Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103252 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anggun Citra Putrinda
"Koefiesien aliran permukaan memberi gambaran tentang bagaimana kondisi biofisik DAS dalam merespon curah hujan jatuh di DAS. Semakin besar koefisien aliran akan memberikan konsekuensi semakin tingginya bagian curah hujan yang menjadi aliran permukaan dan sebaliknya. Koefisien aliran permukaan di DAS Sekampung berkisar antara 6,9 - 64,7. Variabel penelitian yang mempengaruhi nilai koefisien aliran permukaan adalah curah hujan, penggunaan tanah tegalan, hutan, perkebunan dan kebun campuran, daerah terbangun, lereng serta bentuk DAS. Dari nilai koefisien aliran permukaan DAS Sekampung yang ada, menunjukkan bahwa sebagian besar dari air hujan yang turun menjadi aliran permukaan, dan sisanya akan terserap ke dalam tanah untuk menjadi aliran bawah permukaan atau tersimpan menjadi air tanah.

Surface flow coefficient gives an idea of how the biophysical conditions in the watershed response to precipitation falling in the watershed. The greater the consequences to flow coefficient the higher the rainfall becomes runoff and vice versa. Surface flow coefficient in the watershed Sekampung ranges from 6,9 to 6,47%. Research variables that affect the value of the coefficient is rainfall, dry land, forest, garden and mix garden, building area, slope and form of the watershed. Surface flow coefficient values indicate that most of the rainfall that occurs will be surface flow and little part will be get into the ground and become base flow or stored become groundwater."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42679
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Triwurjani
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafwatus Tsana
"Parameter keberhasilan dari pengelolaan DAS adalah tetap tersedianya air disaat musim kering dan tidak banjir disaat musim hujan. Skripsi ini membahas tentang morfometri dan hidrologi di DA Way Sekampung dari tingkat percabangan sungai, Kerapatan jaringan sungai, tekstur jaringan, jenis batuan, dan debit aliran pada sub DAS. Melalui perhitungan rumus matematis dari masing-masing morfometri serta analisis spasial, mengungkapkan bahwa nilai morfometri dari tiap sub DAS pada jenis batuan yang berbeda memiliki nilai yang berbeda. Pada perhitungan debit aliran tahunannya terdapat perbedaan besaran debit pada masing-masing karakteristik morfometri dengan perbedaan jenis batuan.

The paramaters of watershed management are reserving the water supply during the dry season and keeping the water supply to avoid the flood in the rainy season. Focus of this study is morphometry and hydrology in the Way Sekampung watershed. Its covers the river branches, the river network density, the river network texture, types of rock, and basin flow discharge. Through the mathematical calculation based on morphometry and spatial analysis, the study revealed that types of rock of watershed influenced the characteristic of morphometry. This study also found that flow discharge depends on characteristic of morphometry and types of rock.
"
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S61186
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Furqoni Arief
"Perubahan penggunaan tanah menjadi salah satu faktor terjadinya perubahan alur sungai. Hal tersebut disebabkan perubahan yang terjadi memberikan masukan sedimen yang besar ke dalam sungai. Akibatnya, terjadi perubahan pada alur sungai. Dengan mengambil kasus perubahan penggunaan tanah di DA Way (sungai) Sekampung. Penelitian ini menjelaskan tentang pengaruh perubahan penggunaan tanah terhadap alur sungainya. Untuk mendapatkan data penggunaan tanah dan alur sungai dilakukan interpretasi citra Landsat on screen pada tahun 1977, 1996, 2002, dan 2013. Sinuosity index dipergunakan untuk menentukan perubahan yang terjadi pada alur sungai.
Hasil penelitian ini memperlihatkan perubahan luas hutan selama tahun 1977 - 2013 luasnya berkurang sebesar 2,77% dan luas kebun kelapa sawit bertambah 0,63% serta terjadi perubahan pada penggunaan tanah lainnya. Dampaknya terhadap alur sungai dari 37 lokasi yang diteliti, 20 lokasi menunjukan indikasi cenderung semakin berkelok yang ditandai dengan bertambahnya nilai sinuosity index, 15 lokasi menunjukan indikasi cenderung semakin lurus yang ditandai dengan berkurangnya nilai sinuosity index, dan 2 lokasi terjadi pemotongan alur sungai berupa pelurusan akibat campur tangan manusia. Meskipun demikian tidak adanya perubahan yang signifikan disebabkan karena terdapatnya 1 bendungan dan 2 bendung yang mempengaruhi hal tersebut.

