Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167386 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1994
S9178
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
S9096
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Dermawan Wintarto
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1984
S17131
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Budhyanto Mulyadi
"ABSTRAK
P.T. X (Persero) adalah sebuah BUMN yang antara lain bertujuan untuk menyediakan tanah kapling industri guna menampung rencana pembangunan/pendirian usaha-usaha industri para investor. Sejak berdirinya proyek pada tahun 1969 sampai dengan awal 1980-an, di mana Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat (laju POB meningkat hampir 8 per tahun), dalam banyak hal P.T. X (Persero) dapat dianggap sebagai suatu keberhasilan yang besar, di mana tingkat profitabilitas R.T. x (Persero) adalah memuaskan. Akan tetapi, ekonomi Indonesia mulai memasuki resesi yang panjang pada tahun 1982 (laju PDB menurun dengan tajam sehingga hanya mencapai kurang dan 2 % per tahun, suatu penurunan rata- rata sebesar 6 % per tahun selama Pelita III). Selanjutnya, dengan menarik logika berpikir kausal komparatir (kalau A maka relatif a, apakah kalau B maka relatif b), perumusan inti permasalahan pokok daripada skripsi ini adalah: Kalau pada dekade 1970-an di mana laju pertumbuhan ekonomi relatif tinggi maka P.T. X (Persero) relatif dapat beradaptasi dengan lingkungan (diukur berdasarkan prestasi keuangan), apakah pada dekade 1980-an, khususnya sejak tahun 1980 sampai dengan, tahun 1986, di mana laju pertumbuhan ekonomi relatif rendah maka P.T. X (Persero) relatif. tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan Atau dengan menarik logika berpikir deduktif perumusan inti permasalahan pokok dari pada skripsi ini adalah: Apakahpada dekade 1980-an, khususnya sejak tahun 1980 sampai dengan tahun 1986 P.T. X (Persero) sebagaimana halnya yang terjadi dengan populasi BUMN di Indonesia telah gagal dalam mengemban tugasnya Teknik pengumpulan data yang diterapkan di dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan dan studi lapangan. Metode analisis yang dipergunakan adalah metode analisis horisontal dan metode analisis vertikal. Sementara teknik analisis yang dipakai adalah teknik analisis rasio, teknik- analisis comparative financial statement, teknik analisis common-size statement, dan teknikmultiple discriminant analysis. 5ete1ah menerapkan metode dan teknik analisis tadi, atas inti permasalahan pokok di atas hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa secara rata-rata P.T. X (Persero) telah gagal dalam mempertahankan suatu tingkat prof.itabilitas yang rnernuaskan, namun secara parsial telah berhasil dalam mengemban tugasnya sebagai agent of development. Kalau pada dekade 1970-an di mana laju pertumbuhan ekonomi relatif tinggi P.T.X (Persero) relatif dapat beradaptasi dengan lingkungan, maka sejak tahun 1980 sampai dengan tahun 1986 di mana laju pertumbuhan ekonomi relatif rendah P.T.X relatif kurang dapat beradaptasi dengan lingkungan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ludy Hadiyanto
"PENDAHULUAN
Stabilitas sosial politik dan keamanan yang terjamin di Indonesia hingga dengan berakhirnya era pemerintahan Orde Baru pada tahun 1998 merupakan lahan bagi pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi tersebut, maka ada daya tarik bagi para pelaku bisnis untuk menanamkan modalnya baik berupa ekspansi usaha maupun pengembangan usaha baru. Setiap kegiatan ekonomi akan melibatkan pengambilan keputusan yang memperhitungkan setiap risiko yang ada, dengan kata lain setiap kegiatan ekonomi akan berusaha menerapkan manajemen risiko. Menurut Dickson, Cassidy, Gordon dan Wilkinson, definisi dari manajemen risiko adalah identifikasi, analisis dan pengendalian secara ekonomi atas risiko-risiko yang mengancam asset atau kapasitas untuk mendapatkan penghasilan dari suatu badan usaha (The identification, analysis and economic control of those risks which can threaten the assets or earning capacity of an enterprise). Bilamana sampai kepada tahap pengendalian risiko, maka para investor biasanya akan berusaha melindungi aset-aset yang diinvestasikannya antara lain dengan jaminan asuransi (terhadap risiko-risiko yang dapat dialihkan)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T10936
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
S9165
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurhayati
"Menyalurkan kredit merupakan salah satu tugas utama bank sebagai lembaga perantara keuangan. Namun penyaluran kredit bank kepada suatu perusahaan selalu diiringi oleh resiko tidak tetagihnya kredit. Oleh karena itu, bank akan semaksimal mungkin untuk meminimalkan resiko ini. Permasalahannya, bagaimana cara untuk meminimalkan resiko tidak tertagih nya kredit itu? Dan Bagaimana memprediksi suatu kredit akan menjadi bermasalah atau tidak untuk suatu bidang industri? Berdasarkan pada permasalahan tersebut diatas, maka penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada penelitian Beaver 1960, dan Altman 1968.
