Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178308 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fita Sefriana
"Penelitian ini memanfaatkan onggok umbi kayu dan umbi garut sebagai medium perkembangbiakan S. cereviciae untuk produksi β-glukan. Onggok umbi dihidrolisis oleh enzim amiloglukosidase agar menjadi glukosa dan dilanjutkan dengan fermentasi oleh khamir pada medium bernitrogen. Dari penelitian yang dilakukan, konsentrasi glukosa hasil hidrolisis tertinggi untuk onggok singkong didapatkan dengan menambah enzim sebanyak 57,5 mg dengan konversi 95,93% dan untuk onggok garut sebanyak 55 mg enzim amiloglukosidase dengan konversi 64,70%. Produksi S. cereviciae tertinggi didapatkan dengan menambahkan jumlah pepton sebanyak 4,75 g untuk onggok singkong dan onggok garut dengan basis 10 gram onggok. Jumlah optimum sel yang didapat dari medium onggok garut adalah 1,61x 108 koloni di jam ke 48 dan dari medium 8,50 x 107 koloni di jam ke 48 untuk onggok singkong. Untuk analisa beta glukan menggunakan HPLC, jumlah tertinggi beta glukan didapatkan dengan menambahkan pepton sejumlah 3,99 g pada onggok singkong menghasilkan beta glukan sebanyak 1,20 % dan 4,75 g pepton pada onggok garut menghasilkan beta glukan sebanyak 1,23 %. Pellet beta glukan paling tinggi berhasil diekstrak dari medium onggok ubi kayu variasi ketiga sebesar 1,77 g/L (0,18 % b/v); dari medium umbi garut variasi ketiga sebesar 1,91 g/L (0,19% b/v); dari sel mutan dalam medium sebesar 6,56 g/L (0,66% b/v) dan dari sel liar dalam medium YPG sebesar 1,84 g/L (0,18% b/v).

This research utilized Manihot utilissima and Maranta arundinacea waste as a medium of propagation S. cereviciae for the production of β-glucan. The waste was hydrolyzed by the amyloglucosidase enzyme to became a glucose then followed by fermentation in the nitrogenous medium by S.cereviciae. The highest concentration of glucose from hydrolysis was resulted by adding 57.5 mg enzyme for Maranta arundinacea with 95.93% conversion and 50 mg enzyme for Manihot utilissima with 64.70% conversion. For the production of S. cereviciae, the highest amount was obtained by adding 4.75 g peptone to all sample. The optimum number of cells was obtained in an amount of 1.61 x 108 colonies at t = 48 for Maranta arundinacea waste and 8.55 x 107 colonies at t = 48 hours for Manihot utilissima. For beta glucan?s production, the highest number was obtained by using 3.99 g peptone for Manihot utilissima with yield 1.20% and by using 4.75 g of peptone for Maranta arundinacea with yield 1.23%. For beta glucan pellet, the highest number was 1.77 g/L (0.18 % b/v) from Manihot utilisima medium and 1.91 g/L (0.19% b/v) from Maranta arundinacea. Mutant cell in YPG medium produced 6.56 g/L (0.66% b/v) beta glucan pellet and wild cell in YPG medium produced 1.84 g/L (0.18% b/v)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43658
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Nabila
"Onggok merupakan limbah padat industri tapioka dari singkong dan dapat dimanfaatkan menjadi bahan maltodekstrin. Maltodekstrin merupakan senyawa organik yang dihasilkan dari hidrolisis pati dan memiliki ruang lingkup aplikasi luas untuk pangan dan kesehatan. Kandungan pati dalam onggok dimodifikasi melalui proses hidrolisis enzimatik menggunakan enzim ?-amilase dan ?-amilase pada suhu 80oC pada pH 5,5. Hidrolisis enzimatik dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi enzim ?-amilase sebesar 0,1% dan ?-amilase sebesar 0,05%, 0,1%, dan 0,5%. Konsentrasi onggok juga divariasikan menjadi 4%, 7%, 10%, dan 13%. Penggunaan optimum jumlah enzim ?-amilase dan ?-amilase berturut-turut adalah sebesar 0,1% dan 0,1% pada interval waktu 1 menit dengan nilai dextrose equivalent (DE) yang diperoleh sebesar 5,7. Maltodekstrin yang diperoleh dianalisis dengan scanning electron microscopy (SEM) untuk menunjukkan morfologi struktur pati yang telah rusak akibat proses hidrolisis oleh enzim. Simultaneous thermal analysis (STA) menentukan temperatur kristalisasi produk dari suhu 50oC hingga 150oC serta degradasi produk hidrolisis dimulai dari suhu 350oC. Hasil hidrolisis onggok secara enzimatik berupa maltodekstrin dengan DE kisaran 2 hingga 10 memiliki potensi untuk dikembangkan pada industri farmasi sebagai eksipien dalam formula sediaan tablet melalui granulasi basah serta sebagai pengikat tablet dan filler tablet.

