Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195785 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wilsa Dieastuty Salim
"
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana gambaran aspirasi
akademik remaja putri untuk melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Menengah
Kejuruan (STM). Penelitian dilakukan pada sejumlah siswi SLTP di kabupaten
Maluku Utara dan Halmahera Tengah, propinsi Maluku. Peneiitian ini juga bertujuan
mengetahui siapa yang mempengaruhi mereka dalam pemilihan sekolah Ianjutan
atas dan adakah hubungan antara aspirasi akademik untuk melanjutkan pendidikan
dengan sifat-sifat positif dan negatif yang ada dalam diri remaja.
Pemilihan pokok permasalahan, dilandasi oleh kenyataan bahwa umumnya siswi
SLTP kurang banyak yang berminat untuk melanjutkan pendidikannya ke STM. Hal
ini disebabkan ada anggapan di dalam masyarakat bahwa STM adalah sekolah
khusus pria. Di samping itu, ada juga anggapan bahwa wanita tidak perlu
berpendidikan iinggi, tugas wanita adalah mengurus rumah tangga. Akibatnya,
banyak wanita yang kemudian tidak berpendidikan tinggi. Padahal di Indonesia,
wanita diharapkan banyak berperan daiam pembangunan negara. Hambatan
utamanya adalah karena wanita sendiri masih banyak yang berpendidikan rendah,
kurang memiliki ketrampilan, di samping sistem kemasyarakatan daerah yang tidak
menonjolkan peran wanita. Hal tersebut membuat para wanita terjerumus untuk
bekerja di sektor-sektor informal yang sifatnya memang mudah dimasuki dan tidak
beraturan sehingga dapat menampung sejumlah besar tenaga kerja yang tidak
memiliki ketrampilan dan cendemng berpendidikan rendah, misalnya menjadi
pembantu rumah tangga.
Di saat banyak Tenaga Kerja Wanita (TKW) diekspor ke luar negeri yang sebagian
besar untuk menjadi pembantu rumah tangga, timbul masalah lain yaitu, kurang
terjaminnya keselamatan para TKW selama mereka bekerja di Iuar negeri. Untuk
itu, pemerintah Indonesia kemudian mengambil keputusan dengan melakukan pemulangan TKW ke tanah air secara besar-besaran. Dengan demikian berarti
jumlah pengangguran di negara Indonesia semakin banyak. Belum termasuk
jumlah pengangguran akibat PHK sebagai imbas dari krisis ekonomi yang sedang
dialami bangsa, kemudian penganggur yang berasal dari angkatan kerja baru, dan
pekerja yang belum mendapal kesempatan kerja di tahun sebelumnya.
Berdasarkan alasan di atas dan melihat pada kelebihan-kelebihan SMK (STM)
dalam membekali lulusannya dengan ketrampilan-ketrampilan khusus dan
didukung oleh maraknya upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas SMK,
maka peneliti tertarik unluk mengangkat hal tersebut sebagai topik penelitian.
Selain itu, peneliti juga mempertimbangkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh
kaum wanita dalam bekerja. Upaya pemenntah tadi dilakukan dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan menaga pelaksana di chmia induslri sebagai tenaga terampil
yang siap menerima instruksi untuk melakukan pekerjaan secara Iangsung.
Dengan teknik incidental sampling, subyek sebanyak 87 orang siswi kelas 3 (tiga)
dan SLTP Negen 1 Ternate dan Tidore dilibatkan sebagai sampel peneIitian. Usia
subyek berkisar antara 13-16 tahun.
Dalam menggali aspirasi akademik subyek dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya digunakan kuesioner aspirasi. Sedangkan untuk mengetahui
tinggi rendahnya sifat-sifat positif dan negatif dalam diri subyek digunakan skala
Bem's Sex Role Inventory (BSRI).
Pada pengolahan data skala BSRI dilakukan analisa faktor (analisa 2 faktor). Hasil
analisa 2 faktor itu kemudian disebut sebagai sifat-sifat positif, yaitu sifat-sifat yang
mendukung dan sifat-sifat negatif, yaitu sifat-sifat yang tidak mendukung subyek
dalam mencapai keberhasilan di masa yang akan datang (dalam hal ini, untuk
melanjulkan pendidikan ke SLTA atau STM). Metode analisa data yang Iain
digunakan persentase, sedang untuk mengetahui bagaimana hubungan antara
beberapa variabel digunakan tabulasi silang dengan rumus Chi-Square. Pada
penelitian ini, dilakukan uji validitas dan reliabililas alat tes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah siswi SLTP yang mau melanjutkan
pendidikan ke SMU lebih banyak dari yang mau melanjutkan ke STM. Dan yang
mempengaruhi aspirasi akademik subyek untuk melanjulkan pendidikan ke SLTA
(baik SMU maupun SMK) adalah diri subyek sendiri, yaitu variabel sifat-sifat positif
dan sifat-sifat negatif yang ada di dalam diri subyek. Sedangkan salah satu faktor
yang mempengaruhi aspirasi akademik dari luar diri subyek adalah pengaruh pihak
keluarga. Dari penelitian ini diketahui bahwa Bapak adalah orang yang Iebih
mempengaruhi subyek di dalam keluarga selain anggota keluarga yang lain.
Secara keseluruhan gambaran aspirasi akademik subyek untuk melanjutkan
pendidikan adalah sedang, tinggi, kemudian rendah.
Hasil utama penelitian ini yaitu ada hubungan antara tinggi rendahnya aspirasi
akademik untuk melanjutkan pendidikan ke STM dengan tinggi rendahnya Sifat-sifat Negatif di dalam diri remaja putri Ternate dan Tidore. Kemudian hasil lain yang
diperoleh dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara tinggi rendahnya
aspirasi akademik untuk melanjutkan pendidikan ke STM dengan tinggi rendahnya
Sifat-sifat Positif di dalam diri remaja putri Ternate dan Tidore.