Beaver 1966, melakukan penelitian dengan mengamati rasio keuangan perusahaan yang mengalami kegagalan usaha (failure) dan perusahaan yang sehat (non failed), dengan pengamatan nilai rata-rata dua kelompok sampel tersebut, atau lebih dikenal dengan metode profile analysis, dan menghasilkan temuan bahwa terdapat 6 rasio keuangan utama yang digunakan sebagai alat prediksi kebangkrutan yaitu, Cash flow to Total Debt, Net Income to Total Assets, Total Debt to Total Assets, Working Capital to Total Assets ,Current Ratios dan No Credit Interval.
Sedangkan Altman 1968, melakukan penelitian dengan metode multiple discrimination analysis untuk memprediksi kebangkrutan suatu badan usaha.Sebanyak 22 buah rasio keuangan yang dikelompokkan dalam 4 kategori rasio yaitu: Liquidity, Profitability, Leverage Ratio dan Activity Ratio, menghasilkan 5 rasio keuangan unggulan yang digunakan dalam prediksi kebangkrutan yaitu: Working Capital to Total assets, Retained Earning to Total Assets, Earning Before Interest and Taxes to Total Assets, Market Value Equity to Book Value of Total Debt dan Sales to Total Assets.
Data yang digunakan dalam penilaian ini adalah debitur industri kayu pada bank "X", dengan tahun observasi 1992, 1993 dan 1994, sebagai sampel tambahan untuk pengujian terhadap basil penelitian digunakan data keuangan tahun 1995. Analisis dilakukan dari sudut pandang bank, dengan tujuan penelitian mencari nilai cut off probabilitas faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kredit. Digunakan sebanyak 91 buah variabel keuangan sebagai variabel bebas (independent variable) dan variabel kolektibilitas debitur sebagai variabel terikat (dependent variable), diproses dengan model probit Iogit pada program TSP komputer, menghasilkan 4 variabel keuangan utama yang perlu dipertimbangkan bank dalam memberikan pinjaman kepada debitur di industri kayu yang terdiri dan Net Income to Net Worth, Net Worth to Fixed Assets, Sales to Cost of Good Sold dan Log of Sales.
Hasil temuan membentuk persamaan: Y = -11,55 + 1,48 NINW + 0,49 NWFA + 2,04 SCOGS + 0,40 LSALES yang kemudian di substitusikan dengan nilai rata-rata masing-masing variabel independen pada D=1 menghasilkan nilai cut-off sebesar 79,60% dan dengan mensubstitusikan nilai rata- rata variabeI independen pada D=0 menghasilkan nilai cut-off sebesar 30,62 %. Untuk menghitung R2 sebagai perhitungan korelasi antara variabel independen dan variabel dependennya digunakan rumus-rumus dari Effron , Mc Fadden, Maddala dan Cragg Uhler.
Setelah dihitung dengan menggunakan fasilitas program TSP pada komputer diperoleh hasil bahwa tingkat keakuratan prediksi dari persamaan diatas sebesar 91,49% jadi tingkat kegagalannya adalah sebesar 8,51% dan penelitian dilanjutan dengan menguji sampel tambahan yaitu data 1 tahun kemudian pada bank yang sama , diperoleh hasil bahwa tingkat keakurasian prediksi sebesar 90,90% atau dengan tingkat kegagalan sebesar 9,1%.
