Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 87413 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shufi Ramadiani Swari
"Senyawa bioaktif Annonaceous acetogenin yang berasal dari tanaman sirsak (Annona muricata) ditemukan memiliki sifat sitotoksik dan antitumor secara spesifik terhadap beberapa jenis kanker, di antaranya adalah kanker usus, payudara, paru-paru, pankreas, dan ginjal. Acetogenin yang diperoleh dari proses ekstraksi daun sirsak, kemudian dianalisis secara kualitatif (TLC, BST, FTIR) dan kuantitatif (Spektrofotometri UV-Vis). Hasil ekstraksi terbagi menjadi lima fraksi yang diberi nama F001, F002, F003, F0004, F005, dan diduga bahwa F005 mengandung acetogenin. F005 kemudian diisolasi dan terpisah ke dalam 13 bagian dengan bagian 6-9 mengandung acetogenin.
Analisis kuantitatif dilakukan dengan menghitung kandungan gugus lakton acetogenin, menggunakan senyawa standar andrographolida. Penggunaan andrographolida sebagai senyawa standar dikarenakan senyawa murni acetogenin sulit didapat, dan andrographolida memiliki gugus lakton yang hampir sama dengan acetogenin, selain itu pada daun sirsak hanya acetogenin yang memiliki gugus lakton sehingga penentuan berdasarkan gugus lakton dapat dilakukan.
Berdasarkan analisis kualitatif, hasil ekstraksi dan isolasi positif mengandung senyawa aktif acetogenin dan dari hasil analisis kualitatif diketahui F005 mengandung acetogenin paling banyak dibandingkan dengan hasil isolasi. Besarnya kandungan acetogenin pada F005 adalah 14.2% sedangkan untuk hasil isolasi berkisar antara 7% - 12%.

Bioactive substance annonaceous acetogenin which is originated/derived from soursop plant (Annona muricata) has been found to posses specific cytotoxic and anti-tumor properties to several cancers including colon, pancreatic, lung, and breast cancers. The acatogenin extracted from sousop leaves was analyzed qualitatively using TLC, BST, FTIR and quantititavely using UV-Vis spectrophotometry. The extracts were divided into 5 (five) fractions and F005 fraction was found to contain acetogenin. The F005 was isolated, producing 13 bottles in which bottles 6 to 9 contained acetogenin.
Quantitaive analysis was performed by measuring acetogenin lactone group using standard andrographolida compound. The use of this standard compound was due to the difficulty in finding pure acetogenin compound, and by the fact that andrographolida compound have similar lactone group with that of acetogenin, In addition, in soursop leaves there was only acetogenin which had lactone group so that the determination based on lacton group could be carried out.
On the basis of qualitative analysis, the result of extraction and isolation were positively confirmed to contain the active acetogenin ingredient, while the quantitative analysis showed that F005 produced more acetogenin than the isolation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43095
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yulinar Rochmasari
"Daun jambu biji (Psidium guajava L.) mengandung beberapa senyawa seperti minyak atsiri, senyawa tannin, terpenoid, flavonoid, resin, antosianin, dan alkaloid. Pada penelitian ini telah dilakukan isolasi dan identifikasi struktur molekul senyawa kimia dalam fraksi netral daun jambu biji Australia. Daun jambu biji yang telah kering dimaserasi dengan metanol. Ekstrak kasar metanol diekstraksi dan didapatkan 3 fraksi yaitu fraksi netral, fraksi asam, dan fraksi fenolik.
Fraksi netral diuji bercak menggunakan KLT, dimurnikan menggunakan kromatografi kolom dengan teknik gradien elusi menggunakan eluen campuran etil asetat dan n-heksana. Senyawa hasil isolasi berupa cairan kental (minyak) diidentifikasi menggunakan FT-IR, GC-MS, dan 1H NMR. Dari hasil identifikasi, senyawa yang diperoleh yaitu metil palmitat, metil linolenat, metil stearat dan squalene.

