Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150788 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dhian Luluh Rohmawati
"ABSTRAK
Perilaku berpacaran remaja sekarang sudah mengarah kepada perilaku seks
pranikah. Pengetahuan orang tua dan peran dalam memberikan pendidikan seks
yang diperlukan untuk mengurangi masalah perilaku seks pranikah pada remaja.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif sederhana dan teknik triangulasi
dengan tujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan orang tua
mengenai perilaku berpacaran yang dilakukan anak remajanya dan perannya
dalam memberikan pendidikan seks. Sampel pada penelitian ini berjumlah 96
orang tua yang memiliki anak usia remaja yang berpacaran di Desa Kepuhrejo
Provinsi Jawa Timur. Teknik sampling yang digunakan adalah random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan orang tua mengenai perilaku
berpacaran pada anak remajanya dan peran dalam memberikan pendidikan seks
secara umum masih kurang. Saran bagi penelitian selanjutnya adalah
menggunakan desain penelitian deskripsi komparatif atau deskripsi korelatif
sehingga hasil penelitian dapat lebih berkembang dan bervariasi.

ABSTRACT
Currently, the dating behavior of adolescent leads to premarital sex behavior. In
that case, proper knowledge and role of parents are needed to decrease the
number of premarital sex possibilities in adolescent children. This research used a
simple descriptive design and triangulation technique which has purpose to identify the
parents level of knowledge about sexual behaviour of their adolescent children and their
role in sex education. The number of sample were 96 parents who have adolescent
children in Desa Kepuhrejo, East Java. Sampling technique used was random sampling
and used proportion experiment analysis. The result showed that the parents?
knowledge about sexual behavior of adolescent children and their role in providing sex
education was still at low level. Recommendation for next research is using different
design such us comparative descriptive or colerative descriptive in order to the result of
research more complex and variation."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43108
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Ria Andrini
"Terjadinya peningkatan sikap dan perilaku seksual di kalangan remaja menimbulkan berbagai masalah, karena bukan Jianya tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang ada di Indonesia, namuiTjuga menimbulkan dampak negative lainnya, seperti kehamilan di luar nikah, depresi, penyakit kelamin, bahkan tertularnya penyakit AIDS. Untuk memecahkan permasalahan ini, yang harus dilakukan bukan hanya memperbaiki remajanya saja, tetapi juga dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mendukung usaha tersebut. Isu-isu perilaku seksual remaja, akhirnya selalu berujung pada satu kesimpulan yang sama, yakni pentingnya diberikan pendidikan seks pada remaja sebagai langkah antisipatif untuk mencegah kesalahan perilaku. Orang tua sebagai individu yang terdekat dengan anak seharusnya dapat menerangkan arti yang sebenarnya dari seks dengan cara yang sehat dan baik karena ia sangat berperan dalam pembentukan nilai dan sikap anak. Namun, pendidikan seks itu sendiri menyebabkan timbulnya pendapat yang saling bertentangan dan kerap kali sulit untuk diterapkan oleh orang tua karena adanya nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat yang menganggap seks merupakan suatu hal yang tabu untuk dibicarakan.
Dari permasalahan inilah, maka ingin diketahui bagaimana intensi orang tua untuk memberikan pendidikan seks kepada anak remajanya. Penelitian ini berdasarkan teori Planned Behavior (Ajzen, 1988) yang merupakan respon dan pengembangan dari teori Reason Action. Teori ini mengatakan bahwa intensi adalah penentu langsung dari tingkah laku dan pengukuran intensi yang tepat akan memberikan peramalan tingkah laku yang akurat. Lebih lanjut, teori ini menyatakan bahwa intensi ditentukan oleh tiga faktor, yaitu sikap terhadap tingkah laku, norma subyektif, dan perceived behavior control (baik perceived behavior control belief (PBCb), maupun perceived behavior control direct (PBCd)). Dalam menentukan intensi, masing-masing faktor memiliki kekuatan yang berbeda-beda dan perbedaan tersebut dapat menjelaskan latar belakang timbulnya intensi yang hendak diteliti.
