Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152734 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratih Harumsari
"Untuk mensukseskan pelaksanaan program diversifikasi energi dari bahan bakar minyak ke bahan bakar gas diperlukan perumusan strategi yang tepat oleh Pemerintah. Tujuan penelitian ini adalah merumuskan strategi implementasi program tersebut di empat kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat dengan pendekatan analisis SWOT Kuantitatif (Chang, H.H., Huang, W.C.,2006) yang dapat menghasilkan analisis SWOT pada beberapa wilayah secara bersamaan. Setelah mengidentifikasi faktor internal dan eksternal, diperoleh hasil analisis bahwa Depok dan Bekasi berada di Kuadran I, strategi yang disarankankan SO (Strength-Opportunity); Cibinong berada di Kuadran III, strategi yang disarankan WT (Weakness-Threatment) dan Kota Bogor berada di Kuadran IV, strategi yang disarankan ST (Strength-Threatment).

To make a success implementation of the Energy Diversification Program From Fuel Oil to Gas Fuel, it is necessary to formulate an appropriate strategies by the Government. The purpose of this research is to formulate strategy implementation of the mentioned programme in four city/regency at West Java Province with the SWOT Analysis Quantitative approach (Chang, H.H., Huang, W.C.,2006) which can produce a SWOT analysis in some regions simultaneously. The analysis result that obtained after identifying the internal and external factors shows that Depok and Bekasi located in the quadrant I, strategies suggested is SO (Strength-Opportunity); Cibinong located in the quadrant III, strategies suggested is WT (Weakness-Threatment) Strategy; and Bogor city is located in the quadrant IV, strategies suggested ST (Strength-Threatment) Strategy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31040
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shahabudin
"Dengan makin meningkatnya kebutuhan bahan bakar minyak. Kebutuhan biaya dan distribusinya menjadi sesuatu yang memberatkan bagi Pemerintah maupun Pertamina, hal ini terlihat dengan makin besarnya subsidi BBM. Undang-undang minyak dan gas bumi yang baru nomor 22 tahun 2001 memungkinkan adanya peranan perusahaan lain diluar Pertamina untuk menangani penyediaan BBM.
Disamping itu dengan akan dimulainya pasar bebas AFTA yang akan dimulai pada tahun 2003, tidak dapat dihindari masuknya perusahaan global didalam pemasaran BBM di Indonesia seperti halnya yang telah terjadi di negara-negara ASEAN lainnya. Sehingga akan terjadi suatu perubahan srategi bisnis dari usaha monopolistik menjadi usaha yang dapat bersaing. Untuk mengantisipasi era pasar bebas yang tidak lama lagi akan di mulai maka perlu disiapkan langkah strategi bisnis bahan bakar minyak di Indonesia dalam menghadapi era pasar bebas mendatang.
Teknik penelitian yang dilakukan adalah mempelajari faktor Internal dan eksternal yang dianalisis dengan metode SWOT melalui penelitian kondisi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi Pertamina didalam bisnis bahan bakar minyak. Dari analisis SWOT tersebut dapat diketahui posisi perusahaan dan strategi yang harus diterapkan oleh perusahaan di dalam bisnis bahan bakar minyak pada era pasar bebas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan masih mempunyai kondisi internal yang kuat dan masih adanya peluang yang cukup besar di dalam bisnis bahan bakar minyak di Indonesia, meskipun ancaman yang akan di hadapi cukup besar pada era pasar bebas. Strategi yang dibutuhkan oleh perusahaan adalah strategi Intensif atau integration.
Adapun strategi bisnis bahan bakar minyak yang perlu dilakukan oleh Pertamina adalah mengupayakan maksimalisasi pangsa pasar, mengembangkan kompetensi inti dalam infrastruktur distribusi bahan bakar minyak, memperkuat integrasi vertikal antara pengolahan dan pemasaran bahan bakar minyak, meningkatkan kualitas mutu bahan bakar minyak serta cost effectiveness dalam penyediaan distribusi bahan bakar minyak."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T8918
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Pradaning Ratri
"Penelitian ini dilatarbelakangi salah satu pilar utama dalam pembangunan daerah, yaitu bahan bakar minyak. Tingginya tingkat konsumsi bahan bakar minyak namun produksi bahan bakar minyak mengalami penurunan. Pemberian subsidi bahan bakar minyak juga tidak dapat menekan tingkat konsumsi bahan bakar minyak mengakibatkan anggaran pendapatan belanja negara mengalami defisit. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang penurunan subsidi bahan bakar minyak. Di samping memberikan dampak pada perekonomian nasional juga berdampak pada perekonomian wilayah di Indonesia yang salah satunya adalah DKI Jakarta.