Guava leaf (Psidium guajava L.) contain essential oil, tannin, terpenoid, flavonoid, resin, anthocyan, and alkaloid. This study has been carried out isolation and identification of chemical compounds of Australian guava leaves in the neutral fraction. Dried guava leaves macerated with methanol. Methanol crude extracts was extracted and obtained three fractions: neutral fraction, acid fraction, and phenolic fraction.
Neutral fraction was tested by using TLC test, and then purified by column chromatography with gradient eluent of ethyl acetate and n-hexane. The isolated compounds form oil, then performed the identification with FTIR spectrophotometer, GC-MS, and 1H-NMR. From the results of identification, the compounds was obtained are methyl palmitate, methyl stearate, methyl linolenate and squalene.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S877
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yunahara Farida
"Keladi tikus (Typhonium flagelliforme (Lodd) Blume merupakan herba yang secara tradisional digunakan sebagai antikanker. Tujuan penelitian adalah mengetahui kandungan senyawa kimia ekstrak metanol dari daun T. Flagelliforme. Isolasi senyawa dilakukan dengan cara maserasi, dilanjutkan dengan pemisahan sesuai dengan kepolarannya dan diuji aktivitas antioksidan, aktivitas antimikroba dan uji bioaktivitas terhadap larva A.salina Leach. Fasa aktif sebagai antioksidan, antimikroba dan toksisitas terhadap A.salina ditunjukkan oleh fasa etil asetat dengan nilai IC50 56,32 μg/mL, diameter hambatan 16,2 mm (Pseudomonas aeruginosa) dan 18,1 mm (Bacillus subtilis) dan LC50 54,82 μg/mL. Uji sitotoksisitas terhadap sel kanker T-47D dan sel murine leukemia P388 juga dilakukan terhadap fasa aktif tersebut. Pemisahan lanjutan dari fasa aktif dilakukan melalui kromatografi cair vakum (SiO2, diklormetana, isopropanol~ metanol) secara gradien dan kromatografi kolom (LH20, metanol). Pemurnian secara kromatografi cair kinerja tinggi preparatif kolom C18 dengan eluen metanol-air secara gradien. Penentuan struktur molekul dengan menganalisis data spektrum UV-Vis, FTIR, LC-MS MS, 1H-NMR, 13C-NMR, dan 2D-NMR. Hasil isolasi terhadap fasa etil asetat T. flagelliforme (Lodd) Blume diperoleh 3 senyawa yaitu adenin, adenosin dan 6-C-glukopiranosilapigenin. Ketiga senyawa tidak aktif terhadap sel kanker T-47D namun menunjukkan aktivitas terhadap sel murine leukemia P-388 masing-masing dengan nilai IC50 71,36; 87,26 dan 34,41 μg/mL, sedangkan senyawa 6-C-glukopiranosilapigenin memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 34,39 ug/mL serta toksisitas terhadap larva A.salina dengan nilai LC50 15,84 μg/mL. Semua nilai aktivitas tersebut masih lebih kecil dibandingkan kontrol masing-masing.

Keladi tikus (T. flagelliforme (Lodd)Blume ), is a medicinal herb which traditionally used as anticancer. The aim of study was to determine chemical compounds of the methanol extract. The isolation of compound was carried out by maceration, followed by separation according to polarity. The ethyl acetate as active phase showed the antioxidant activity with IC50 value of 56.32 μg/mL, the antimicrobial activity with inhibiton zone 16.2 mm (Pseudomonas aeruginosa) and 18.1 mm (Bacillus subtilis), and bioactivity against A.salina Leach larvae with LC50 value of 54.82 μg/mL. The cytotoxicity against T-47D cancer cells and P.388 leukemia cells also was carried out to the active phase. The separation and purification were conducted by VLC (SiO2, dichloromethane-isopropanol, ~ methanol) using gradient elution and column chromatography (LH20, methanol) and HPLC preparative with C18 column methanol-water as eluent. Molecule structure determination was analyzed using the UV-Vis spectral data, FTIR, LC-MS MS, 1D NMR, 2D NMR. The result from the active phase obtained three compounds namely adenine, adenosine and 6-C-glucopyranosylapigenin. All three compounds were not active against T-47D cancer cells but they showed activity against P-388 leukemia cells with IC50 values of 71.36; 87.26 and 34.41 μg/mL respectively, while 6-Cglucopyranosylapigenin compound showed antioxidant activity with IC50 value of 34.39 μg/mL and toxicity against A.salina with LC50 value of 15.84 μg/mL. All the values of activity however are still lower compare to the relevant compound as control."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
D1379
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panggalo, Efniarsi S.
