Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115298 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Suryana, 1960-
"Pembangunan perumahan dan permukiman yang marak di Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang dipengaruhi pula oleh kondisi Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang yang terikat dengan Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976 tentang Pengembangan Wilayah Jabotabek. Sehingga Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang menyiapkan alokasi lahan untuk kepentingan tersebut seluas 60.404 Ha atau 54,4% dari luas wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang yaitu 111.038 Ha.
Pada tahun 1993 sampai dengan tahun 1998 telah dikeluarkan Ijin Lokasi untuk perumahan dan permukiman seluas 39.687,10 Ha tetapi lokasi yang dikuasai baru 22.001,98 Ha dan baru dimanfaatkan untuk pembangunan perumahan dan permukiman seluas 8.405,83 Ha (38 %) dari luas yang dibebaskan. Sehingga terdapat lahan tidur yang tidak produktif seluas 13.596,15 Ha.
Mengacu kepada pembangunan perumahan dan permukiman berimbang 6 : 3 : 1 luas lahan 13.201,18 Ha akan menghasilkan rumah sederhana 880.079 unit, rumah menengah 141.441 unit dan rumah mewah 13.201 unit. Sedangkan kebutuhan rumah di Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang sampai tahun 2002 hanya 644.466 unit sehingga terjadi over supply 390.275 unit.
Masalah yang akan timbul dalam jangka panjang dari tumbuhnya perumahan dan permukiman di Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang dalam luasan di atas adalah biaya pemeliharaan prasarana lingkungan, fasilitas sosial dan utilitas umum yang setiap tahun memerlukan dana sebesar Rp 89.876.000.000,00.
Berdasarkan hasil kajian teoritis dan penelitian lapangan kiranya Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang perlu mengkaji ulang kebijakan penataan ruang, terutama pengalokasian lahan untuk perumahan dan permukiman yang pada akhirnya menjadi beban. Di sisi lain dalam memelihara kondisi eksisting sekarang perlu mengambil langkah pemeliharaan prasarana lingkungan, fasilitas sosial dan utilitas umum melalui pemberdayaan masyarakat/penghuni untuk memobilisasi dana dan mengembangkan kemitraan antara swasta dan pemerintah."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Mulya Syah
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S34568
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Rumble strip adalah penambahan tinggi perkerasan jalan ( yang menipakan bagian dari marka jalan). Dibuat dengan menggunakan bahan therrrroplastic yang dipasang melintang ialan daIam beberapa jalur dan memiliki ketinggian tertentu ( biasanya 10 std 13 mm). Tujuan dibuarnya rurrrble strip adalah untuk menyadarkan pengemudi sehingga kccepatan kendaraan dapat dikurangi demi meningkatkan keselamatan lalu lintas. Dengan adanya rumble strip maka pengemudi mempunyai dua pilihan . mengurangi kccepatan kendaraannya atau merasa tidak nyaman dan kerusakan pada kendaraan akibat benturan ban dengan permukaan rumble strip. Studi ini menguji apakah penurunan kccepatan akibat rumble strip signifiikan berbeda untuk setiap penambahan jalur rumble strip. Upaya untuk menentukan hubungan antara jumlah rurrrble strip dengan penurunan kecepatan serta jumlah rumble strip yang paling efektif untuk mengurangi kecepatan tanpa , menimbulkan ketidaknyamanan pengemudi, Data yang dikumpulkan di lapangan adalah data jumlah rumble strip dan waktu tempuh kendaraan untuk setup lokasi peninjauan. Analisa secara statistik untuk menentukan rata-rata kecepatan, signifikan penumnan kecepatan dan hubungan antara jumlah rumble strip dengan penurunan kecepatan. Basil analisa menyimpulkan rumble strip dapat mengurangi kecepatan kendaraan di jalan kota maupun jalan lingkungan secara signifikan dan kontribusi jumlah rumble strip terhadap penurunanldeviasi kecepatan tidak besar (e = 0,57 untuk jalan kota dan W = 0,07 untuk jalan lingkungan)."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S35619