Hasil penelitian ini mungkin dapat bermanfaat bagi pihak sekolah (SLTP),
khususnya pihak pengajar dalam mengarahkan murid-murid yang akan
melanjutkan pendidikan ke SLTA. Dengan demikian mereka dapat mempersiapkan
diri sejak dini dalam memilih SMK atau SMU dengan mempertimbangkan keadaan
dirinya (baik internal maupun eksternal). Selain ilu, hasil penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat pula bagi siswi SLTP untuk mempertimbangkan SMK (STM)
sebagai pilihan mereka mengingat tenaga mereka cukup dibutuhkan dalam
pembangunan khususnya dalam sektor industri.
Saran yang dapat diberikan melalui penelitian ini adalah agar masyarakat
hendaknya mengubah pandangan mereka bahwa STM adalah sekolah yang lebih
pantas untuk pria sehingga para siswi tidak ragu Iagi untuk melanjutkan
pendidikannya ke STM. Dengan demikian mereka diharapkan dapat menjadi
tenaga kerja terampil yang siap pakai dan bermanfaat bagi pembangunan
khususnya di sektor industri.
"
1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martha Jaya
"ABSTRAK
Dalam era globalisasi sekarang ini, selain ada hasil nyata kemajuan jaman,
ada pula dampak-dampak lain. Salah satu dampak yang cukup penting untuk diteliti
secara khusus adalah mengenai peran dan status wanita.
Dalam masa globalisasi ini seluruh umat manusia dituntut umtuk dapat
memperlengkapi dirinya untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
Bangsa Indonesia juga dituntut menjadi sumber daya manusia yang baik. Apalagi
dalam negara Indonesia yang sedang menuju era tinggal landas, perempuan dan laki-
laki merupakan aset pembangunan yang perlu mengembangkan potensi yang dimiliki
secala optimal. Namun tantangan globalisasi nampaknya lebih berat dirasakan oleh
wanita daripada oleh pria. Hal ini disebabkan karena wanita masih serba ketinggalan
dalam bidang pendidikan dan teknologi. Tantangan globalisasi dirasakan berat bagi
wanita karena wanita tidak dipersiapkan untuk berpartisipasi dalam berbagai
kegiatan. Wanita tidak terbiasa untuk bertindak dan berpikir mandiri.
Salah satu upaya yang ditempuh untuk meningkatkan sumber daya wanita
adalah dengan pendidikan. Pendidikan memberikan kesempatan buat wanita untuk
mengecap pendidikan lebih tinggi dan kemudian bekerja. Namun justeru nampaknya
wanita dengan pendidikan tinggi lebih banyak memiliki konflik daripada wanita lain.
Konflik yang ada adalah antara keinginan untuk mengembangkan diri melalui
ketrampilan dan pendidikan yang diperoleh di perguruan tinggi dengan keinginan
untuk mengabdikan diri dalam keluarga. Konflik yang dirasakan membuat wanita
harus pandai membagi aspirasinya.
Isi aspirasi perempuan muda yang masih menyelesaikan kuliah di perguruan
tinggi bermacam-macam. Namun jika dilihat dari bidang kehidupan yang dekat
dengan kehidupan perempuan muda, maka isi aspirasi perempuan muda dapat dilihat
dalam lima bidang. Kelima bidang itu adalah aspirasi karir, pendidikan, keluarga
sosial, pribadi. Peneliti ingin melihat aspirasi dalam bidang apa yang paling banyak
ingin dicapai oleh perempuan muda, dalam hal ini mahasiswi Fakultas Psikologi UI.
Berdasarkan semua hal yang telah diuraikan diatas, maka masalah umum
yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah aspirasi apa yang paling ingin dicapai
oleh mahasiswi fakultas Psikologi Universitas lndonesia?. Manfaat dari penelitian ini
adalah untuk memberikan masukan informasi dalam memahami masalah-masalah
perempuan muda sehingga dapat digunakan untuk keperluan konseling. Khususnya bagi fakultas Psikologi hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi
pemimpin akademik dalam memberikan pengarahan kepada mahasiswa yang
dibimbingnya. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-
masukan baru tentang aspirasi.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang aspirasi,
tentang dewasa muda, tentang mahasiswa dan tentang pembentukan aspirasi pada
wanita. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswi fakultas
Psikologi UI , berusia 18-25 tahun. Jumlah subyek yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 100 orang. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah
metode purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang
disusuan sendiri oleh peneliti dalam bentuk force choice. Pengolahan data dilakukan
dengan menggunakan perhitungan frekuensi, persentase, ranking, rimus chi-square
dan teknik Cronbach Alpha untuk menghitung reliabilitas dan validitas alat.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan aspirasi pendidikan merupakan
aspirasi yang paling banyak ingin dicapai oleh mahasiswi fakultas Psikologi UI. Di
samping itu ditemukan hasil lain yang memperlihatkan perbedaan yang signifikan
dalam aspirasi keiuarga dan aspirasi pribadi berdasarkan kelompok suku bangsa,
dalam aspirasi pribadi berdasarkan urutan kelahiran dalam keluarga, dalam aspirasi
sosial dan aspirasi pribadi berdasarkan latar belakang pendidikan ibu. Selain itu
ditemukan dalam bidang karir aspirasi yang paling banyak ingin dicapai adalah
aspirasi untuk bekerja, mencapai jenjang karir yang tinggi dan aspirasi untuk
mendapat promosi jabatan. Dalam aspirasi pendidikan aspirasi yang paling banyak
ingin dicapai adalah aspirasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi dan mendapat kesempatan belajar ke luar negeri. Dalam aspirasi keluarga
aspirasi yang paling banyak ingin dicapai adalah aspirasi untuk segera menikah dan
membentuk keluarga dan aspirasi untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Dalam aspirasi sosial aspirasi yang palin banyak ingin dicapai adalah aspirasi untuk
aktif dalam organisasi masyarakat dan aspirasi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat kecil. Dalam aspirasi pribadi aspirasi yang paling banyak ingin dicapai
adalah aspirasi untuk memiliki usaha pribadi dan aspirasi untuk mengembangkan
hobby sampai mencapai prestasi tertentu.
