Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 211922 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ernyasih
"Penelitian ini dilakukan di DKI Jakarta bulan April 2012 dengan menggunakan desain ekologi. Data yang digunakan adalah data sekunder dari hasil rekapitulasi jumlah penderita diare perbulan perwilayah selama tahun 2007 ? 2011 di DKI Jakarta. Data ditampilkan secara visualisasi trend berdasarkan tempat dan waktu serta dianalisis secara statistik untuk melihat hubungan antar variabel dependen dan independen.
Kasus diare perbulan tertinggi di DKI Jakarta bulan Februari 2007 sebesar 33.511 penderita, kasus diare pertahun perwilayah tertinggi di wilayah IV (Wilayah Kotamadya Jakarta Selatan dan Jakarta Timur) 2010 sebesar 87.355 penderita. Rata-rata suhu udara perbulan tertinggi bulan April 2010 sebesar 29.20C, curah hujan tertinggi bulan Februari 2007 sebesar 673.5 mm, kelembaban tertinggi bulan Februari 2008 sebesar 86%, kecepatan angin bulan Maret sebesar 6.5 knot.
Ada hubungan signifikan suhu udara dengan kasus diare (p value 0.0005) dan hubungan sedang (r = -0.319), berpola negatif, ada hubungan signifikan curah hujan dengan kasus diare (p value 0.0005) dan hubungan sedang (r = 0.273) berpola positif, Ada hubungan signifikan kelembaban dengan kasus diare (p value 0.0005) dan hubungan sedang (r = 0.340) berpola positif, Ada hubungan signifikan kecepatan angin dengan kasus diare (p value 0.0005) dan hubungan kuat (r = -0.569) berpola negatif. Faktor iklim yang paling dominan yaitu curah hujan.
Saran penelitian yaitu menyediakan sumber air bersih untuk dikonsumsi baik pada saat musim hujan ataupun musim kemarau, Dinas Kebersihan DKI Jakarta harus mengelola sampah dengan baik, pembuatan taman kota atau penanaman kembali pohon-pohon di DKI Jakarta, perlu adanya kerjasama lintas program antara Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, BMKG, PAM, ormas, tokoh masyarakat, civitas akademika dalam memanfaatkan data variasi iklim untuk mencegah terjadinya ledakan kasus (KLB) diare di masa yang akan datang, menjaga Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS), makan yang baik dan bersih, istirahat yang cukup serta senantiasa melakukan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), perlu dilakukan intervensi dalam aspek SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah) ataupun pembuangan sampah yang teratur, jangan membuang sampah sembarangan.

This study was conducted in DKI Jakarta on April 2012 by using ecology desain. Data was used secondary data from result of summary of diarrhoea patient of sub-district per-month during year 2007 - 2011 in DKI Jakarta. Data presented visualizinged trend pursuant to time and place and also analysed statistically to see correlated between variable dependent and independent.
Highest Diarrhoea case per-month in DKI Jakarta on Februari 2007 is 33.511 patient, highest area per-year diarrhoea case in region IV ( Regional south of Jakarta and east of Jakarta ) 2010 is 87.355 patient. Highest mean Temperature on April 2010 is 29.20C, highest mean rainfall on Februari 2007 is 673.5 mm, highest mean humidity on Februari 2008 is 86%, wind?s on March month is to 6.5 knot.
There is significant correlations of temperature with diarrhoea case (p value 0.0005) and medium correlations (r = - 0.319), have negative pattern, there is significant correlations rainfall with diarrhoea case (p value 0.0005) and medium correlations (r = 0.273) have positive pattern, There is significant correlations humidity with diarrhoea case (p value 0.0005) and medium correlations (r = 0.340) have positive pattern, There is significant correlations wind?s speed with diarrhoea case (p value 0.0005) and strong correlations (r = - 0.569) have negative pattern. the most dominant climate factor that is rainfall.
