Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180224 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mamat
"Rendahnya kadar kolesterol HDL dalam darah dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti Penyakit Jantung Koroner (PJK), hypetensi dan stroke. Beberapa penyebab rendahnya kadar kolesterol HDL diantaranya adalah kebiasaan merokok, kurang aktivitas, obese dan konsumsi kurang serat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kolesterol HDL, diantaranya adalah kebiasaan merokok, jenis kelamin, obesitas, aktifitas dan konsumsi serat. Tujuan lainnya juga ingin mengetahui variabel yang dominan mempengaruhi kadar kolesterol HDL. Desain yang digunakan adalah crossectional dimana seluruh variabel diukur dalam bersamaan dan dalam waktu yang bersamaan pula. Populasinya adalah seluruh keluarga yang ada di Indonesia. Adapun tenknik pengambilan sampel diambil secara multi stage sampling dengan penentuan besar sampelnya dilakukan dengan cara Probabelity Prorsional Size (PPS) dan pengambilan sampel akhir dilakukan secara simple random sampling (SRS). Data yang dikumpulkan berdasarkan laporan data sekunder yang ada di IFLS tahun 2007/2008 lalu data diolah dengan cara mergering dan transforming berdasarkan tujuan hasil akhir analisis yang diinginkan. Analisa data menggunakan desain compleks sampling dengan analisis Logstik regression yang tujuan melihat variabel yang berhubungan dengan kadar kolesterol HDL melalui pengontrolan variabel saat analisis.
Hasil dari analisis diperoleh nilai OR yang paling tinggi atau dominan adalah jenis kelamin yaitu sebesar 2,640 pada 95 % CI (2,255 - 3,092) kemudian disusul oleh kebiasaan merokok berat 2,549 pada 95 % CI (1,613 - 4,028), kebiasaan merokok sedang 1,679 pada 95% CI (1,348 - 2,091), obesitas 1,543 pada 95% CI (1,345 - 1,771) , konsumsi serat 1,253 pada 95% CI (1,109 - 1,417), aktifitas 1,193 pada 95% CI (1,056 - 1,348). Semua variabel yang masuk dalam model menunjukkan nilai p < 0,05 yang artinya baik kebiasaan merokok(ringan, sedang dan berat), jenis kelamin, obesitas, aktifitas dan diet serat memiliki hubungan dengan kadar kolesterol HDL. Dari hasil tersebut juga menunjukkan adanya proporsi kasus yang tinggi pada orang yang memiliki kebiasaan merokok, jenis kelamin laki-laki, obese, aktifitas kurang dan konsumsi serat kurang. Diantara variabel di atas yang paling dominan pengaruhnya adalah jenis kelamin. Beberapa hal yang direkomendasikan pada pihak terkait tinggi kasus kadar kolesterol HDL dan beberapa variabel yang mempengaruhinya diataranya pada pembuat kebijakan agar senantiasa melakukan upaya-upaya mencegah kadar kolesterol tidak normal melalui pelarangan merokok, melakukan olah raga mengatur diet lemak dan diet serat sehingga demikian dapat terhindar dari resiko terjadinya serangan jantung akibat banyak mengandung kolesterol tinggi.

Low level cholesterol HDL could lead to variety of diseases such as Coronary Heart Desease (CHD), hypertension and stroke.This study aimed to identify factors associated with HDL cholesterol, such as smoking habit, sex, obesity, activity and fiber consumtion. Another aim would also like to know is the dominant variable affecting HDL cholesterol. The study desain use is crossectinal where all the variables measured in the same time and at the same time too. The population is entire family in Indonesia. the sampling technique ins multi-stage sampling done by Probability Proportional to Size (PPS) and the final sampling done by Simple Random Sampling (SRS). Data collected based on existing secondary data report on the IFLS the year 2007/2008 and processed by transforming based on objective analysis. Analysis of data using complex sampling desain with logistic regression analysis with the aim of seeing the variables associated with HDL cholesterol level by controlling variables during analysis.