Saran yang hendak diberikan peneliti bagi penelitian selanjutnya adalah agar
menggunakan sampel yang lebih representatif yaitu dengan menggunakan sampel
dari seluruh fakultas dan jurusan, disarankan juga menggunakan alat lain yang dapat
mengukur dimensi lain dari aspirasi seperti dimensi tingkat aspirasi dan dimensi
intensitas aspirasi. Selain itu disarankan juga untuk melakukan penelitian yang dapat
memperlihatkan pengaruh faktor-faktor internal dan eksternal terhadap aspirasi,
penelitian yang dapat memperlihatkan konflik yang ada antara kelima bidang
aspirasi, dan penelitian tentang hambatan-hambatan yang dihadapi dalam mencapai
aspirasi."
1997
S2538
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitepu, Monika Iyana
"Agar siswa dapat mencapai potensi maksimalnya, proses pembelajaran harus berpusat pada anak didik. Pembelajaran yang berpusat pada anak didik berarti pendidikan yang memperhatikan keseluruhan dari aspek anak didik, yang berarti aspek kognitif, fisik, sosial, dan emosional, dan memperhatikan perbedaan individu anak didiknya.
Pembelajaran inteligensi majemuk merupakan salah satu bentuk upaya pembelajaran yang berpusat pada anak didik. Gardner (1983) berpendapat bahwa setiap manusia memiliki delapan kecerdasan dasar yang saling berinteraksi dalam kadar yang berbeda-beda pada setiap manusia. Teori ini kemudian memberikan pemahaman bahwa dikarenakan setiap manusia memiliki aspek inteligensi yang berbeda-beda maka setiap individu tentunya mempunyai cara beiajar yang berbeda. Kedelapan .inteligensi yang diajukan oleh Gardner tersebut adalah inteligensi linguistik-verbal, inteligensi logis-matematis, inteligensi spasial-visual, inteligensi ritmik-musik, inteligensi kinestetik, inteligensi interpersonal, inteligensi intrapersonal, dan inteligensi naturalis.
Pada penelitian ini, kedelapan inteligensi tersebut dilihat dalam bentuk profil. Profil yang dimaksud adalah gambaran umum dari inteligensi majemuk siswa yang diperoleh melalui instrumen panel itian yang bernama NIICY (Multiple Intelligences Checklist for Youngsters (grades 2-4)). A]at ukur yang digunakan pada penelitian ini berupa self-report dengan gaya Likert skala 4 yang terdiri dari delapan kategori inteligensi majemuk.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat sumbangan dari inteligensi majemuk pada pencapaian akademik siswa kelas 2-3 sekolah dasar High/Scope Indonesia dalam pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika. Penelitian ini merupakan kajian lapangan dengan desain non-eksperimental.
Responden penelitian ini adalah siswa kelas 2-3 sekolah dasar yang berada pada tahapan operasional kongkret (N= 78).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inteligensi linguistik-verbal menyumbang secara positif dan signifikan kepada pencapaian akademik pada pelajaran Bahasa Indonesia sebesar 7,3% (Ian pada pelajaran Matematika sebesar 7.6%. Hal ini menwijukkan bahwa siswa kelas 2-3 sekolah dasar High/Scope® Indonesia - TB. Simatupang menggunakan inteligensi linguistik-verbalnya untuk menyelesaikan permasalahanpermasalahan dalam pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika. PeneIitian ini belum dapat membuktikan bahwa kedelapan inteligensi bekerja secara bersama-sama dalam mempelajari Bahasa Indonesia dan Matematika.
Saran yang diajukan untuk penelitian lebih lanjut adalah: (1) menggunakan metode wawancara dan observasi untuk mendapatkan profil inteligensi majemuk secara lebih komprehensif, (2) menggunakan pendekatan kualitatif karena sifat inteligensi majemuk yang unik dan individual (3) meningkatkan .reliabilitas alat ukur MICY dengan cara menambah item, memperbaiki susunan kalimat dan pilihan kata."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T17983
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. M. Heru Basuki
"ABSTRAK
Latar belakang penelitian disertasi ini adalah banyaknya keluhan masyarakat tentang rendahnya mutu pendidikan di Indonesia termasuk lulusan SMU. Keluhan tersebut sesuai dengan hasil penelitian Programme for lnternartional Student Assesment (PISA), yang menunjukkan prestasi siswa Indonesia rata-rata berada pada peringkat bawah. Sebenarnya pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu lulusan secara terus menerus dengan berbagai cara, namun tampaknya belum memberi hasil yang memuaskan.
Praksis pendidikan di Indonesia dalam tiga dasa warsa terakhir ini ternyata lebih berorientasi pada paradigma yang menyatakan peserta didik perlu dibekali dengan pengetahuan yang sebanyak-banyaknya. Praksis pendidikan yang demikian tidak kontekstual sehingga tidak menarik bagi siswa atau tidak sesuai kebutuhan siswa sehingga tidak bermakna bagi siswa. Kondisi ini diperparah adanya tradisi sekolah untuk meluluskan siswa 100%, dampaknya siswa tidak memiliki motivasi belajar yang tinggi, karena tanpa belajarpun mereka akan lulus. Kondisi Iain menunjukkan adanya kecenderungan sekolah, terutama tingkat SMU, berusaha agar lulusannya lolos saringan ujian masuk perguruan tinggi negeri (PTN). Kecenderungan ini menyebabkan banyak guru yang memberikan latihan menjawab soal-soal ujian sebanyak mungkin. Dampak yang sangat mendasar dari praksis pendidikan seperti ini adalah rendahnya mutu lulusan.
Akibat lain adalah lulusan SMU belum memiliki kemandirian dalam belajar atau self-regulated learning.