Research suggestion that is providing the source of clean and hygiene water to be consumed at the rains and or dry season, sanitary department of state DKI Jakarta have to manage garbage better, making town garden or cultivation tree in DKI Jakarta, need the existence of cooperation program among Public Health Service Provinsi DKI Jakarta, BMKG, PAM, NGO, elite figure, civitas academica in exploiting climate variation data to prevent of diarrhoea case explosion (KLB) in the future, taking care of Healthy and Clean life Behavior (PHBS), eat non contaminated and good food, good and clean hand wash with Soap (CTPS), require to intervence in SPAL aspect (segregate system) and regular garbage disposal, good garbage management program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T30870
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rico Kurniawan
"ABSTRAK
Pendahuluan: Skripsi ini membahas mengenai dampak perubahan iklim terhadap kesehatan manusia, salah satunya penyakit diare. Penyakit diare masih menjadi ?pembunuh? kedua setelah pneumonia pada anak-anak. Di Indonesia sendiri, penyakit diare masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat. Penyakit diare yang terjadi masih erat kaitannya dengan kurangnya akses air bersih, sanitasi yang kurang memadai, dan air minum yang belum aman. Dalam penelitian ini mencoba melihat variasi iklim (suhu, kelembaban, curah hujan, dan hari hujan) terhadap kasus diare yang terjadi. Metode dan disain studi: Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil dari Unit Surveilan Epidemiologi Dinas Kesehatan DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan untuk kasus diare dari tahun 2007-2011. Sedangkan data variasi iklim didapat dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah II Ciputat dari tahun 2007-2011. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi dengan menggunakan analisis regresi linear. Hasil: Pengujian statistik terhadap semua variabel bebas dan terikat, ditemukan hubungan yang bermakna antara jumlah kejadian kasus diare dengan curah hujan (p=0,004) dengan kekuatan hubungan sedang (r=370). Sedangkan variabel iklim lain seperti suhu, kelembaban, dan hari hujan tidak menunjukkan hubungan yang bermakna terhadap kejadian kasus diare di Kota Administrasi Jakarta Selatan tahun 2007-2011.

Abstract
Introduction: This thesis discuss about the impacts of climate change on human health, one of which diarrheal disease. Diarrheal disease is still be the second "killer" after pneumonia in children. In Indonesia, diarrheal disease remains a public health problem. Diarrheal disease that occurs is closely related to the lack of access to clean water, inadequate sanitation, and unsafe-drinking water. In this thesis tried to look at variations of climate (temperature, humidity, rainfall, and rainy days) in cases of diarrhea occur. Methods and study design: This thesis uses secondary data taken from the Epidemiologi Surveillance Unit in Jakarta Health Agency for cases of diarrhea from the years 2007-2011. While the climatic variations data obtained from the Meteorology, Klimatologi and Geophysics Agency Region II Ciputat of the year 2007-2011. This study uses ecological study design, and using linear regression analysis. Results: Statistical testing of all the independent and dependent variables, found a significant association between incident cases of diarrhea diseases with rainfall (p=0.004) with the strength of the relationship being (r = 0.370). While other climate variables such as temperature, humidity, and rainy days do not show a significant relationship to the incidence of diarrhea in South Jakarta in 2007-2011."
Universitas Indonesia, 2012
S43169
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Pratiwi
"Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang hidup pada tubulus ginjal hewan reservoir, salah satunya tikus. Leptospira dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput mukosa (mulut dan mata) serta kulit. Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang penyebarannya paling luas di dunia. Leptopirosis memiliki potensi tinggi untuk terjadi di negara berkembang dan beriklim panas, seperti Indonesia. Di Indonesia, kasus leptospirosis hanya dilaporkan dari beberapa provinsi, termasuk DKI Jakarta. Selama tahun 2003-2007, kasus leptospirosis terbanyak dilaporkan dari DKI Jakarta dibandingkan dengan daerah endemis lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beberapa faktor risiko kejadian leptospirosis, yaitu unsur iklim (curah hujan, kelembaban dan suhu), kepadatan penduduk dan daerah rawan banjir dengan kasus leptospirosis. Disain studi yang digunakan adalah studi ekologi dengan menggunakan data sekunder.
Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara curah hujan (p=0,003), kelembaban rata-rata (p=0,000), suhu rata-rata (p=0,000) dan daerah rawan banjir (p=0,003) dengan kasus eptospirosis dan tidak ada hubungan yang signifikan antara kepadatan penduduk dengan kasus leptospirosis (p=0,272). Tidak ada hubungan spasial yang signifikan antara curah hujan, kelembaban ratarata, suhu rata-rata, kepadatan penduduk dan daerah rawan banjir dengan kasus leptospirosis.

Leptospirosis is caused by Leptospira bacteria, which live in renal tubule of reservoir host, especially rodent. Leptospira can entry into the host?s body through mucosa (mouth and eye) and skin. Leptospirosis is the most widespread zoonotic disease in the world. Leptospirosis has high potential to occur in developing countries and humid tropic zones, like Indonesia. In Indonesia, leptospirosis case is only reported from several provinces, including DKI Jakarta. During 2003-2007, the highest case of leptospirosis is reported from DKI Jakarta compared by the other endemic areas.
The purpose of this study is to know the correlation among several risk factors of leptospirosis, such as climate factors (rainfall, relative humidity and temperature), population density and flood risk area. Ecology study and secondary data are used in this study.
Result of statistic shows that there are significant correlation between leptospirosis case and rainfall (p=0,003), relative humidity (p=0,000), temperature (p=0,000), flood risk area (0,003). On the other hand there is no significant correlation between leptospirosis case and population density (p=0,272). There are no significant spatial association between leptospirosis case and rainfall, relative humidity, temperature, population density and flood risk area.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Agustin
"Particulate Matter (PM10) dan Nitrogen dioksida (NO2) diketahui sebagai faktor pemicu timbulnya asma. PM10 dapat masuk ke dalam pernapasan manusia. Nilai ambang batas PM10 adalah 150 μg/m3. Konsentrasi PM10 rata-rata tahunan di Jakarta Pusat mulai dari tahun 2007 hingga 2011, ada yang melebihi nilai ambang batas, yaitu pada tahun 2010 dan 2011. Sedangkan nilai ambang batas NO2 adalah 0,05 ppm. Terdapat nilai konsentrasi NO2 rata-rata tahunan yang melebihi nilai ambang batas, yaitu pada tahun 2008.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkorelasikan PM10 dan NO2 dengan jumlah asma di Jakarta Pusat 2007-2011. Desain studi yang digunakan adalah studi ekologi dengan menggunakan data sekunder dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat dan Badan Meteorologi dan Geofisika.
Penelitian ini menghasilkan hubungan yang kuat dan negatif antara curah hujan dan kelembaban dengan konsentrasi PM10, kuat dan positif dengan lama penyinaran matahari, dan tidak signifikan dengan kecepatan angin. Tidak dihasilkan hubungan signifikan antara faktor iklim dengan konsentrasi NO2, antara konsentrasi PM10 dan jumlah asma, namun didapatkan hubungan sedang dan signifikan antara NO2 dan jumlah asma.
Curah hujan dan kelembaban tidak signifikan dengan jumlah asma. Kesimpulan dari penelitian ini, tidak ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi PM10 dengan jumlah kasus asma (p > 0,05), tetapi ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi NO2 dengan jumlah kasus asma (p = 0,048).
Particulate Matter (PM10) and Nitrogen dioxide (NO2) are known as trigger factors of asthma. PM10 can enter human respiration airway. The threshold limit value of PM10 is 150 μg/m3. From the yearly average PM10 concentration calculation in Jakarta Pusat from 2007 to 2011, it was found that in 2010 and 2011, the concentration of PM10 was more than threshold limit value. NO2 can be inhaled and also enter human respiration airway. The thresold limit value of NO2 is 0,05 ppm. From the yearly average NO2 concentration calculation in Jakarta Pusat from 2007 to 2011, it was found that in 2008, the concentration of NO2 was more than threshold limit value.
This study aimed to correlate the concentration of PM10 and NO2 with the total of asthma case. Ecological study with secondary data from Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat and Badan Meteorologi dan Geofisika, are used for this study.