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Euis Hendrawati Widyanto
"enelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inteligensi umum dan
inteHgensi emosional terhadap prestasi belajar dan terhadap ctrt
kepemimpinan translOrrnasional di SMU Al Azhar Bumi Serpong Damai
lnteligensi umum dan inteligensi emosional merupakan dua sisi kecakapan
dasar yang dimiliki siswa, Sedangkan prestasi belajar dan kepernimpinan
dipifih sebagai ukuran keberhasilan pendidikan, masing-masing dari sisi
pengetahuan dan ketrampilan,
Siswa SMU yang terlibat dalam penelilian ini berjumlah 124 orang. Alasan
dirunbilnya siswa SMU sebagai subyek penelitian karena pada usia ini sudah
menunjukkan mulai adanya kematangan perkembangan fisik, mental,
emosional dan sosial
Untuk mengukur keempat variabel tersebut digunakan: (1) tes pengukuran
intcligensi umum Raven's Advanced Progressive Matrices (R.-\PM). (2) tes
pengukuran inteligensi emosional dengan Inventori Kecerdasan Emosional
(IKE) yang disusun oleh Sri Lanawati. (3) tes pengukuran ciri kepemimpinan
transfommsional yang dikernbangkan pada penelitian ini dari MLQ-5S olch
Bass dan Avolio. dan (4) data prestasi belajar dari buku nilai siswa.
Penelilian ini bcrsifal ex post facto Pengolahan data menggunakan bantuan
program komputer SPSS versi 10.0 untuk analisis dcskriptif korelasi dan
regresi
Hasil penelitian menunjukkan:
1. lnteligensi umum dan inteligensi emosional secara bersama memberi
sumbangan efektif yang bermakna terhadap prestasi belajar dengan
koefisien regresi yang distandarkan. p. masing-masing sebesar 0.22 dan
0.22 pada signifikasi yang ditcrima yaitu masing-masing sebcsar 0,01
dari 0.02
2. Intelegensi umum dan intelegensi emosional secara bersama memberi sumbangan yang bermakna terhadap ciri kepemimpinan transformasional. Walaupun demikian hanya intelegensi emosional yang secara signifikan (dengan nilai hamper nol) memberikan sumbangan tinggi yaitu dengan B sebesar 0,5. Dipandang dari sisi komponennya ketrampilan sosial dan kesadaran diri memberikan sumbangan yang
bermakna dengan ~ sekitar 0,3 pada signifikansi yang diterima, yaitu
hampir nol Pengamatan lebih lanjut pada pengelompokan siswa dengan
ciri kepemirnpinan transfonnasional yang semakin tinggi memmjukkan
adanya sumbangan dari inteligensi umurn hingga sebesar 0,2 walaupun
tidak siginifikan.
3. Hasil sosiometri mengenai pemimpin berdasarkan pilihan siswa
berkorelasi secara signifikan berkorelasi dengan ciri kepemimpinanan
transformasional dengan koefisien detenninasi, R2
, sebesar 13%. Namtm
pada kelompok siswa dengan aknr inreligensi di atas rata-rata (IU:: 14)
diperoleh R = 44%.
4. Alat ukur ciri perilaku kepemimpinan transformasional memiliki
validitas dan reliabilitas yang tinggi dan pada signifikansi yang diterima
yaitu hampir nol. Ditemukan hanya ada satu butir kuesioner yang berada
sedikit di bawah batas ambang reliabilitas yang diterima, yaitu dengan
nilai r = 0,22. Pada penelitian ini ditetapkan reliabilitas diterima pada r;
0.25.
Secara umum disarankan bagi pendidik dan orang tua untuk lebih
memperhatikan peningkatan inteligensi emosional di samping inteligensi
umum karena dari penelitian ini terlihat bahwa inteligensi emosional
berperan pada peningkatan prestasi belajar dan pembentukan ciri
kepcmimpinan transformasional. Sedangkan bagi peneliti disarankan untuk
mengembangkan alat ukur kepemimpinan transformasional menjadi
kepemimpinan mullifaktor seperti halnya konstruk asli dari MLQ-SS.