Land-use change is one factor that changes of river channel. That is happened because the change given more layers of sediment into the river. Therefore, the river channel is changed. By taking the case in Way (river) Sekampung about land-use change towards the river channel. In this research, the researcher interpreted the Landsat imagery on screen from 1977, 1996, 2002, and 2013 to obtain the data of land-use and river channel. Sinuosity index used to determine the river channel change.
At the end of this research, it showed the change of forest area for period 1977 - 2013 has been reduced 2,77% and increased into 0,63% for oil palm plantations and other land-use change. The impacts on river channel from 37 locations studied, found that 20 locations showed from the increased sinuosity index value, 15 locations showed the decreased sinuosity index value, and 2 locations of cutting groove alignment because of human interventions. However, the significant change is affected by one dam and two weirs.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57443
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunyoto
"Daerah aliran sungai, merupakan daerah yang mempunyai peranan penting bagi kehidupan, terutama apabila dilihat bahwa sungal sebagai sumber air, merupakan sumberdaya alam yang potensial. Secara alamiah tidak dapat dihindari suatu kenyataan bahwa sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah semakin bertambah. (Sandy, 1975 : 1211). Padahal sifat fisik dan luas tanah itu relatip tetap. Dengan demikian adanya campur tangan manusia itu, pada suatu saat di suatu tempat, yang mulanya merupakan daerah yang subur, akan kehilangan kesuburannya.
Atas dasar pemikiran di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya tanah kritis, dan hubungan antara kepadatan petani dengan luas kerusakan tanah yang ditimbulkannya.
Masalah yang akan dibahas yaitu
- Dimana saja dijumpai tanah kritis di daerah penelitian ?
- Bagaimana usaha pertaniannya ?
- Adakah keterkaitan hubungan antara tinggi atau rendahnya kepadatan petani dengan luas atau sempitnya kerusakan tanah yang terjadi di wilayah penelitian ?
Untuk mengarahkan jawaban permasalahan tersebut, dikemukakan hipotesa : Kerusakan tanaJi yang "luas", diduga terdapat di daerah yang kepadatan petaninya 'tinggi". Untuk mengkaji penelitian lebih lanjut, digunakan metode pendekatan faktor peubah fisik, seperti bentuk medan, ketinggian, curah hujan, jenis tanah, lereng, kedalaman efektip tanah, tekstur tanah, drainase dan erosi, serta faktor perubah kependudukan, seperti jumlah, profesi, kepadatan dan perubahan jumlah penduduknya, serta faktor peubah penggunaan tanah, seperti luas dan jenis penggunaan tanahnya dan wilayah tanah usaha."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Rolia
"Kesehatan DAS (KesDAS) adalah ukuran struktur dan fungsi ekosistem yang ditandai dengan kelimpahan dan keragaman spesies, sumber anorganik dan organik, serta atribut fisik (termasuk kompleksitas habitat). Beberapa negara mulai mengembangkan instrumen penilaian kesehatan DAS, sebagai dasar untuk menentukan langkah pengelolaan DAS yang menjadi prioritas. Pendekatan sistem untuk penilaian dan perlindungan DAS yang sehat didasarkan pada evaluasi terpadu menurut US-EPA (2012) adalah kondisi lanskap, habitat, hidrologi, geomorfologi, kualitas air, dan kondisi biologis. Dan di Indonesia berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan RI No. 60 tahun 2014, klasifikasi DAS dihitung dengan kriteria kondisi lahan, kualitas, kuantitas, dan kontinuitas air, sosial ekonomi dan kelembagaan, investasi bangunan air, pemanfaatan ruang wilayah.
Tujuan penelitian ini adalah menghitung kesehatan DAS di Provinsi Lampung, mengembangkan model penilaian kesehatan DAS dengan gabungan variabel Permnehut 60/2014 dan US-EPA 2012, serta membuat aplikasi untuk menghitung kesehatan DAS berdasarkan persamaan hasil pemodelan. Penelitian dilakukan di 28 lokasi yang tersebar di 5 DAS Provinsi Lampung. Data primer yang digunakan yaitu data kualitas air, data kondisi habitat, dan kondisi biotilik. Pembobotan dan skor variabel yang digunakan mengikuti aturan Permenhut 60/ 2014, untuk kualitas air memakai standar WQI, untuk habitat dan biotilik sesuai dengan panduan dari Ecoton 2011.
Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa 18% (3 sub- DAS) dalam kondisi dipulihkan daya dukungnya berdasarkan perhitungan Klasifikasi Permenhut 60/2014. Penilaian kesehatan DAS dengan variabel US-EPA 2012 memiliki nilai bervariasi sesuai dengan kriteria yang ditinjau. Berdasarkan kondisi lanskap, hanya 5,8% (1 sub-DAS) yang dikategorikan sehat, dan berdasarkan kondisi geomorfologinya ada 2 sub-DAS dikategorikan tidak sehat. Hasil pemodelan diperoleh persamaan KesDAS dan biotilik dengan nilai R2 masing-masing sebesar 0,998 dan 0,946.
Untuk memudahkan dalam menghitung nilai kesehatan DAS dan menentukan upaya pengelolaan DAS berdasarkan skala prioritas, maka berdasarkan persamaan model yang diperoleh dibuatlah aplikasi perhitungan yang diberi nama DYTERasDAS (Dwita, Yasman, Titin, Eva, Retno, assesmen Daerah Aliran Sungai) menggunakan bahasa program PHP, jQuery, bootstrap, dan css yang berbasis web.