Dipilihnya belajar yang bermakna sebagai fokus penelitian disertasi ini berdasarkan pemikiran yang mengacu pandangan ?constructivism? yang menyatakan siswa menginterpretasikan stimulus berdasarkan pengetahuan yang telah mereka miliki dan membangun pengertian secara masuk akal. Belajar yang demikian disebut belajar yang berrnakna (Ausubel, 1978 dalam Entwistle, 1987: 135).
Apabila pembelajaran bersifat kontekstual menyebabkan proses belajar sesuai kebutuhan siswa, sehingga menjadi bermakna bagi siswa dan menyebabkan terjadi kinerja puncak (peak performance) (Clark, 1988; 27 dan Franken 2002: 115).
Dampaknya seluruh aspek mental siswa dapat diberdayakan secara optimal, berarti kemampuan berpikir kreatif dapat diberdayakan pula. Dengan teraktualisasikannya kemampuan berpikir kreatif, siswa akan mampu menghasilkan ide-ide baru dan berbagai alternatif strategi belajar.
Ini diperlukan untuk menentukan strategi belajar yang tepat, atau memperbaiki penggunaan strategi yang kurang tepat saat siswa menggunakan self-regulated learning (SRL). Ini berarti, apabila kreativitas dapat diberdayakan, maka SRLpun dapat diaktualisasikan (Brown, Branford, Campione & Ferrara, 1983; Como, 1986; Zimmerman, Pons, 1986, 1988 dalam Pintrich & de Groot, 1990: 33).
Dari konsepsi teoritis tersebut disusun suatu model kontribusi belajar yang bermakna pada kreativitas, SRL dan prestasi akademik siswa Sekolah Menengah Umum Negeri di Jakarta. Model ini disebut model utama. Bahwa kreativitas teraktualisasikan mungkin tidak hanya karena dukungan dari belajar yang bermakna. Untuk itu disusun model altematif dimana kreativitas tidak merupakan variabel laten endogen yang diberdayakan oleh belajar yang bermakna, tetapi merupakan variabel laten eksogen sejajar dengan variabe! belajar yang bermakna.
Untuk mendapatkan model yang memilikj goodness ofjil atau sesuai dengan data mal-ca dilakulcan suatu penelitian ex-posgfacto di SMU Negeri Jakarta peringkat Atas, Menengah dan Bawah, masing-masing dua kelas. Jumlah sampel 485 siswa kelas II.
Pemilihan siswa kelas II dilakukan berdasar purposive sampling, sedang pemilihan kelas sebagai sampel berdasar teknik cluster random sampling. Setelah dilakukan pengujian persamaan stmktural dengan Program LISREL ternyata model yang sesuai dengan data adalah model utama, sedang model altematif tidak sesuai dengan data.
Dari pengujian model tersebut dihasilkan temuan penelitian yang sangat penting yaitu kreativitas hanya dapat diberdayakan apabila didukung oleh belajar yang bermakna.
Setelah dilakukan pengujian ulang temyata model utama tersebut dapat diterapkan untuk model SMU Negeri peringkat Atas, Menengah dan Bawah, dan dapat pula diterapkan untuk model bidang studi matematika, fisika, biologi, bahasa Inggris, ekonomi & akutansi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model utama berlaku umum. Ini berani pula bahwa belajar yang bermakna, kreativitas dan SRL sangat penting dalam pembelajaran dalam rangka meningkatkan prestasi akademik maupun mutu pendidikan.

Abstract
The background of the research is the complaints from the stakeholders concerning the low quality of the education in Indonesia including that of graduates of senior high schools. Based on the result of the research from ?Programme for International Student Assessment (PISA), it is stated that the average of the students 'achievement in Indonesia is low. As a matter of fact, various programmes have been implemented by the government to improve the quality of school graduates. However, the programmes implemented, seemingly, do not work yet.
In the last three decades, the paradigm underlining the educational practice in Indonesia is that learners should be equipped with the knowledge as much as posible, resulting in uncontextual and unattractive learning. Besides, such learning does not fulfill the learners ' needs, as this is not meaningful to them. This condition seems getting worse and worse because of the school tradition to have 100% students' passing final examinations. The tradition causes the learners not to have motivation to study hard for they know that they get a guarantee to graduate from school. Another condition shows that there is a tendency of schools, especially senior high schools to make their students successjitl in Higher Education Entrance Test (UMPTN). To achieve this goal, teachers drill their students with a lot of exercises. Such practice in the education will produce the unqualnied graduates having no sense of autonomous learning or self-regulated learning.
The meaningful learning is chosen to be the focus of the research for this dissertation. This is based on the concept of "constructivisrn " which states that students will interpret the stimulus based on the knowledge they possesed and constructed definitions rationally. Such learning is refered to meaningful learning (Ausubel, 1978 in Entwistle, 1987:135).
The contextualized learning process will cater to the .students 'neeals, so that it would be meaningjitl to the students and result in peak performance (( Tiark, /988: 27 and Franken 2002: 115). The impact of contextual learning causes the whole aspects of students 'mental to be optimally empowered This means that creative thinking is optimized as well. Actualizing the creative thinking of the students will result in the new ideas and various alternative strategies of learning. This is necessary to determine an appropriate strategy of learning or to replace the strategy which is inappropriate to the students using self-regulated learning (SRL). Consequently, the empowerment of creativity may result in the actualization ofSRL (Brown, Branforf, Campione & Ferrara; Corno, 1986; Zimmerman, Pons, 1986, 1988 in Pintrich & de Groot, 1990; 33).
Based on the theoretical concepts above, two contribution models of learning are constructed The first model is meaningful learning contribute to creativity, SRL and academic achievements of the State Senior High Students in Jakarta. This model is called major model. An alternative model is set up creativity not as an endogen latent variable, but as an exogen latent variable which is in the same position as meaning;6il learning variable.