Dcngan demikian diharapkan dapat diperoleh peta ciri kepemimpinan rernaja
yang lebih lengkap dari transformasional hingga laissez-faire."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harnizeta Salsabila Rochalya
"Post-suburban merupakan suatu wilayah yang memiliki beberapa pusat kegiatan yang eksklusif dan terpisah secara fungsional dan spatial antara permukiman, pusat perbelanjaan, atau kawasan industry, serta memiliki gaya tarik masing-masing. Setiap pusat ini memiliki fungsi khusus dan dipisahkan dengan jarak tempuh 15-30 menit menggunakan mobil, dengan frekuensi perjalanan dalam dan antar kota yang seimbang. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pemenuhan kebutuhan rekreasi penduduk wilayah post-suburban, khususnya Bintaro Jaya dan Bumi Serpong Damai. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner di media sosial internet serta dilengkapi dengan observasi lapang. Analisis data dilakukan dengan analisis spasial dan deskriptif. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada wilayah Bintaro Jaya dan BSD City didominasi oleh responden dengan kelas sosial menengah dan tinggi. Dominasi kegiatan rekreasi di Bintaro Jaya dilakukan di Bintaro Xchange Mall, sementara di BSD dilakukan di Aeon Mall BSD City. Kondisi fisik kedua ruang rekreasi ini adalah ruang rekreasi dengan jenis tenant yang lengkap sehingga menjadi one stop solution bagi penduduk wilayah post-suburban, dimana mereka hanya perlu mengunjungi satu ruang rekreasi untuk memenuhi kebutuhannya. Kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa Bintaro Jaya dan Bumi Serpong Damai merupakan kota post-suburban yang mandiri dalam pemenuhan kebutuhan rekreasi. Ruang rekreasi yang dipilih penduduk di wilayah post-suburban adalah ruang rekreasi yang modern dan serba ada untuk menunjang gaya hidup yang mudah, efisien, dan modern.

Post-suburbanization results in an area with several exclusive, functionally and spatially separated activity zones, between residential zones, shopping centers, industrial zones, and each with its own appeal. Each zone serves a specific function and is separated by a travel distance of 15-30 minutes by car, with a balanced frequency of travel within and between cities. This research aims to examine the fulfillment of recreational needs for residents in post-suburban cities, particularly Bintaro Jaya and Bintaro Serpong Damai. Data collection was conducted using online questionnaires spread through social media, supported by field observations. Data analysis was through spatial and descriptive analysis. The results of the analysis indicate that in Bintaro Jaya and BSD City, respondents are predominantly from middle and high social classes. Recreational activities in Bintaro Jaya are concentrated at Bintaro Xchange Mall, while in BSD City are concentrated at Aeon Mall BSD City. The physical conditions of these recreational spaces are characterized by comprehensive tenant offerings, making them a one-stop solution for the post-suburban residents, where they only need to visit one recreational space to meet their needs. The conclusion of this research indicates that Bintaro Jaya and Bumi Serpong Damai are self-sufficient post-suburban cities in meeting recreational needs. Consumers' choice for recreational spaces in post-suburban cities lean towards modern, one stop solutions that support an easy, efficient, and modern lifestyle."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
May, Karl
Jakarta: Gramedia, 2004
809 MAY d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Edwina Novya
"Pembangunan kota mandiri pada hakekatnya adalah suatu proses penataan tata ruang dan pengembangan wilayah baru menjadi kawasan yang mempunyai berbagai perlengkapan. Pengembangan kota mandiri BSD yang mempunyai kemudahan dengan tersedianya berbagai jaringan jalan antar wilayah mengakibatkan meningkatnya mobilisasi dan perpindahan penduduk ke wilayah ini. Hal ini turut berdampak kepada wilayah di sekitar BSD yang ikut mengalami perubahan seiring dengan berkembangnya BSD. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perubahan penggunaan tanah di wilayah sekitar BSD berdasarkan jarak dari BSD. Metode analisa yang dipakai adalah analisis deskriptif untuk melihat perubahan penggunaan tanah di wilayah penelitian. Dari hasil analisis disimpulkan bahwa BSD memberikan dampak bagi perubahan penggunaan tanah di wilayah sekitarnya, khususnya perubahan penggunaan tanah pemukiman."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S34060
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rudy Hermanto Nandar
"ABSTRAK
Pemasaran merupakan suatu aksi penjualan dari suatu produk yang dilalui tanpa
memahami perilaku konsumen dengan menjanjikan layanan purna jual terhadap produk
yang dipasarkan. Perilaku konsumen yang beraneka ragam ini dapat memberikan
dampak penilaian yang berbeda. Untuk itu tujuan utama penelitian ini adalah
mengevaluasi sejauh mana strategi pemasaran dapat memenuhi keinginan dan kepuasan
konsumen.
