Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 101017 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan , 2000
612.3 IND p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Rachmat
"Krisis ekonomi yang berkepanjangan membawa dampak negatif pada
berbagai aspek kehidupan masyarakat, seperti meningkatnya jumlah anak yang
mendeiita gizi bumk. Salah satu kelompok masyarakat yang rawan terhadap
timbulnya masalah gizi bumk adalah anaI<~anak terlantar. Lembaga sosial yang
menangani anak-anak terlantar tefsebut adalah PSAA (panti sosial asuhan anak).
Sebagai Iembaga sosial yang menangani anak-anak terlantar, PSAA scnantiasa
bcmpaya membina anak-anak asuhnya agar menjadi generasi sehal. Unmk membina
anak-anak asuh yang sehat salah satu faktor yang diperlukan adalah penyediaan
makanan yang dapat memenuhi keculcupan gizi seirnbang. Dengan texjadinya krisis
ekonomi, ditengarai PSAA mengaiami penurunan pelayanan, khususnya di dalam
penyediaan makanan_
Dalam rangka mengetahui keadaan gizi anak-anak asuh di PSAA dilakukan
penelitian status gizi dan konsumsi makanan di sejumlah lembaga PSAA di DK1
Jakarta dan Tangerang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
anlara konsumsi energi dan status gizi serta faktor-taktor lain yang terkait pada anak
umur 6-18 mhun di PSAA se-wilayah DKI Jakarta dan Tangerang pada tahun 1999.
Penelitian ini merupakan analisis data sekunder hasil survai penilaian status
gizi dan konsumsi makanan pada sejumlah lembaga PSAA di wilayah DKI Jakarta
dan Tangerang yang dilakukan oleh Subdirektorat Bina Gizi di Institusi Direktorat
Bina Gizi Masyarakat Deparlemen Kesehatan Republik Indonesia.
Rancangan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah rancangan 'cross
sectional" yang melibatkan 308 orang responden yang berasal dad 48 PSAA Sebagai
variabel terikat adalah status gizi yang ditentukan berdasarkan indeks TB/U dan
indeks BB/U menggunakan "Z~scorc". Sedangkan variabel bebas yang ingin dipclajari kaitannya dengan status gizi adalahz status konsumsi energi, status
konsumsi protein, status konsumsi zat besi (Fc), lama tinggal anak di PSAA, umur_
dan jenis kelamin
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang berstatus gizi tergolong
KEP berdasarkan indeks TBIU sebcsar 49,7% dan berdasarkzm indeks BB/U sebesar
32,8%. Sebagian besar responden tergolong berstatus konsumsi kritis, baik konsumsi
encrgi, konsurnsi protein, maupun konsumsi zat best (Fc) yakni masing-masing
Sebesar 54,5%, 62,0% dan 68,2%.
Terdapat hubungan signifikan antara vmiabel Status konsumsi cnergi dan
status gizi dengan angka OR sebesar 1,7 (p=0,000l; 95%CI: 1,2--2,2) pada indeks
TB/U aan OR sebesar 2,2 (p=0,0067; 95%C1: 1,2--3,s) pada indeks BB/U.
Berdasarkan indeks BB/U kemungkinan responden yang telah tinggal di
PSAA selama 2 36 bulan untuk ter!-cena KEP sebesar 0,59 kali (p=0,0325; 95%CI:
0,36--0,95) dibandingkan dengan mercka yang tinggal di PSAA < 36 bulan.
Rjsiko rcsponden perempuan untuk menderita KEP sebesar 0,59 kali
(p=0,0230; 95%CI: 0.3 s-41.93 ) pada indeks Tnfu am 0,42 kati (p=0,000S; 9s%c1;
0.25--0.68 ) pada indeks BB/U dibandingkan dengan responden laki-laki.
Dari hasil analisis regresi ganda logistik terhadap variabel tedkat status gizi
berdasarkan indeks TB/U diperoleh model persamaan regesi sebagai berilcut:
Ln p/1-p; -0.4482 + 0.9090 (status konsumsi energi) + 0.3129 (status konsumsi
protein) - 0.7004 (un1ur)- 0.4208 (jenis kelamin). . '
Sedangkan berdasarkan indeks BB/U model persamaan regresi yang diperolch
adalah sebagai berikut:
Ln p/I-pg -0.9249 + 0.9116 (status konsumsi enefgi) + 0.5611 (status konsumsi
protein) - 0.6561 (lama Linggal di PSAA) - 0.8256 (ienis kelamin) - 0.3110 (umur).
