Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11879 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Whitfield, Charles L.
Atlanta: Health Communicational, 1993
158.2 WHI b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sarrah Hasyim Abdullah
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara romantic self-efficacy dan kualitas hubungan romantis pada dewasa muda yang berpacaran jarak jauh. Romantic self-efficacy didefinisikan sebagai keyakinan yang dimiliki individu akan kemampuannya sebagai pasangan untuk dapat terlibat dalam perilaku spesifik dalam hubungan romantis dan merespon secara efektif terhadap tuntutan tugas-tugas yang terdapat pada hubungan romantis. Kualitas hubungan romantis didefinisikan persepsi individu terhadap sejauh mana hubungan yang sedang dijalani memberikan atau tidak memberikan manfaat melalui pengalaman dan interkasi. Pengukuran romantic self-efficacy menggunakan alat ukur Self-Efficacy in Romantic Relationship (SERR) yang disusun oleh Riggio, Weiser, Valenzuela, Lui, Montes, dan Heuer (2011). Pengukuran kualitas hubungan romantis menggunakan alat ukur Partner Behavior as Social Context (PBSC) oleh Ducat dan Zimmer-Gembeck (2010). Partisipan penelitian berjumlah 490 individu usia dewasa muda yang sedang berpacaran jarak jauh. Melalui teknik statistic Pearson Correlation, diketahui bahwa terdapat hubungan positif antara romantic self- efficacy dan kualitas hubungan romantis yang signifikan.

This research was conducted to find the correlation between romantic self- efficacy and romantic relationship quality among young adulthood currently in a relationship. Romantic self-efficacy defined as beliefs in one`s capabilities as a relationship partner to engage in specific romantic relationship and responding effectively to demands in romantic relationship. Romantic relationship quality defined as positive or negative beliefs about one`s capabilities as a relationship partner to involve in specific actions in romantic relationship and to responses effectively toward task demands in romantic relationship. Romantic self-efficacy was measured using an instrument named Self-Efficacy in Romantic Relationship (SERR) made by Riggio, Weiser, Valenzuela, Lui, Montes, dan Heuer (2011). Romantic relationship quality was measured using an instrument names Partner Behavior as Social Context (PBSC) made by Ducat and Zimmer-Gembeck, 2010). Participants of this research were 490 young adulthood currently in a long- distance dating relationship. The Pearson Correlation indicates positive significant correlation between romantic self-efficacy and romantic relationship quality."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59077
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johnson, David W., 1940-
Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall Internasional, 1990
158.2 JOH r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Verina Adristi Maheswari
"Fenomena perselingkuhan daring semakin hari semakin meningkat dimana salah satu variabel yang berhubungan dengan perilaku perselingkuhan adalah tingkat kepuasan hubungan romantis yang rendah. Namun, terdapat faktor pelindung yang dapat mempengaruhi individu untuk tidak melakukan perselingkuhan daring, yaitu tingkat kontrol diri yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran kontrol diri sebagai moderator dalam hubungan antara kepuasan hubungan romantis dan perselingkuhan daring. Penelitian dilakukan kepada 239 partisipan yang sedang berpacaran selama minimal enam bulan dan menggunakan internet selama minimal tujuh jam seminggu yang didapatkan dengan convenience sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu modifikasi dari Internet Infidelity Scale (IIS), Relationship Assessment Scale (RAS), dan Brief Self Control Scale (BSCS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrol diri berperan sebagai moderasi dalam hubungan antara kepuasan hubungan romantis dan perselingkuhan daring dengan β = 0,0513, t(239) = 3,8336, p<0,05. Ketika dianalisis lebih lanjut, ditemukan bahwa tingkat kontrol diri yang tinggi mampu berperan untuk menahan individu untuk tidak melakukan perselingkuhan daring pada hubungan romantis yang tidak memuaskan. Peran kontrol diri terbatas pada saat hubungan romantis memuaskan.