"Identifikasi pengaruh kerapatan sel (X1), komposisi Nitrogen (X2), dan komposisi Fosfor (X3) terhadap total lipid (Y) dilakukan pada 3 jenis mikroalga, yaitu Chlamydomonas sp, Chlorococcum sp, dan Chroococcus sp. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan metode permukaan respon. Rentang nilai ketiga variabel bebas (faktor) di atas adalah kerapatan sel (X1 : 0,4 ? 0,72 OD), komposisi Nitrogen (X2 : 1,94 ? 3,88 g/l), dan komposisi Fosfor (X3 : 0,03-0,06 g/l). Nilai rentang variabel bebas tersebut adalah sama yang digunakan pada ketiga alga. Dari ketiga variabel bebas yang memiliki pengaruh nyata atau signifikan pada total lipid adalah komposisi N dan komposisi P.
Model orde yang paling sesuai dalam proses identifikasi ini adalah model orde II, dimana pada alga Chlamydomonas sp, titik optimum komposisi N dan komposisi P adalah 1,54 g/l dan 0,05 g/l dengan total lipid yang diperoleh 21,58%. Untuk alga Chlorococcum sp titik optimum komposisi N dan komposisi P adalah 1,54 g/l dan 0,045 g/l dengan total lipid yang diperoleh 8,26%. Pada alga Chroococcus sp titik optimum untuk komposisi N dan komposisi P adalah 1,54 g/l dan 0,045 g/l dengan total lipid yang diperoleh 23,23%.

Identification for effect of cell density (X1), Nitrogen composition (X2), dan Fosfor composition (X3) to the total of fatty acid (Y) was done with using 3 microalgae are Chlamydomonas sp, Chlorococcum sp, and Chroococcus sp. Identification was done with using response surface methodology. Range values of the independent variables (factor) are cell density (X1 : 0.4 ? 0.72 OD), Nitrogen composition (X2 : 1.94 ? 3.88 g/l), and Fosfor composition (X3 : 0.03 ? 0.06 g/l) and the values are same which used for 3 microalgae. The independent variables have strongly effect to the total of fatty acid are Nitrogen composition and Fosfor composition.
The order model which adequately fit in this identification is using seconde order. For algae Chlamydomonas sp, the optimum values of Nitrogen composition and Fosfor composition are 1.54 g/l dan 0.05 g/l and total lipid resulted is 21.58%. For algae Chlorococcum sp, the optimum values for Nitrogen composition and Fosfor composition are 1.54 g/l dan 0.045 g/l and total lipid resulted is 8.26%. For alga Chroococcus sp, the optimum values for Nitrogen composition and Fosfor composition are 1.54 g/l dan 0.045 g/l with total lipid resulted is 23.23%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43096
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sudjadi M.S.
Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985
540 SUD p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Alien Olifitria Ningrum
"Kelapa sawit sebagai sumber energi terbarukan dapat diproses menjadi biooil yang nantinya dapat dijadikan bahan bakar alternatif pada kendaraan bermotor. Kelapa sawit sebagai umpan dicacah hingga diameter 0,1-2 mm, selanjutnya umpan diproses menggunakan metode fast pyrolysis, dan yang terakhir dilakukan pengujian pada produk cair. Penelitian ini menggunakan variasi bahan baku kelapa sawit (cangkang, tandan, dan serat) dengan kondisi suhu operasi 450, 550, dan 650°C.