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh disarankan agar pihak yang
terkait dengan PSAA dapat memberi perhatian lebih agar PSAA dapat meningkatkan
kualitas dan kuantitas makanan yang disajikan bagi anak asuhnya. Masih diperlukan
penelitian serupa terhadap populasi di komunitas yang meliputi lebih banyak lagi
variabel bebas sehingga didapatkan gambaran yang sesungguhnya di masyarakat.

Abstract
A long term of the economic crisis effect to the negative impact of social life
aspects, such as the increment of under nutrition problem. One of the hirnerable
group of under nutrition are the neglected children-
Orphanage is a social institution which responsible to neglected children. This
institution have to raised , guide and caring the children become a healthy generation.
Providing a balance (nutrition) diet as an imponant fitctor to meet the requirement of
growth phase of each child.
In line with the economic crisis, we assume that there is a decreasing food
availability in the orphanage, named PSAA (panti sosial asuhan anak).
This study was conducted to investigate the nutritional status and food
consumption of children in the Jakarta and Tangerang orphanages.
The aim of the study is to examined the relationship between energy
consumption and nutritional status included its related factors of children 6 to 18
years of ages in Jakarta and Tangerang in 1999.
The study was analysed the secondary data from the survey of nutritional
status and food consumption at some PSAA which execute by Nutrition Board of
Indonesian Ministry of Health.
The design of this study was Cross sectional, 308 respondents were involved
from 48 PSAA_ Nutritional status as the dependent variable determined by height for
age and weight for age using Z-score. The independent variables which related to
nutritional status were: energy consumption status, protein consumption status, length
of stay in the orphanage, age, and gender.
The result of this study shows that the prevalence of protein energy
malnutrition (PEM) is 49.7% (height for age) and 32.8% (weight for age). Most of
the respondents are catagoties as critical consumption, included energy consumption,
protein consumption, and iron consumption was 54.5%, 62.0%, and 68.2%
respectedly. Significance relationship was found between energy consumption status and
nutritional status (OR= 1.7; at p-value=0.000l; 95%Cl: l_3-2.2) using height for age
indices and OR = 2.2 (p=0.0067; 95%Cl: 1_2--3.8) using weight for age indices.
Based on weight for age. the risks of respondent who stayed at orphanage for
36 months or more to become PEM was 0.59 times (p=0.0325; 95%CI: 0,36--0.95)
compared to them whose stayed less then 36 months in the orphanage.
The risks of female respondents to become PEM was 0.59 times (p=0.0230;
95%Cl:0.38-0.93) using height for age and 0.42 times (p=o.ooo5; 95%CI: 025--
O.68) using weight for age compared to male respondents.
The result of logistic multiple regression analysis to nutritional status as a
dependent variable using height for age was finding the regression model as follows:
Ln p/l-p : -0.4482 + 0.9090 (energy consumption status) + 0.3129 (protein
consumption status) - 0.7004 (age) - 0.4208 (gender). While based on weight for age,
the regression equation was: ln p/1-p: -0.9249 + 0.91 I6 (energy consumption status)
+ 0_5611 (protein consumption status) - O.656l (length of stayed in orphanage) -
0.8256 (gender) - 0.3110 (age).
Refers to the result of this study, we rocommand to every institution or non
goverment organization (NGO) which relate to orphanage could give their
participation, funding and guidance in order to increase the quantity and quality of
food consumed by the orphanage child.
This study recommend a further study in order to know the real condition of
this problem especially in others independent variables."
xviii, 105 pages: illustration; 28 cm + appendix: Universitas Indonesia, 2001
T6481
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Wandini
"Secara umum studi cross sectional ini bertujuan untuk mengetahui status gizi dan praktik pemberian makan yang diterima oleh anak usia 0-59 bulan yang tinggal di panti asuhan di Jakarta. Penelitian dilakukan di tiga panti asuhan yang dikhususkan untuk menampung anak usia balita. Sebanyak 144 anak usia balita di panti dilibatkan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil studi, sebesar 21.9% anak termasuk dalam kategori gizi kurang, 35.2% pendek, dan 6,5% kurus. Hampir 90% anak yang kebutuhan protein dan vitamin A nya terpenuhi, namun lebih dari 90% anak yang kebutuhan zinc nya tidak terpenuhi. Pada kenyataannya, kandungan gizi pada makanan yang disajikan oleh panti pun tidak memenuhi kebutuhan anak untuk zinc.