Dengan tehnik incidental sampling, sebanyak 116 orang tua yang memiliki anak pra remaja, dilibatkan sebagai subyek penelitian. Prosedur dan alat pengumpulan data mengikuti model Ajzen dan Fishbein (1980). Untuk pengolahan data, digunakan komputer sebagai alat bantu untuk mendapatkan perhitungan persentase, korelasi pearson, regresi berganda, t-test, dan anova.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah subyek penelitian ternyata memiliki intensi yang kuat untuk memberikan pendidikan seks kepada anak remajanya. Selain itu, juga diketahui bahwa terdapat hubungan linear antara sikap, norma subyektif, PBC (baik PBCb maupun PBCd) dengan intensi. Dari hasil analisis berganda diketahui hanya PBCb yang tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap intensi. Sedangkan sikap, norma subyektif, dan PBCd memiliki pengaruh yang siginifikan, dengan sumbangan terbesar diberikan oleh norma subyektif. Jadi, intensi orang tua untuk memberikan pendidikan seks kepada anak remajanya sangat dipengaruhi oleh persepsi mereka mengenai harapan orang-orang yang dianggap penting bagi dirinya agar ia memberikan pendidikan tersebut kepada anak remajanya.
Dari penelitian ini juga diketahui bahwa hampir separuh subyek penelitian berpendapat bahwa pendidikan seks kepada remaja paling baik diberikan oleh orang tuanya sendiri dan separuh dari jumlah subyek menyetujui pemberian pendidikan seks kepada anak di usia remaja awal (12 -15 tahun).
Beberapa saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebaiknya jumlah sampel diperbesar dengan penyebaran berdasarkan data kontrol yang merata sehingga dapat dilakukan pengolahan statistik lebih lanjut, untuk mendapatkan hasil yang lebih kaya dan rinci. Selain pemberian kuesioner, sebaiknya juga dilakukan wawancara untuk mendapatkan jawaban yang lebih kaya dan akurat dalam peramalan intensi. Selanjutnya juga disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut, seperti topik-topik masalah seks yang sering dibicarakan dan ditanyakan antara anak dan orang tua, disarankan agar melakukan wawancara kepada para orang tua karena ternyata dari penelitian ini diketahui terdapat perbedaan pengetahuan antara apa yang ingin diberikan orang tua dan yang ingin diketahui anak. Pengetahuan mengenai pendidikan seks, ternyata bukan hanya diperlukan bagi remaja, tetapi juga bagi orang tua karena berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks masih kurang. Hal bisa dilakukan dengan memperbanyak seminar, menyediakan buku-buku panduan mengenai pendidikan seks, dll. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2896
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imanda Kartika Putri
"Di masyarakat terdapat banyak kasus perilaku seksual berisiko remaja, pelecehan seksual pada anak, dan akses informasi tak terbatas yang membuat anak-anak berisiko mendapatkan informasi yang salah mengenai seksualitas. Pendidikan seks untuk anak merupakan salah satu faktor yang penting untuk mencegah halhal tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pemberian pendidikan seks oleh orang tua siswa madrasah ibtidaiyah Depok tahun 2012. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2012 di wilayah Sawangan Utara, Depok. Penelitian ini menggunakan studi cross sectional dengan populasi orang tua siswa kelas 4,5, dan 6 MI Hayatul Islamiyah Depok. Data didapat dalam bentuk data primer dari pengisian kuesioner responden.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan signifikan antara perilaku pemberian pendidikan seks untuk anak oleh orang tua dengan pengetahuan, sikap, dan keterpaparan sumber informasi, dan tidak ada hubungan yang signifkan antara ada hubungan signifikan antara perilaku pemberian pendidikan seks untuk anak oleh orang tua dengan tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, dan pengalaman pendidikan seks yang pernah diterima orang tua pada masa kanak-kanak.

In Society, there are many cases about highly risk adolescents sexual behavior, sexual child abuse, and unlimited information accessibility for children with high risk of getting wrong information about sexuality. Sex education for children is one of important factors to prevent those things.