Data collected from high-rank, middle-rank, low-rank State Senior High School (SMUN) in Jakarta. The number of samples are 485 students from second grade. Cluster random sampling is used to determine the second grade students as the samples. After conducting a test of structural equation using LISREL, it is found that the model appropriate to the data is the major model. The alternative model is not appropriate to the data.
From the result of testing the model, a very important finding is obtained. lt is revealed that creativity will be empowered if it is supported by meaningful learning.
After re-testing the model, it is found that the major model can be applied to high-rank, middle-rank and low-rank State Senior High School (SMUN). This model can also be implemented for mathematics, physics, biology, English, economics and accounting.
From the results of the research, it can be concluded that the major model can be implemented for any subjects. In sum, meaninghil learning, creativity and SRL are very signyicant in improving the academic achievements and the quality of the education."
2004
D2030
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugroho
"Penelitian ini dimaksudkan untuk menemukan model peningkatan self regulated Iearning siswa di sekolah favorit. Penelitian ini dilakukan di sekolah-sekolah favorit di kota Semarang dengan pertimbangan bahwa sejumlah atribut variabel yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini lebih mudah diperoleh ketimbang di sekolah-sekolah umum. Sekolah favorit menjadi sentrum perhatian dalam penelitian ini mengingat bahwa meskipun jumlahnya kecil sedikit namun dalam kenyataanya sekolah favorit memiliki pengaruh yang besar terhadap sekolah-sekolah lain khususnya dalam hal praktek pembelajaran.
Meskipun keberadaannya banyak mengundang kontroversi namun apa yang dilakukan sekolah favorit sering ditiru oleh sekolah Iain. Kehadiran sekolah favorit menjadi trends setter bagi sekolah lain karena kenyataannya sekolah-sekolah favorit memberikan kontribusi yang besar terhadap usaha pengembangan sumber daya mansula. Siswa-slswa yang berada dl sekolah favorit umumnya siswa yang berbakat yang dapat dipahami sebagai anugerah Tuhan dan anugerah alam (Semiawan, 2000) dan jika mendapatkan layanan pendidikan yang bagus maka mereka bisa disebut anugerah dari pengasuhan.
Pertanyaan dasar penenltiian ini adalah: a. Bagaimanakah model hubungan struktural antar variabel penelitian yang tepat yang bisa mendeskripsikan peningkatan self regulated learning siswa; b. Seberapa besar sumbangan masing-masing variabel eksogen terhadap variabel endogen ? Dengan menggunakan teknik analisis statistik LISREL saya melakukan pengujian terhadap model hubungan struktural antar variabel sekaligus menguji sembilan hipotesis yang diajukan sesuai konstruk terotitik yang disusun.
Hasil analisis data menggunakan LISREL menunjukkan bahwa diantara variabel penelitian yang dikaji mebuktikan bahwa model pembelajaran konstruktivistik yang dihayati siswa dan kemampuan berpikir kreatif merupakan variabel yang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap terbentuknya self regulated Iearning siswa. Hal ini berarti untuk sampel penelitian siswa di sekolah favorit bentuk hubungan struktural antar variabel yang signifikan positif adalah model pembelajaran konstruktivisme dan kemampuan berpikir kreatif yang mampu meningkatkan self regulated Iearning siswa.
Temuan ini menunjukkan bahwa ternyata kekuatan utama yang dimiliki oleh sekolah favorit (SMA) adalah kemampuannnya dalam meningkatkan self regulated Iearning melalui proses pembelajaran yang bersifat konstruktivlstik dan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Kontribusi yang esensial dari temuan penelitian ini untuk dunia pendidikan dan pengembangan sumberdaya manusia adalah bagaimana seharusnya pendidikan membentuk individu-individu yang memiliki karakteristik mampu mengelola diri sendiri dalam belajar (self regulated learning) yang akhirnya mampu menjadi pribadi yang otonom dan authentic sehingga mampu mengembangkan potensi keberbakatan yang dimiliki. lndividu yang memiliki self regulated learning tinggi akan dapat membebaskan diri dari sikap benci dan permusuhan serta terbebas dari kecenderungan suka menyalahkan orang lain.
Berdasarkan temuan penelitian ini, dapat diajukan rekomendasi sebagai berikut: 1) sangat penting untuk bisa mengembangkan desain proses pembelajaran khususnya yang bersifat konstruktivistik dan kaya rangsang emosional sehinga mampu menumbuhkan self regulated learning siswa. 2) sangat penting untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dalam diri siswa melalui desain pembelajaran konstruktivism sebagai usaha untuk meningkatkan Self regulated learning siswa. 3). Diperlukan penelitian lanjutan untuk menguji seberapa kuat model yang ditemukan dalam penelitian ini dengan melibatkan sampel yang lebih luas bukan hanya di SMA favorit saja. 4). Diperlukan orientasi ideologi baru dalam praksis pendidikan dengan maksud untuk membangun karakter individu yang bercirikan self regulated Ieamlng ketimbang pemerolehan pengetahuan siap pakai secara instan.

This study was aimed at inventing a proposed model to enhance students' self-regulated learning at favorite schools. The study was conducted at favorite schools with respect to the fact that the number of attributes to be studied was more abundant and easily available than those in common schools. Favorite schools have challenging magnitude to explore in spite of the fact that they are small in number, however, their influence is very dominant in addressing determinant changes of teaming practices.
Although they have called for controversies, they have been much imitated by other schools. Their presence has been a trend setter for changes at other public schools; what is more, their contribution to human resources development is factual. At such schools, the students, regarded as a giit of God or gifi of nature (Semiawan, 200), and when given excellent education, deserve the label ofa gin of nurture.
The fundamental questions of the study are: a) what is the model of the structured relationship among appropriate and significant variables under study like? b) how big is the contribution of each exogenous variables to the endogenous ones' By applying the statistical analysis technique of LISREL, I conducted a test on the structural equation model of interrelated variables by way of examining nine proposed hypotheses compatible with the proposed theoretical construct.
