Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97750 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wulan Erna Komariah
"Tesis ini membahas metode penghilangan moisture batubara Indonesia peringkat rendah dengan menggunakan gelombang mikro. Diharapkan metode ini mampu mengurangi waktu pemanasan dan mengurangi moisture re-adsorpsi batubara. Berdasarkan penelitian, waktu penghilangan moisture pada batubara Indonesia dipengaruhi oleh kandungan awal total moisture, ukuran partikel, massa sampel, dan daya yang diberikan. Pada pemanasan gelombang mikro dengan daya 800 W, Batubara Melawan (kandungan awal total moisture: 24,18 %) memerlukan waktu penghilangan moisture yang paling pendek yaitu sekitar 1,5 - 2 menit sedangkan Batubara Pendopo (kandungan awal total moisture: 58,27 %) memerlukan waktu terlama yaitu antara 3 - 3,5 menit. Akibat penghilangan moisture, batubara Indonesia mengalami kenaikan nilai kalor, volatile matter dan fixed carbon; namun tidak terjadi perubahan signifikan pada fuel ratio. Moisture re-adsorpsi pada Batubara Indonesia yang telah mengalami penghilangan moisture akibat gelombang mikro tidak dipengaruhi oleh ukuran partikel dan daya yang diberikan.

This research aims to find a method of removing moisture Indonesian low rank coal Indonesia by using microwaves. This method is expected to reduce heating time and reduce the moisture re-adsorption of coal. Based on the study, the removal of moisture in coal Indonesia affected by the initial total moisture content, particle size, sample mass, and power delivered. In the microwave heating power of 800 W, the Melawan Coal (initial total moisture content: 24.18%) removal of moisture takes the shortest is about 1.5 - 2 minutes while the Pendopo Coal (initial total moisture content: 58.27%) requires the longest time is between 3 - 3.5 minutes. The affect of the removal of moisture, Indonesian coal has increased calorific value, volatile matter and fixed carbon; but there was no significant change on to the fuel ratio. Moisture readsorption on Indonesian coal which have removal of moisture by the microwaves are not affected by particle size and power that are given."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T30571
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Aswati
"Proses peningkatan mutu batubara peringkat rendah dengan slurry dewatering merupakan pengembangan dari proses UBC (Upgrading Brown Coal). Proses tersebut memanfaatkan pelarut limbah CPO parit dan minyak jelantah, menggantikan kerosin dan residu minyak bumi yang digunakan dalam proses UBC. Slurry dewatering dioperasikan pada temperatur dan tekanan rendah, sekitar 150°C dan 1 atmosfer. Proses ini dimaksudkan hanya untuk mengurangi sebagian besar kandungan air dalam batubara, jadi hanya melibatkan proses fisika (dewatering) tanpa melibatkan proses kimia atau pirolisis sehingga limbah cair dan emisi gas yang dihasilkan tidak berbahaya.
Batubara dengan ukuran partikel < 3mm dan pelarut dimasukkan ke dalam reaktor tertutup (autoclave) berpengaduk, dengan rasio berat pelarut dan batubara bebas air 1; 1,5 dan 2. Slurry batubara dan pelarut dipanaskan dalam reaktor hingga mencapai temperatur 150°C selama sekitar 2 jam. Dalam penelitian ini digunakan 3 jenis pelarut : CPO parit, jelantah dan campuran 50/50 CPO parit dan jelantah. Uap air batubara dikondensasi dan dikumpulkan untuk dianalisa kadar BOD dan pH-nya. Pelarut yang telah dipisahkan dari batubara dengan menggunakan separator sentrifugal, direcycle dengan make-up sekitar 20%. Batubara yang sudah kering selanjutnya dibriket untuk memudahkan dalam transportasinya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses slurry dewatering dengan menggunakan ketiga jenis pelarut tersebut mampu menurunkan kadar air batubara rata-rata 90% dan peningkatan nilai kalor hingga > 40%, serta meningkatkan temperatur pembakaran maksimum sebesar 50%. Rasio pelarut dan batubara bebas air 1,5 memberikan hasil dewatering terbaik, sedangkan dari ketiga jenis pelarut yang digunakan, pelarut campuran mampu menurunkan kadar air tertinggi dibandingkan jelantah dan CPO parit. Limbah cair yang dihasilkan memiliki nilai BOD yang memenuhi syarat baku mutu lingkungan dan aman dibuang ke lingkungan setelah dilakukan pengolahan dengan bahan penetral yang murah dan efektif.