Faktor utama yang mempengaruhi jumlah biooil adalah komposisi biopolimer umpan. Jumlah kandungan biopolimer dari masing-masing umpan adalah : cangkang 94,2%; tandan 90%; dan serat 80%. Sesuai dengan banyaknya kandungan biopolimer, hasil dari eksperimen didapat bahwa umpan cangkang menghasilkan biooil dengan jumlah terbesar (62% pada suhu optimum 550°C) disusul oleh tandan (58% pada suhu optimum 550°C) dan serat (38% pada suhu optimum 650°C)

Palm oil waster as a source renewable energy can be processed into biooil that can later be used as alternative diesel fuels. Palm oil waste is crushed up to diameter 0,1-2 mm, then feed from palm oil waste is processed using fast pyrolysis method to produced biooil, and latter liquid product is carried out for tests. This study uses variation of raw material palm oil waste (EFB, shell, and fiber) with operating temperature conditions of 450, 550, and 650°C.
Biopolimer content is the main factor that can influence the quantitiy of liquid product. Quantitiy of biopolimer content from each feedstock are: shell 94,2%; EFB 90%; and fiber 80%. In accordance with the quantity of biopolimer content, the results from experiments showed that shell produces biooil with largest number (62% at the optimum temperature of 550°C), followed by EFB (58% at the optimum temperature of 550oC), and fiber (38% at the optimum temperature of 650°C)
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S898
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Mutia
"Menurut MacFarlane dan Radforth (1965), gambut Bereng Bengkel masuk katagori fibrous peat karena kandungan seratnya lebih besar dari 20%. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa kurva hubungan antara angka pori dan log tegangan mempunyai tiga garis lurus yang patah, dengan angka pori awal diatas 5. Menurut Hellis dan Brawner (1961) angka pori untuk fibrous peat berkisar antara 5 sampai 15, sedangkan amorphous granular peat mempunyai angka pori yang kecil yaitu sebesar 2. Menurut Dhowian clan F,dil (1980) kurva antara angka pori dan log tegangan untuk fibrous peat mempunyai perbedaan yang sangat menyolok dengan kurva dari amorphous granular peat. Perbedaannya yaitu indeks kompresi dan angka pori awal untuk amorphous granular peat adalah sangat kecil jika dibandingkan dengan fibrous peal. Selain itu virgin kurva dari amorphous granular peat hanya terdiri dari satu garis lurus seperti pada tanah lempung (non organic soil) sedang fibrous peat mempunyai dua garis lurus yang patah.
Model reologi Gibson dan Lo yang sebenarnya pertama kali diciptakan oleh f oynthing Thomson, dapat digunakan untuk menggambarkan deformasi akibat pemampatan primer dan pemampatan sekunder tanah gambut apabila dikenai pembebanan secara terus menerus (tanpa ada unloading).
Pemampatan primer 'a' gambut Bereng Bengkel berperilaku nilainya makin mengecil dengan bertambahnya beban , namun pada beban yang kecil yaitu 10 kPa sampai 100 kPa, harga a membesar dengan bertambahnya beban Hal ini berlaku untuk pembebanan dengan OCR=4 dan 0CR=6. Sedangkan pada pembebanan dengan OCR=8, pada saat pemberian beban 400 kPa, ternyata harga a naik kembali. Dapat disimpulkan bahwasannya kecepatan keluarnya air dari makropori sangat tergantung pada besarnya beban yang diberikan.
Pada pembebanan dengan OCR=4 didapat selisih angka pori pada saat menerima beban kompresi sebesar 50 kPa dengan angka pori pada saat menerima beban rekompresi sebesar 50 kPa adalah sebesar Ae=1.10566 (terjadi pengurangan 25.4% dari angka pori awal), sedangkan pada proses siklik didapat nilai e=1.07294 (terjadi pengurangan 24.9% dari angka pori awal). Dalam hal ini proses siklik tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap pengurangan angka pori.
Pada pembebanan dengan OCR=6 didapat selisih angka pori pada saat menerima beban kompresi sebesar 50 kPa dengan angka pori pada saat menerima beban rekompresi sebesar 50 kPa adalah sebesar e=2.23719 (terjadi pengurangan 56.1% dari angka pori awal) , sedangkan pada proses siklik didapat nilai 6e=2.23018 (terjadi pengurangan 55.9% dari angka pori awal). Dalam hal ini proses siklik juga tidak memberikan pengaruh yang berarti dalam pengurangan angka pori.