Results obtained from analysis of the highest OR value or dominat is gender that is equal to 2,640 at 95%(2,255 - 3,092) and was followed by heavy smoking 2,549 at 95% CI (1,613 - 4,028), moderat smoking 1,679 at 95% CI (1,348 - 2,091), obesity 1,543 at 95% CI. (1,345 - 1,771), fiber consumtion 1,253 at 95 % CI (1,109 - 1,417), activities of 1,193 at 95% CI (1,056 - 1,348). All variables included in the model shows p value < 0,05, wich mean both smoking habit (mild,moderate and severe), sex, obesity, activity and dietary fiber has a relationship with HDL cholesterol. From these results also showed a high proportion of cases in people who have the habit of smoking, male gender, the obese, less activity and less dietary fiber. Among the variables at the top of the most dominant influence is gender. Some of the things recommended in the case of hight HDL cholesterol level to policy makers is to continue to make efforts to prevent abnormal cholesterol level through a ban on smoking, exercise and dietary fat regulate dietary fiber that can thus avoid the risk of heart attack because many contain high cholesterol."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T30839
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sabella
"Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronik. Penyakit diabetes mellitus ini diduga akan meningkat jumlahnya di masa datang. Berdasarkan penelitian, dikatakan bahwa diabetes mellitus tipe 2 dapat menyebabkan dislipidemia, yaitu hipertrigliseridemia, kadar HDL yang rendah serta peningkatan kadar sLDL. Meskipun mekanisme pastinya belum dipahami sepenuhnya, diduga bahwa resistensi insulin menyebabkan peningkatan asam lemak bebas dari adiposit sehingga terjadi peningkatan sintesis VLDL dan trigliserida yang akhirnya dapat menyebabkan dislipidemia. Penelitian ini dirancang untuk meneliti gambaran kadar HDL pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di poliklinik IPD RSCM tahun 2010. Data dari 108 orang yang diambil secara simple random sampling dan random diperoleh dari data sekunder di Poliklinik IPD RSCM. Hasilnya adalah nilai rerata kadar gula darah puasa adalah 186,5 (114-559) mg/dL, sedangkan rerata kadar gula darah 2PP adalah 291(178-582) mg/dL. Dengan uji Mann-Whitney, didapatkan berturut-turut nilai p=0,383 dan p=0,208. Dengan demikian, dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan bermakna kadar gula darah puasa dan kadar gula darah 2PP dengan kadar HDL.

Diabetes mellitus is a chronic disease. This diabetes mellitus disease is expected to increase in the future. According to studies, diabetes mellitus type 2 can cause dyslipidemia, which include hypertriglyceridemia, low HDL level, and high sLDL level. Although the exact mechanism has not yet fully understood, it is suspected that insulin resistance can cause an increase in free fatty acid level from adipocytes which end up in increased synthesis of VLDL and triglyceride and eventually dyslipidemia develops. This study is designed to study HDL profile in patients with diabetes mellitus type 2 in RSCM Internal Medicine polyclinic in 2010. Results from 108 patients taken with simple random sampling were obtained from secondary data in RSCM Internal Medicine Polyclinic. The average value of fasting blood glucose was 186,5 (114-559) mg/dL, while the average value of 2PP blood glucose was 291 (178-582) mg/dL. With Mann Whitney test, p value of fasting blood glucose and HDL level was 0,383 and p value of 2PP blood glucose and HDL level was 0,208. Therefore, it can be concluded that there is no significant difference between fasting blood glucose and 2PP blood glucose with HDL level."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S1988
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sayyidah Hanifah Putri