Tujuan studi ini adalah menganalisa subsidi bahan bakar minyak terhadap perekonomian DKI Jakarta dengan menggunakan sistem neraca sosial ekonomi. Studi ini membahas pengaruh bahan bakar minyak terhadap sektor-sektor ekonomi di DKI Jakarta, serta dampak kebijakan pemerintah tentang penurunan subsidi bahan bakar minyak pada perekonomian serta distribusi pendapatan di DKI Jakarta. Dengan pembahasan tersebut akan memberikan gambaran sektor-sektor ekonomi yang mana terkena dampak paling kuat dari kebijakan penurunan subsidi bahan bakar minyak.
Berdasarkan basil analisa, dapat dikemukan bahwa bahan bakar minyak mempunyai pengaruh sangat kuat terhadap sektor-sektor ekonomi terutama sektor jasa dan perdagangan. Alur pengaruh rumah tangga golongan VII sampai X yang telah diketahui digunakan sebagai dasar penentuan dampak kebijakan pemerintah tentang penurunan subsidi bahan bakar minyak terhadap perekonomian. Kebijakan pemerintah tentang penurunan subsidi bahan bakar minyak secara bertahap disertai dengan pemberian dana kompensasi sangat balk untuk perekonomian DKI Jakarta. Kebijakan pemerintah tersebut berdampak pada kemerataan distribusi pendapatan tenaga kerja serta kemerataan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi.
Kelemahan dan catatan tentang studi ini dapat dijadikan bahan pemikiran studi sejenis di masa depan, yaitu: (1) model ini berasumsi bahwa harga tetap, sedangkan subsidi bahan bakar minyak yang diterapkan di Indonesia dikenakan pada harga. (2) model ini memiliki jumlah sektor yang sedikit sehingga belum dapat mengetahui secara lebih terperinci sektor mana mempunyai dampak paling kuat terhadap kebijakan pemerintah. (3) model ini berasumsi bahwa tidak ada pengaruh perekonomian lain terhadap perekonomian DKI Jakarta, yang selayaknya analisa terhadap suatu wilayah juga memperhatikan aspek keterkaitan antar daerah. (4) model ini dapat memberikan pemahaman tentang dampak kebijakan pemerintah terhadap perekonomian serta distribusi pendapatan pada satu wilayah.

Background of this thesis on the main point of development region is petroleum. The level of consume petroleum is the highest on contrary the produce is become more lowly. The giving of subsidy petroleum never stop to consume petroleum, contrary government budget become deficit. The government takes out policy of subsidy petroleum. That policy makes a changing in economic of nation or region especially DKl Jakarta.
The objective of this study is examining petroleum subsidy against economic of DKI Jakarta with social accounting matrix. This study also examine the effect of petroleum on economic sector on DKI Jakarta, and the effect regulation of government about lowering petroleum subsidy in economic and income distribution in DKI Jakarta. It will give the descriptive the strongest economic sectors that affect that regulation.
The resulting of this study, it can see that petroleum has strong impact with economic sector especially service and trade sector. Structural path analysis of household in types VII until X that use for basic of the impact government regulation in economical. Government regulation that lowering subsidy petroleum with gradually and giving fund compensation. It should good impact of economic in DKI Jakarta. It affects even income distribution of labor and evenness of growth distribution on economic sector.