The watershed health (KesDAS) is a measure of the ecosystem structure and function characterized by the abundance of species diversities, organic and inorganic resources, and physical attributes (including the habitat complexity). Several countries have been established to develop the instrument for the assessment of the watershed health as the basis to justify procedures to set a priority in the watershed management. The system approach to the assessment and protection of a healthy watershed is based on the integrated evaluation by the United States-Environmental Protection Agency/US-EPA (2012) namely landscape condition, habitat, geomorphology, water quality, and biological condition. Furthermore, in Indonesia, the assessment refers to the regulation of the Ministry of Forestry Number 60 in 2014 (Permenhut 60/2014). In this standard, the watershed classification is justified by the criteria of the land condition, the water quantity, quality, and continuity, the socioeconomic and institutions, the investment on the water infrastructures, and the spatial utilization.
This research aims to estimate the watershed health in Lampung Province and to develop the assessment modelling of the estimation. The model combines the variables coming from the Permenhut 60/2014 as well as the US-EPA 2012. Besides, the application based on the results of the assessment modelling is also developed in this study. Furthermore, the data collection was conducted in 28 locations that are scattered in Lampung Province. The primary data used in this research includes the water quality, the habitat condition, and the macro invertebrate living on the riverbed. The variable scoring and weighing method applied in this study follows the Permenhut 60/2014 while the Water Quality Index (WQI) is used to justify the water quality. In the case of the habitat condition and the existence of the macro invertebrate, the analysis refers to the guidance of the Ecoton 2011.
The estimation based on the Permenhut 60/2014 shows that 18% (3 sub-watersheds) are categorized as ‘to be recovered’. Meanwhile, the calculation based on the US-EPA resulted in various categorizations in accordance with the assessed criteria. According to the criteria of the landscape condition, only 5.8% (1 sub-watershed) can be categorized as the healthy watershed. On the other hand, 2 sub-watersheds are categorized as unhealthy watersheds based on the criteria of the geomorphology. Besides, the value of the R2 resulted from the watershed health equation and bio-monitoring on the macro invertebrate are respectively 0.998 and 0.946.
Eventually, the results gained from the assessment modelling are continued with the development of the computational application that is called as DYTERasDAS. The DYTERasDAS stands for Dwita, Yasman, Titin, Eva, Retno, asesmen Daerah Aliran Sungai). This application uses the computer programming languages such as PHP, jQuery, bootstrap, and css that are on the web basis.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Bayu Rizky Prayoga
"Curah hujan merupakan unsur iklim yang sangat bervariasi berdasarkan waktu dan tempat. Kecenderungan perubahan curah hujan dalam jangka waktu tertentu dapat mengindikasikan fenomena peubahan iklim yang sedang terjadi. Melalui perhitungan statistik dan analisis spasial dan temporal, penelitian ini mengungkapkan bahwa ada suatu kecenderungan berkurangnya curah hujan di Daerah Aliran Way Sekampung selama periode 1980 – 2009. Melalui perhitungan statistik dengan menggunakan Uji Mann-Kendall dan dibantu oleh analisis spasial, telah ditemukan bahwa tren perubahan curah hujan yang terjadi di DA Way Sekampung didominasi oleh tren berkurangnya curah hujan. Uji tren terhadap curah hujan tahunan dan musiman yang dilakukan mengungkapkan bahwa bagian tengah dari DA Way Sekampung yang mencakup wilayah administrasi Kabupaten Pringsewu, Pesawaran, sebagian barat Lampung Selatan, dan sebagian utara Kota Bandar Lampung, adalah daerah dengan tren berkurangnya curah hujan yang sangat signifikan pada periode 1980-2009.

Rainfall is highly variable climatic elements based on time and place. The changing trend of rainfall in a certain period can indicate the climate change phenomena that happening. Through the statistical calculation and analysis of spatio - temporal, this study reveals that there is a decreasing trend in rainfall in the watershed Way Sekampung during the period 1980 – 2009. Through statistical calculations using the Mann - Kendall and assisted by the spatial analysis, it was found that the trend of the rainfall changes in Way Sekampung catchment area dominated by reduced rainfall trends. Trend test for seasonal and annual precipitation were carried out revealed that the central region of the Way Sekampung catchment area which covers area of district administration Pringsewu, Pesawaran, most of western South Lampung, and the most northern city of Bandar Lampung, are areas with very significant decreasing rainfall trend in the period 1980-2009."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S45742
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Nusantari
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
S29743
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kampto Utomo
Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1975
301.32 KAM m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1957
D1858
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>