Onggok is tapioca industrial solid waste from cassava and can be used to make maltodextrin. Maltodextrin is an organic compound produced from the hydrolysis of starch and has a wide scope of application for food and health. The starch content in cassava was modified through an enzymatic hydrolysis process using ?-amylase and ?-amylase enzymes at 80oC at pH 5.5. Enzymatic hydrolysis was carried out by varying the concentrations of ?-amylase by 0.1% and ?-amylase by 0.05%, 0.1% and 0.5%. The concentration of onggok was also varied to 4%, 7%, 10% and 13%. The optimum use of ?-amylase and ?-amylase enzymes respectively was 0.1% and 0.1% at 1 minute intervals with a dextrose equivalent (DE) value of 5.7. The maltodextrin obtained was analyzed using scanning electron microscopy (SEM) that shows the structural morphology of starch which has been damaged by the hydrolysis process by enzymes. Simultaneous thermal analysis (STA) determines the crystallization temperature of the product from 50oC to 150oC and the degradation of hydrolysis products starts from 350oC. The result of enzymatic hydrolysis of cassava in the form of maltodextrin with a DE below 10 has the potential to be developed in the pharmaceutical industry as an excipient in tablet formulations through wet granulation and as a tablet binder and tablet filler."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laras Ragil Kuncoro Putri
"Lemak menjadi nutrisi yang berperan penting dalam proses metabolisme. Sekitar 60% nutrisi yang dibutuhkan untuk perkembangan otak adalah berupa lemak. Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA) yang terdiri dari omega-3 (linoleate) dan omega-6 (linolenat), merupakan asam lemak esensial yang digunakan untuk menjaga bagian-bagian struktural dari membran sel, serta mempunyai peran penting dalam perkembangan otak. Kapang adalah salah satu mikroorganisme oleaginous yang potensial sebagai sumber alternatif peghasil PUFA. Peneliti akan menggunakan Aspergillus oryzae sebagai mikroorganisme penghasil PUFA. Namun produksi single cell oil (SCO) dari mikroorganisme terhambat pada biaya operasional yang mahal, sehingga perlu adanya pemanfaatan limbah untuk menekan biaya operasional. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan limbah industri yaitu onggok tapioka dan ampas tahu sebagai medium kultivasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan PUFA dalam lipid A. oryzae meningkat seiring peningkatan konsentrasi karbon. Persentase PUFA tertinggi berada pada konsentrasi karbon 6% (w/w), yaitu sebesar 60,8% (w/w). Pada variasi rasio C/N, persentase PUFA dalam lipid A. oryzae relatif menurun seiring dengan peningkatan rasio C/N. Persentase PUFA tertinggi berada pada rasio 30:1, yaitu sebesar 56,1% (w/w).