Penelitian ini menemukan beberapa praktik pemberian makan yang tidak tepat seperti, tipe makanan dan respond pengasuh yang tidak tepat, juga praktik pemberian makan saat anak sakit dan dalam masa pemulihan. 71,5% anak menderita ISPA dan 22,2% menderita diare, sementara 18.8% anak menderita ISPA dan diare. Penelitian ini menemukan beberapa praktik yang tidak tepat seperti dalam hal penanganan makanan, penggunaan botol makanan (bottle feeding), tidak praktik cuci tangan yang tidak dilakukan oleh anak maupun pengasuh ketika menyajikan makanan atau menyuapi anak, serta beberapa hal lain yang dapat memungkinkan terjadinya kontaminasi silang ataupun memudahkan terjadinya penyebaran penyakit menular.

In general, this cross sectional study aims to explore nutritional status and feeding practice received by orphanage children aged 0-59 months in Jakarta. This study was conducted in three orphanages that are specifically accomodate under five children. Totally, 144 under five children in the orphanages were included in this study. This study found, 21.9% of children were underweight, 35.2% were stunting, and 6.5% were wasting. Almost 90% children had adequate protein and vitamin A, but more than 90% of them had zinc inadequacy. In fact, nutrient content in the food served by orphanage was also not fulfilled child's requirement for zinc.
This study found inappropriate feeding practice received by children, i.e in appropriate food type, inappropriate respond from caregiver during feeding and improper feeding during illness and recovery. 71.5% of children were suffered from ARI, 22.2% suffered from diarrhea and 18.8% children suffered from ARI and diarrhea. This study found some inappropriate practice of food handling such as the use of bottle feeding, hand-washing which was not practiced by children or caregivers when serve food or feeding children, as well as some other things that could allow cross-contamination, or facilitate the spread of infectious diseases.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31539
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Soemilah Sastroamidjojo
"Perkenankanlah saya terlebih dahulu memanjatkan puji syukur kepada Tuhan yang Masa Esa atas rahmat dan karunia-Nya hingga upacara pengukuhan saya sebagai Guru Besar Tetap dalam lhnu Gizi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dapat terselenggara pada hari ini. Saya ucapkan terima kasih kepada para hadirin sekalian yang telah memberikan perhatian dan meluangkan waktu untuk menghadiri pengukuhan saya.
Pada tahun ini kita akan mengakhiri Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (PJPT-I) dan akan memulai PJPT II pada tahun depan yaitu awal era tinggal landas. Tujuan utama era tinggal landas pembangunan nasional ini adalah pengembangan sumberdaya manusia yang berkualitas tinggi. Salah satu upaya di bidang kesehatan yang mempunyai dampak besar terhadap peningkatan kualitas sumberdaya manusia tersebut, adalah upaya peningkatan gizi masyakarat. Kiranya wajar kalau pada kesempatan ini saya memilih judul:
Peranan Perguruan Tinggi dalam Upaya Perbaikan Gizi di Indonesia
Masalah gizi telah diidentifikasi di Indonesia sebelum Perang Dunia II. Setelah Perang Dunia II yaitu setelah kemerdekaan, sekitar tahun 1950-1965, beberapa daerah di Indonesia mengalami krisis pangan, busung lapar, 3-5% anak-anak menderita Kurang Kalori Protein berat dan pendarita Kwashiorkor serta Marasmus mudah ditemukan di bangsal-bangsal rumah sakit.
Usaha pemerintah untuk menanggulangi masalah gizi telah lama dilakukan di Indonesia. Ini tercermin pada program-program sebelum dan selama PJPT-I. Pada tahun lima puluhan dibentuk Panitia Negara Perbaikan Menu Makanan Rakyat, dibangun Lembaga Makanan Rakyat dan pada tahun 1963 diadakan Applied Nutrition Program, yang kemudian dikenal sebagai Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). Dalam Repelita I (1969-1974) dan Repelita II (1974-1979) pembangunan sektor pertanian serta produksi pangan mendapat prioritas, Nutritional Surveillance System/Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) dirintis dalam bentuk Pilot Project pada tahun 1979. Pilot Project ini berkembang menjadi Sistem Isyarat Dini dan Intervensi (SIDI)/Early Warning Information and Intervension System yang kemudian menjadi Timely Warning System. Selanjutnya salah satu tujuan utama Repelita III adalah pengembangan UPGK hingga mencakup 75% desa yang tersebar di 27 propinsi. Dalam Repelita IV program perbaikan gizi merupakan bagian dari program program bidang kesehatan, pertanian, pembangunan daerah pedesaan serta kependudukan, sedangkan dalam Repelita terakhir PJPT-I (1989-1994) upaya perbaikan pangan dan gizi dikaitkan dengan peningkatan kualitas hidup penduduk.