The result of this study are, there is a strong and negative relationship between rainfall and humidity with the concentration of PM10, strong and positive with solar radiation, but not significant with wind speed. There is no significant relationship between climate factors with the concentration of NO2 and between the concentration of PM10 with asthma, but there is a moderate and negative relationship between the concentration of NO2 and asthma.
There is no significant relationship between rainfall and humidity with asthma. In conclusion, there is no significant relationship between the concentration of PM10 with the total of asthma case (p > 0,05), but there is a significant relationship between the concentration of NO2 with the total of asthma case (p = 0,048)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Yuniarti
"Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam timbul dan penyebaran penyakit DBD, baik lingkungan biologis maupun fisik. Perubahan iklim dapat berpengaruh terhadap pola penyakit infeksi dan akan meningkatkan risiko penularan. Intergovernmental Panel on Climate Change tahun 1996 menyebutkan insiden DBD di Indonesia dapat meningkat tiga kali lipat pada tahun 2070. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) telah menjadi penyakit endemik di kota-kota besar di Indonesia. Banyak yang menduga bahwa KLB DBD yang terjadi setiap tahun hampir di seluruh Indonesia terkait erat dengan pola cuaca di Asia Tenggara.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kejadian kasus demam berdarah dengue dengan iklim (curah hujan, kelembaban dan suhu udara) di Kota Administrasi Jakarta Timur. Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi ekologi menurut waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2009 dan berlokasi di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur dengan menggunakan data sekunder. Data jumlah kasus demam berdarah dengue yang digunakan berasal dari laporan jumlah tersangka kasus yang tercatat di Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Jakarta Timur. Data iklim yang digunakan adalah data curah hujan, kelembaban dan suhu udara yang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika stasiun Meteorologi Kemayoran Jakarta.
Hasil penelitian hubungan kejadian kasus demam berdarah dengue dengan iklim di Kota Adminitrasi Jakarta Timur pada tahun 2004-2008 ini menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kelembaban udara (p=0,01) dan tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan curah hujan (p=0,1) dan suhu udara (p=0,28). Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa peningkatan kelembaban udara berpengaruh terhadap peningkatan kejadian kasus demam berdarah dengue. Oleh karena itu, diperlukan suatu kerjasama antar lembaga terkait yaitu Dinas Kesehatan dan BMKG sebagai pihak yang berwenang terhadap data kelembaban. Jika terjadi peningkatan kelembaban pihak BMKG disarankan untuk segera menginformasikan kepada dinas kesehatan, agar dinas kesehatan dapat waspada dan segera melakukan kegiatan untuk mengantisipasi kejadian kasus DBD dengan melakukan kegiatan preventif, seperti fogging dan pemeriksaan jentik berkala.

Environment is one of the most important factor in occurance and distribution of DHF, both of biologic and phisycs environment. Climate change can influence to infection disease pattern and will increase spreading risk. Intergovernmental Panel on Climate Change in 1996 predicted that DHF incidence in Indonesia would be tripled in 2070. Dengue hemorrhagic fever (DHF) has become endemic in many big cities in Indonesia. Most people predict that KLB of DHF happened every year almost in all of in Indonesia has strong relation with climate pattern in South East asia.
The objective of this research is to know correlation DHF cases and pattern of the climate variability in East Jakarta. This research uses the design of ecological time trend study. This research was did on May-June 2009 and located in East Jakarta District with used secondary data. Number of DHF cases were used the results indicate that DHF cases have significant related to humidity (pV=0,01) and didn?t have significant related to precipitation (p=0,1) and temperature (p=0,28).