The process of improving the quality of low rank coal by slurry dewatering process is the development of UBC (Upgrading of Brown Coal). The process utilizes a solvent trenches CPO and waste cooking oil, replacing kerosene and petroleum residue used in the UBC. Slurry dewatering operated at temperatures and low pressures, approximately 150°C and 1 atmosphere. This process is intended only to reduce most of the moisture content in coal, so it only involves physical processes (dewatering) without involving chemical processes or pirolysa so that liquid waste and gas emissions are produced is not harmful.
Coal with particle size < 3mm and the solvent incorporated into a closed reactor (autoclave) stirred, with a weight ratio of solvent and water-free coal 1, 1.5 and 2. Slurry mixture of coal and solvent is heated in the reactor until the temperature reaches 150°C for about 2 hours. This study used three types of solvents : CPO trenches, waste cooking oil and 50/50 mixture of CPO trenches and waste cooking oil. Coal water vapor is condensed and collected for analysis levels of BOD and pH value. Solvents which have been separated from the coal by using centrifugal separator, in recycle with make-up around 20%. Coal was dried further brequetting process for ease in transportation.
The results showed that the slurry dewatering process by using three types of solvents are able to lower the moisture content of coal on average 90% and an increase in calorific value of up to > 40%, and increasing the maximum combustion temperature by 50%. The ratio of solvent and water-free coal dewatering 1.5 gives the best results, while of the three types of solvent used, solvent mixtures can reduce the water content of the highest compared to cooking and CPO trenches. Liquid waste generated has a value of BOD qualified environmental quality standards and safe disposal into the environment after treatment with a neutralizing agent is cheap and effective.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1543
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erino Theopani
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S37107
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muksin Saleh
"Cadangan batubara Indonesia sebagian besar lebih dari 60 merupakan batubara dengan kalori rendah dan sedang yang dikenal dengan batubara peringkat rendah. Pada skenario KEN, pertumbuhan kebutuhan batubara rata-rata sebesar 5,1 dimana pada tahun 2025 kebutuhan batubara mencapai 37 juta Toe dan meningkat hingga mencapai 116 juta Toe di tahun 2050.Pemanasan mandiri self-heating dan pembakaran spontan spontaneous combustion batubara telah menjadi masalah serius di industri batubara. Kebakaran Batubara dan gambut dari Indonesia sering terjadi akibat kebakaran hutan di dekat singkapan.Kegiatan utama dari studi saat ini adalah melakukan eksperimen terhadap batubara peringkat rendah Indonesia dengan menggunakan metode uji yang berbeda TG-DTA, metode crossing point / CPT dan metode adiabatik . Selain itu, dilakukan pemodelan dengan piranti lunak COMSOL Multiphysics dan validasi dengan data eksperimen serta studi parametrik.Hasil pemodelan menunjukkan hasil yang berkesesuaian dengan data hasil ekperimen dengan penyimpangan temperatur sekitar 0,9 untuk CPT dan 1,5 untuk reaktor adiabatik.Dari studi parametrik di dapatkan bahwa porositas tumpukan dan konsentrasi oksigen memiliki efek yang cukup besar terhadap perilaku pembakaran spontan dan perlu mendapatkan perhatian dalam upaya untuk mencegah pembakaran spontan.Pemodelan dan Simulasi dapat digunakan sebagai alatbantu yang efektif untuk mencegah dan mencari solusi permasalah pembakaran spontan pada aplikasi di lapangan.

