"Sebagai sebuah Strategic Bussiness Unit (SBU) Dok Sorong diharapkan mampu untuk mengelola keseluruhan assetnya seoptimal mungkin agar dapat menghasilkan keuntungan yang sebesar-besamya bagi perusahaan. Demikian juga dengan kapal dan sarana apung milik Dok Sarong harus dikelola dengan kaidah-kaidah ekonomi yang baik sehingga tidak menjadi beban biaya, melainkan dapat memberikan kontribusi keuntungan yang cukup signifikan bagi perusahaan.
Untuk mengelola kapal dan sarana apung tersebut perlu dilakukan kajian-kajian ekonomi untuk melihat seberapa jauh asset tersebut dapat menghasilkan keuntungan. Kajian ekonomi dilakukan dengan menilai kapal dan sarana apung tersebut sebagai suatu investasi. Kemudian membuat proyeksi arus kas dan menganalisanya dengan metode NPV, IRR dan Payback periods, sehingga dapat diketahui asset mana saja yang dapat menghasilkan keuntungan. Untuk membuat proyeksi arus kas, dilakukan pengumpulan data-data agar dapat memperkirakan besarnya biaya operasi dan pendapatan masing-masing kapal dan sarana apung. Rencana pendapatan diperoleh dari penyewaan kapal.
Setelah mengetahui besarnya NPV, IRR dan Payback Periods, kemudian dibuat analisa altenatif pengelolaan lain yang memungkinkan asset tersebut untuk menghasilkan keuntungan, yaitu dengan menjualnya. Berdasarkan data harga penjualan kapal dengan jenis, kapasitas dan usia yang hampir sama, maka keuntungan penjualan kemudian dibandingkan dengan keuntungan penyewaan.
Setelah dibandingkan ternyata dari 8 (delapan) kapal dan sarana apung yang dianalisa, 6 (enam) diantaranya menunjukkan alternatif penyewaan menghasilkan keuntungan yang lebih besar, yaitu kapal TB. Maru, SV. Permina Supply - 23, HB. Heraika I & II, OB.PB - I & XV. Sementara 2 kapal lainnya yaitu LC. Sangata dan LC. Tanjung Santan, karena NPV yang dihasilkan tidak begitu besar maka alternatif menjual lebih menguntungkan. Hasil kajian ekonomi ini diharapkan dapat menjadi salah satu pertimbangan manajemen Dok Sorong dalam rencana pengelolaan kapal dan sarana apung yang dimilikinya untuk mencapai basil yang paling optimal.
As a Strategic Business Unit (SBU) Dok Sorong is expected to manage all of its assets in such a way as to maximize profits for the company. In addition, vessels and barge owned by Dok Sorong should be managed economically so that they will not become a burdensome but instead could make a significant contribution to the profits of the company. To manage vessels and barge, it is necessary to perform an economic review to see to what extent such assets can be profitable. This review is performed by way of evaluating vessels and barge in terms of investment potential. Then a cash flow projection is made together with analysis using the NPV, IRR and Payback Period methods from which it can be known which assets are capable of generating profits. To make a cash flow projection, we gather data in order to estimate the amount of operating expenses and revenue of each vessels and barge. Revenue planning is obtained from charter of vessels. After finding out the result f the NPV, IRR and Payback Period methods, we perform analysis of other alternatives wherever possible to make the assets profitable, i.e. through selling them. Based on selling price, type, capacity and similarity of useful life of the vessels, we compare profits from selling with profits from charter. After such a comparison has been made, we discovered that out of 8 vessels and barge, 6 showed the charter alternative to produce higher profit, i.e. vessels TB Maru, SV Permina Supply-23, HB. Heraika I & II, OB.PB - I & XV; whilst the other two vessels, under the NPV method showed less positive result, so selling alternative is more profitable in the latter case. The result of this economic analysis is for the consideration of management of Dok Sorong in endeavor to maximum result of vessels and barge owned."