Dengan demikian penelitian ini mengungkapkan bahwa laporan keuangan dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi kemampuan debitur dalam memenuhi kewajiban membayar cicilan pinjaman dan bunganya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T5208
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adisti Andriawati
"Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan agar kegiatan operasional perusahaan terus berjalan. Tanggung jawab perusahaan bukan hanya kepada pemilik dan karyawan namun juga pada pemegang saham .Pengukuran kinerja dan prestasi dapat diukur berdasarkan laporan laba rugi dan neraca perusahaan dengan menggunakan analisa rasio. Namun analisa rasio tidak mencerminkan keseluruhan data apakah perusahaan tersebut dapat menambah nilai perusahaan pada tahun tersebut. Untuk dapat mengukur nilai tambah yang diciptakan perusahaan maka dapat digunakan metode Economic Value Added (EVA). Pendekatan EVA merupakan salah satu alat penilaian kinerja perusahaan yang lebih mencerminkan nilai bisnis secara riil dengan mengukur nilai tambah yang dihasilkan perusahaan kepada investor. Metode yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan adalah melakukan analisa perhitungan dengan enggunakan laporan keuangan perusahaan tersebut. Perhitungan dilakukan pada PT. ABC yang kemudian hasilnya akan dibandingkan dengan kompetitor yang berada di industri yang sama. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa PT. ABC merupakan perusahaan yang paling stabil dan mempunyai tingkat return yang paling tinggi dibandingkan dengan kompetitornya. Nilai tambah yang dihasilkan oleh perusahaan juga paling tinggi ini dibuktikan dengan harga saham PT. ABC di bursa saham paling tinggi dibandingkan kedua kompetitornya. Berdasarkan dari hasil perhitungan diatas maka dapat disimpulkan bahwa selain analisis rasio, metode EVA merupakan metode yang efektif dalam mengukur kinerja perusahaan. Pendekatan EVA dapat dijadikan tolak ukur tingkat kestabilan perusahaan dan dapat dijadikan rekomendasi dalam melakukan investasi.

The main purpose of the company is to maximize the profit, thereupon the operation of the company will continue smoothly. The company`s responsibility is not limited only to the owner and the employee, but also to shareholder. Performance measurement can be calculated based on financial statement (i.e income statement and balance sheet) with Ratio analysis. However, the result of ratio analysis is not really reflected whether the management can increase the value added or not. In measuring the value added of the company we can use the Economic Value Added (EVA) Method. EVA is an estimate of true economic profit after making particular adjustment, including the opportunity cost of equity capital. The method can be used to value the performance of the company in real amount, so investor could be considered to use it to know the real information of the company. One of the way to measure the company`s performance is doing the financial statement analysis based on Financial Statement from PT. ABC and then compare to the competitor in the same industry. The result shows that PT. ABC is the most effective company and got the highest return on equity among the competitors. Also, PT. ABC successful in creating value added and its shown on the market price . PT ABC got the highest stock market price among the others. The conclusion from the calculation above is the effective method in measuring company performance is Economic Value Added. The EVA method can be used in justifying the company`s return and the imperturbability. The investment recommendation also can fulfill by the EVA method."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26553
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
J. B. Widodo Lestarianto
"Penelitian ini bertujuan menyajikan tingkat ketaatan terhadap standar akuntansi keuangan dalam penyajian laporan keuangan dan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi ketaatan penyajian laporan keuangan. Penelitian tingkat ketaatan biasanya berupa tingkat ketaatan dihubungkan dengan perbedaan 'rezim' akuntansi. Penelitian mengenai pengungkapan (disclosure) lebih banyak berhubungan dengan pengungkapan yang bersifat sukarela (voluntary disclosure). Penelitian ini menitikberatkan pada pengungkapan laporan keuangan wajib (mandatory disclosure).
Metode statistik yang digunakan adalah regresi tinier berganda dengan metode enter. Sample penelitian adalah laporan keuangan tahun 2001 dari perusahaan yang tergolong dalam industri manufaktur pada Bursa Efek Jakarta. Total sample berjumlah 41 perusahaan dari populasi sebanyak 150 perusahaan. Data laporan keuangan diambil dari situs Bursa Efek Jakarta (www.jsx.co.id) sedangkan data keuangan diambil dari Monthly Statistics Jakarta Stock Exchange.
Tingkat ketaatan penyajian lapoan keuangan diukur dengan menggunakan checklist penyajian laporan keuangan yang dibuat dengan mengacu pada Pedoman Penyajian Laporan Keuangan yang dikeluarkan oleh Bapepam. Checklist tersebut bersifat dikotomis karena yang hendak diketahui adalah tingkat ketaatan yang terbagi antara tacit dan tidak tacit. Tingkat ketaatan disajikan dalam dua bentuk yaitu tingkat ketaatan mula-mula dan tingkat ketaatan yang disesuaikan. Tingkat ketaatan yang disesuaikan mengeluarkan 6 item penilaian bersifat wajib pada Kebijakan Akuntansi Tertentu yang tidak didasari alasan yang kuat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat ketaatan mula-mula penyajian laporan keuangan yang bersifat wajib berkisar 65,95%-90,22% dengan nilai rata-rata 75,17% dari seharusnya 100%. Sedangkan tingkat ketaatan disesuaikan berkisar 70,11%-94,19% dengan nilai rata-rata 79,74%. Perbedaan pencapaian tingkat ketaatan mula-mula dan tingkat ketaatan disesuaikan mengindikasikan ketidaktaatan perusahaan terhadap ketentuan yang ada didasari alasan yang kuat Untuk itu otoritas bursa disarankan untuk hanya mewajibkan item pada laporan keuangan yang mendasar dan mendorong perusahaan untuk memberikan informasi secara sukarela.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. kinerja perusahaan, rasio hutang, ukuran perusahaan, proporsi pemegang saham publik, keberadaan komite audit, dan skala kantor akuntan publik secara bersama-sama (dan tidak harus seluruhnya) mampu menjelaskan variasi tingkat ketaatan penyajian laporan keuangan yang bersifat wajib.