The purpose of this study was to find out factors related to behavior of sex education by parents of Madrasah Ibtidaiyah Hayatul Islamiyah Depok students. This study took place in Depok from May until June 2012. The population of this cross sectional study was the parents of MI Hayatul Islamiyah Depok grade 4,5, and 6 with primer data by questionnaire.
The result of this study is that there is a correlation between behavior of sex education for children by parents with parents knowledge, attitude, and information accessibility, and there is no correlation between behaviour of sex education for children by parents with parents education status, economy status, and their experience of getting sex education during childhood.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Herdina Nur Islamiati
"Penelitian ini menganalisis dampak modal sosial pada capaian pendidikan anak dan bagaimana variasi dampak modal sosial di berbagai tipe keluarga. Dalam penelitian ini, capaian pendidikan diukur dari tingkat keberhasilan anak dalam menyelesaikan pendidikan sekolah menengah, dimana sampel terbagi menjadi dua kelompok yakni jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Dengan menggunakan regresi logit dan data Indonesia Family Life Survey (IFLS) gelombang 4 dan 5, ditemukan hasil yang bervariasi antar jenjang pendidikan. Baik pada jenjang SMP maupun SMA, jumlah saudara, ekspektasi orang tua, dan diskusi orang tua secara signifikan mempengaruhi capaian pendidikan anak. Sementara itu, variabel tipe keluarga hanya berpengaruh di jenjang SMA. Dibanding dengan tipe keluarga lain, anak yang tinggal di tipe keluarga dengan orang tua tunggal memiliki probabilitas yang paling kecil dalam menyelesaikan jenjang SMA.

This study examines the impact of social capital on children's educational attainment and how the impact of social capital varies across different types of families. In this study, educational attainment was measured by the level of success of children in completing secondary school education, where the sample was divided into two groups, namely Junior High School (SMP) and Senior High School (SMA). By using logit regression and data from the Indonesia Family Life Survey (IFLS) waves 4 and 5, it was found that the results varied between levels of education. At both the junior and senior high school levels, the number of siblings, parental expectations, and parental discussions significantly affect a child's educational attainment. Meanwhile, the type of family variable only has an effect at the high school level. Compared to other types of families, children living in single-parent families have the lowest probability of completing high school."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adriani Jacob Batto Solo
"ABSTRAK
Program Indonesia Pintar PIP merupakan program perlindungan sosial di bidang pendidikan yang bertujuan mengupayakan anak usia sekolah dari rumah tangga miskin memperoleh pendidikan, baik anak yang putus sekolah maupun yang masih bersekolah. Penelitian ini mengidentifikasi dan menganilisis peran yang berjalan dan tidak berjalan dari implementor agencies dalam pelaksanaan PIP. Peran merupakan suatu konsepsi yang sangat berguna untuk mengerti dinamika terpadunya individu dengan suatu sistem sosial. Peran yang dilihat merupakan peran secara kolektivitas, peran sebagai institusi atau lembaga atau kelompok masyarakat. Pendekatan penelitian menggunakan metode kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam kepada pemerintah daerah, sekolah dan masyarakat. Selain itu dilakukan observasi terhadap rumah tangga miskin dan menggunakan data sekunder Susenas, Podes dan data daerah mengenai pendidikan untuk memperkaya informasi yang diperlukan. Temuan penelitian adalah peran yang dijalankan oleh pemerintah daerah, sekolah dan masyarakat belum mendukung program ini untuk mencapai outcome program. Pelaksanaan peran dari pemerintah daerah, sekolah dan masyarakat baru pada tahap delivery mechanism yaitu pendistribusian dana bantuan PIP ke penerima manfaat. Selain itu dalam pelaksanaan PIP, peran dalam pemantauan pelaksanaan program tidak berjalan secara optimal.

ABSTRACT
Program Indonesia Pintar PIP is a social security program on education with the goal to seek efforts for school age children from poor families to obtain education, either for drop out children or those who are still at schools. The research is to identy and to analyze the successfull and unsuccessful roles of the implementer agencies in conducting PIP. A role is a conception that is beneficial to understand the dynamics of integrated individuals in the social system. The roles see are collective roles, roles as institution or as community. The approach use in the research is a qualitative research using in depth interview to the local government, schools and society. Asides of that, observation towards poor families is conducted as well and secondary data from Susenas, Podes and local data on education is also used to enrich the information. The finding of the research is that the role conducted by the local government, schools and society is not yet supporting the program to achieve the outcome. The conducted role of the local government, schools and society is only on the delivery mechanism that is to distribute PIP fund to the beneficiaries. Besides that, on the implementation of PIP, the monitoring role of the implementor agencies is not running optimally."