The weakness and note of this study are (1) the assume of this model is fixed price, the contrary subsidy of petroleum give on price in Indonesia; (2) The model have little sector, it never knew which sector have strong impact of government regulation; (3) the assume of this model is no effect on the other region in economic DKI Jakarta; (4) the model can give understanding of the impact government regulation in economic sector and income distribution.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20332
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.Hari Prabowo
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T26976
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Difa Adelia
"Skripsi ini membahas Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 002/PUU-I/2003 atas Judicial Review Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi yang menetapkan harga seluruh BBM ditetapkan oleh Pemerintah. Hal ini menimbulkan permasalahan perihal adanya unsur monopoli kembali oleh Pemerintah atas pengaturan BBM di Indonesia berikut dampak yang ditimbulkan terhadap pelaku usaha, konsumen, dan Pemerintah itu sendiri. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode analisis-normatif. Hasil penelitian menyarankan agar dibuat peraturan perundang-undangan dan formula penetapan harga yang lebih tepat dengan memperhatikan unsur persaingan usaha yang sehat dalam pasar.

The focus of this study discusses the Constitutional Court Decision No. 002/PUUI/ 2003 on Judicial Review of Law No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi which sets the fuel price set by the Government. This raises issues regarding the existence of Government’s re-monopoly on the fuel legislation in Indonesia following impacts on the businesses, consumers, and government itself. This study is a qualitative research method of normative analysis. The result suggests making a better legislation and a more precise formula of price fixing that will be done by the povernment, by also considering the aspect of healthy competition in the market."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010
S25056
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S35391
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarwiyati
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2010
S5361
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfah
"ABSTRAK
Tesis ini membahas audit energi pada peralatan utama pemanfaat gas sebagai bahan bakar pada industri minyak dan gas dengan mengambil studi kasus di lapangan Y, Kalimantan Timur. Audit energi perlu dilakukan untuk mengetahui efisiensi serta intensitas energi pada proses produksi di lapangan minyak dan gas bumi serta mengidentifikasi ruang-ruang perbaikan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi tersebut. Perhitungan efisiensi dan intensitas energi dilakukan pada peralatan utama pemanfaat gas berupa generator dan turbokompresor dengan pengambilan data untuk perhitungan dilakukan pada periode 2015 hingga 2017. Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa nilai efisiensi termal generator berkisar antara 13.54% - 17.45%. Nilai efisiensi ini dipengaruhi oleh load power generator, sehingga efisiensi generator akan semakin baik jika load power meningkat. Sementara itu, efisiensi termal kompresor berkisar antara 28,36% - 33,79%. Nilai efisiensi ini bergantung pada variabel proses serta volume gas yang dikompresi. Adapun nilai intensitas energi berkisar antara 64,554 - 71,064 dan emisi GRK yang dihasilkan berkisar antara 160,48-208,17 kt CO2 eq. Ruang-ruang perbaikan yang diidentifikasi untuk meningkatkan efisiensi dan menurunkan intensitas energi yaitu dengan mengoperasikan satu generator dan satu kompresor.

ABSTRACT
This thesis discusses about energy audit on main equipment consuming fuel gas in oil and gas by taking a case study at Field Y, East Kalimantan. Audit energy is essential to be carried out to understand the efficiency and energy intensity on oil and gas production facility and to identify room for improvement that is potential to be done to increase the said efficiency. Calculation on efficiency and energy intensity has been carried out on main equipment consuming fuel gas, which are generators and turbocompressors. Data from 2015-2017 were collected to perform the calculation. Calculation results showed that generator thermal efficiency range from 13,54% - 17,45% which was affected by generator load power itself. The efficiency will be improved if the load power is increased. Meanwhile, compressor thermal efficiency ranged from 28,36% - 33,79% depending on process variables and compressed gas volume. Energy intensity calculation result showed the value of 64,554 - 71,064 and greenhouse gas emission ranged from 160,48-208,17 kt CO2 eq. Room for improvements identified to increase efficiency and to reduce energy intensity are to operate one generator and one compressor in normal operation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T50030
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laksita Ri Hastiti
"Tingginya jumlah dan volume distribusi bahan bakar minyak, salah satunya dengan moda transportasi mobil tangki, memiliki risiko yang semakin kompleks terkait potensi kebakaran dan ledakan. Berbagai penelitian dan laporan kasus membuktikan tingkat kecelakaan atau kebakaran dan ledakan mobil tangki masih terus terjadi. Kajian kuantitatif risiko kebakaran dan ledakan dilakukan untuk mengetahui tingat risiko individu dan sosial. Perhitungan frekuensi dilakukan dengan menggunakan Event Tree Analysis (ETA) dan konsekuensi dengan perangkat lunak ALOHA® (Areal Locations of Hazardous Atmospheres) berdasarkan skenario terburuk. Studi kasus dilakukan di filling shed Terminal Bahan Bakar Minyak X Jakarta.