The phenomenon of cyber infidelity keeps increasing where one of the variables related to infidelity behavior is the low level of romantic relationship satisfaction. However, there are protective factors that can influence individuals not to commit cyber infidelity, it is a high level of self control. This study is aimed to examine the role of self control as a moderator in the relationship between romantic relationship satisfaction and cyber infidelity. The study was conducted on 239 participants who had been dating for at least six months and used the internet for at least seven hours per-week obtained through convenience sampling. The measuring instruments that are used in this study are modifications of the Internet Infidelity Scale (IIS), Relationship Assessment Scale (RAS), and Brief Self Control Scale (BSCS). The results of this study indicated that self control moderated the relationship between romantic relationship satisfaction and cyber infidelity with β = .0513, t(239) = 3.8336, p<.05. Analyzing further, it was found that a high level of self control restraining individuals from committing cyber infidelity in unsatisfied romantic relationships. The role of self control is limited to satisfied romantic relationships."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Nurfitriani Listyanti
"Memasuki masa perkuliahan menjadi transisi hidup yang rentan menimbulkan stres karena menuntut individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan dan sosial yang sepenuhnya baru. Sebuah hasil penelitian menemukan bahwa 39% mahasiswa UI mengalami distres psikologis yang tinggi, dan 10.6% melaporkan adanya masalah Adjustment to College World (ACW). Self-esteem merupakan prediktor yang krusial dari college adjustment. Mahasiswa dengan self-esteem rendah rentan mengalami distres psikologis. Salah satu teknik untuk meningkatkan self-esteem adalah melalui dukungan sosial. Oleh karena itu, dilakukan intervensi psikologis berupa Interpersonal Psychotherapy (IPT) untuk mengoptimalkan dukungan sosial dari hubungan interpersonal yang dimiliki.
Metode: Penelitian randomized controlled trial dilakukan menggunakan desain one-group pretest-posttest dan teknik accidental sampling. Intervensi dilakukan sebanyak enam pertemuan setiap satu minggu sekali dengan melibatkan empat partisipan yang memiliki self-esteem di bawah rata-rata menurut Rosenberg Self- Esteem Scale (RSES) distres psikologis tinggi menurut Hopkins Symptoms Checklist-25 (HSCL-25), dan masalah pada ranah adjustment to college world.
Hasil: Keempat partisipan mengalami peningkatan self-esteem berdasarkan alat ukur RSES dan penurunan distres psikologis berdasarkan alat ukur HSCL-25. Secara umum, keempat partisipan merasakan adanya pandangan yang lebih positif mengenai dirinya dan berkurangnya kecemasan terhadap penilaian orang lain.
Kesimpulan: IPT efektif untuk meningkatkan self-esteem dan mengurangi distres psikologis pada mahasiswa UI. Hasil refleksi dari partisipan menunjukkan adanya peningkatan keterbukaan dalam mengekspresikan perasaan. Teknik-teknik yang dianggap paling membantu adalah survei kualitas positif diri dan role play.