Fat is nutrients that play an important role in the metabolism process. About 60% of the nutrients needed for brain development is in the form of fat. Polyunsaturated Fatty Acids (PUFAs), which consists of omega-3 (linoleate) and omega-6 (linolenic acid), is an essential fatty acid that is used to maintain the structural parts of the cell membrane, and has an important role in brain development. Fungus is one of oleaginous microorganisms as a potential alternative source of PUFA producer. We will use the Aspergillus oryzae as PUFA-producing microorganisms. However, the production of single cell oil (SCO) of microorganisms is inhibited at high operational cost, thus we need for waste utilization to reduce the operational cost. Therefore, in this study, we used industrial waste, they are production waste of tapioca powder and tofu as cultivation medium. The result showed that the content of PUFAs in lipid A. oryzae increases with the concentration of carbon. The highest percentage of PUFA is at the carbon concentration of 6% (w/w), which amounted to 60.8% (w/w). In variations of C/N ratio, the percentage of PUFAs in lipid A. oryzae relatively decr"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63687
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stephanie Alodia
"Ekstrak kering yeast dapat dihasilkan melalui fermentasi Saccharomyces cerevisiae. Molase merupakan media alternatif yang dapat digunakan untuk fermentasi. Kandungan gula yang tinggi didalamnya dapat mengoptimalkan pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae. Tujuan penelitian ini adalah optimasi produksi esktrak kering yeast menggunakan molase sebagai media fermentasi dan analisis kadar β-glukan dan glukomanan menggunakan Kromatografi Cair Tingkat Tinggi (KCKT) dengan detektor indeks bias dan secara enzimatik. Sumber karbon, nitrogen, dan fosfat dioptimasi pada media molase. Diperoleh hasil optimum sumber karbon pada konsentrasi 14%, sumber nitrogen 0,18 gr urea, dan sumber fosfat 0,054 gr NPK. Analisis pada kromatografi menggunakan kolom C18-Fenil dan kondisi analisis yang optimum, yaitu menggunakan fase gerak asetonitril-DI Water (70:30) dengan laju alir 1,0 mL/menit. Hasil rata-rata kadar β-glukan dan glukomanan pada ekstrak kering yeast masing-masing 34,703% dan 6,466%. dengan KCKT; 43,48% dan 0,96% dengan enzimatik. Untuk standar ekstrak kering yeast rata-rata kadar β-glukan dan glukomanan masing-masing 30,626% dan 29,336% dengan KCKT; 40,53% dan 59,14% dengan enzimatik.

Dry yeast extract can be produced by fermentation of Saccharomyces cerevisiae. Molasses is an alternative media that can be used for the fermentation. High sugar level in molasses can optimize the growth of Saccharomyces cerevisiae. The purpose of this study was optimization of dry yeast extract production using molasses as a fermentation media and the determination of β-glucan and glucomannan levels by High Performance Liquid Chromatography (HPLC), with a refractive index detector, and enzymatic method. The carbon, nitrogen, and phosphate sources are optimized on molasses media. The optimum results obtained from carbon sources at a concentration of 14%, nitrogen sources 0.18 gr urea, and phosphate sources 0.054 gr NPK. Analysis by chromatography using the C18-Phenyl column with the optimum analysis conditions, which was mobile phase using acetonitrile-DI Water (70:30) with a flow rate 1.0 mL/min. The average level of β-glucans and glucomannan on self-produced dried yeast extract were 34.703% and 6.466% by HPLC, 43.48% and 0.96% by enzymatic. On the dried yeast extract standard are 30.662% and 29.336% by HPLC, 40.53%, and 59.14% by enzymatic.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwie Putra Wicaksana
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui kemampuan antimikroba β-glukan dari ragi roti terhadap bakteri Escherichia coli ATCC 25922 dan Bacillus cereus ATCC 14579. Ragi roti yang berisi khamir Saccharomyces cerevisiae diekstrak β-glukannya dan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Uji penentuan aktivitas antimikroba dengan metode turbiditas dan TPC terdiri atas 5 kelompok perlakuan, yaitu kelompok kontrol negatif, kontrol pembanding I dan II menggunakan β-glukan krestin, serta perlakuan I dan II menggunakan β-glukan ragi roti. Hasil ektraksi diperoleh ekstrak kasar dengan persentase ekstrak sebesar 5%. Analisis kualitatif dengan Fourier Transform Infra-Red (FTIR) dan kuantitatif dengan Megazyme menunjukkan keberadaan β-glukan di dalam ekstrak kasar sebesar 47,7 % (b/b). Uji antimikroba menunjukkan bahwa β-glukan ragi roti tidak mempunyai aktivitas antimikroba terhadap Escherichia coli ATCC 25922 dan Bacillus cereus ATCC 14579.