2018
T50262
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kajian dari tulisan ini adalah, salah satu upaya memberikan keyakinan pada semua pihak bahwa program pendidikan jasmani yang bermakna sangat penting bagi proses pendidikan anak secara total, sehingga harus diupayakan untuk terus diingatkan kualitas keberadaan dan programnya di sekolah-sekolah."
796 JIO 9:1 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arina Isyalhana
"Banyak ibu yang sudah merasa bahwa edukasi seks penting untuk diberikan sejak dini, namun ibu belum memiliki pengetahuan yang baik mengenai edukasi seks bagi anak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas program Psikoedukasi “A-B-Se” (Ayo Bicara Seks!) dalam meningkatkan pengetahuan ibu mengenai edukasi seks bagi anak prasekolah. Program ini terdiri dari 2 sesi dengan durasi 90 menit pada setiap sesi. Desain penelitian ini adalah one group pre-test post-test design. Partisipan penelitian adalah 13 ibu yang memiliki anak berusia 3-5 tahun. Materi psikoedukasi diadaptasi dari tema pengetahuan ibu mengenai edukasi seks oleh Martin et al. (2018). Alat ukur yang digunakan dikembangkan oleh peneliti berdasarkan studi literatur serta melewati uji validitas dan reliabilitas. Hasil olah data pre-test dan post-test 1 dengan metode Wilcoxon signed-rank test menunjukkan signifikansi nilai p sebesar 0,012 (p<0,05). Berdasarkan hasil tersebut, psikoedukasi “A-B-Se” efektif untuk meningkatkan pengetahuan ibu mengenai edukasi seks bagi anak prasekolah secara signifikan. Setelah jeda 20 hari, hasil post-test 2 menunjukkan sedikit penurunan rata-rata skor partisipan namun hasil uji signifikansi tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Berdasarkan hasil tersebut, pengetahuan ibu dapat ditingkatkan dengan mengikuti program ini, namun perlu dilakukan tindakan lebih lanjut agak pengetahuan ibu dapat bertahan setelah program selesai

Many mother knew that children need sex education from an early age, but do not have adequate knowledge about this matter yet. This study aims to test the effectiveness of the “A-B-Se” Psychoeducation Program (Let’s Talk about Sex) in increasing mother's knowledge about sex education for preschool children. This program has 2 sessions with 90 minutes duration in each session. The research design is a one group pre-test post-test design. The participants of this study were 13 mothers who have children aged 3-5 years. The materials for this psychoeducation were adapted from the theme of mother’s knowledge about sex education by Martin and colleagues (2018). The data was collected using a measuring tool for mother's knowledge about sex education for preschool children which was developed by researcher based on literature studies and has passed validity and reliability tests. The result of pre-test and post-test 1 data analyzed using the Wilcoxon signed-rank test method showed a significant p value of 0.012 (p<0.05). Based on the result, the psychoeducation program "A-B-Se" is effective in increasing mother's knowledge about sex education for preschool children significantly. After 20 days of interlude, the mean score of post-test 2 showed slight decrease, but the result of significance test did not show significant change in mother’s knowledge. Based on there results, mother’s knowledge about sex education for preschool children can be increased by participating in this program, but further measures need to be taken with the aim that mother’s knowledge can sustain even after the program has finished"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isni Nur Aini
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2805
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utami Putri Manvi, autho
"ABSTRAK
Dalam lingkup rumah tangga-mikro, orang tua memegang peran penting
dalam menentukan kualitas anak. Teori klasik Becker dan Lewis (1974)
membuktikan keterbatasan pendapatan dalam rumah tangga membuat orang tua
menghadapi trade-off antara jumlah anak dan kualitas anak. Studi ini bertujuan
melakukan pengujian teori Becker secara empiris di Indonesia. Menggunakan data
IFLS4 dan metode OLS, ditemukan hubungan positif antara jumlah anak dan lama
sekolah. Hal ini mengindikasikan tidak terdapat trade-off antara kuantitas dan
kualitas anak usia 7-24. Selanjutnya, variabel tingkat pencapaian pendidikan juga
digunakan dalam uji ini sebagai pendekatan kualitas pendidikan lainnya.