Indonesia's coal reserves mostly over 60 are low to moderate calorie coal known as low rank coal. In the KEN scenario, the average coal demand growth of 5.1 is where in 2025 the demand for coal reaches 37 million toe and increases to 116 million toe in 2050.Self heating and spontaneous combustion of coal have become a serious problem in the coal industry. Coal and peat fires from Indonesia often occur due to forest fires near the outcrop.The main activity of the current study is to conduct experiments on Indonesia's low rank coal using different test methods TG DTA, crossing point CPT method and adiabatic method. In addition, modeling with COMSOL Multiphysics software and validation with experimental data and parametric studies were performed.The modeling results show results that are compatible with experimental data with a temperature drift of about 0.9 for CPT and 1.5 for adiabatic reactors. From the parametric study it was found that the porosity of the pile and the oxygen concentration had a considerable effect on spontaneous combustion behavior and needed to get attention in an effort to prevent spontaneous combustion.Modeling and Simulation can be used as an effective tool to prevent and solve spontaneous combustion problems in field applications."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
D2315
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alif Kurniaputera Artanto
"Dewasa ini kebutuhan akan bahan bakar minyak dalam Indonesia semakin meningkat, tetapi tidak disertai oleh peningkatan produksi minyak dan gas. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan batubara lignit dalam proses gasifikasi untuk membentuk syngas yang kemudian digunakan untuk mensintesis bahan bakar. Untuk proses gasifikasi tersebut diperlukan charcoal yang memiliki luas permukaan yang besar yang dapat dihasilkan dari proses pirolisis batubara lignit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi pirolisis yang optimal untuk mendapatkan charcoal dengan luas permukaan yang terbesar.
Pada penilitian ini, telah ditemukan bahwa kenaikan suhu akhir pirolisis dapat meningkatkan luas permukaan charcoal, sedangakan meningkatkan laju pemanasan akan menurunkan luas permukaan charcaol. Selanjutnya, dari penelitian ini diketahui bahwa peningkatan suhu akhir dan laju pemanasan dapat meningkatkan pengurangan massa dari sampel. Berdasarkan uji BET kondisi yang dapat menghasilkan luas permukaan yang terbesar adalah pada suhu akhir 850°C dan laju pemanasan 3°C/menit dengan luas permukaan sebesar 168,6 m2/g.

Presently, Indonesia’s requiremenets on fossil fuels continues to increase yet this increase is not accompanied by an increase in the production of oil and gas. One method to overcome this problem is to gasify lignite coal in order to produce synthetic gas which would be then used to be able to produce synthetic fuel. As a requirement for the gasification process, the charcoal used must require a large surface area which can be achieved through the pyrolisis of lignite coal. This research aims to identify the optimum operating conditions which would lead to the production of charcoal with the largest surface area.
In this research it was found that an increase in the final pyrolysis temperature would increase the surface area, on the other hand an in crease in the heating rate would decrease th surface area. Next, it was also apparent that an increase in final temperature and heating rate would both cause an increase in the weight loss of the sample. According to the BET analysis, the conditions which produced the largest surface area was at a final temperature of 850°C and a heating rate of 3°C/minute, with a surface area of 168,6 m2/g.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52854
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Frengky
"Krisis energi yang menjadi masalah belakangan ini menempatkan batubara menjadi salah satu energi alternatif. Hanya saja penggunaan batubara sebagai sumber energi masih sulit diaplikasikan di Indonesia karena permasalahan dalam waktu penyalaan batubara yang cukup lama yang menimbulkan keengganan sebagian besar masyarakat Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualias penyalaan briket batubara melalui penambahan oksidator sehingga briket ini nantinya dapat diaplikasikan sebagai promotor penyalaan briket pemasakan. Permasalahan penyalaan batubara adalah kurangnya reaktan oksigen dalam proses awal pembakaran karena selain minimnya oksigen internal dalam briket, kesulitan penetrasi oksigen eksternal terjadi karena terbentuknya awan volatile matter yang terlepas ke permukaan saat pemanasan batubara. Penelitian ini didasarkan atas hipotesis mengenai penggunaan oksidator seperti KClO3, KNO atau KMnO4 yang dapat mempersingkat penyalaan batubara. Metode yang diusulkan untuk mempersingkat waktu penyalaan adalah dengan menambahkan oksidator yang dapat berfungsi menjadi penyuplai oksigen internal dalam briket sehingga terjadi oksidasi yang dapat memudahkan briket tersebut untuk menyala. Oksidator yang dipakai dalam penelitian ini adalah diethyl ether dan ethyl acetate karena mudah didapat di pasaran sehingga nantinya dapat diaplikasikan dalam industri pengembangan briket. Selain itu oksidator tersebut dipandang lebih aman dari segi kesehatan dan keselamatan dibanding KClO3, KNO atau KMnO4. Oksidator ini dicampurkan dengan partikel-partikel batubara pada saat pembuatan campuran briket sebelum pencetakan briket. Waktu penyalaan akan diuji untuk melihat peningkatan kualitas penyalaan briket. Dalam riset ini juga akan diteliti pengaruh oksidator terhadap reaktifitas briket pada saat pembakaran melalui pengujian profil temperaturnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan oksidator dapat mempercepat penyalaan briket. Briket tanpa oksidator membutuhkan 13-15 menit untuk menyala sedangkan briket dengan oksidator hanya butuh 2-6 menit untuk menyala. Penambahan reaktan oksigen akan mempercepat reaksi pembakaran sehingga semakin tinggi konsentrasi oksidator akan semakin reaktif briket tersebut. Kereaktifan briket tersebut dapat dilihat dari kehilangan massa hasil pembakaran dimana semakin tinggi kandungan oksidatornya akan semakin besar massa briket yang hilang terbakar pada selang waktu pembakaran yang sama.