The aim of this study was to observe the antimicrobial activity of β-glucan extracted from baker’s yeast (Saccharomyces cerevisiae) against bacteria Escherichia coli ATCC 25922 and Bacillus cereus ATCC 14579. β-glucan from baker’s yeast was extracted and analyzed qualitatively and quantitatively. Antimicrobial test of β-glucan using turbidity and TPC methods, consist of 5 treatment groups, i.e. the negative control, comparison control I and II (β-glucan krestin), and treatment I and II (β-glucan from baker’s yeast). Extraction process resulted 5% of crude extract. Qualitative analyzed by FTIR and quantitative by Megazyme method showed that the purity of β-glucan in crude extract was 47,7 % (w/w). The antimicrobial test indicated that β-glucan from baker’s yeast did not have antimicrobial activity against Escherichia coli ATCC 25922 and Bacillus cereus ATCC 14579.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S58302
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muslimah
"Asupan gizi merupakan salah satu kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Salah satu zat gizi yang penting bagi tubuh adalah lemak. Asam lemak esensial merupakan jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia sehingga perlu asupan dari luar, diantaranya jenis asam lemak tak jenuh rantai panjang (PUFA) seperti AA, DHA, dan EPA. Sumber asam lemak ini umumnya dari minyak ikan, namun ketersediaannya dari ikan memiliki keterbatasan. Oleh karena itu, sudah mulai digunakan mikroorganisme sebagai sumber bahan baku. Aspergilus oryzae adalah mikroorganisme yang dipilih dalam penelitian ini. A.oryzae dikultur dengan metode submerged fermentation memanfaatkan limbah padat tapioka dan tahu sebagai substrat. Variabel bebas yang dipilih untuk meningkatkan akumulasi lipid adalah variasi rasio C:N. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yield biomassa dan yield lipid maksimum ada pada rasio 30:1, dengan persentase berturut-turut 24,43% (w/w) dan 13, 44% (w/w). Jenis asam lemak yang mendominasi pada rasio ini adalah omega-9 yaitu 49,26% (w/w). Sedangkan persentase AA, DHA, dan EPA secara berturut-turut adalah 0,51% (w/w); 2,54% (w/w); dan 0,24% (w/w). Berdasarkan pada hasil ini, pemanfaatan A.oryzae serta limbah padat tapioka dan tahu cukup potensial untuk produksi asam lemak tak jenuh.
Nutritional intake is one of the basic requirement for human life. Variouse types of have a role in the provision of energy, growth, development, and other health aspects. One of the important nutrients is fatty acid, especially unsaturated fatty acid like omega-3, omega-6, and omega-9. For the more polyunsaturated fatty acid (PUFA) such as AA, DHA, and EPA also important for human body particulary for the fetus. This compounds are produce from fish oil, but it has limitation factor. Microorganism such as yeast, algae, fungus, and bactery commonly use as the alternative source. In this research, Aspergillus oryzae is used to produce the essential fatty acid using solid waste tofu and tapioca industry as the substrat. Limitation of C:N ratio from this substrate expected give high lipid accumulation, so we use C:N ratio from 20:1 until 80:1 with submerged fermentation method to culture this fungus. This research given a result that maximum lipid and biomass accumulation in 30:1 carbon and nitrogen ratio. Biomass and lipid yield maximum are 24.42% (w/w) and 13.44% (w/w). Fatty acid compotition in this ratio is dominated with monounsaturated fatty acid attain 49.26% (w/w), and total polyunsaturated fatty acid is 18.10% (w/w). The percentase of AA, DHA, and EPA as the PUFAs group are 0.51% (w/w), 2.54 % (w/w), and 0.24% (w/w). It’s potetially to produce AA, DHA, and EPA using A. oryzae in solid waste tofu and tapioca industry."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59707
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Nirwanto
"Telah dilakukan penelitian mengenai karakterisasi morfologi ubi kayu (Manihot esculenta, Crantz) tinggi beta karoten. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keragaman morfologi dan pola pita isozim peroksidase (PER), 6-fosfoglukonat dehidrogenase (6-PGD), sikimat dehidrogenase (SDH), dan enzim malat (ME) pada 5 genotipe ubi kayu Mentega 1, Mentega 2, Roti, Ubi Kuning, dan Adira 1. Hasil pengamatan morfologi dan analisis pola pita isozim diuraikan secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk dendrogram.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam satu genotipe terdapat keragaman karakter morfologi tetapi tidak dalam pola pita isozim. Karakter pembeda antar genotipe adalah warna daun muda, warna daun tua, warna pertulangan daun bagian atas, warna petiolus, gigi pada daun, warna batang muda, warna batang tua, dan warna parenkim. Berdasarkan dendrogram pola pita enzim PER, genotipe Adira 1 dan Ubi Kuning berada dalam satu cluster.

Research on morphological and isozyme characterization of cassava (Manihot esculenta, Crantz) with high beta-carotene has been done. The study aims to determine the diversity of morphological and isozyme banding pattern of peroxidase (PER), 6-phosphogluconate dehydrogenase (6-PGD), schicimate dehydrogenase (SDH), and malic enzyme (ME) from 5 cassava genotypes (Mentega 1, Mentega 2, Roti, Ubi Kuning, and Adira 1). The results of morphological observation and analysis of isozyme banding pattern was described descriptively and presented in the form of dendrogram.