Penelitian dilakukan dengan desain studi deskriptif dan analitik melalui data primer hasil observasi dan wawancara serta data sekunder perusahaan dan literatur. Penelitian ini menggambarkan risiko individu dan sosial masing-masing masuk dalam kategori masih dapat diterima dan dapat ditoleransi. Perusahaan perlu mempertahankan sistem keselamatan kebakaran yang ada dan meningkatkan sosialisasi terhadap karyawan dan masyarakat karena dampak yang ditimbulkan mulai dari manusia, aset, material, ekonomi dan reputasi perusahaan.

The high amount and volume distribution of fuel which one of them is by truck tank as the mode of transportation, have increasingly complex risks related to the potential of fire and explosion. Various studies and case reports have proven that the level of accidents or fire and explosions of truck tank is continuing to occur. The quantitative fire and explosion risk assessment purpose was to determine the level of the individual and societal risk calculation. Event Tree Analysis (ETA) was used for calculating the frequency and ALOHA® (Areal Locations of Hazardous Atmospheres) software was used to calculate the consequences arise from fire and explosion based on the worst case scenarios. Case study was conducted in filling shed Fuel Terminal X Jakarta.
The study was conducted by descriptive and analytic design through primary data observations and interviews as well as secondary data from company and literature. This study describes that the individual and societal risks of each category are still acceptable and tolerable. Companies need to maintain the existing fire safety system and improve the dissemination to the employee and community because of the impact on humans, assets, material, economic and corporate reputation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43281
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Djohan Asmawi
"Menipisnya cadangan minyak bumi, akan menjadikan bahan bakar minyak konvensional seperti Premix, Premium dan Solar semakin mahal harganya, dan subsidi terhadap minyak solar yang dilakukan Pemerintah selama ini suatu saat akan tidak dapat dilanjutkan. Melihat fenomena ini, menjadikan Pemerintah mengambil langkah kebijaksanaan bidang energi antara lain. kebijaksanaan konservasi dan diversifikasi energi guna mengurangi peranan bahan bakar minyak (BBM) dan meningkatkan peranan energi lain. Ini dimaksudkan untuk mengurangi tingkat ketergantungan terhadap pemakaian BBM dan menggantikan dengan jenis energi lain guna memenuhi kebutuhan energi, khususnya untuk transportasi.
Pembangunan yang semakin meningkat menjadikan tingkat pertumbuhan ekonomi semakin tinggi. Salah satu dampak yang terjadi adalah merangsang produksi dan jumlah kendaraan bermotor. Kehadiran kendaraan bermotor dalarn masyarakat sangatlah panting, akan tetapi telah terjadi pula permasalahan lalulintas seperti kemacetan, kecelakaan dan pencemaran udara. Hasil penelitian dari pola penggunaan BBM menunjukkan bahwa kontribusi pencemaran udara yang berasal dari sektor transportasi mencapai 60%, selebihnya sektor industri 25%, rumahtangga 10% dan sampah 5%.
Untuk menghindari atau mengurangi polusi udara akibat emisi gas buang dari sektor transportasi, maka perlu dilakukan perlindungan melalui upaya pengendalian terbadap sumberiemisi gas buang kendaraan bermotor, sehingga pembebanan udara ambien tetap berada di bawah ambang batas yang diperbolehkan.
Alternatif bahan bakar pengganti yang paling memungkinkan saat ini adalah bahan bakar gas (BBG), karena selain cadangannya dalam jumlah besar juga menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh LEMIGAS (1992) pada kendaraan yang berbahan bakar bensin, BBG lebih efisien dan lebih bersahabat dengan lingkungan. Untuk kendaraan berbahan bakar minyak solar (BBMS), penggantian ke BBG secara langsung masa sulit dilaksanakan karena sistem pembakaran yang berbeda dibanding kendaraan berbahan bakar bensin. Akan tetapi dengan teknologi yang ada, maka Cara dengan pemakaian alat Conversion Kit dapat dilakukan, di mana BBMS yang dipakai dapat disubstitusi dengan bahan bakar minyak solar-gas (BBMSG).