The conclusion of this study is the increase of humidity can influence the occurance of DHF cases. Therefore, cooperation between health office and Geophisycs, Climate and Meteorologic Board is needed. If the increasing of humidity happen. Geophisycs, Climate and Meteorologic Board is suggested to inform to the health office immediately. In order that health office can be aware and the anticipating of DHF cases program can be done immediately by doing preventive program, such as fogging and periodic larva infection.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Anastasya Riwu Prasetya
"Penelitian mengenai binge eating belum banyak dilakukan di Indonesia. Binge eating adalah perilaku makan berlebihan yang merupakan salah satu mental disorder utama pada remaja, khususnya pada remaja yang berusia 15—19 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan strategi regulasi emosi dan pola asuh orang tua dengan perilaku binge eating pada remaja usia 15—19 tahun di DKI Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif jenis observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 388 remaja yang memenuhi kriteria inklusi dan didapatkan melalui teknik probability
sampling jenis cluster sampling. Sesuai dengan variabel-variabel yang ada, instrumen yang digunakan adalah kuesioner karakteristik responden, kuesioner Binge Eating Scale (BES), Emotion Regulation Questionnaire (ERQ), dan Parental Authority Questionnaire (PAQ). Hasil penelitian yang dianalisis dengan uji chisquare menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara strategi regulasi emosi dengan perilaku binge eating (p value=0,001; α=0,05) dan antara pola asuh orang tua dengan perilaku binge eating (p-value=0,000; α=0,05). Rekomendasi dari penelitian adalah disusun dan dilaksanakannya pgrogram untuk remaja terkait cara meregulasi emosi yang adaptif. Selain itu, bagi orang tua perlu diingatkan mengenai pola asuh yang sesuai dengan karakteristik remaja.

There has not been much research about binge eating in Indonesia. Binge eating is a behavior of overeating which is one of the main mental disorders in adolescents, especially in adolescents aged 15-19 years. This study aims to look at the relationship between emotion regulation strategies and parenting styles with binge eating behavior in adolescents aged 15-19 years in DKI Jakarta. This research is a quantitative observational analytic type study with a cross sectional research design. The sample in this study was 388 adolescents who met the inclusion criteria and were obtained through a probability sampling technique with cluster sampling. According to the existing variables, the instruments used were the respondent characteristics questionnaire, the Binge Eating Scale (BES) questionnaire, the Emotion Regulation Questionnaire (ERQ), and the Parental Authority Questionnaire (PAQ). The results analyzed using the chi-square test showed that there was a significant relationship between emotion regulation strategies and binge eating behavior (p-value=0.001; α=0.05) and between parenting styles and binge eating behavior (p-value= 0.000; α=0.05). The recommendation from the research is to develop and implement programs for adolescents related to how to regulate emotions in an adaptive way. In addition, parents need to be reminded about parenting styles that are in accordance with the characteristics of adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Anastasya Riwu Prasetya
"Penelitian mengenai binge eating belum banyak dilakukan di Indonesia. Binge eating adalah perilaku makan berlebihan yang merupakan salah satu mental disorder utama pada remaja, khususnya pada remaja yang berusia 15—19 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan strategi regulasi emosi dan pola asuh orang tua dengan perilaku binge eating pada remaja usia 15—19 tahun di DKI Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif jenis observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 388 remaja yang memenuhi kriteria inklusi dan didapatkan melalui teknik probability sampling jenis cluster sampling. Sesuai dengan variabel-variabel yang ada, instrumen yang digunakan adalah kuesioner karakteristik responden, kuesioner Binge Eating Scale (BES), Emotion Regulation Questionnaire (ERQ), dan Parental Authority Questionnaire (PAQ). Hasil penelitian yang dianalisis dengan uji chisquare menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara strategi regulasi emosi dengan perilaku binge eating (p-value=0,001; α=0,05) dan antara pola asuh orang tua dengan perilaku binge eating (p-value=0,000; α=0,05). Rekomendasi dari penelitian adalah disusun dan dilaksanakannya pgrogram untuk remaja terkait cara meregulasi emosi yang adaptif. Selain itu, bagi orang tua perlu diingatkan mengenai pola asuh yang sesuai dengan karakteristik remaja.