"Kolesterol merupakan zat lilin mengandung lemak yang dibutuhkan untuk memproduksi hormon dan substansi lainnya dalam tubuh. Apabila jumlahnya berlebih, maka akan tercampur dengan subtansi lain dan membentuk plak pada dinding pembuluh darah. Kolesterol yang tertimbun pada pembuluh darah biasanya disebut kolesterol jahat atau Low Density Liporpotein (LDL) yang merupakan penyebab timbulnya risiko penyakit jantug koroner dan stroke. Untuk mengukur kadar LDL biasanya dilakukan dengan pengambilan sampel darah (invasif) dengan metode lipid profile test. Selain itu metode secara non-invasif berbasis iridologi saat ini juga dikembangkan. Penelitian ini dilakukan untuk membentuk suatu sistem deteksi kadar LDL secara non-invasif berbasis iridologi yaitu dengan citra mata serta menggunakan deep learning sebagai model klasifikasi. Salah satu indikator berlebihnya kadar LDL dalam tubuh ialah adanya cincin yang berwarna putih keabuan yang mengelilingi bagian iris atau biasa disebut corneal arcus. Sistem yang dirancang terdiri dari instrumen akuisisi citra, algoritma pemrosesan citra dan model klasifikasi deep learning. Pemrosesan yang dilakukan ialah menggunakan algoritma Circular Hough Transform (CHT) untuk proses lokalisasi dan Rubber-Sheet Normalization untuk menormalisasi bagian iris. Untuk mendapatkan bagian corneal arcus maka dilakukan segmentasi pada citra iris mata kanan dan kiri. Model CNN digunakan sebagai model klasifikasi kelas LDL tinggi dan normal sehingga menghasilkan akurasi sebesar 97%. Sehingga sistem dapat dikatakan bekerja dengan baik dalam prediksi status kadar LDL dalam tubuh.

Cholesterol is a waxy substance contains fat that required to produce hormones and other substances in the body. If the amount of cholesterol is excessive, it can be mixed with other substances and formed plaque on blood vessels. Cholesterol that builds up in blood vessels is usually called bad cholesterol or Low Density Liporpotein (LDL) which is the cause of the risk of coronary heart disease and stroke. Measuring LDL levels is usually done by taking blood samples (invasive) with the lipid profile test method. Other than that, a non-invasive method based on iridology was also developed. This research was focus to develop a non-invasive detection system for LDL levels status prediction based on eye image (iridology) using Convolutional Neural Network (CNN) as a classification model. One indicator of excess LDL levels in the body is the presence of a grayish white ring that surrounds the iris which is called corneal arcus. The system designed consists of image acquisition instruments, image processing algorithms and deep learning classification models which is CNN. The image processing is done using Circular Hough Transform (CHT) algorithm for the localization process and Rubber-Sheet Normalization for normalize the iris region. Segmentation is conducted to get the corneal arcus located at the outer of the iris region. This LDL levels status prediction system that used CNN as a classification model  with 5-fold cross validation results an accuracy of 97%. Those result show that the system worked in LDL levels prediction."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Namanda
"Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan desain cross sectional dan bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan rasio total kolesterol/K-HDL dan rasio K-LDL/K-HDL. Penelitian ini memanfaatkan data penelitian Strategi Nasional yang dilakukan Sartika (2010) mengenai Faktor Resiko Dislipidemia pada Dewasa Urban (Kota Depok, Jawa Barat) dan Dewasa Rural (Kecamatan Rumbia, Kabupaten Lampung Tengah). Populasi penelitian ini adalah semua orang dewasa laki-laki maupun perempuan yang berusia 35-60 tahun yang menetap/tinggal di wilayah rural. Hasil penelitian menunjukkan 27,3% responden memiliki rasio total kolesterol/K-HDL yang tinggi dan 13,1% responden memiliki rasio K-LDL/K-HDL yang tinggi.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rasio total kolesterol/K-HDL dan rasio KLDL/K-HDL. Hasil analisis multivariat menunjukan bahwa tingkat stress, pengetahuan, sikap, asupan protein, asupan lemak, asupan sayuran hijau, gula darah puasa dan IMT secara signifikan dapat memprediksi rasio total kolesterol/K-HDL.