Attending college is a stressful life transition for many students as they have the demands to adapt with new educational and social environments. A preliminary study showed that 39% of undergraduate students at Universitas Indonesia was considered to have high level of psychological distress, and 10.6% of this population reported to experience Adjustment to College World (ACW) problems. Self-esteem was found to be a crucial predictor of college adjustment. Students with low self-esteem are predicted to have poor adjustment and also susceptible to psychological distress. One of the treatments to increase self-esteem is through social support enhancement. Therefore, Interpersonal Psychotherapy (IPT) is conducted to assist participants in establishing and maintaining supportive relationships as well as enhancing self-appreciation skills.
Methods: Randomized controlled trial was conducted using one-group pretestposttest design and accidental sampling to recruit participants. The treatment was conducted in 6 (six) weekly sessions to each of four undergraduate students with low self-esteem according to the Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES), high level of psychological distress according to the Hopkins Symptoms Checklist-25 (HSCL-25), and some adjustment to college world problems.
Result: All participants reported improvements in self-esteem and reductions in psychological distress symptoms according to the RSES and HSCL-25. Overall, the four participants explained that the treatment had built more positive feelings about themselves and made them less anxious about people?s judgements.
Conclusion: IPT is considered effective to increase self-esteem and reduce psychological distress symptoms among undergraduate students at Universitas Indonesia. Participants reported some improvements in their self-disclosure and self-appreciation. Techniques that are considered helpful were positive qualities survey and role play."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30612
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ariadne Dwiyanri Putri
"Contingent self esteem mengacu pada sejauh mana seseorang menilai dirinya berdasarkan pada standar dan ekspektasi tertentu dan hal tersebut terkait dengan citra tubuh seseorang. Keterkaitan tersebut terjadi ketika individu mengalami kekhawatiran akan citra tubuh dikarenakan ketidakmampuan individu dalam memenuhi standar atau ekspektasi tertentu yang dipersepsi oleh dirinya. Ketidakmampuan tersebut dapat dirasakan pada individu yang memiliki ketidaksempurnaan pada penampilan dan dapat mempengaruhi interaksinya dengan orang lain, hal tersebut dapat disebut dengan visible disfigurement. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan untuk melihat hubungan antara contingent self esteem dan citra tubuh pada dewasa muda dengan visible disfigurement. Penelitian ini melibatkan partisipan sebanyak 52 orang pada tahap perkembangan dewasa muda yaitu dengan usia 18 - 40 tahun yang memiliki visible disfigurement. Contingent self esteem diukur dengan skala Contingencies of Self Worth (CSW) dan citra tubuh diukur dengan menggunakan skala Cutaneous Body Image (CBI). Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan negatif dan signifikan antara contingent self esteem dan citra tubuh (r= -0,423, p<0,01) yang berarti bahwa peningkatan skor dari contingent self esteem diikuti dengan penurunan skor citra tubuh, begitu pula sebaliknya.

Contingent self esteem refers to the degree to which a person evaluate him/herself based on certain standards and expectations and it is closely associated with a person's body image. The association between contingent self esteem and body image occurs as a person experience body image concern due to the inability of a person meets certain standards or expectation perceived by him/herself. The inability of a person meets certain standards or expectations, often perceived by those who has disfigurement on his/her appearance and could affect their interaction with others. This study is a quantitative research aims to investigate the correlation between contingent self esteem and body image in young adult with visible disfigurement. Contingent self esteem is measured by Contingencies of Self Worth (CSW) Scale and body image is measured by Cutaneous Body Image (CBI) Scale. The result shows that contingent self esteem and body image negatively related (r= -0,423, p<0,01) which means that the increase of the contingent self esteem score follows by the decrease of the body image score, so as in reverse.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63263
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Diori Melisa
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah keterlibatan ayah yang dilihat dari persepsi anak perceived father involvement memiliki kontribusi terhadap relational self-esteem pada remaja awal. Keterlibatan ayah diukur menggunakan Nurturant Fathering Scale dan Father Involvement Scale Reported, sedangkan relational self-esteem diukur menggunakan Relational Self-Esteem Scale. Partisipan pada penelitian ini adalah remaja berusia 12-15 tahun n=162. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah multiple regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa father nurturance, yang diukur dengan Nurturant Fathering Scale, memiliki kontibusi terhadap relational self-esteem sebesar 6.4 p0.05.

This study examined the contribution of perceived father involvement towards relational self esteem in early adolescence. Father involvement was measured using Nurturant Fathering Scale and Father Involvement Scale Reported, while relational self esteem was measured using Relational Self Esteem Scale. The participant of this study were adolescents in the designated age range of 12 15 years old n 162. This study used multiple regression to analyse the data. The result indicates that father nurturance, measured by Nurturant Fathering Scale has 6.4 contribution towards relational self esteem p0.05.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S69002
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Rania Wiraatmadja
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kecemburuan dan harga diri pada emerging adults usia 18 hingga 25 tahun. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif kepada 1451 emerging adults. Instrumen yang digunakan adalah Multidimensional Jealousy Scale dan Rosenberg Self-Esteem Scale. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dimensi kognitif kecemburuan dan harga diri r=-.161; p

This study was conducted to determine the relationship between jealousy and self esteem among emerging adults ages 18 to 25 years. This research uses quantitative method to 1451 emerging adults. The instrument used are Multidimensional Jealousy Scale and Rosenberg Self Esteem Scale. The results showed that there was a significant negative relationship between the cognitive dimension of jealousy and self esteem r .161 p
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67017
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhammad Razi
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3350
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>