There has not been much research about binge eating in Indonesia. Binge eating is a behavior of overeating which is one of the main mental disorders in adolescents, especially in adolescents aged 15-19 years. This study aims to look at the relationship between emotion regulation strategies and parenting styles with binge eating behavior in adolescents aged 15-19 years in DKI Jakarta. This research is a quantitative observational analytic type study with a cross sectional research design. The sample in this study was 388 adolescents who met the inclusion criteria and were obtained through a probability sampling technique with cluster sampling. According to the existing variables, the instruments used were the respondent characteristics questionnaire, the Binge Eating Scale (BES) questionnaire, the Emotion Regulation Questionnaire (ERQ), and the Parental Authority Questionnaire (PAQ). The results analyzed using the chi-square test showed that there was a significant relationship between emotion regulation strategies and binge eating behavior (p-value=0.001; α=0.05) and between parenting styles and binge eating behavior (p-value= 0.000; α=0.05). The recommendation from the research is to develop and implement programs for adolescents related to how to regulate emotions in an adaptive way. In addition, parents need to be reminded about parenting styles that are in accordance with the characteristics of adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoppy Nersan
"Penelitian ini dilakukan di Kota Palembang mulai November 2005 sampai dengan Januari 2006 dengan menggunakan disain studi ekologi campuran atau mixed ecological study. Data yang digunakan merupakan data skunder dari hasil rekapitulasi jumlah penderita diare per kecamatan per bulan dan data hasil pemeriksaaan iklim perbulan selama tahun 2000 - 2004 di Kota Palembang. Data yang diperoleh ditampilkan visualisasi trend berdasarkan tempat dan waktu serta dianalisa secara statistik untuk melihat hubungan antar variabel.
Prevalensi diare rata-rata per tahun tertiuggi sebesar 33 per 1000 penduduk. Prcvalcnsi diare rata-rata pertahun tertinggi terjadi di Kccamatan Bukit Kecil tahun 2004. Prevalensi diare per bulan tertinggi terjadi pada bulan Juli 2004 yaitu sebesar 47 per 1000 penduduk. Peningkatan prevalensi diare rata-rata perbulan terjadi pada bulan Februari hingga bulan Juli.
Suhu udara per bulan tertinggi terjadi pada bulan Mei tahun 2004 sebesar 31.6 °C. Suhu rata-rata per bulan diatas 27°C tetjadi pada bulan Maret hingga Oktober. Curah hujan rata-rata diibawah 200 mm terjadi pada bulan Mei hingga September. Jumlah hari hujan rata-rata per bulan dibawah I2 had terjadi pada bulan Mei hingga Oktober, Kelembaban menurun pada bulan Februari hingga bulan Agusrus dengan kelembaban terendah sebesar 72%. Peningkatan kecepatan angin pada bulan Mei sampai bulan September.
Peningkatan prevalensi diare tejadi disaat suhu udara meningkat, curah hujan di Kota Palembang rendah, jumlah hari hujan sedikit saat kelembaban rendah dengan kecepatan angin tinggi Suhu udara dan kelembaban berhubungan dengan prevalensi diare di Kota Palembang tahun 2000 ~ 2004 dan yang paling dominan berpengaruh dcngan prevalensi diare adalah kelembaban udara.

This research was conducted in Palembang since November 2005 until January 2006, by using mixed ecological study design. The writer used the secondary data that gained from the recapitulation result ofthe people who got diarrhoea disease per months in each area, and the monthly climate checking during 2000 to 2004 in Palembang. The data gained is presented by using visualisation trend on the based of the time and the location, and also the data was analyzed statistically in order to see the correlation between variables.
The highest annually rate of diarrhoea disease prevalence was 33 out of 1000 citizens. On the year of 2004, the highest rate occurred on Bukit Kecil area. The highest monthly diarrhoea disease prevalence rate occurred on July 2004 as much as 47 out of 1000 citizens. The increased of monthly diarrhoea prevalence rate happened from February to July.
The highest monthly temperature occurred on May 2004 as much as 31.6° C. The monthly temperature was above 27° C occurred from March to October. The rainfall rate was below 200 mm, occurred from May to October. The humidity decreased Hom February to August with 72% as the lowest humidity point. While the wind speed increased fiom May until September.