2. semakin baik kinerja perusahaan, yang ditunjukkan semakin tingginya price to book value ratio, semakin tinggi pula tingkat ketaatan penyajian laporan keuangan yang bersifat wajib.
3. semakin besar ukuran perusahaan semakin rendah tingkat ketaatan penyalan laporan keuangan bersifat wajib.
4. semakin tinggi proporsi pemegang saham publik semakin tinggi pula tingkat ketaatan penyajian laporan keuangan yang bersifat wajib.
5. skala kantor akuntan publik secara signifikan mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat ketaatan penyajian laporan keuangan yang bersifat wajib.
6. tidak ditemukan hubungan yang signifikan secara statistik antara tingkat ketaatan penyajian laporan keuangan dengan rasio hutang dan keberadaan komite audit.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai konfirmasi ulang atas penelitian oleh Fitriani (tt) yang berusaha mengungkapkan tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dan sukarela pada laporan keuangan publik yang tercatat pada Bursa Efek Jakarta dengan data laporan keuangan tahun 1996 dan 1999.

This research is aimed to present the compliance level to the financial accounting standards in financial statement and to test the factors that influence the financial statement compliance. Research on the compliance level is usually a compliance level that in connection with the difference in accounting "regimes' Research about disclosure is more connected with voluntary disclosure. This research is focus on the mandatory disclosure of the financial statement.
Statistical method that is used is double linear regression with entering method. The research sample is the financial statements for the year 2001 of the companies that are categorized as manufactured industry at Jakarta Stock Exchange. The total samples are 41 companies out of 150 companies in the population. The income statement data are taken from Jakarta Stock Exchange site (www.jsx.co.id) and the financial data are gotten from Monthly Statistics Jakarta Stock Exchange.
The financial statement compliance level is measured by using the financial statement checklist that are made referring to The Income Statement Reporting Guidance/Guidelines issued by Bapepam. The checklist has a dichotomy characteristic since the purpose is know the compliance level that is divided into compliance and noncompliance. The compliance level is presented into two forms that are the original compliance level and the adjusted compliance level. The adjusted compliance level produces 6 items measurement that is mandatory to the Particular Accounting Policy that is not based on strong reasons.
The result of the research shows that the original compliance levels of the financial statements that are mandatory are about 65,95% - 90,22% with the average 75,17% out of 100% that it should be, whereas the adjusted compliance levels are about 70,77% - 94,19% with the average 79,74%. The difference in the original compliance levels and the adjusted ones demonstrates the companies' disobedience to the existing rules has valid reasons. Based on that rationale, the stock authority is suggested to only set any mandatory items that have good basis in the financial statement and support the companies to voluntarily give the information.
Based on the result of the hypothesis test it can be concluded that:
1. The company's performance, debt ratio, company measurement, public stockholders proportion, the existence of the audit committee, and the public accountant scale collectively (but doesn't have to be all) can explain the variety in the compliance level of the mandatory financial statement.
2. The better is the company performance, which is showed by the higher price to book value ratio, the higher is the compliance of mandatory financial statement
3. The bigger is the company size the lower is the compliance of mandatory financial statement.
4. The higher is the proportion of the public stockholders the higher is the compliance of mandatory financial statement.
5. The public accountant scale significantly has a positive influence to the compliance of mandatory financial statement.
6. Any significant statistic relation among the compliance level of the financial statement with the debt ration and the existence of the audit committee is not found.
The result of this research can be utilized to reconfirm the research previously done by Fitriani who tried to reveal the level of completeness of mandatory and voluntary disclosure in the public financial statement that were registered/documented at the Jakarta Stock Exchange which used financial statement data for the years 1996 and 1999.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T14736
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>