Bila kendaraan bermotor yang berbahan bakar bensin dapat menggunakan bahan bakar gas yang terbukti lebih efisien dan lebih ramah dengan lingkungan, maka penelitian ini melihat emisi gas buang yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor Isuzu Panther BBMS, yang disubstitusi dengan BBMSG. Emisi gas buang yang diteliti dibatasi pada parameter karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx) dan hidrokarbon (HC).
Tujuan penelitian secara umum adalah untuk dapat mengantisipasi pemakaian bahan bakar alternatif dalam rangka menunjang kebijaksanaan diversifikasi dan konservasi energi, dan memperkenalkan kepada masyarakat bahwa kendaraan berbahan bakar solar dapat pula menggunakan bahan bakar gas dengan cara substitusi.
Secara khusus penelitian ini melakukan uji coba untuk mengetahui :
a. Seberapa besar emisi gas buang CO, NOx dan HC yang ditimbulkan bila menggunakan BBMS.
b. Seberapa besar perbedaan emisi gas buang untuk masing-masing parameter tersebut di atas bila dilakukan substitusi dengan BBMSG.
c. Apakah ada perbedaan emisi gas buang yang ditimbulkan antara kendaraan tersebut di tune-up (0 km) dan tidak di tune-up (setelah kendaraan menempuh jarak 5000 km), ditinjau dari bahan bakar yang digunakan.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan mobil Isuzu Panther berbahan bakar solar yang dikondisikan. Maksud dikondisikan, kendaraan terlebih dahulu di tune-up (0 km) kemudian dipasang alat Conversion Kit. Penelitian dilakukan pada kendaraan dalam keadaan static atau posisi gigi transmisi bebas dan kendaraan pada posisi transmisi masuk pada kecepatan dan rpm sebagai berikut:
1.
Gigi transmisi 0 (stalls), kecepatan 0 km/jam, rpm 1500.
2. Gigi transmisi 1, kecepatan 20 km/jam, rpm 2000.
3. Gigi transmisi 2, kecepatan 40 km/jam, rpm 2500.
4. Gigi transmisi 3, kecepatan 60 km/jam, rpm 3000.
5. Gigi transmisi 4, kecepatan 80 km/jam, rpm 3500.
6. Gigi transmisi 5, kecepatan 100 km/jam, rpm 4000.
Sampel diambil sebanyak tiga kali pada tiap-tiap parameter yang diuji. Selanjutnya diulang kembali sebelum di tune-up (setelah kendaraan menempuh jarak 5000 km.) Data seluruh pengamatan pada setiap kali perulangan, baik kendaraan di tune-up atau tidak, sebanyak 216 kasus (sampel). Analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan statistik deskriptif dan inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan secara umum karateristik hasil pengamatan, sedangkan statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan yang mana dalam hal ini digunakan analisis sidik ragam (ASRA) dengan menggunakan fasilitas komputer program Microstat versi 4.1 dari Ecosoft Inc.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa:
1. Ada perbedaan yang nyata untuk emisi gas buang NOx, bila memperhitungkan bahan bakar yang digunakan. Penggunaan BBMSG menimbulkan emisi NOx lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan BBMS.
2. Tidak ada perbedaan yang nyata untuk emisi gas buang CO, bila kendaraan menggunakan BBMS ataupun BBMSG.
3. Ada perbedaan yang nyata untuk emisi gas buang HC, bila memperhitungkan bahan bakar yang digunakan. Penggunaan BBMSG menimbulkan emisi gas buang HC yang lebih tinggi, dibandingkan dengan penggunaan BBMS.