The increased of diarrhoea prevalence in Palembang, happened along with the increasing of the air temperature and wind speed, and the decreasing of rainfall, rainy days and humidity. There was a correlation between temperature and humidity to the diarrhoea prevalence in Palembang, in 2000-2004, where the humidity became the most dominant factor that influenced the diarrhoea prevalence."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T32352
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darayani Madarina
"ABSTRAK
Penyakit diare merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian. Di Indonesia mulai dari tahun 2000 hingga 2010 IR (Insiden Rate) untuk penyakit Diare terus meningkat, bahkan pada tahun 2009 dan 2010 terjadi KLB diare di 24 kecamatan pada tahun 2009 dan 33 kecamatan pada tahun 2010. Penelitian ini menggunakan studi korelasi dan menggunakan data sekunder yang dilaksankan pada bulan Februari hingga Mei 2016 berlokasi di Wilayah DKI Jakarta. Variabel yang digunakan adalah faktor sosiodemografi (kepadatan penduduk, jenis kelamin, orang yang bekerja, pendidikan rendah dan public health center) dan faktor lingkungan (produksi sampah). Hasil analisis bivariat dengan regresi linear sederhana menunjukkan bahwa variabel yang secara signifikan terhadap prevalensi kejadian diare adalah kepadatan penduduk dengan diare (p = 0,001; r = 0,496) , rasio jenis kelamin dengan diare (p = 0,002; r = 0,463) rasio puskesmas (p = 0,011; r = 0,378). Hasil analisis multivariate dengan regresi linear ganda menunjukkan bahwa ketiga variabel tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prevalensi kejadian diare.

ABSTRACT
Diarrhea is still one of the main cause of pain and death. In Indonesia started to from 2000 until 2010 IR (incident rate) to diarrhea to increase even in 2009 and 2010 outbreaks of diarrhea in 24 districts in 2009 and 33 districts in 2010. This study is a correlation study using secondary data was carried out in February to May 2016 and are located in Jakarta. Values is a factor socio-demography ( population density, sex, one who works, low education and public health center ) and factors environment (production garbage). The result of the bivariate analysis with simple linear regression show that variables which significantly affect the prevalence diarrhea is population density (p = 0,001; r = 0,496), sex ratio ((p = 0,002; r = 0,463) and public health center ratio( p = 0,011; r = 0,378). The result of multivariate analysis using multiple linear regression showed that three variable of them significantly affect the prevalence diarrhea."
Universitas Indonesia, 2016
S62825
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitohang, Christine
"Anak usia dini seringkali mengalami masalah perilaku makan yang dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Salah satu faktor masalah makan pada anak adalah food neophobia yang dapat timbul karena berbagai hal, seperti faktor genetik, faktor sensitivitas sensorik, faktor lingkungan, faktor pengalaman awal makan dan praktik pemberian makan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan tekanan untuk makan dengan food neophobia pada anak usia 2-5 tahun. Desain penelitian ini adalah studi observasi cross-sectional dengan metode pengambilan sampel consecutive sampling terhadap 107 responden ibu yang memiliki anak usia 2-5 tahun. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen mengenai Child Feeding Questionnaire dan Food Neoophobia Scale. Analisis uji statistik yang digunakan adalah Fisher Exact. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan tekanan untuk makan dengan food neophobia pada anak usia 2-5 tahun (p = 0,005). Peneliti merekomendasikan untuk meneliti menggunakan variabel yang berbeda dalam penelitian seperti dukungan keluarga, food preference, dan anak dengan kebutuhan khusus.

Early childhood often experiences eating behavior problems that can be caused by various factors. One of the factors contributing to eating problems in children is food neophobia, which can arise due to various things, such as genetic factors, sensory sensitivity factors, environmental factors, early eating experience factors, and feeding practices. This study aims to identify the relationship between pressure to eat and food neophobia in children aged 2–5 years. The design of this study was a cross-sectional observational study with consecutive sampling of 107 respondents who had children aged 2–5 years. The research instruments used were instruments regarding the Child Feeding Questionnaire and the Food Neophobia Scale. The statistical test analysis used was Fisher Exact. The results showed that there was a relationship between pressure to eat and food neophobia in children aged 2–5 years (p = 0.005). Researchers recommend conducting research using different variables, such as family support, food preferences, and children with special needs."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>