Hasil analisis multivariat juga menunjukan bahwa asupan sayuran hijau, gula darah puasa, dan IMT secara signifikan dapat memprediksi rasio K-LDL/K-HDL. Peneliti menyarankan kepada petugas kesehatan setempat melakukan pengecekan profil lipid darah secara rutin dan membuat program KIE sehingga dapat menambah wawasan mengenai faktor resiko terjadinya dislipidemia.

This study is a quantitative study using cross sectional design and aims to determine the factors related to ratio of total cholesterol / HDL ratio and KLDL/ K-HDL. The study relied on National Strategy data conducted by Sartika (2010) on Risk Factors for Dyslipidemia in Adults Urban (City of Depok, West Java) and Adult Rural (District thatch, Central Lampung regency). This study population is all adult men and women aged 35-60 years who lived / live in rural areas. The results showed 27.3% of respondents have a ratio of total cholesterol / HDL high-K and 13.1% of respondents have a high ratio K-LDL/K-HDL.
The results of bivariate analysis showed that there was a significant association between body mass index (BMI) with the ratio of total cholesterol / HDL ratio and K-K-LDL/K-HDL. The results of multivariate analysis showed that levels of stress, knowledge, attitudes, intake of protein, fat intake, intake of green vegetables, fasting blood sugar and BMI significantly predicted the ratio of total cholesterol / HDL-C.
The results of multivariate analysis also showed that intake of green vegetables, fasting blood glucose, and BMI significantly predicted KLDL/K-HDL ratio. Researchers suggested that local health officers to check the blood lipid profile regularly and make IEC program that can add insight into the risk factors of dyslipidemia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Asli Madupa
"Kadar kolesterol tinggi merupakan salah satu faktor penyebab utama teljadinya aterosklerosis. Total kolesterol tinggi merupakan masalah utama di negara-negara sedang berkembang khususnya di daerah perkotaan. Di Indonesia, SKRT 2001 ditemukan prevalensi total kolesterol >200 mg/dl di Jawa-Bali untuk parkotaan (8,9 %) lebih tinggi daripada perdesaan (5,2 %) dan SKRT 2004 untuk seluruh Indonesia ditemukan di Perkotaan (14,8 %) dan perdesaan (12,3 %).
Penehtian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat total kolesterol dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tinglrat total kolesterol orang dewasa di perkotaan Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sampel penelitian adalah semua responden orang dewasa di perkotaan yang terpilih dalam SKRT 2004 dan memenuhi syarat penelitian, yaitu 892 orang. Pengolabeo data mengganakan program SPSS dan STAT A. Analisis data menggunakan uji statistik two independent sample t test dan regresi logistik ganda model faktor determinan.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi total kolesterol tinggi sebesar 9,98 %, rnta-rata umur responden 44,58 tahun, sebagian besar responden adalah laki-laki 54,93 %, status kawin 86,55 %, gemuk 68,50 %, tidak aktif 76,01 %, konswnsi sayur dan buah rendah 93,16 %, pendidikan rendah 63,34 %, pendapatan rendah 63,34 % dan pengeluaran pangan berlemak rendah 63,79%. Umur berhubungan bennakna dengan tingkat total kolesterol (p=0,022), dimana umur pada responden total kolesterol tinggi (46,49 tahun) lebih tua dibandingkan total kolesterol nonnal (44,37 tahun). Ada hubungan yang bermakna jenis kelamin dengan tingkat total kolesterol (OR=2,23; 95%CI:l,35-3,67} Demikian pula status gizi (IMT) berhubungan bermakna dengan tingkat total kolesterol (0R=2,46; 95o/.CI;l,55-3,89). Jenis kelamin merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan tingkat total kolesterol (OR 2, 19; 95% CI:l,30-3,69).