Pada pembebanan dengan OCR=8 didapat selisih angka pori pada saat menerima beban kompresi sebesar 50 kPa dengan angka pori pada saat menerima beban rekompresi sebesar 50 kPa adalah sebesar e=3.81107 (terjadi pengurangan 81.94% dari angka pori awal). sedangkan pada proses siklik didapat nilai e=3.80946 (terjadi pengurangan S1.91% dari angka pori awal). Dalam hal ini proses siklik juga tidak memberikan pengaruh yang berarti dalam pengurangan angka pori.
Dengan memberikan preloading hingga 200 kPa dapat memnpercepat penurunan dengan nilai penurunan sisa (residual settlement) sebesar 53.76mm. dengan memberikan preloading Icing a 300 kPa memberikan sisa penurunan sebesar 49.42 mm dan bila diberikan preloading hingga 400 kPa menghasilkan sisa penurunan sebesar 9.74 min , untuk ketebalan gambut 11 meter."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T4552
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indriani Mukti
"Pada penelitian ini, virus IMNV (Infectious Myo Necrosis Virus), yang menjadi penyebab utama turunnya produksi udang di Indonesia, didisinfeksi menggunakan aplikasi teknologi oksidasi lanjut (teknik ozonasi dan sinar UV), yaitu dalam skala laboratorium. Parameter utama yang divariasikan dalam penelitian ini ada tiga, yaitu perlakuan tanpa menggunakan ozon dan sinar UV, menggunakan ozon, dan menggunakan ozon dan sinar UV.
Analisis hasil pengamatan dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, yaitu dengan mengamati pertumbuhan udang (jumlah udang yang bertahan, dan berat badan), kualitas air (DO, suhu, salinitas, NO2, NH3, PO4, dan kH), dan gejala klinis (otot berwarna putih dan bagian ekor maupun badan berwarna oranye seperti udang rebus).
Berdasarkan hasil pengamatan, perlakuan tanpa menggunakan ozon dan sinar UV memiliki Survival Ratio (SR) 53,3%, perlakuan menggunakan ozon memiliki SR 100%, dan perlakuan menggunakan ozon dan sinar UV memiliki SR 60%. Dari hasil pengamatan, disimpulkan bahwa perlakuan disinfeksi menggunakan ozon adalah perlakuan yang terbaik untuk meningkatkan produksi udang di Indonesia.

In this research, IMNV (Infectious Myo Necrosis Virus), the prime factor decreasing shrimp production in Indonesia, was disinfected by advanced oxidation process application (ozonation technique and UV radiation), in laboratorium scale. There were three prime parameters varied in this experiment, such as using ozone, using ozone and UV lamp, and using neither ozone nor UV lamp.
Analysis of the result in this experiment was done quantitatively and qualitatively, such as by observing shrimp growth (sum of survivor shrimps and shrimp weight), water qualities (DO, temperature, salinity, NO2, NH3, PO4, dan kH), and clinical symptom (white color of shrimp's muscle and orange color on shrimp's abdominal like boiled shrimp).
Based on the experiment results, Survival Ratio (SR) for the treatment without using ozone and UV lamp, the treatment using ozone, and the treatment using ozone and UV lamp respectiveily are around 53,3%, 100%, and 60%. Then, it could be concluded that the treatment using ozone was the maximum treatment for increasing shrimp production in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43044
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Syaugi
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan senyawa spesifik Annonaceous acetogenin dari hasil isolasi menggunakan kolom terbuka dan isolasi HPLC dan dapat mengidentifikasinya menggunakan alat berupa HPLC dan LCMS. Annonaceous acetogenin merupakan senyawa aktif yang terdapat di dalam daun Annona muricata. Senyawa ini telah diteliti tebukti bersifat antivirus, antibakteri, antitumor, dan antikanker secara spesifik terhadap kanker usus, payudara, paru-paru, pankreas, dan ginjal. Gugus lakton dalam senyawa Acetogenin akan menjadi gugus penting dari percobaan ini karena sifatnya yang terkonjugasi sehingga memungkinkan sinar UV untuk masuk ke dalam gugus tersebut. Percobaan akan dilakukan dengan membuat isolasi senyawa Annonaceous acetogenin yang spesifik menggunakan kolom kromatografi dengan pelarut propanol dan aseton, hasil isolasi menggunakan aseton digunakan sebagai pembanding.