Menggunakan metode order logit, hasil pengujiannya mendukung temuan
sebelumnya yaitu tidak terdapat trade-off antara jumlah anak dan tingkat
pencapaian pendidikan anak.

ABSTRACT
Parents play an important role in determining the quality of children at
home production. Classical theory of Becker and Lewis (1974) had proven that
there is trade-off between quantity and quality of children because of their low
income parents. This study aim for testing the Becker’s theory empirically in
Indonesia by using the data IFLS 4 and OLS method. It is found that there is a
positive relationship between number of children and years of schooling. This
study indicates that there is no trade-off between quantity and quality of children
ages 7-24. Furthermore, educational attainment level is also tested as an approach
another education quality. By using order logit method, the test results support
previous findings that could not find trade-off between number of children and
level of educational attainment of children in Indonesia."
2014
S55265
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Awalani
"Penelitian ini membahas tentang peran Yayasan Terang Anak Indonesia dalam membantu kebutuhan pendidikan anak jalanan bersekolah di era Covid-19 dari disiplin Ilmu Kesejahteraan Sosial. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan anak jalanan yang disebabkan karena kebutuhan dasar mereka sebagai seorang anak tidak terpenuhi. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar yang sama meskipun berbeda tingkatan usia, dan yang menjadi pembeda adalah pemenuhan kebutuhan dasar anak memerlukan bantuan dari orang lain, yaitu orang dewasa di sekitar anak, salah satunya adalah orang tua. Ada lima kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan akan rasa kasih sayang dan memiliki, kebutuhan akan rasa harga diri, serta kebutuhan akan aktualisasi diri atau pendidikan. Namun, karena ketidakmampuan orang tua dalam menjalankan perannya dalam memenuhi kebutuhan dasar anak, pihak lain seperti lembaga sosial yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat akhirnya mendirikan panti sosial asuhan anak, rumah singgah, atau rumah belajar yang berperan untuk menggantikan peran orang tua dalam memberikan pelayanan kebutuhan dasar anak dan menjadi wadah untuk anak mengembangkan potensinya sebagai salah satu upaya pengentasan masalah anak jalanan. Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara terstruktur terhadap lima informan dan penelitian berlangsung pada Februari sampai Mei 2022. Hasil penelitian menunjukan bahwa permasalahan anak jalanan berbeda dari kondisi sebelum dan saat era Covid-19. Pada masa darurat Covid-19, pemerintah mengeluarkan kebijakan kepada setiap institusi pendidikan untuk melaksanakan Belajar Dari Rumah (BDR) yang dilakukan dengan sistem pembelajaran jarak jauh dalam jaringan/secara online menggunakan gadget maupun laptop melalui beberapa portal dan aplikasi pembelajaran daring. Pelaksanaan BDR tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi anak jalanan yang masih bersekolah di pendidikan formal, mereka yang sebelumnya sudah hidup dalam kondisi kekurangan diharuskan menjangkau kebutuhan pendidikan BDR. Adanya sistem pembelajaran BDR dimaknai oleh anak jalanan bersekolah dan orang tua sebagai beban tambahan di saat kondisi sudah sulit. Sehingga anak jalanan bersekolah tersebut lebih memilih untuk bekerja di jalanan, dan tidak mengikuti kegiatan BDR. Yayasan Terang Anak Indonesia adalah lembaga swadaya masyarakat yang memiliki fokus di bidang pendidikan, serta sasaran layanan lembaga ditujukan untuk anak dari keluarga kurang mampu dan terbebani dalam menjalankan pendidikan formalnya, termasuk anak jalanan bersekolah yaitu memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak yang ditujukan untuk membantu memperbaiki kondisi anak dengan melengkapi atau menggantikan fungsi dari orang tua yang tidak mampu dalam melaksanakan tugasnya. Yayasan Terang Anak Indonesia memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak jalanan bersekolah dalam membantu kebutuhan pendidikan di era Covid-19 melalui program “Sekolah Online Bersama YATERI”. Dari penelitian ini diketahui bahwa peran yang dilaksanakan oleh Yayasan Terang Anak Indonesia dalam membantu kebutuhan anak jalanan bersekolah adalah sebagai pendidik yaitu mendampingi anak selama mengikuti pembelajaran yang disampaikan oleh guru; sebagai fasilitator yaitu sebagai penyedia media pembelajaran dengan sistem BDR dengan menyiapkan perangkat teknologi smartphone dan laptop serta jaringan internet; sebagai motivator yaitu memotivasi anak untuk tetap semangat dalam melaksanakan sekolah dengan sistem BDR; dan sebagai director, membimbing anak untuk mencapai keberhasilan terutama di bidang pendidikan. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan terutama dalam kajian Ilmu Kesejahteraan Sosial khususnya dalam mata kuliah Kesejahteraan Anak dan Manajemen Organisasi Pelayanan Kemanusiaan mengenai gambaran permasalahan dan tantangan anak jalanan khususnya anak jalanan bersekolah yang dilihat berdasarkan pemenuhan kebutuhan anak, serta upaya yang dilakukan dalam pengentasan masalah anak jalanan.