Kesimpulan, fuktor yang berhubungan dengan tingkat total kolestcrol orang dewasa adalah umur, jenis kelamin dan status gizi. Faktor yang paling dorninan berhubungan dengan tingkat total kolesterol adalah jenis kelamin. Direkomenda.sikan perlunya program promosi pernantauan kadar lipoprotein kolestcrol (HDL, LDL) sebagai deteksi dini tetiadinya aterosklerosis dan pornantauan rutin kadar total kolesterol pada orang dewasa muda (<35 tahun). Meningkatkan program pencegahan fuktor predisposisi pada perempuan dan parlu kebijaknn perbaikan status gizi melalui program penurunan berat badan pada orang dewasa gemuk (lMT >25 kg/m2) agar mencapai status gizi tidak gemuk (lMT :525 kg/m2).

High cholesterol level is one of main cause factor; the occurrence of atherosclerosis cholesterol is main problem in developing countries especially in urban area. In Indonesia, from SKRT 2001 found cholesterol prevalence 2:200 in Java-Bali for urban is higher (8,9 %) than rural (5,2 %) and SKRT 2004 for entire Indonesia found in urban (14,8 %) and rural (12,3 %).
These research aims are to find the view of total cholesterol level and factors that related with adult total cholesterol level in Indonesia urban area. This research is using cross sectional design, Research sample are all adult respondent in urban area that chosen from SKRT 2004 and qualified for research, which are 892 peoples. Data processed by SPSS and Stata program. Data analysis is using two independent sample t-test and double logistic regression test of determinant factor model.
Research result shows total cholesterol level proportion is 9,98 o/o, age mean is 44,58 years old, most of the respondent is men 54,9 %, marital status 86,55 %, obesity 68,50 %, inactive 76,0 l %, low vegetables and fruit consumption 93,16 %, low education 63,34 %, low income 63,34 %, and low fat food expenditure 63,79 %_ Age have significant relation with total cholesterol (p=0,022), where age of high total cholesterol respondent (46,49 year) older than normal cholesterol (44,37 %)- There are significant relation of gender with total cholesterol level (OR~,23; 95% CI: I ,35- 3,67). Thus with nutrition status (BMI) significantly related with total cholesterol level (OR~2,46; 95o/oCI:1,55-3,89). Gender is dominant factor that with total cholesterol level (OR=2,19; 95% Cl: I ,30-3,69).
Conclusion, factor that related with adult total cholesterol level is age, gender, and nutrition status. The most dominant factor related with total cholesterol level is gender. Suggested promotion program to monitor cholesterol lipoprotein level (HDL, LDL) as early detection of atherosclerosis and routine monitoring of early adult total cholesterol level (<35 year). Improving predisposition factor prevention program on women and need nutrition recovery policy through weight decreasing program on obesity adult (BMI>25 kg/m2) to achieve non-obese nutrition status (BMI;25 kg/m2).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T32465
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evins
"Dislipidemia atau abnormalitas kadar lipid dalam darah yang merupakan penyebab utama terjadinya penyakit kardiovaskular dapat diprediksi dengan melihat rasio total kolesterol/K-HDL. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dan bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor risiko yang berhubungan dengan rasio total kolesterol/K-HDL pada guru Sekolah Dasar di Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan tahun 2013.
Hasil penelitian menunjukkan 21,7% responden memiliki rasio total kolesterol/K-HDL berisiko (≥ 5). Hasil analisis bivariat menunjukkan jenis kelamin, lingkar pinggang, frekuensi makan sayur, dan kebiasaan merokok berhubungan secara signifikan dengan rasio total kolesterol/K-HDL. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa jenis kelamin, lingkar pinggang, dan frekuensi makan sayur dapat menjelaskan 17,7% variasi variabel rasio total kolesterol/K-HDL. Jenis kelamin dan frekuensi makan sayur merupakan faktor predominan terhadap rasio total kolesterol/K-HDL.
Peneliti menyarankan untuk dilakukan program Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), sehingga dapat menambah wawasan untuk mencapai rasio total kolesterol/K-HDL yang optimal.