Ternyata PJPT-I berhasil dan keberhasilannya dalam bidang pertumbuhan ekonomi, perkembangan bidang pertanian, keluarga berencana serta penunman angka kematian bayi telah mengubah keadaan pangan dan gizi di Indonesia. Dan pengimpor beras nomor satu di dunia, Indonesia menjadi negara swasembada pangan dan prevalensi penyakit-penyakit kurang gizi utama sekitar tahun 1990 lebih rendah jika dibandingkan dengan sekitar tahun 1980; penyakit Kurang Kalori Protein dari 29,9% menjadi 10,48%, Kurang Vitamin A (KVA) dari 1,4% menjadi 0,7%, Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) dari 37,2% menjadi 23,2% dan Anemia Gizi dari 70% menjadi 55%. Tetapi juga diidentifikasi gizi lebih di kelompok masyarakat tertentu.
Keberhasilan PJPT-I dalam upaya perbaikan gizi tidak lepas dari pendekatan sistem yang dipakai serta perkembangan kelembagaan gizi di Indonesia."
Jakarta: UI-Press, 1993
PGB 0124
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Nikita Dewayani
"Perilaku makan anak sekolah didominasi dengan jajan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang pedoman umum gizi seimbang dengan perilaku anak sekolah dalam pemilihan jajanan sekolah. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasional dan menggunakan teknik Simple Random Sampling.
Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang pedoman umum gizi seimbang dengan perilaku anak sekolah dalam pemilihan jajanan sekolah (p value=0,108). Anak usia sekolah dapat mengatur sendiri pola makannya dan berkurangnya pengawasan langsung oleh orang tua. Hasil penelitian menyarankan pentingnya edukasi pangan jajanan anak sekolah yang sehat dan aman untuk anak sekolah.

Eating behaviour of school-aged children was dominated by street foods. This study aimed to analyze the relationship between mother's knowledge on Pedoman Umum Gizi Seimbang (Balanced Nutritional Guidelines) towards the behaviour of school-aged children in school foods selection. This study used descriptive correlational design and used simple random sampling techniques.
The result showed that there was no significant relationship between mother?s knowledge on Pedoman Umum Gizi Seimbang (Balanced Nutritional Guidelines) towards the behaviour of school-aged children in school foods selection (p value=0,108). School-aged children can regulate their own food choices and have less direct supervision by parents during school. This study suggested the importance of education on healthy and safe school foods for school-aged children.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46513
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat konsumsi pangan penduduk belum sepenuhnya mengacu pada PUGS, namun demikian perkembangannya menuju ke arah yang lebih baik..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 1989
613.2 BUK
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Shella Rachmawaty
"Masalah gizi di perkotaan tidak hanya menjadi masalah bagi orang yang kurang mampu, tetapi juga bisa terjadi pada keluarga dengan ekonomi menengah. Penulisan Karya Ilmiah Akhir ini difokuskan kepada asuhan keperawatan keluarga yang dilaksanakan penulis pada keluarga Bapak S dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi pada balita. Salah satu hal yang menjadi penyebab gizi kurang pada An.S di keluarga Bapak S ialah tingkat pengetahuan ibu, kurangnya perhatian dari Ibu dan juga nafsu makan anak yang kurang. Salah satu implementasi unggulan yang dilakukan penulis ialah pemberian makanan selingan dan pembuatan puding tinggi karbohidrat dan tinggi protein. Hasil evaluasi yang didapat penulis dari implementasi yang dilakukan ialah berat badan An.S naik dari 12,8 kg saat pengkajian awal menjadi 13,1 kg. Ibu A mengatakan sudah menerapkan pemberian makanan selingan yang sehat dan lebih memperhatikan kesehatan anaknya.