The result of the data analysis based on LISREL technique proves that the really significant predicted contribution to the variety of self-regulated Ieaming is the constructivism leaming as perceived by the students besides their creative thinking competency. It means that for the sampled students of favorite schools, the form of the appropriate structural equation is the leaming processes which are perceived by students as the eonstructivism leaming and creative thinking competency contributive to the self-regulated learning style.
It is, therefore, obvious that one of the strong points possessed by favorite senior public schools is their capacity to enhance students self-regulated learning through the teaming processes perceived as constructivism teaming style and creative thinking competency of the students.
The essential contribution to education for the sake of human resources development is to shape individuals characterized by their highly acquired self-regulated teaming so that they become autonomous and authentic individuals capable to actualize their giiied potentials. Individuals with highly self-regulated learning possess high self-esteem alike so that they are free from hostile attitude and tendency to blame other people.
Based on the research findings, the following recommendations are offered here: 1) it is important to design learning processes, especially the constructivism one due to its rich emotional stimulation so as to generate students' self-regulated leaming. 2) It is important to enhance students? creativity through the constructivism leaming style so as to generate basal development for self-regulated learning. 3) It is necessary to conduct a further study to test the rigor of this discovered model by involving a wider sample size not only from favorite schools. 4) It is necessary to orient the ideological, educational praxis to attempts of individual character building featured with self-regulated learning rather than acquired knowledge ready for instant use.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andini Hasby
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan mindfulness dan perceived school adjustment guru terhadap siswa berkebutuhan khusus di sekolah inklusif. Terdapat dua alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini. Variabel mindfulness diukur menggunakan Mindfulness Attention Awarenes Scale (MAAS; Brown & Ryan, 2003) yang diisi oleh 70 guru. School adjustment dari siswa berkebutuhan khusus diukur menggunakan Short Form Teacher Rating Scale of School Adjustment (SFTRSSA; Betts & Rottenberg, 2007) yang telah diadaptasi oleh Yani (2013), dan diisi oleh guru pada 98 siswa.
Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara mindfulness guru dan perceived school adjustment siswa berkebutuhan khusus (r = -0.009; p < 0.05). Dengan demikian, tingkat mindfulness yang dimiliki oleh guru tidak dapat memprediksi school adjustment siswa berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif.

The purpose of this study was to find out the relationship between teachers` mindfulness and perceived school adjustment of students with special needs in inclusive schools. There were two instruments used in this study. Teachers` mindfulness was measured using the Mindfulness Attention Awareness Scale (MAAS; Brown & Ryan, 2003) completed by 70 teachers. School adjustment of special needs students was measured using the Short Form Teacher Rating Scale of School Adjustment (SFTRSSA; Betts & Rottenberg, 2007) that has been adapted by Yani (2013), and rated by the teachers for 98 students.
Pearson Correlation analysis result showed that there is no significant relationship between teachers` mindfulness teacher and perceived school adjustment of special needs students (r = -0.009; p < 0.05). That means, teacher`s mindfulness couldn`t predict perceived school adjustment of special needs student at inclusive elementary school.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63446
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasli
"Sekolah Tinggi Akuntansi Negara adalah Lembaga Pendidikan Tinggi Kédinasan pada Badan Pendidikan dan Latihan Keuangan, Departemen Keuangan R.I. yang tamatannya mernperoleh gelar Akuntan dan akan bekerja sebagai auditor pada InstansiInstansi Pemerintah serta satu-satunya lembaga pendidikan tinggi jurusan akuntansi yang memberikan mata kuliah Psikologi dalam Pemeriksaan. Pemberian mata kuliah Psikologi dalam Pemeriksaan didasarkan pada besarnya minat pemeriksa pada Satuan Pengawasan Intern BUNN/BUMD yang mengikuti penataran Komunikasi dan Psikologi Pemeriksaan yang diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan Akuntansi - Sekolah Tinggi Akuntansi Negara dengan tujuan agar kelak sebagai auditor, yang bersangkutan dapat menciptakan human relation dengan auditee. Selain itu juga untuk mengurangi kesan buruk diri auditor sebagaimana dikenukakan oleh Elbert Hubbard yang mengemukakan, bahwa tipikal auditor adalah orang yang tidak menyenangkan dan tidak manusiawi, maka kepada calon auditor diberikan pelajaran Psikologi dalam Pemeniksaan.
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang sifatnya tetap dan bukan karena pertumbuhan, obat-obatan maupun penyakit dan kelelahan. Evaluasi terhadap hasil belajar siswa dapat ditinjau dari dua aspek yaitu aspek produk dan aspek proses. Da1am rangka evaluasi aspek produk, berdasarkan alat tes yang dibuat olehnya, dosen memberikan nilai yang dinyatakan sebagai tingkat prestasi yang telah dicapai siswa. Yang, dirnaksud dengan .prestasi belajar dalam penelitian mi adalah nilai akhir mata kuliah Psikologi dalam Pemeriksaan yang .diperoleh dari Seko.Lah Tinggi 'Akuntansi Negara dan nilai akhir adalah nilai rata-rata,tertimbang dari nilai mid semester, aktivitas dan ujian akhir semester.
Nilai mahasiswa untuk mata kuliah Psikologi dalam Pemeiii riksaan cukup beragam, ada yang tinggi dan ada pula yang rendah. Hal itu mungkin disebabkan oleh sikap mahasiswa terhadap mata kuliah Psikologi dalam Pemeriksaan dan juga oleh Konsep Diri mahasiswa yang bersangkutan. Karena itu, penelitian mi selain untuk melihat sikap rnahasiswa Sekolah Tinggi Akuntansi Megara terhadap mata kuliah Psikologi dalarn Pemeriksaan, juga ingin melihat hubungan Konsep Din mahasiswa dan Sikap mahasiswa terhadap mata kuliah Psikologi dalam Pemer.iksaan dengan Prestasi Belàjar mahasiswa untuk mata kuliah yang bersangkutan. Selain nilai mata kuliah Psikologi dalam Pemeniksaan, penulis gunakan juga Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sebagai variabel kontrol.