Dyslipidemia or abnormality of lipid levels in the blood, which is the major cause of cardiovascular disease, can be predicted by the ratio of total cholesterol/HDL-C. This study is a cross-sectional quantitative approach and aims to explore the risk factors associated with the ratio of total cholesterol/HDL-C among primary school teachers in Cilandak District, South Jakarta in 2013. The results show 21.7% of respondents were high risk ratio (≥ 5).
Bivariate analysis shows that sex, waist circumference, frequency of vegetable consumption, and smoking habits are significantly associated with the ratio. Multivariate analysis shows that sex, waist circumference, and frequency of vegetable consumption explain 17.7% of variation in the ratio. Sex and frequency of vegetable consumption are relatively more predominant factors to the ratio.
Researcher suggests Communication Information and Education (CIE) program to be held as an insight to achieve an optimal total cholesterol/HDL-C ratio.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S53051
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Diana Sari
"ABSTRAK
Penyakit jantung koroner merupakan pembubuh utama di negara maju maupun
negara berkembang. Salah satu faktor risiko utama penyebab arterosclerosis adalah
hiperkolesterolemia yang ditunjukkan dengan peningkatan kadar kolesterol LDL.
Perubahan pola hidup yang ditandai dengan kurangnya mengkonsumsi buah dan
sayuran serta banyak mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak, merupakan salah
satu risiko terjadinya peningkatan kadar kolesterol LDL. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan asupan serat dengan kadar kolesterol LDL penduduk
usia 25-65 tahun di Kelurahan Kebon Kalapa Bogor tahun 2013. Penelitian dilakukan
dengan desain cross sectional menggunakan data baseline Studi Kohor Faktor Risiko
Penyakit Tidak Menular Badan Litbangkes tahun 2011. Analisis multivariate
menggunakan regresi logistik. Hasil analisis data diperoleh proporsi kolesterol LDL
tinggi sebesar 78.3% dengan rata-rata kadar kolesterol 120 mg/dl. Rata-rata asupan
serat sebesar 7 gram/hari dengan proporsi asupan serat <6.6 gram/hari sebesar 50.5%.
Hasil multivariate menunjukkan asupan serat rendah merupakan faktor protektif (OR
= 0.182) terhadap kadar kolesterol LDL tinggi setelah dikontrol oleh variabel umur,
asupan lemak dan asupan protein nabati. Faktor determinan dalam model ini terhadap
kadar kolesterol LDL adalah asupan protein nabati (OR = 13.356). Model ini mampu
memprediksi kejadian kadar kolesterol LDL sebesar 79.4% dan sisanya dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak tercantun didalam model. Dengan melakukan
penyuluhan akan pentingnya mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung
serat merupakan salah satu upaya pencegahan terjadinya penyakit yang berhubungan
dengan arterocslerosis. Merubah pola makan dengan memperbanyak konsumsi buah
akan mengurangi kadar kolesterol LDL dalam darah.

ABSTRACT
Coronary heart disease considers as one of the major killers both in developed
and developing countries. One of the main risk factors that caused artherosclerosis is
hypercholesterolemia which indicates by elevated LDL cholesterol level. Life style
changing by lack of consuming fruits and vegetables while excess in consuming food
high in fat content considered one of risk to have elevated cholesterol level. The aim
of this research is to identify the relationship between fiber consumption and the
content of LDL cholesterol for the people of 25-65 years of age at Kebon Kelapa
Village in Bogor on the Year of 2013. The research is conducted by Cross Sectional.