Nutritional problems in urban areas is not only problem for poverty family, but also for middle-class family.This tasks describes on Nursing Family Care Plan that implemented on Mr S’s family with a nutritional imbalance problems in toddlers for 7 weeks. One of the reason that cause malnutrition in the Mr. S’s family, especially his daugther, is the level of mother’s knowledge, lack of attention from the mother and inadequate of child's appetite. One of implementation is snacks and making pudding high in carbohydrates and protein. The evaluation results of nursing care plan that implemented by the author is An S has increased her weight from 12,8 kg to 13,1 kg. Mrs.A, said that she had implemented healthy snacks and give more attention for her children."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Herwanti Bahar
"Salah satu masalah gizi utama di Indonesia yang penanggulangannya belum menunjukkan titik terang adalah anemia gizi. Berdasarkan hal tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai besarnya prevalensi anemia gizi pada anak pra sekolah di 7 provinsi yang diteliti dan faktor-faktor yang berhubungan dengan prevalensi tersebut.
Data yang digunakan adalah data Survey Evaluasi Xerofthalmia Skala Nasional 1992 di 7 provinsi, yang termasuk juga di dalamnya pemeriksaan kadar Hb pada anak pra sekolah. Pengumpulan data dilakukan oleh Litbang Gizi dengan "Multistage Sampling".
Hasil analisis menunjukkan bahwa prevalensi anemia gizi secara keseluruhan pada anak pra sekolah di 7 provinsi adalah 42 % . Angka ini bervariasi antara 18.2 % sampai 51.9 %. Analisis kemudian dibagi berdasarkan prevalensi berat (> 40 %) dan ringan/sedang (15 - 40 %).
Di daerah prevalensi berat, faktor anak yang berhubungan dengan kejadian anemia gizi yang tinggi adalah jenis kelamin laki-laki, pemberian Air Susu Ibu yang sering, kadar serum vitamin A yang rendah, jumlah anggota keluarga yang kecil, pendidikan ayah dan ibu yang tinggi. Sedangkan di daerah prevalensi ringan atau sedang pendidikan ayah yang rendah dan kondisi rumah yang baik yang berhubungan dengan kejadian anemia gizi yang tinggi.
Berdasarkan analisis multivariat didapat faktor penentu kejadian anemia gizi yaitu untuk daerah prevalensi berat adalah jenis kelamin, serum vitamin A, pemberian ASI, jumlah anggota keluarga, pendidikan ibu, status pekerjaan kepala keluarga dan sanitasi keluarga. Sedangkan di daerah prevalensi ringan hanya serum vitamin A dan kondisi rumah sebagai faktor penentu.
Berdasarkan hasil di atas, maka disarankan agar program pemberian vitamin A dosis tinggi pada anak pra sekolah perlu ditingkatkan. Disarankan pula dilaksanakannya penyuluhan mengenai pemberian Air Susu Ibu, makanan pendamping Air Susu Ibu dan kesehatan lainnya, pada semua golongan masyarakat, baik golongan ekonomi baik maupun kurang. Perlu adanya program khusus penanggulangan anemia gizi pada anak pra sekolah dan perlu adanya penelitian khusus mengenai anemia gizi."
Depok: Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Astuti
"Kekurangan Energi Protein (KEP) pada balita masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Seperti diketahui bahwa masalah gizi kurang akan berdampak pada penurunan intelegensia dan produktifitas dan pada akhirnya akan berdampak pada rendahnya tingkat intelektualitas bangsa dan menurunnya kualitas sumberdaya manusia sehingga dikhawatirkan bangsa Indonesia tidak dapat bersaing dengan bangsa lain di era globalisasi. Dengan memperhatikan masalah gizi kurang yang dihadapi dewasa ini, pemerintah dan masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan upaya penanggulangannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita dan memprediksi faktor yang paling berperan terhadap kejadian status gizi kurang pada balita di pedesaan Jawa Tengah tahun 2002. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu hasil survei Helen Keller lnternasional (HKI) bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. Disain penelitian adalah cross sectional. Populasi adalah seluruh anak balita (umur 0-60 bulan) di wilayah pedesaan Jawa Tengah. Metode pengambilan sampel adalah multistage cluster. Dari sebanyak 8110 balita yang ada pada data sekunder, berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah ditetapkan maka didapatkan sebanyak 7582 balita yang memenuhi kriteria untuk dianalisis. Status gizi balita diukur dengan pengukuran antropornetni menggunakan indeks BB/U dan disajikan dalam Z skor. Analisis data meliputi univariat, bivariat (Pearson Chi Square dan regresi logistik sederhana) dan analisis multivariat (pemodelan dengan regresi logistik multivariat).
