menghalangi teroris untuk mencapai tujuannya tanpa menghilangkan perannya sebagai penyampai informasi baik pada publik maupun pemangku kepentingan. Dengan menganalisa 4 buah berita dari antaranews.com mengenai bom Kampung Melayu, penulis membuktikan bahwa dengan framing yang tepat dan dipengaruhi oleh agenda-setting dari negara, antaranews.com mampu berperan dalam melakukan perlawanan terhadap terorisme dengan penekanan tertentu dalam setiap berita sekaligus membuktikan pemikiran newsmaking criminology yang berupaya untuk mengutangi harm dari berita dapat dilakukan secara nyata.

This paper discusses the role of mass media in the fight against terrorism by using framing analysis on local media, Antaranews.com as the official state news agency. Based on the development of the orientation of terrorist groups using mass media as a means to achieve their goal of spreading the fear and need of the media for the news of terrorism that is considered to have high news values, the author tries to prove that the media has a dual role that is to deter terrorists for achieveing its goals without losing its role as a transmitter of information to both the public and stakeholders. By analyzing the 4 pieces of news from antaranews.com about Kampung Melayu bombs, the authors prove that with proper framing and influenced by the agenda-setting of the goverment, Antaranews.com can play a role in the fight against terrorism with a certain emphasis in every news as well as proving newsmaking thoughts criminology that seeks to combat harm from the news can be real."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dodik Wirantoko
"ABSTRAK
Penyebaran paham radikal terorisme tidak akan berhenti pada kebijakan pemerintah dan berbagai instansi terkait dalam melakukan tindakan tegas seperti dengan memblokir situs, blog, akun atau bahkan dengan menangkap pemilik situs atau akun tersebut. Pendekatan secara tegas melalui jalur hukum sangat penting, namun disamping itu sangat diperlukannya upaya integratif dengan megkolaborasi pendekatan lunak yaitu upaya kontra narasi yang dilakukan oleh BNPT sehingga dapat menyentuh pada hulu persoalan. Penelitian ini berupaya menganalisis kontra narasi oleh BNPT dengan menggunakan teori kontra narasi oleh Sarah Zeiger 2016 dalam mencegah penyebaran paham terorisme melalui media online dengan metode deskriptif kualitatif seperti studi literatur dan wawancara mendalam dengan sejumlah narasumber di BNPT maupun narasumber ahli. Hasil penelitian menemukan bahwa monitoring melalui media online perlu dilakukan setiap saat sebagai upaya proses deteksi dini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang akurat terhadap potensi penyebaran paham terorisme yang sebagian besar mengatas namakan ideologi dan agama. Strategi kontra narasi dilakukan melalui dua pendekatan baik secara online melalui situs BNPT dan secara offline dilakukan pertemuan langsung dengan audiens melalui kegiatan sosialisasi, workshop dan pelatihan. Selanjutnya perlunya keterlibatan seluruh komponen masyarakat khususnya audiens sebagai komunitas media. Strategi kontra narasi terhadap audiens dalam merespon potensi ancaman radikal terorisme melalui situs BNPT, memiliki jumlah yang relatif masih kecil bila dihadapkan dengan jumlah pengguna internet saat ini. Namun dengan adanya penguatan wawasan kebangsaan, kebhinekaan dan kecintaaan terhadap NKRI melalui kontra narasi dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap Ketahanan Nasional.

ABSTRACT
The spread of radicalism of terrorism will not stop at government policies and various agencies involved in taking decisive action such as by blocking sites, blogs, accounts or even by capturing the site owner or the account. The unequivocal approach through legal channels is very important, but besides that it is very necessary integrative efforts with megkolaborasi soft approach that is counter narrative efforts conducted by BNPT so that it can touch on the upstream of the problem. This research attempts to analyze counter narrative by BNPT by using counter narrative theory by Sarah Zeiger 2016 in preventing the spread of terrorism through online media with qualitative descriptive method such as literature study and in depth interview with a number of resource persons in BNPT and expert source. The results of the study found that monitoring through online media needs to be done at any time as an early detection process aims to obtain accurate information on the potential spread of terrorism that mostly in the name of ideology and religion. The counter narrative strategy is carried out through two approaches both online through the BNPT website and offline to a live meeting with the audience through socialization, workshop and training. Furthermore, the need for the involvement of all components of society, especially the audience as a media community. The counter narrative strategy of the audience in responding to the potential threat of radical terrorism through the BNPT site, has a relatively small amount when faced with the current number of internet users. However, with the strengthening of national insight, diversity and love of the Republic of Indonesia through counter narrative can contribute greatly to the National Resilience."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roni Satria
"ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji media mainstream Amerika dalam pemberitaan isu
terorisme pasca 9/11 sampai dikeluarkannya Global War on Terror. Melalui
analisis konten koran the New York Times, penelitian ini menekankan pada
framing diskursus dalam pemberitaan untuk menunjukkan pengaruh media dalam
proses pengambilan keputusan. Penulis berpendapat bahwa pemberitaan the New
York Times telah mempengaruhi pembuat kebijakan untuk memformulasi strategi
melawan terorisme termasuk menggalang dukungan publik. Penelitian ini
menunjukkan signifikansi peran media di mana media menjadi satu dari banyak
faktor yang mempengaruhi kebijakan luar negeri.

Abstract
This study assessed the U.S. mainstream media in covering terrorism issues post-
9/11 until the establishment of Global War on Terror. Using content analysis
towards the New York Times newspaper, this study emphasized on the framing of
the discourse to demonstrate the influence of the media towards decision-making
process. The author argues that the coverage of the New York Times has impacted
policy-makers to formulate a strategy against terrorism as well as to gain support
from public. This study poses on the significance of the role of which the media is
but one factor of many that can influence foreign policy."
2012
T30491
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Meutia Irina Mukhlis
"ABSTRAK
Tesis ini memberikan penjelasan dan pemahaman mengenai bagaimana peran media massa dewasa ini dalam kaitannya dengan politik kekuasaan dan hubungan antar negara. Lebih spesifik lagi penelitian ini menyoroti praktik penggunaan gray propaganda melalui media massa. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif dengan paradigma kritis. Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis Norman Fairclough sebagai metode penelitiannya. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa film Innocence of Muslims yang menghebohkan dunia pada bulan September 2012 termasuk dalam kategori gray propaganda karena memuat berbagai penghinaan dan kebohongan tentang Islam. Penggabungan antara elemen propaganda abu-abu dan banyaknya inkonsistensi yang ditemukan kemudian membangkitkan nuansa politis yang melatarbelakangi pembuatan film tersebut. Kesimpulan dari penelitian ini adalah unsur propaganda dalam film Innocence of Muslims adalah suatu kesengajaan yang telah direncanakan secara matang oleh pihak-pihak tertentu

ABSTRACT
The objective of this research is to explain media use in the 21st century with regards to power politics and international relations. To be specific, the research casts a light on how gray propaganda campaign is being carried through the mass media. This qualitative research uses a critical paradigm. It also employs Norman Fairclough’s critical discourse analysis as its main research strategy. The research shows that the Innocence of Muslims film that created a wave of demonstrations in the Islamic world in September 2012 is part of a gray propaganda campaign to deceive a target. The gray propaganda elements and various inconsistencies found also undoubtedly contributed to a rise in suspicion of the political motive behind the film’s production and release. The research concludes that the propagandic nature of the Innocence of Muslims film was intentional and had been well prepared by an unknown actor."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>