Karya akhir ini coba melakukan penelitian pada PT. Bumi Serpong Damai yang
merupakan perusahaan yang membangun dan mengelola kota mandiri Bumi Serpong
Damai. Pemilihan kota mandiri Bumi Serpong Damai sebagai lokasi penelitian
dilandasi upaya peneliti untuk dapat membuktikan apakah reputasi dan konsorsium
sepuluh perusahaan dapat menjamin terpenuhinya janji dan slogan yang pernah
disampaikan dalam taktik pemasaran. Pembuktian ini tidak terlepas dari masukan
pendapat yang diterima dan penghuni tentang kepuasan mereka terhadap kondisi
rumah, prasarana dan sarana yang disediakan. Usaha pembuktian dilakukan dengan
menganalisa strategi bisnis yang pernah dilakukan oleh PT. Bumi Serpong Damai.
Pembatasan pembuktian terbatas pada tiga variabel pemasaran yaitu segmen pasar
(market segmentation), sasaran pasar (market targeting) dan posisi strategi perusahaan
(positioning strategies).
Hasil survei menunjukkan bahwa karakteristik demografi di Bumi Serpong Damai
adalah sebagai berikut: mayoritas penghuni yang berusia 30-39 tahun, dengan
penghasilan díbawah Rp. 500.000,-. Pendidikan terakhir penghuni rata-rata SMA, dan
pekerjaan utama penghuni sebagai pegawai swasta, serta lokasi tempat kerja di
Tangerang. Rata-rata harga rumah yang dibeli dibawah Rp. 50.000.000,- dan penghuni
memiliki sebuah mobil. Sebagian penghuni memeluk agama Islam, sedangkan jumlah
keluarga dengan dua orang anak, tempat tinggal asal dan Jakarta Selatan.
Hasil analisa menunjukkan bahwa sebagian besar penghuni merasa tidak puas pada
beberapa aspek yaitu bangunan, lingkungan, transportasi dan fasilitas. Ketidak puasan
penghuni pada aspek bangunan menurut presepsi penghuni karena kualitas bahan
bangunan yang digunakan bermutu rendah, pengaturan ruangan yang kurang
mempertimbangican faktor privacy, tampak depan bangunan yang tidak memenuhi
selera dan kurangnya kelengkapan fungsi ruangan. Ketidak puasan penghuni pada
aspek Iingkungan menurut presepsi penghuni karena penarikan retnibusi sampah oleh
dua instansi yang berbeda, sistem keamanan yang kurang terkoordinasi, taman yang
dibuat tidak terencana dengan balk, air bcrsih keruh dan mahal harganya, kurang cepat
dalam memperbaiki lampu jalan yang mati. Ketidak puasan penghuni pada aspek
transpoasj znenurut presepsi penghuni karena kurangnya jerus dan pilihan angkutan,
waktu tunggu yang lama karena frekwensj angkutan umuin yang terbatas, jalur/trayek
yang terbatas, kurangnya terminal pemberhentian angkutan umum. Ketidak puas
penghuni pada aspek fasilitas menurut presepsi penghuni karena kurangnya jumlah
tempat ìbadah (masjid) dengan jarak pencapaian yang jauh, terbatasnya sarana olah
raga, kurangnya sekolah negeri, harga jual di pasar terlalu mahal, kurangnya sarana
rekreasi/hiburan.