4. Ada perbedaan yang nyata emisi gas buang CO, NOx, dan HC bila memperhatikan kecepatan. Semakin cepat kendaraan melaju memperlihatkan semakin tinggi emisi gas buang yang dihasilkan.
a. Untuk parameter CO, dengan kecepatan kendaraan 100 km/jam adalah:
- 9,7 kali lipat dibandingkan kecepatan 20 km/jam;
- 6,4 kali lipat dari 40 km/jam;
- 2,5 kali lipat dari 60 km/jam;
- 1,5 kali lipat dari 80 km/jam.
b. Dengan kecepatan 100 km/jam diketahui emisi NOx yang dihasilkan adalah:
- 1,5 kali lipat dari kecepatan 20 km/jam;
- 1,2 kali lipat dari 40 km/jam;
- 1,1 kali lipat dari 60 km/jam;
- 1,1 kali lipat dari kecepatan 80 km/jam.
c. Emisi gas buang HC pada kecepatan 100 km/jam adalah:
- 2,4 kali lipat dari kecepatan 20 km/jam;
- 2 kali lipat dari 40 km/jam;
- 1,3 kali lipat dari 60 km/jam;
- 1,1 kali lipat dari 80 km/jam.
Kendaraan tersebut berlaku dalam keadaan tune-up (0 km) dan tidak tune-up (5000 km), baik menggunakan BBMS ataupun BBMSG dengan ukuran kelipatan yang tidak jauh berbeda.
5. Emisi gas buang CO yang dihasilkan tidak beda nyata antara kendaraan di tune-up (0 km) maupun tidak di tune-up (5000 km). Walaupun demikian CO lebih tinggi 1,4 kali lipat bila menggunakan BBMSG dibanding BBMS.
6. Untuk parameter NGx, emisi yang dihasilkan menunjukkan adanya perbedaan nyata antara kendaraan di tune-up dan tidak tune-up. Ternyata penggunaan BBMSG lebih baik dari penggunaan BBMS. Emisi karena penggunaan BBMS adalah 1,3 kali lipat lebih tinggi dibanding pada penggunaan BBMSG.
7. Untuk parameter HC, emisi gas buang yang dihasilkan, tidak ada perbedaan nyata baik kondisi tune-up maupun tidak tune-up. Namun bila dianalisis menurut bahan bakar yang digunakan, emisi HC pada penggunaan BBMSG cenderung lebih tinggi 1,1 kali lipat dibanding pada penggunaan BBMS.
8. Efisiensi ekonomi penggunaan BBMSG menunjukkan penghematan 58% lebih murah dari BBMS.
9. Dari percobaan dengan menggunakan BBMSG melalui penambahan alat Conversion Kit, yang mana campuran BBM yang digunakan adalah 40% BBMS dan 60% BBG, keadaan emisi gas buang untuk parameter utama sudah dapat diketahui. Untuk itu penelitian yang serupa oleh pihak lain terhadap beberapa parameter yang belum diteliti, konsumsi bahan bakar, akselerasi dan lain sebagainya dipandang perlu untuk dilakukan, sehingga temuan-temuannya dapat melengkapi hasil penelitian.

Decreasing the fossil fuel reserve will make combustible material lice Premix, Premium and Diesel fuel more expensive. Government subsidy for Diesel fuel will one day be discontinued. This phenomenon made the government take steps in the field of energy policy, namely conservation policy and energy diversification in order energy sources. Such is mean to reduce the level of dependency towards fossil fuel and replace it with other kinds of energy in fulfilling the need, particularly for transportation purposes.
The ever increasing level of development resulted in an even higher economic growth. One of the impact that is occurring includes the stimulation in the number of motorized vehicle production. Its presence in the community is very important indeed, but another issue arises, namely traffic problems like accidents, traffic jams, air pollution, etc. Research results of the pattern of using fossil fuel showed that the contribution of air pollution originating from transportation reached 60%, the remaining sectors include industry 25%, domestic 10% and solid waste 5%.
To evade or reduce air pollution as a result of exhaust gas emission from the transportation sector, the protection should be carried out through the endeavors of control towards the source or motorized vehicle exhaust gas emission. Such would keep the ambient air below the allowable threshold.
The most possible replacement fuel as alternative, at present, is gas fuel (BBG). Besides its huge amount of reserves, the study result of Lemigas (1992) on vehicles with gasoline, BBG is more efficient and friendly with the environment. Vehicles with Diesel fuel could not be changed directly with BBG. The change is still difficult to implement because they differ in the combustion system compared to those with gasoline. Otherwise, with the availability of technology, by using the convention kit tool, it can be carried out whereby the Diesel fuel material used can be substituted with BBG.