Coal is considered as one of the best alternative energies that can be applied in Indonesia now. But the long ignition time, that makes many people in Indonesia reluctant to use, still be the problem for the application of coal. The aim of this research is to improve the quality of briquette ignition through addition of oxygenate agent so that this briquette can be applied as an ignition promotor for cooking-briquette. The main problem for briquette ignition is the deficiency of oxygen, that is used as a reactant in combustion process, because the penetration of external oxygen is hampered by volatile matter clouds in the surface of briquette. This research is based on utilization of oxygenate agent such as KClO3, KNO, or KMnO4 that can decrease the ignition time of briquette. Method for this research is by addition of oxygenate agent that can supply internal oxygen in briquette to promote internal oxidation in briquette so that briquette is easily ignited. Diethyl ether and ethyl acetate is used in this research because these oxygenate agents are more secure than KClO3, KNO, or KMnO4 in health and safety. Oxygenate agent is added in coal particles mixture before briquetting. Ignition time of briquette is inspected to see the improvement of briquette ignition through addition of oxygenate agent. In this research, briquette combustion temperature profile is also carried out to watch closely the effect of oxygenate agent in the reactivity of briquette. Results of this research show that the addition of oxygenate agent decrease the ignition time of briquette. Briquette without oxygenate agent needs 13-15 minutes to be ignited whereas oxygenate-briquette needs only 2-6 minutes. Increase in addition of oxygenate agent will decreases the ignition time and raises the reactivity of briquette. Mass loss of briquette in combustion process is increase as the composition of oxygenate agent increase. This shows how oxygenate content affects the reactivity of briquette."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49739
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Badrul Munir
"Titanium dan paduannya merupakan logam yang paling banyak digunakan setelah aluminium, besi-baja dan magnesium. Dengan sifat-sifatnya yang cukup baik, titanium banyak dipakai dalam berbagai aplikasi, salah satunya yaitu sebagai material gasket. Gasket adalah ring yang digunakan pada sambungan pipa atau logam yang banyak digunakan dalam industri perminyakan dan petrokimia. Syarat yang harus dipenuhi titanium sebagai produk gasket adalah keuletan yang tinggi, ketahanan korosi serta ketahanan terhadap temperatur operasi yang cukup tinggi. Berbagai usaha dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk gasket. Diantaranya adalah dengan perlakuan panas anil untuk menuru nkan kekerasannya yang berarti meningkatkan sifat keuletan.
Dalam penelitian ini dilakukan perlakuan panas anil terhadap titanium gasket dan material awal dalam bentuk plat dengan variasi temperatur dan waktu tahan anil terhadap perubahan nilai kekerasan dan struktur nilai. Diperoleh adanya penurunan nilai kekerasan dengan meningkatnya temperatur dan waktu tahan anil. Juga diperoleh perubahan struktur mikro pada tiap-tiap variabel yang mendukung perubahan nilai kekerasan tersebut."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41266
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1998
S29965
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>