Ketidak puasan penghuni diatas menggambarkan bahwa masih ada beberapa prasarana
dan sarana yang perlu ditingkatkan. Oleh sebab itu pembangunan peramahan di BSD
harus memiliki preferensi rumah yang sesuai dengan kondìsi ekonomi konsumen yang
akan membeli rumah. Mengingat segmen potential mempunyai karakteristik dan
keinginan yang unik, maka piliak developer hams cepat mengantisipasi ciri ciri
tersebut. Disarankan developer membangun rumah dengan konsep rumah tumbuh
sehingga penghuni dapat mengembangkan sesuai kebutuhannya. Perbaikan mutu
bangunan dengan menggunakan bahan-bahan yang berkualitas sesuai dengan segmen
pasarmya perlu juga dilakukan di BSD, misalnya dengan subsidi silang pembiayaan
antara rumah mewah dengan rumah sederhana. Sistem keamanan dengan melibatkan
peran serta masyarakat, instansi terkait sefla tenaga keamanan melalui pendidikan SDM
yang terlatth dapat meningkatkan keamanan lingkungan perumahan BSD. Peningkatan
sistem transportasi dengan penambahan junilah angkutan umum memberikan
keleluasaan memilth penghuni dengan jalur/trayek yang lengkap. Penambahan sarana
peribadahan untuk umat Islam sangat mendukung penghuni yang mayoritas beragama
Islam
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boy Syahbana Alamsyah
"Kepekaan tempat di kota-kota baru (new towns) tidak bisa disamakan dengan kota-kota yang memiliki sejarah panjang seperti kota dalam pengertian wilayah administrasi atau tempat spesial seperti kawasan yang dihuni penduduk asli. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi kepekaan tempat di kota baru Bumi Serpong Damai (BSD) dan Jababeka. Dalam penelitian ini, kepekaan tempat dieksplorasi dari hubungan individu dengan tempat dan ikatannya dengan tempat. Penelitian ini mengeksplorasi kepekaan tempat untuk menemukenali identitas kota baru berdasarkan apa yang dipahami penduduknya. Untuk itu, penelitian ini menggunakan pendekatan yang mengkombinasikan pendekatan kualitatif dan kuatitatif (mix model). Pengolahan data dilakukan dengan teknik analisis isi kualitatif. Temuannya, kepekaan tempat BSD maupun Jababeka sama - sama bersifat kontinum, namun di BSD tendensinya lebih kuat. Eksplorasi kepekaan tempat di kedua tempat ini menunjukkan adanya kontestasi dalam mempengaruhi pemaknaan atas tempat dan adanya tendensi penerimaan identitas tempat yang spasial. Dalam konteks pengembangan brand kota, BSD dan Jababeka memiliki potensi untuk memanfaatkan identitas spasial dalam memperkuat identitas kompetitifnya masing-masing.

Sense of place for new towns cannot be equated with the sense of place for cities which has a long history and inhabited by the natives. This study aimed to explore the sense of place for Bumi Serpong Damai (BSD) and Jababeka in term of the individual place relationship and place bonding with the new towns. This study explored sense of place in order to identify the identity conceived by the residents. It used a mixed model that combined qualitative and quantitative approaches. Data was analyzed using qualitative content analysis. The findings of this study indicated that sense of place for BSD and Jababeka is a continuum though the tendency for BSD was stronger. Sense of place for both towns showed a competition in influencing the construction of meaning and a tendency to adopt spatial place identity. In the context of city branding development, BSD and Jababeka each has the potentials in taking advantage of spatial identity for strengthening their competitive advantages."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T45535
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>