When a gasoline motorized vehicle can use BBG that turned out to be more efficient and more friendly with the environment, thence, this study focused on exhaust gas emission caused by Isuzu Panther motorized vehicle with Diesel fuel combustion material that is substituted by BBG. The studied gas emission was limited to the parameters CO, NOx and HC.
The objective of this study is to anticipate the use of alternate fuel within the framework of supporting the diversification and energy conservation policy as well as introducing to the community that vehicles with Diesel fuel material can also use BBG by substitution. In particular, this study is to carry out a trial to know:
a. How big the exhaust gas emissions of CO, NOx and HC are when using the Diesel fuel material (BBMS).
b. How big the difference in exhaust gas emission for the respective parameters when it was carried out by BBMSG substitution.
c. If there is difference in exhaust gas emission when the vehicle is tuned-up (0 km) and not tuned-up (after completing a distance of 5000 km), both from the fuel used as well as the velocity of the vehicle point of view.
This study is an experimental study by using Panther Isuzu motorcar with conditioned Diesel fuel. Its mean that the car is first of all tuned-up (0 km) then a conversion kit is installed. The study is carried out when the motorcar is stationary or the transmission position is free and when the transmission position is in and the car is running at a velocity and rpm were as follows:
1. Transmission at 0 (static), velocity 0 km per hr, rpm 1500
2. Transmission at 1, velocity 20 km per hr, rpm 2000
3. Transmission at 2, velocity 40 km per hr, rpm 2500
4. Transmission at 3, velocity 60 km per hr, rpm 3000
5. Transmission at 4, velocity 80 km per hr, rpm 3500
6. Transmission at 5, velocity 100 km per hr, rpm 4000
For each parameter tested, the sample taken was three times. Then, it is repeated prior to be tuned-up (after the vehicle covered a distance of 5000 km). The entire observance data at every single repetition, both, whether the vehicle was tuned-up or not, the total number was 216 cases or samples. Data analysis was undertaken by using the descriptive statistical approach as well as inferential. The first was used to illustrate, in general, the characteristics of observance results, whereas, inferential statistic was used to test the proposed hypothesis that was presented and in this case was used for variance analysis (ANOVA) by using the facilities of Microstate version 4.1 computer program from Ecosoft Inc.
The result of the study disclosed that:
1. The gas emission of NOx from diesel fuel-gas vehicle tends to be lower than that from diesel fuel vehicle.
2. The gas emission of CO from diesel fuel-gas vehicle tends to be the some as that from diesel fuel vehicle.
3. The gas emission of HC from diesel fuel-gas vehicle tends to be higher as that from diesel fuel vehicle.
4. There is significant difference of exhaust gas emission by Panther Isuzu vehicle when attention is paid on the velocity of the vehicle.
a. For the CO parameter with a velocity of 100 km per hour:
. 9.7 times compared with a velocity of 20 km per hour
. 6.4 times with a velocity of 40 km per hour
. 2.5 times with a velocity of 60 km per hour
. 1.5 times with a velocity of 80 km/hour
b. With a velocity of 100 km per hour NOx emission is known to be:
. 1.5 times the a velocity of 20 km per hour
. 1.2 times the a velocity of 40 km per hour
. 1.1 times the a velocity of 60 km per hour
. 1.1 times the a velocity of 80 km per hour
c. HC exhaust emission at a velocity of 100 km per hour is:
· 2.4 times the a velocity of 20 km per hour
· 2 times the a velocity of 40 km per hour
· 1.3 times the a velocity of 60 km per hour
· 1.1 times the a velocity of 80 km per hour
The vehicle in question holds in a tune-up (0 km) condition and not tune-up (500 km) both using BBMS or BBMSG with a multiplication measurement that do not differ much.
5. CO exhaust gas emission produced do not differ significantly between vehicle's tuned-up (0 km) as well as tuned-up (5000 km). Even then, CO is 1.4 times higher when using BBMSG compared to BBMS.
6. For NOx parameter, the emission produced showed significant difference between vehicle's tuned-up and not tuned-up. It turned out that BBMSG use is better than BBMS. The emission due to BBMS use is 1.3 times that of BBMSG.
7. There is no significant difference both tuned-up as well as not tuned-up for HC exhaust gas emission. However, if the analyzed according its fuel used, then HC emission tends to be higher by using BBMS compared to BBMSG, namely 1.1 times.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>