The results showed that there is a diversity of morphological character in a single genotype but not in isozyme banding pattern. The distinguishing characters between the genotypes are colours of: young leaf, old leaf, basal part of leaf venation, petiolus, teethlets on mature leaf, young stem, old trunk, and parenchyma. Based on dendrogram of PER enzyme banding pattern, Adira 1 and Ubi Kuning are put in the same cluster
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1297
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Azizah
"Selenium yeast merupakan salah satu sumber selenium dan ekstrak khamir merupakan sumber untuk memperoleh manan dan β-glukan, namun di Indonesia untuk memperoleh selenium yeast masih sulit. Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan metode pembuatan selenium yeast yang optimal serta isolasi manan dan β-glukan dari ekstrak khamir hasil fermentasi Saccharomyces cerevisiae. Pembuatan selenium yeast dilakukan dengan variasi penambahan selenium yaitu konsentrasi 30 µg/mL [Selenium yeast A], 40 µg/mL [Selenium yeast B], dan 50 µg/mL [Selenium yeast C] pada kultur fase stasioner (84 jam), kemudian diinkubasi kembali selama 24 jam. Kadar selenium dianalisis dengan SSA dan proteinnya dianalisis dengan metode Bradford. Isolasi manan dan β-glukan dengan menggunakan air dengan pemanasan, kemudian diendapkan dengan pelarut organik. Analisis manan dan β-glukan dalam isolat dilakukan dengan KCKT-RID. Hasil pembuatan selenium yeast diperoleh selenium yeast A, B dan C masing-masing, sejumlah 2,5; 2,1 dan 2,0 g serta hasil analisis kadar selenium masing-masing yaitu 4258,0096; 5097,4238; 5508,9759 µg/g dan protein masing-masing yaitu 0,8505; 0,8642; 0,9900 mg/mL. Hasil isolasi manan dan β-glukan masing-masing, sejumlah 0,2243 g dan 0,9130 g serta hasil analisis kadar manan dan β-glukan masing-masing yaitu 76,63% dan 95,47%. Selenium yeast dengan kandungan selenium tertinggi dapat diperoleh dengan penambahan selenium konsentrasi 50 µg/mL pada kultur fase stasioner.

Selenium yeast is a source of selenium and yeast extract is a source for obtaining mannan and β-glucan, but in Indonesia it is still difficult to obtain selenium yeast. The purpose of this study was to obtain an optimal method of producing selenium yeast and the isolation of mannan and β-glucan from the fermentation of Saccharomyces cerevisiae. Selenium yeast was made by varying the addition of selenium, namely concentration 30 µg/mL [Selenium yeast A], 40 µg/mL [Selenium yeast B], and 50 µg/mL [Selenium yeast C] in stationary phase culture (84 hours), then incubated again for 24 hours. The contents of selenium were analyzed by AAS and the protein were analyzed by the Bradford method. Isolation of mannan and β-glucan were using water with heating, then precipitated with organic solvent. Manan and β-glucan analysis in isolates was carried out by HPLC-RID. The results of the manufacture of selenium yeast obtained selenium yeast A, B and C amounting to 2.5; 2.1 and 2.0 g, the results of the analysis content of selenium are 4258.0096; 5097.4238; 5508.9759 µg/g and protein are 0.8505; 0.8642; 0.9900 mg/mL, respectively. The results of the isolation of mannan and β-glucan were 0.2243 g and 0.9130 g, the results of the analysis of the levels of mannan and β-glucan were 76.63% and 95.47%, respectively. Selenium yeast with the highest selenium content can be obtained by adding selenium concentration of 50 µg/mL in the stationary phase culture."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yenti
"ABSTRAK
p-glukan memiliki banyak manfaat terutama di bidang kesehatan, di
antaranya adalah sebagai anti kanker, anti tumor, mempertinggi sistem
kekebalan tubuh dan menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Dinding sel
S. cerews/ae mongandung 80-90% polisakarida yang sobagian bosar
merupakan p-glukan. Penelitian ini bertujuan mencari sumber karbon yang
tepat bagi pertumbuhan S. cerevisiae, yang mudah didapatkan, dan lebih
murah harganya untuk meningkatkan produksi p-glukan. Sumber karbon
yang digunakan yaitu glukosa, gula pasir mark Gulaku, sukrosa, dan molase.