The analytic design utilizes the baseline data from Cohort Study of Contagious
Disease Risk Factors of the Research and Development of Health Agency of the
Republic of Indonesia in the year of 2011. Stratification is used in analyzing data and
cog regression is utilized in multivariate analysis. The analysis of the result obtained
that the prevalence of LDL cholesterol is 78.3% with the average of cholesterol
content 120 mg/dl. The average of daily fiber consumption is 7 gram/day with the
proportion of fiber consumption <6.6 gram/day is 50.5%. The result of multivariate
analysis indicates that low fiber consumption considers as a protective factor
(OR=0.182) toward high level of LDL cholesterol level after having controlled by
such variables as age, consumptions of fat and vegetable protein. Determinant factor
in this model toward LDL cholesterol content is the consumption of vegetable protein
(OR=13.356). This model has the ability to predict in experiencing LDL cholesterol
level 79.4% and the remaining would be influenced by other factors that have not
written down in the model. By educating the community about the important of
consuming high fiber foods consider as one of the effort to prevent the occurrence of
diseases relate with artherosclerosis. Changing the eating pattern by consuming more
fiber will decrease the content of cholesterol level in the blood"
Universitas Indonesia, 2013
T35199
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Buang
"The effects of dietary food fortified with vitamin B4 on lipid profiles in serum and liver tissue were studied. Rats were paired-fed a 0.25% vitamin B4 diet or a diet without vitamin B4 for 10 days. Serum lipid levels were measured using enzyme assay kits. Lipids of liver tissues were extracted and the lipid contents were determined. A piece of liver was prepared to determine the activities of fatty acid synthase (FAS) and fatty acid β-oxidation. The results showed that animals fed a food fortified with vitamin B4 had higher level of serum TG, PL, total cholesterol, and high density lipoprotein. Their increases were approximately by 74%, 20%, 27%, and 27%, respectively. The significant changes in liver lipid were only found in PL component. This treatment promoted FAS activity, but impaired the fatty acid β-
oxidation. In conclusion: Dietary food fortified with vitamin B4 induces hypertriglyceridemia and liver PL level."
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Universitas Nusa Cendana - Kupang. Fakultas Sains dan Teknik;Universitas Nusa Cendana - Kupang. Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana - Kupang. Fakultas Sains dan Teknik], 2010
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Fadhilah Sari
"Stroke ialah salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis utama di Indonesia. Stroke merupakan penyakit serebrovaskular yang setiap tahun meningkat jumlahnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio Low Density Lipoprotein LDL terhadap High Density Lipoprotein HDL dengan kejadian stroke pada penduduk usia dewasa. Penelitian ini menggunakan data dari studi kohort PTM penyakit tidak menular tahun 2011. Sampel dalam penelitian ini ialah penduduk usia dewasa yang menjadi responden penelitian studi kohort faktor risiko PTM di kota Bogor tahun 2011 yang berjumlah 1506 dan dianalisis menggunakan uji regresi logistik dengan signifikansi statistik di lihat berdasarkan interval kepercayaan 95. Prevalensi sampel pada penduduk usia dewasa di kota Bogor yang menderita stroke sebesar 1,26, responden dengan rasio LDL terhadap HDL yang tinggi sebesar 35,66. Responden dengan usia 46 tahun sebesar 34,26 dengan prevalensi jenis kelamin terbanyak pada perempuan sebesar 53,45 dan yang berpendidikan rendah sebesar 54,58, responden yang obesitas sebesar 27,42, responden dengan kadar kolesterol total tinggi sebesar 38,45 serta responden dengan kadar trigliserida tinggi sebesar 17,07. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara rasio LDL terhadap HDL dengan kejadian stroke dengan adjusted prevalens odds rasio 3,909 95 CI 1,346-11,354. Rasio LDL terhadap HDL yang tinggi berisiko terhadap kejadian stroke pada penduduk usia dewasa.