This study discusses the role of the Terang Anak Indonesia Foundation in helping the educational needs of street children in school in the Covid-19 era from the discipline of Social Welfare Science. This research is motivated by the problem of street children because their basic needs as a child are not fulfilled. Every human being has the same basic needs despite different age levels, and what makes the difference is that meeting the basic needs of children requires help from other people, namely adults around children, one of which is parents. There are five basic needs that every child has, namely physiological needs, the need for security and protection, the need for love and belonging, the need for self-esteem, and the need for self-actualization or education. However, due to the inability of parents to carry out their role in meeting the basic needs of children, other parties such as social institutions organized by the government and the community eventually set up child care social institutions, shelter houses, or learning houses that have a role to replace the role of parents in providing services for their needs. children's foundation and become a place for children to develop their potential as an effort to alleviate the problem of street children. The study was conducted using a qualitative approach with data collection through structured interviews with five informants and the research took place from February to May 2022. The results show that the problems of street children are different from conditions before and during the Covid-19 era. During the Covid-19 emergency, the government issued a policy for every educational institution to carry out Learning From Home (BDR) which was carried out with a distance learning system in the network/online using gadgets or laptops through several portals and online learning applications. The implementation of BDR is a challenge for street children who are still attending formal education; those who previously lived in conditions of deprivation are required to reach the educational needs of BDR. The existence of a BDR learning system is interpreted by street children and parents as an additional burden when conditions are difficult. So that the street children in school prefer to work on the streets, and do not participate in BDR activities. The Terang Anak Indonesia Foundation is a non-governmental organization that has a focus on education, and the agency's service targets are aimed at children from underprivileged families who are burdened with carrying out their formal education, including street children going to school providing social welfare services for children aimed at helping improve children's conditions by complement or replace the function of parents who are unable to carry out their duties. The Terang Anak Indonesia Foundation provides social welfare services for street children in school to help with educational needs in the Covid-19 era through the "Online School with YATERI" program. From this research, it is known that the roles carried out by the Terang Anak Indonesia Foundation in helping the needs of street children in school are as educators, namely assisting children during the lessons delivered by the teacher; as a facilitator, namely as a provider of learning media with the BDR system by preparing smartphone and laptop technology devices and internet networks; as a motivator, namely motivating children to stay enthusiastic in carrying out schools with the BDR system; and as director, guiding children to achieve success, especially in the field of education. This research is expected to be useful for the development of science and knowledge, especially in the study of Social Welfare Sciences, especially in the subject of Child Welfare and Management of Human Services Organizations regarding the description of the problems and challenges of street children, especially street children in school which are seen based on the fulfillment of children's needs, as well as the efforts made in alleviating street children problem."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>