Dalam penelitian mi Konsep Diri didefinisikan sebagai suatu kumpulan perasaan, persepsi, sikap dan keyakinan seseorang tentang keadaan dirinya pada saat mi dan bukan yang diharapkan atau yang seharusnya yang dibentuk oleh pengalarnannya dan berfungsi sebagai pengarah serta mempengaruhi tingkah lakunya. Sedangkan Sikap terhadap mata kuliah Psikologi dalam Pemeriksaan didefinisikan sebagai kecenderungan untuk berpikir, merasakan dan berpenilaku terhadap mata kuliah Psikologi dalam Pemeriksaan yang dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif.
Berdasarkan penelitian tersebut, disimpulkan bahwa sikap mahasiswa sekolah Tinggi Akuntansi Negara terhadap rnata kuliah Psikologi dalam Pemeriksaan cukup positif dan tidak terdapat hubungan Konsep Diri rnahasiswa dengan Nilai mahasiswa pada mata kuliah Psikologi dalam Pemeriksaan serta ada hubungan sikap mahasiswa terhadap mata kuliah Psikologi dalam Pemriksaan dengan Nilai mahasiswa untuk mata kuliah yang bersangkutan, tetapi sumbangan variansnya hanya 18%. Kecilnya sumbangan varians tensebut, mungkin karena faktor lain yaitu faktor intelegensi, motivasi, lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah. Selain itu disimpulkan juga, bahwa terdapat hubungan antara Konsep Diri mahasiswa, dan Sikap rnahasiswa terhadap mata kuliah Psikologi dalam Perneriksaan dengan Nilai mahasiswa pada mata kuliah Psikologi dalam Pemeriksaan. Dalam penelitian ini juga penulis usulkan lima Saran yang ditujukan kepada Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, dan Peneliti lain untuk masa-masa yang akan datang.
Sebagai acuan dalam penelitian ini, digunakan 51 buah literatur."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
T37871
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ryan Pradipta Surjadi
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara regulasi diri untuk belajar dengan pengambilan keputusan karir pada mahasiswa semester akhir. Pengukuran regulasi diri untuk belajar menggunakan alat ukur Self-regulated Learning Interview Schedule Questionnaire (SRLIS-Q) yang disusun oleh Zimmerman dan Pons (1988) serta diperbaharui oleh Purdie dan Hattie (1996) dan pengukuran pengambilan keputusan karir menggunakan alat ukur Career Decision-Making Difficulties (CDDQ; Gati, Krausz & Osipow, 1996). Partisipan berjumlah 122 mahasiswa Universitas Indonesia yang memiliki karakteristik sebagai mahasiswa semester akhir.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara regulasi diri untuk belajar dengan pengambilan keputusan karir pada mahasiswa (r = 0.345; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Artinya, semakin tinggi regulasi diri untuk belajar yang dimiliki seseorang, maka semakin tinggi kemampuan pengambilan keputusan karir. Berdasarkan hasil tersebut, mahasiswa perlu diberikan intervensi sedini mungkin mengenai regulasi diri untuk belajar, sebagai salah satu faktor yang dapat meningkatkan pengambilan keputusan karir.

This research was conducted to find the correlation between self-regulated learning with career decision-making among college students. Self-regulated learning was measured using an instrument named Self-regulated Learning Interview Schedule Questionnaire (SRLIS-Q) made by Zimmerman and Pons (1988) which later was modified by Purdie and Hattie (1996) other hand career decision-making was measured using a modification instrument named Career Decision-Making Difficulties (CDDQ) which was developed by Gati, Krausz & Osipow (1996). Participants of this research were 122 senior year undergraduate student of Universitas Indonesia.
The main result of this research shows that self- regulated learning positively correlated significantly with career decision-making (r = 0.345; p = 0.000, significant at L.o.S 0.01). Thus this research conclusion is the higher self-regulated learning prossess, means higher capability of their career decision-making. Based on research results, individual needs to intervene student early in the self-regulated learning early in effort of constructing their career decision-making.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46564
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muchlis Riza
"Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Palembang sebagai salah satu lembaga pendidikan keperawatan di Palembang, memiliki peran dan tanggung jawab dalam mengantarkan peserta didiknya menjadi tenaga perawat profesional melalui proses belajar mengajar. Keberhasilan peserta didik dalam proses belajar yang dinyatakan dalam Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) akan menggambarkan kemampuan profesional mereka di bidang keperawatan.
Dalam penelitian awal melalui data sekunder didapatkan 67 % lulusan tahun 2003 memiliki IPK < 2,75. Kesenjangan IPK diantara peserta didik terutama antara peserta didik kelas khusus dengan peserta didik kelas regular. Hal tersebut mendorong peneliti untuk menganalisis faktor psikologis yang berhubungan dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) mahasiswa di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Palembang.
Desain penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah cross sectional, karena peneliti hanya ingin melihat faktor psikologis yang berhubungan dengan IPK, dan tidak bermaksud untuk melihat hubungan sebab akibat. Populasi dan sampel penelitian ini adalah mahasiswa tingkat III (semester VI kelas regular dan semester IV kelas khusus) di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Palembang tahun 2004 sebanyak 110 orang mahasiswa.
Data kuantitatif diperoleh melalui kuesioner yang berisi 7 variabel karakteristik psikologis mahasiswa. Jumlah kuesioner sebanyak 70 butir yang terdiri dari 20 butir variabel motivasi belajar, 10 butir variabel minat pada bidang keperawatan, 5 butir variabel sikap terhadap profesi perawat, 10 butir variabel persepsi terhadap dosen, 5 butir variabel persepsi terhadap mata ajaran, 10 butir variabel persepsi terhadap fasilitas pendidikan, dan 10 butir variabel persepsi terhadap profesi perawat. Pengolahan dan analisis data disajikan dalam bentuk analisis univariat, analisis bivariat, dan analisis multivariat.