Stroke is one of the main causes of death and neurological disability in Indonesia. Stroke is a cerebrovascular disease which increases in number every year. This study aims to determine the effect of the ratio of Low Density Lipoprotein LDL to High Density Lipoprotein HDL with the incidence of stroke in the adult population. This study used data from the PTM (non-communicable disease) cohort study risk factor in 2011. The sample in this study was adult population 25-65 years who were respondents to the PTM cohort study in Bogor in 2011 which numbered 1506 and analyzed using regression tests logistics with statistical significance are seen based on 95 confidence intervals. Sample prevalence in adult population in the city of Bogor who suffered a stroke of 1.26, respondents with a high ratio of LDL to HDL were 35.66. Respondents with a age of sebesar46 years were 34.26 with the highest prevalence of sex in women amounting to 53.45 and those with low education were 54.58, respondents who were obese were 27.42, respondents with high total cholesterol levels were 38, 45 and respondents with high triglyceride levels of 17.07. The results showed that there was a significant relationship between the ratio of LDL to HDL and the incidence of stroke with an adjusted prevalence odds ratio of 3.909 95 CI 1.346-11.354. The high ratio of LDL to HDL is at risk for the incidence of stroke in the adult population."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53859
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gaga Irawan Nugraha
"Kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler (PKV) di Indonesia terus meningkat dan tahun ke tahun. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986, kematian yang disebabkan oleh PKV adalah 9,7% dan pada SKRT tahun 1992 angka ini meningkat menjadi 16,4% , kemudian pada SKRT tahun 1995 menjadi 24,2% (Departemen Kesehatan RI, 1997; Departemen Kesehatan RI, 1994).
PKV yang utama adalah penyakit jantung koroner yang disebabkan oleh terbentuknya plak aterosklerotik pada arteri koronaria. Etiologi aterosklerosis bersifat multifaktorial dengan faktor risiko utama adalah dislipidemia (Libby, 2001). Dislipidemia ditandai dengan perubahan profil lipid yang berupa (salah satu atau semua) kenaikan kadar kolesterol total (KT), kolesterol low-density lipoproteins (KLDL) dan trigliserida atau penurunan kolesterol high-density lipoproteins (K-HDL). Sedangkan rasio K-LDL/K-HDL lebih dari 5 dapat meningkatkan risiko PKV (Tribble dan Krauss, 2001; Semiardji, 2000; Konsensus Nasional Pengelolaan Dislipidemia Indonesia, 1995).
Apolipoprotein A-I (apo A-I) merupakan protein utama HDL. Berdasarkan penelitian epidemologis apo A-I mempunyai korelasi negatif terhadap PKV. Oleh sebab itu apo A-I bersama K-HDL digunakan sebagai parameter yang bersifat protektif terhadap risiko terjadinya PKV (Rader, 2003; Walldius dkk, 2001).
Minyak kelapa merupakan minyak yang sejak lama dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, namun kemudian penggunaan minyak kelapa makin menurun seiring dengan adanya anggapan bahwa minyak kelapa yang mengandung tinggi saturated fatty acid (SAFA; 91%) berbahaya untuk digunakan karena dianggap dapat meningkatkan risiko PKV. Selain itu mulai tahun 1981 industri minyak sawit mulai tumbuh dan berkembang makin pesat di Indonesia (BPS, 2003; Gun, 1984; Setyomidjaja, 1984). Pada saat ini minyak kelapa merupakan minyak yang sulit didapatkan balk di pasar tradisional maupun pasar swalayan. Namun demikian ternyata masih ada masyarakat di Kabupaten Ciamis Sawa Barat yang menjadi perajin minyak kelapa yang hanya menggunakan minyak kelapa untuk memasak sehari-hari.
Berbagai penelitian melaporkan bahwa asupan SAFA yang banyak terdapat pada minyak kelapa terbukti meningkatkan KT dan K-LDL. Namun asupan SAFA juga meningkatkan K-HDL, sehingga rasio KT/K-HDL ataupun K-LDL/ K-HDL menjadi lebih rendah secara bennakna dibandingkan dengan asupan minyak kelapa sawit, atau minyak jagung yang kaya MUFA dan PUFA (Mensink dkk, 2003; Enig, 1996; Sundram, 1994).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan pada suku Tokelau yang tinggal di kepulauan New Zealand yang sebagian besar bekerja sebagai nelayan dan 34% asupan energinya berasal dari kelapa menunjukkan bahwa tidak ada satupun yang menderita dislipidemia dan menderita PKV (Prior dkk, 1981)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T21129
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>