Proses fermentasi dilakukan dengan menggunakan fermentor air lift.
Tahapan proses fermentasi meliputi pemurnian galur, peremajaan, prekultur,
preparasi fermentor dan running fermentor h'mgga 84 jam. Pengambilan
sampei dilakukan untuk pengukuran pertumbuhan sel, analisis protein dan
karbohidrat, serta ekstraksi p-glukan-. Pengukuran pertumbuhan sel dilakukan
berdasarkan tingkat kekeruhan sel {Optical Density) menggunakan
spektrofotometer UVA/IS pada A 550 nm. Kadar protein dalam media diukur
menggunakan metode Lowry pada A 755 nm, dan kadar karbohidrat diukur
menggunakan metode fenol sulfat pada A 490 nm. Hasil pengukuran
pertumbuhan sel menunjukkan bahwa molase memiliki tingkat pertumbuhan
sel yang lebih tinggi tetapi tidak memberikan perbedaan yang nyata bila
dibandingkan sumber karbon lainnya. Analisis kadar protein dan karbohidrat
A
dalami medium cenderung menurun. Ekstraksi p-glukan menunjukkan hasil deng^h urutan dari yang tertinggi yaitu dengan media sukrosa, gula pasir;
merk Gulaku, molase, dan giukosa masing-masing sebesar 1100,0, 1000,0,
966,7, dan 933,3 mg/L Dengan demikian sukrosa dan gula pasir dapat dipilih
sebagai pengganti giukosa untuk memproduksi (3-glukan, selain itu molase
juga merupakan salah satu alternatif yang bisa dipilih karena molase mampu
menghasilkan (3-glukan sebaik giukosa."
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, ], [2005, 2005]
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Sharon Wibowo
"ABSTRAK
Yeast inaktif atau disebut juga nutritional yeast adalah yeast yang sudah tidak aktif yang tidak dapat digunakan untuk mengembangkan adonan tepung tetapi kandungan nutrisinya tetap ada. Yeast inaktif banyak digunakan sebagai pengganti keju pada masakan vegan. Yeast inaktif adalah sumber mineral, vitamin terutama vitamin B kompleks, dan protein. Pada dinding sel yeast, terdapat beta-glukan dan manan yang berfungsi sebagai imunomodulator. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan metode yang valid untuk menganalisis kadar beta-glukan dan manan yang terdapat dalam sampel dengan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi dengan detektor indeks bias dan membandingkannya dengan metode enzimatis. Berdasarkan analisis, kondisi optimum analisis adalah dengan menggunakan fase gerak asetonitril-air dengan perbandingan 70:30 dan laju alir 1 ml/menit. Metode yang didapatkan valid dengan linearitas y = 3663136,716 + 336629,1411x untuk glukosa dan y = 3399565,334 + 336736,0175x untuk manosa; nilai r keduanya adalah 0,9985 pada rentang 0,1-1ppm. Hasil LOD untuk glukosa adalah 0,058 dan LOQ 0,192. Untuk manosa LOD=0,034 dan LOQ=0,116. Kadar rata-rata beta-glukan adalah 19,373% dan 17,470%. Kadar rata-rata manan adalah 17,487% dan 24,340%.

ABSTRACT
Inactive dried yeast or nutritional yeast is deactivated yeast that has no leavening properties but still contain its nutrition. It is widely used in vegan dishes and it is an excellent source of minerals, vitamins, and proteins. Yeast cell wall contains beta-glucan and mannan which have immunomodulatory effect. The aim of this study was to obtain a valid method to determine the concentration of beta-glucan and mannan in nutritional yeast using high performance liquid chromatography with refractive index detector. The results were then compared with enzymatic method. The optimized conditions were found to be 1 ml/min for flow rate using acetonitrile-water (70:30) as the mobile phase. The linearity of this method was confirmed in the range of 0,1-1,0 ppm (r=0,095) with the equation of calibration curve y = 3663136,716 + 336629,1411x for glucose and y = 3399565,334 + 336736,0175x for mannose. The limit detection was shown to be 0,058 ppm for glucose and 0,034 ppm for mannose. The limit of quantification was shown to be 0,192 ppm for glucose and 0,116 ppm for mannose. The determination result of beta-glucan was 19,373% and 17,470%. The mannan content was 17,487% and 24,340%. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>