Hasil isolasi dari Kromatografi kolom terbuka di isolasi lagi menggunakan HPLC reversed phase dengan kondisi yang dicocokan dengan jurnal acuan (Yang et al, 2010). Kemudian mengidentifikasi senyawa tersebut menggunakan HPLC untuk mendapatkan waktu retensi dan peak yang dicocokan dengan jurnal acuan (Yang et al, 2010). dan LCMS untuk mendapatkan berat molekul isolat. Dari hasil isolasi dilakukan analisa kuantitatif menggunakan spektroskopi UV-Vis dengan menggunakan panjang gelombang maksimum dari jurnal acuan (Kim et al. 1998), kemudian membuat kurva antara konsentrasi terhadap absorbsitivitas.

The objective of this research is to get a specific compund of Annonaceous acetogenin with isolation using open column chromatography and HPLC isolation and identified it using HPLC and LCMS. Annonaceous acetogenin are bioactive compound which are contained in Annona muricata leaves. This compound has been investigated and proven to act as antivirus, antibancteria, antitumor, and anticancer specifically to colon, breast, lung, pancreatic, and kidney breast. Lactone in Annonaceous acetogenin is an important group because its conjugated property toward UV light and Kedde Reagent. This research will began with an isolation from Annonaceous acetogenin with open column chromatography using propanol and aseton as eluent.
The results from open column chromatography is isolated again using HPLC Reversed phase with the condition matched with references (Yang et al. 2010). Then the isolate is identified using HPLC and LCMS to get the retention time and its molecular weight. After isolation and identification, we use the isolate to determine the quantitative analysis using maximum lengthwave from reference (Kim et al. 1998), then make the concentration versus absorbtivity curve.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45970
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Surya Wibawa
"ABSTRAK
Senyawa aromatik dan olefin dapat diperoleh dari reaksi aseton dengan
menggunakan katalis HZSM-5. Kemampuan katalis dalam mengkonversi aseton
diuji dengan mengunakan reaktor unggun tetap (fixed bed) pada suhu 350o-430oC,
tekanan atmosferik, dan mengunakan aliran carrier gas N2 sebesar 30 ml/menit
dengan rasio katalis Si/Al=75. Kemudian produk yang terbentuk dianalisa dengan
menggunakan GC-MS. Komposisi senyawa aromatik yang terbentuk pada suhu
reaksi 400o dan 430oC 30,86% lebih besar daripada suhu 350oC. Komposisi
senyawa aromatik turun 44,63% selama reaksi enam jam. Kokas yang terbentuk
pada suhu reaksi 350oC 4,74% lebih banyak daripada suhu 430oC. Terbentuknya
kokas mengakibatkan kemampuan shape selective catalyst menurun karena
diameter pori katalis akan semakin menyempit dari 0,63 nm menjadi kurang dari
0,57 nm.

ABSTRACT
Aromatics and olefins can be obtained from the reaction of acetone using HZSM-
5 catalyst. Ability of the catalyst in converting the acetone is tested by using fixed
bed reactor at temperature 350o-430oC, atmospheric pressure, and using flow rate
30 ml / min of N2 as carrier gas with ratio of the catalyst Si/Al = 75. Then the
product is analyzed by using GC-MS. Composition of aromatic compounds
formed in the reaction temperature of 400o and 430oC 30.86% greater than the
temperature of 350oC. Composition of aromatic compounds decreased 44.63%
during six hour reaction. Coke formed in the reaction temperature of 350oC is
4.74% more than the temperature of 430oC. Coke formation causing ability of
shape selective catalyst is reduced because the catalyst pore diameter will be
narrowed from 0.63 nm to less than 0.57 nm."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43197
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>