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa IPK responden <2,75 masih cukup tinggi, terutama pads kelas regular dengan ciri-cirinya umur muda, belum bekerja, sehingga sangat membutuhkan IPK>2,75 untuk mendapatkan pekeijaan atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada 3 variabel yang memiliki hubungan yang bermakna dengan IPK yaitu : variabel motivasi, variabel jenis kelamin, dan variabel jenis kelas. Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel motivasi merupakan variabel paling dominan dibandingkan variabel lainnya.
Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini terutama pada institusi pendidikan tempat peneliti melakukan penelitian yaitu untuk memperhatikan faktor-faktor yang dapat membangkitkan motivasi belajar peserta didik, antara lain menganjurkan pada staf pengajarnya untuk mendorong semangat belajar dengan sering memberikan kuis setiap selesai pokok bahasan, membahas hasil kuis sebelum dimulai pokok bahasan yang baru. Juga agar dapat menciptakan suasana kondusif bagi peserta didik untuk bersaing secara sehat dalam mengejar prestasi belajar, misalnya berupa pemberian reward atau penghargaan bagi peserta didik yang mendapat prestasi terbaik setiap semester, mendorong dibentuknya kelompok belajar yang efektif berupa sering memberi penugasan terstruktur baik secara individu maupun kelompok pada peserta didik.
Kepustakaan : 34 (1967 - 2002)

Psychological Characteristics Related to Cumulative GPA among Students in the Department of Nursing Palembang Health Polytechnic Year 2004 Department of Nursing, Palembang Health Polytechnic as nursing education institution in Palembang plays important role and is responsible in educating its students to be professional nurse through learning process. The success of students in the learning process is manifested in cumulative Grade Point Average (GPA} that also reflects the professional skill in nursing.
Preliminary study using secondary data showed that 67% graduates of 2003 had GPA < 2.75. There was gap of GPA among those attend special and regular classes. These motivate researcher to analyze further the psychological factors related to GPA among students in the Department of Nursing, Palembang Health Polytechnic.
Design used in the study was a cross sectional one since the researcher intended to examine the association and not causality. Population and sample of this study were 110 Grade 3 students (semester 6 of regular class and semester 4 of special class) in the Department of Nursing, Palembang Health Polytechnic year 2004.
Quantitative data was obtained through questionnaire contained 8 psychological characteristics variables. Questionnaire consisted of 70 items, 20 items of study motivation variable, 10 items of interest in nursing variables, 5 items of attitude toward nurse profession variables, 10 items of perception toward lecturer, 5 items of perception toward study subject variables, 10 items of perception toward education facility, and 10 items of perception toward nurse profession. Data analyses were presented in form of univariate, bivariate, and multivariate analyses.
Result of univariate analysis indicate that < 2,75 responder GPA still be high enough, especially at regular class with its young age characteristics, not yet worked, so that require > 2,75 GPA to get work or continue education to higher level. Analysis result of bivariate show there are 3 variables own a relation with GPA those are : motivation variable, gender variable, and class type variable. An analysis result of multivariate show motivation variable is the most dominant compared to other variable.
Suggestion which can be given from this research result is especially at institution of education where researcher researching which is to pay attention to factors which can awaken education competitor study motivation , for example suggesting instructor staff to keep up the study spirits by oftenly giving quis every time the fundamental study finished, discuss the quis result before starting new fundamental study. Also in order to create conducive atmosphere for educative competitor to compete healthyly in pursuing study achievement, for example in the form of giving reward or appreciation for educative competitor who get best achievement each semester, support the forming of effective study group by oftenly give structured assignation either by individual or educative competitor.
References: 34 (1967-2002)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T 12908
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Adelino
"ABSTRAK
Masa transisi dari SMA ke perguruan tinggi dapat menyebabkan tekanan bagi mahasiswa Gall, Evans, Bellerose, 2000. Karena itu, dibutuhkan adanya proses penyesuaian diri yang dinamakan college adjustment. Tekanan tersebut dapat membuat mahasiswa kesulitan beradaptasi dan dapat menimbulkan efek samping seperti stres atau depresi. Masalah pada college adjustment penting karena berkaitan dengan antara lain masalah akademis dan tingkat putus studi Backhaus, 2009. Self-compassion dapat mengurangi dampak negatif dari tekanan tersebut sehingga memudahkan proses penyesuaian diri Terry, Leary, Mehta, 2013. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara self-compassion dengan college adjustment pada mahasiswa tahun pertama. Pengukuran self-compassion menggunakan adaptasi alat ukur Self-Compassion Scale yang disusun oleh Neff 2003b dan pengukuran college adjustment menggunakan adaptasi alat ukur Student Adaptation to College Questionnaire yang disusun oleh Baker dan Siryk 1984. Partisipan penelitian ini berjumlah 373 mahasiswa tahun pertama Universitas Indonesia. Dengan metode statistik Pearson Product-Moment Correlation, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara self-compassion dan college adjustment pada mahasiswa tahun pertama r = .076, p = .142.

ABSTRACT
The transition period from high school to university may generate pressure towards students Gall, Evans, Bellerose, 2000 . Therefore, a form of adaptation is needed, which is called college adjustment. The pressure may cause students to adapt poorly and may cause side effects such as stress and depression. College adjustment problems are important because they relate with academic problems and drop out rate Backhaus, 2009. Self compassion may act as a buffer towards negative effects from that pressure and made the adaptation process easier Terry, Leary, Mehta, 2013. In this study, Self compassion was measured using an adaptation form of Self Compassion Scale by Neff 2003b, and college adjustment was measured using an adaptation form of Student Adaptation to College Questionnaire by Baker and Siryk 1984. The participants of this study were 373 first year college students of University of Indonesia. Using Pearson Product Moment Correlation method, main results of this study showed self compassion was not significantly related with college adjustment r .076, p .142 on first year college students."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>