Hasil penelitian menunjukkan terdapat masalah gizi kurang di Jawa Tengah, khususnya pada balita dengan prevalensi gizi kurang (Z skor < -2 SD) sebesar 31,3 % dimana 4,6 % diantaranya adalah gizi buruk. Hasil analisis multivariat ada 6 faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita adalah umur anak, penyakit infeksi, status gizi ibu, pendidikan bapak, pendidikan ibu, nomor urut lahir anak, dimana masing-masing mempunyai peranan yang spesifik dalam mempengaruhi status gizi. Pengaruh penyakit infeksi pada balita terhadap status gizi berkaitan dengan keadaan sanitasi. lingkungan keluarga yang kurang baik. Faktor yang dominan dalam mempengaruhi status gizi balita adalah umur balita kemudian status gizi ibu, kemudian pendidikan ibu, pendidikan bapak, nomor urut lahir anak dan penyakit infeksi. Model regresi logistik yang terbentuk cukup mantap untuk memprediksi karena hampir 70 % variabel yang ada dalam model dapat menerangkan kondisi status gizi. Hasil ini diharapkan dapat dipakai oleh penentu kebijakan dalam penanggulangan masalah gizi kurang pada balita.
Dari hasil penelitian ini disarankan kepada pengelola program dan lintas sektor di tingkat kabupaten/kota dan propinsi, perlu menekankan prioritas penanggulangan masalah gizi kurang pada balita umur 6-23 bulan. Perlu dilakukan peningkatan status gizi ibu khususnya pada keluarga balita dengan sosial ekonomi rendah, melalui program pemberdayaan masyarakat, yaitu program pelatihan .khususnya kepada ibu-ibu untuk meningkatkan pengelolaan sumberdaya rumah tangga Perlu dilakukan pemberdayaan ekonomi keluarga melalui program pemberian paket produktif (sistem bergulir) pengembangan usaha ekonomi produktif sesuai dengan potensi masing-masing daerah. Untuk mengatasi adanya penyakit infeksi pada anak maka perlu penyuluhan tentang sanitasi lingkungan keluarga.
Daftar Pustaka: 82 (1982-2004)

Protein-energy malnutrition of children under five year is still health problem in Indonesia. Like we know that malnutrition will impacts - decreased intelegentia and productivity and so will impact to decreased level of nation intellectuality and decreased human resources and is apprehensived Indonesia nation can not competed with others nation in era globalization. With attention to malnutrition who was attended this time, government and community be needed increased vigilance and efforts to tackling.
The purpose of this study is to examine influence factors of nutritional status underfive children and predicted factors was most role in case malnutrition of underfive children in rural Central Java, year of 2002. This study was use secondary data from result survey of Helen Keller International joint with Office of Health Central Java Province. Study designed was cross sectional. The population was underfive children (0-60 years) in rural Central Java. Sampling methods was multistage cluster. From 8110 underfive children in secondary data, with inclusion and exclusion criteria was has been definited, so be obtained 7582 underfive children was fulfill criteria for analyzed. Nutritional status was measured with anthropometric, and weight-for-age index and was asserted with Z-score. Data analysis with univariate, bivariate (Pearson Chi Square and Logistic Regression) and multivariate (Multivariate Logistic Regression Model).
The result of study show there was malnutrition problem in Central Java, especially of underfive children with prevalence of malnutrition (Z-score < -2 SD) are 31,3 %, where 4,6 % of them is severe malnutrition. The result of multivariate analysis was there are 6 factors influenced nutritional status underfive children was children age, infection, mother nutritional status, father education, mother education, number of birth child there were each others have specific role in influenced nutritional status. Role of infection to nutritional status associated with family environment sanitation that less good. Dominant factors influenced nutritional status underfive children was children age then mother nutritional status, mother education, father education, number of birth child and infection. Logistic Regression Models that was resulted enough steady to predict because almost 70 % variable in model can explain condition of nutritional status. This result was hope can applied by provider in tackling malnutrition problem in underfive children.
The study recommended to organizer of program and cross sector in district level and province level, necessary emphasize priority tackling malnutrition problem of children age 6-23 month. Be needed to increasing mother nutritional status especially to family with low social economic, by means of community empowerment program, that is trained program especially to mother for increasing organizing family resources. Necessary to empower family economic by means of distribution productive package (turned system) effort extended productive economic appropriate with potential in each district. To tackling infection in children be needed to conducting communication about family environment sanitation.
Bibliography: 82 (1982-2004)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13086
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>